• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Ternak Domba

Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan

yang termasuk Phylum : Chordata, kelas : Mamalia, ordo : Artiodactyla, famili :

Bovidae, genus : Ovis aries (Blackely dan Bade, 1998).

Williamson dan Payne (1995) menyatakan domba yang kita kenal

sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis

domba liar, yakni : a. Mouflon (Ovis muximon), merupakan jenis domba liar yang

berasal dari Eropa Selatan dan Asia. b. Argali (Ovis ammon), merupakan jenis

domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan memiliki tubuh besar. c. Urial

(Ovis vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia.

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), beberapa kelebihan domba yang dapat

diperoleh, antara lain : 1) Reproduksinya efisien, yang dapat ditingkatkan dengan

jalan usaha perbaikan tatalaksana pemeliharaan. 2) Pada waktu laktasi,

penggunaan energi untuk produksi air susu dapat lebih efisien dibandingkan

dengan ternak lain. 3) Daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang

keras cukup tinggi, sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan

hijauan. 4) Domba memiliki daya seleksi yang lebih efektif dalam kondisi

penggembalaan dibandingkan dengan jenis ternak lain. 5) Domba lebih tahan

(2)

Pakan Ternak Domba

Menurut Kartadisastra (1997) kebutuhan ternak terhadap pakan jumlahnya

setiap hari tergantung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan (dewasa, bunting

dan menyusui). Kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat

hidupnya serta bobot badannya.

Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber

energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat

daripada konsentrat. Hijauan pada umumnya merupakan bahan pakan yang

kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna

hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh

adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin

tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994). Kebutuhan harian zat

makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan PakanDomba

BB

Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa

diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas

tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk

(3)

Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan

hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi

(Widayati dan Widalestari, 1996).

Hijauan

Pada umunya pakan domba berasal dari hijauan yang terdiri atas berbagai

rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang kandungan serat

kasarnya relatif tinggi yang termasuk kelompok bahan pakan hijauan segar yaitu

hay dan silase. Ternak domba merupakan hewan yang memerlukan hijauan dalam

jumlah yang besar kurang lebih 90% (Sugeng, 1995).

Ransum Domba

Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24

jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan

selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya

dapat memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Mengandung gizi yang lengkap,

protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Makin banyak ragam bahan makin

baik. b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum

hendaknya sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang sesuai

dengan lidah ternak. c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan

yang lain. d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan. e. Harganya murah dan terdapat

di daerah setempat (Basuki, 1994).

Jumlah kebutuhan nutrisi ternak setiap harinya tergantung jenis ternak,

umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal,

(4)

serta berat badannya.Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan

pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Bahan Penyusun Ransum Domba

Bungkil Inti Sawit

Menurut Devendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan

dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau

cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat

kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi

ternak monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia. Kandungan

nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat padaTabel 2.

Tabel 2. Kandungan nilai gizi bungkil sawit

Uraian Kandungan (%)

Protein kasar 15,4a

TDN 81,0b

Serat kasar 16,9a

Lemak kasar 2,4a

Bahan kering 92,6a

Ca 0,10c

P 0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).

Dedak Padi

Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras

yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan

bagian penutup beras itu. Hal ini yanng mempengaruhi tinggi rendahnya

(5)

Dedak mempunyai harga yang relatif rendah tetapi kandungan gizinya

cukup mengandung energi dan protein, juga kaya akan vitamin. Hal tersebutlah

yang menyebabkan dedak dapat diggunakan sebagai campuran formula ransum

atau sebagai makanan tambahan (Rasyaf, 1990). Kandungan nutrisi pada dedak

padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 89,6

Protein kasar 13,8

Lemak kasar 7,2

Serat kasar 8,0

TDN 67,0

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).

Molases

Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.

Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan

ternak walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak

pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa

memperbaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi molases

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN

92,6 3-4 0,08 0,38 81,00

(6)

Urea

Tillman et al (1991) melaporkan bahwa pemberian Nitrogen Non-Protein

(NPN) pada makanan sapi dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup

membantu ternak untuk mudah mengadakan pembentukan asam amino

esensial.Penggunaan urea tidak bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan

kering dan lebih dari 2 gram untuk setiap bobot badan 100 kg ternak.

Garam

Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl dapat merangsang sekresi

saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga

menimbulkan demam. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan

hebivora dari pada hewan lainnya, hal ini disebabkan hijauan dan butiran

mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang,

bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur sehingga

menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Ultra Mineral

Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun

berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral

digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,

pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang

berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral dalam

pakan ternak dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral dalam pekan

(7)

Potensi Pelepah Daun Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak

Kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang

berperan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga

kerja, serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Pada tahun 2002 luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 4,1 juta ha dengan produksi

minyak sawit (crude palm oil) lebih dari 9 juta ton (Elisabeth dan Ginting, 2003).

Produk samping industri kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah yang

banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun, lumpur

sawit, dan bungkil inti kelapa sawit khususnya sebagai bahan dasar ransum ternak

ruminansia. Pola integrasi atau diversifikasi tanaman dan ternak khususnya ternak

ruminansia diharapkan merupakan bagian dari integrasi dari usaha perkebunan.

Oleh karena itu, pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit seperti

pelepah pada wilayah perkebunan sebagai pengadaan bahan pakan ternak,

khususnya ruminansia diharapkanbanyak memberikan nilai tambah, baik secara

langsung maupun tidak langsung (Jalaludin et al.,1991).

Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi

pakan lengkap dengan metode processing menurut Wahyono (2000) terdiri atas :

1. Perlakuan pencacahan (Chopping) untuk merubah ukuran partikel dan tekstur

bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.

2. Perlakuan pengeringan (Drying) dengan panas matahari atau dengan alat

pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan.

3. Proses pencampuran (Mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (Mixer)

dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer mill dan terakhir

(8)

Tanaman kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat

digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur

minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang

tahun, namun penggunaannya sebagai ransum ternak belum maksimal, apalagi

pada peternakan rakyat. Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil sampingan

dari pemanenan buah kelapa sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka

pelepah dan daun kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan

ternak.Sesuai pernyataan Devendra (1990).

Menurut Hassan dan Ishida (1992), dari daun kelapa sawit didapat hijauan

segar yang dapat diberikan langsung ke ternak baik yang berbentuk segar maupun

yang telah diawetkan seperti dengan melakukan silase maupun amoniasi.

Perlakuan dengan silase memberi keuntungan, karena lebih aman dan dapat

memberi nilai nutrisi yang lebih baik dan sekaligus memanfaatkan limbah

pertanian. Keuntungan lain dengan perlakuan silase ini adalah pengerjaannya

mudah dan dapat meningkatkan kualitas dari bahan yang disilase. Kandungan gizi

pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit

Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2003). c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)

Zat nutrisi Kandungan

(9)

Pengolahan Pelepah Daun Kelapa Sawit a. Pengolahan Secara Fisik

Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk

merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun

dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan

menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,

penggilingan, peleting, penghancuran dan lain-lain.

b. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger)

Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan

komponen-komponen dan jasa sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme

mikrobia. Pengertian fermentasi ini mencakup baik fermentasi aerob maupun

anaerob (Muchtadi et al., 1992).

Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah

bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan meningkatkan

kandungan nutrisi bahan. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan

oleh enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein

mikroorganisme. Perlakuan secara biologis dilakukan dengan menggunakan

enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah

lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi

dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan

lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.

Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok

terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang

(10)

”protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan

menggunakan mikroorganisme tertentu (Sarwono, 1996).

Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah

diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas

Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat digunakan secara komersial dalam

produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan

beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan sellulase.

Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35 - 37ºC (optimum), 6 - 8ºC

(minimum), 45 - 47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup.

Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan

konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna

hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan

bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga

berwarna coklat (Suharto, 2003).

c. Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi)

Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan

kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah

komponen-komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat

yang terdapat pada sel tanaman. Walker dan Kohler (1978) menyatakan bahwa

perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari

perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)2 dan urea.

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

(11)

yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat

berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%

atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1954).

Sistem Pencernaan Ternak Domba

Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase

perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga

minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi system

pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8

minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi

ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen.Tahap ketiga fase

ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu

(Van Soest dan Sniffen, 1983).

Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah

mulut, farinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang

terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Tingkat Konsumsi dan Kecernaan

Kecernaan pakan didefenisikan dengan cara menghitung bagian zat

makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan

tersebut telah diserap oleh ternak, biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering

dan sebagai suatu koefisien atau persentase. Selisih antara nutrient yang

dikandung dalam bahan pakan dengan nutiren yang ada dalam feses merupakan

(12)

Tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh kofisien cerna, kualitas pakan,

fermentasi dalam rumen, serta status fisiologi ternak.Kualitas pakan ditentukan

oleh tingkat kecernaan zat-zat makanan yang terkandung pada pakan tersebut. Zat

makanan tersebut tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian akan

dikeluarkan melalui feses. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat

hubungannya dengan jumlah mikroba rumen (Tomaszewska, et al., 1993).

Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan

palatabilitas). Pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi

dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah (Parakkasi, 1995).

Daya cerna (digestibility) adalah bagian zat makanan dari makanan yang

tidak dieksresikan dalam feses, biasanya dinyatakan dalam bentuk bahan kering

dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut “koefisien cerna”. Daya cerna

tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi juga dipengaruhi

komposisi suatu makanan lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan tersebut. Hal

ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan penambahan

secara bertingkat dari bahan makanan yang diteliti untuk menentukan pengaruh

pakan basal terhadap daya cerna bahan yang sedang diteliti. Serat kasar

mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya cerna. Selulosa dan hemiselulosa

yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin (Tillman, et al., 1981).

Kecernaan Serat Kasar

Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian

besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal atau bulky. Serat

(13)

dan mempercepat laju digesta (Anggorodi,1985). Kadar SK yang terlalu tinggi,

pencernaan nutrien akan semakin lama dan nilai energi produktifnya semakin

rendah (Tillman et al., 1991).

Serat kasar bagi ruminansia digunakan sebagai sumber energi utama

berperan penting dalam metabolisme tubuh sehingga perlu diketahui

kecernaannya dalam tubuh ternak Tillman et al. (2005) menyatakan bahwa

kecernaan serat kasar tergantung pada kandungan serat kasar dalam ransum dan

jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat

mengganggu pencernaan zat lain. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat

kasar dan aktivitas mikroorganisme (Maynard et al., 2005).

Kecernaan Protein Kasar

Kecernaan adalah zat makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses yang

diasumsikan telah diserap oleh tubuh ternak. Protein mengandung unsur-unsur

karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein

mengandung nitrogen. Hampir 50% dari berat kering suatu sel hewan adalah

protein (Tillman et al., 1991). Protein sebagai zat makanan yang sangat penting

bagi tubuh karena selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga

berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno,1991). Penggunaan

protein pada bahan pakan akan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga

memerlukan beberapa pertimbangan dalam pemberiannya untuk pakan ternak

ruminansia.

Ternak ruminansia memperoleh dua (2) sumber protein untuk kebutuhan

(14)

protein yang berasal dari makanan yang lolos dari degradasi di dalam rumen

(protein by-pass). Tahap pertama dari pemanfaatan protein adalah melalui proses

pencernaan. Menurut Sutardi (1979) dan Kavana et al., (2005) walaupun protein

mikroba bermutu tinggi, namun jumlahnya tidak akan cukup untuk mencapai

produksi yang tinggi.

Pada pencernaan protein, di dalam rumen protein akan mengalami

hidrolisis oleh enzim proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida,

selanjutnya asam-asam amino mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan

amonia, VFA dan CO2. Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis

asam-asam amino bagi mikroba rumen.

Proses metabolisme tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi protein ternak

ruminansia sangat bergantung pada proses sintesis protein mikroba rumen. Produk

hidrolisa protein sebagai besar akan mengalami katabolisme lebih lanjut

(deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3). Amonia asal perombakan protein

pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap amonia rumen. Diperlukan

kisaran konsentrasi amonia tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein

mikroba, karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan sangat penting

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan PakanDomba
Tabel  2.  Kandungan nilai gizi bungkil sawit
Tabel 3.  Kandungan nilai gizi dedak padi
Tabel 5.  Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit

Referensi

Dokumen terkait

(2) If the total prize money available is $72, find all possible ways in which the $72 may be distributed among the place getters.. This leaves no possible value for the third

[r]

Apabila penggunaan tenaga kerja telah sesuai dengan yang dibutuhkan dan faktor- faktor lain yang mendukung usaha budidaya telah baik (terpenuhi) maka akan dapat

ambeyen atau bisa juga disebut ambeien atau wasir adalah suatu kondisi atau keadaan dimana penderita mengalami pembengkakan yang terjadi di sekitar anus karena adanya

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas pembuatan Aplikasi Web Peternakan JAGO ONLINE dengan menggunakan XML yang dibantu oleh bahasa pemograman RSS untuk membuat link

Pawai Budaya dari 12 Kecamatan Lomba Nyanyi Minang Tingkat SLTA Paket Seni Sanggar Sa’ayun Jaya Bayang Paket Seni debus

ULP/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan akan. melaksanakan Pemilihan

yang diharapkan bisa memudahkan admin dalam mengontrol stok software serta menyediakan layanan bagi konsumen untuk bertransaksi