• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(Saragih,2005). Dewasa ini kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk padaorganisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Prasojo, dkk,2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.Pelayan (aparatur) pemerintahan harus lebih proaktif dan cermat dalam mengantisipasi paradigma baru memasuki era global, agar pelayanannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus bergerak dinamis.

Secara umum pelayanan adalah sebuah usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu(Moenir,2010:7). Karena pelayanan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, maka pelaksana kebijakan yang melayani masyarakat dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi pelayanan secara maksimal melalui penerapan sistem yang mampu diakses seluruh lapisan masyarakat.

(2)

Dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, pasca reformasi Indonesia menerapkan asas desentralisasi dengan pemberian otonomi yang luas kepada daerah sampai pada tingkat kabupaten/kota. Tujuan dari pemberian otonomi ini adalah untuk meningkatkan pelayanan serta memangkas panjangnya rantai birokrasi yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat. Menurut Rainer Rohdewohld, desentralisasi ditujukan agar daerah mampu memanfaatkan dan menggali sumber-sumber atau potensi pembangunan daerah dalam rangka mencapai efesiensi dan efektifitas pelayanan publik (Rohdewohld,1995:85). Melalui otonomi daerah, efesiensi dan efektifitas pelayanan publik dapat diwujudkan dengan dasar mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

Dewasa ini kualitas merupakan bahasan yang penting dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk pada organisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan system pemerintahan menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Prasojo,dkk, 2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan paradigma Reinventing Government maupun Good Governance, pendelegasian sebagian

(3)

Munculnya UU No. 22/1999 dan 25/1999 yang disempurnakan dengan UU No. 32/2004 dan 33/2004 mengenai Pemerintah Daerah merupakan jawaban atas berbagai pertanyaan seputar rekonstruksi hubungan pusat-daerah. Produk-produk hukum tersebut menjadi suatu formulasi yang akan memberi warna baru dalam upaya memperbaiki hubungan pusat daerah sebagaimana dijabarkan oleh Pratikno (2003:42-45) antara lain:

1. Mengubah simbolisasi pada nama daerah otonom dengan dihapuskannya istilah Daerah Tingkat (Dati) I dan II dan digantikan dengan istilah yang lebih netral yakni propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini juga untuk menghindari citra bahwa Dati I lebih tinggi dan lebih berkuasa dibandingkan Dati II.

2. Melepaskan intervensi yang kuat pada kabupaten dan kota, sehingga tidak terjadi rangkap jabatan sebagai kepala daerah otonom (local self government) dan kepala wilayah administratif (field administration).

3. Pemilihan bupati dan walikota secara mandiri dan jauh dari campur tangan propinsi maupun pusat.

4. Mengenalkan Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga perwakilan rakyat di tingkat desa.

5. Memberikan keleluasaan kewenangan bidang pemerintahan kepada daerah otonom selain politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, fiskal dan moneter, agama serta ‘kewenangan bidang lain’.

(4)

7. Semangat pemerataan antar daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Darurat yang besarnya sesuai dengan kondisi keuangan tahunan.

Pada tingkat Kabupaten/kota, struktur pemerintahan yang menjadi subordinasi pemerintah kabupaten/kota adalah pemerintahan kecamatan. Pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi lebih dibutuhkan perannya sebagai perpanjangan tangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana kewenangan saat ini sudah banyak berada pada level pemerintah kabupaten/kota, konsekuensinya dimana pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi penting sebagai pilar pelayanan kepada masyarakat.

Kecamatan menjadi lembaga yang strategis dalam mengelola dan melayani kepentingan masyarakat. Kecamatan merupakan sebuah organisasi yang hidup dan melayani kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan perangkat kecamatan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan seperti penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan termasuk didalamnya melaksanakan tugas pelayanan serta melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh bupati atau walikota.Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh kepala daerah.Urutan dalam tata kerja Kecamatan dan fungsi kecamatan sebagai berikut:

a. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat.

(5)

c. Pengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.

d. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. e. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan.

f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan

g. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil Menengah

h. Pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum, keagrariaan dan kependudukan.

i. Pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan partisipasi masyarakat.

j. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

k. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya yangberada di wilayahnya.

l. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

m. Pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga kecamatan.

n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(6)

pemerintahan desa/kelurahan, untuk menjalankan tugasnya, tata pemerintahan berpedoman pada ketentuan yang ada, yakni sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kegiatan bidang pemerintahan.

b. Penyusunan program, pembinaan, penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan.

c. Fasilitasi pelaksanaan tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu

Keluarga(KK).

e. Pelaksanaan upaya kelancaran pemasukan setiap pendapatan daerah yang bersumber dari wilayah kerjanya.

f. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansivertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. g. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan

satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan.

i. Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan.

(7)

k. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, pemberian bimbingan, supervisi,fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan tertib administrasi pemerintahan desa dan/atau kelurahan

l. Pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau kelurahan beserta perangkat desa dan/atau kelurahan.

m. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tata pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan. dan

n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai tugas dan fungsinya.

(8)

dengan tujuan tersebut, maka perubahan apapun atas status kecamatan seharusnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi kecamatan dalam pelayanan publik.

Sesuai dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, maka seluruh kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan keputusan tersebut di tingkat pemerintahan kecamatan masing-masing. Namun sampai dengan saat ini (2014) masih banyak pemerintah daerah yang belum menerapkan kebijakan tersebut.

(9)

a. jenis pelayanan; b. persyaratan pelayanan; c. proses/prosedur pelayanan;

d. pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan; e. waktu pelayanan; dan

f. biaya pelayanan.

Dengan penerapan PATEN ini diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat lebih dimaksimalkan dan semakin dekat dengan masyarakat. Dengan begitu besarnya tanggung jawab yang berada di kecamatan, pemerintah daerah harus melaksanakan beberapa persiapan-persiapan yang terukur dan terarah dalam penerapan kebijakan tersebut.

Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu Kota di wilayah Propinsi Sumatera Utara yang saat ini sedang mengarahkan kebijakan pelayanan masyarakat di tingkat kecamatan melalui program PATEN tersebut. Melalui Peraturan Walikota (Perwal) Padangsidimpuan No 3 Tahun 2014, pemerintah Kota Padangsidimpuan bermaksud untuk melaksanakan kebijakan PATEN secara menyeluruh di seluruh kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan.

(10)

dengan melihat faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun kendala dalam penerapan serta efektivitas pelayanan publik di kecamatan.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pada latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong maupun penghambat dalam Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.

(11)

1.4. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini, manfaat yang diharapkan mampu untuk dihasilkan antara lain:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah kepustakaan studi pembangunan, khususnya pada pembangunan aparatur birokasi pemerintahan dan manajemen pembangunan pemerintahan daerah di tingkat kecamatan.

2. Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.

Referensi

Dokumen terkait

identifikazioa erabili dezakegu Arkeologiaren barneko joera hauek identifikatzeko, izan ere, generoarekin zer ikusia duten lanak biltzen dira ekimen horretan: emakumearen egoera eta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi dalam mempengaruhi keragaman jenis burung dan untuk menentukan nilai konservasi kawasan berdasarkan

Kumea batu memiliki kayu teras berwarna coklat kemerahan; lingkar tumbuh samar-samar dan terkadang jelas serta menampakkan corak yang indah berupa garis-garis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor determinan yang berhubungan dengan status gizi lansia adalah status perkawinan, penyakit

Variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris, komite audit, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe

Perbandingan Efek Ekstrak Etanol Biji Kedelai (Glycine max L.merr) Varietas Detam 1, Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia), dan Kombinasinya

Selain faktor di atas terdapat faktor yang lain yang dianggap dapat memotivasi seseorang untuk berhenti merokok yaitu kesehatan, semakin lama orang merokok

Tujuan penelitian ini mengkaji dan mendiskripsikan; 1) Validasi model pembinaan guru profesional melalui lesson study untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di SD