• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Musica Ecclesia Reformata, Musica Ecclesia Semper Reformanda: Ibadah Kreatif dalam Rangka Memperingati Hari Reformasi Gereja T1 852012009 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Musica Ecclesia Reformata, Musica Ecclesia Semper Reformanda: Ibadah Kreatif dalam Rangka Memperingati Hari Reformasi Gereja T1 852012009 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ibadah dan Pemilihan Repertoar

Reformasi gereja merupakan peristiwa penting dalam sejarah kekristenan. Gereja-gereja Protestan memperingati Hari Reformasi Gereja setiap tanggal 31 Oktober. Pada tanggal tersebut di tahun 1517, Martin Luther menempelkan 95 dalil di pintu gereja di Wittenberg, Jerman. Aksi Luther ini menjadi pemicu gerakan reformasi gereja di Eropa dan melahirkan gereja Protestan. Tugas Akhir Musik Gereja (TAMG) yang berjudul “Musica Ecclesia Reformata, Musica Ecclesia Semper Reformanda” ini adalah ibadah dalam rangka memperingati hari Reformasi Gereja, dan dilaksanakan pada hari Minggu yang berdekatan pada hari Reformasi Gereja, yakni tanggal 30 Oktober 2016.

Judul “Musica Ecclesia Reformata, MusicaEcclesia Semper Reformanda”, yang dalam bahasa Latin berarti “musik gereja telah direformasi, dan musik gereja akan terus mereformasi diri”, diambil dari frase yang ditulis oleh Karl Barth (1886-1968), seorang teolog dari Swiss. Frase aslinya berbunyi “ecclesia reformata, semper reformanda secundum verbum Dei”yang berarti “gereja telah direformasi, dan akan terus mereformasi diri sesuai dengan firman Tuhan”. Penulis memilih judul tersebut karena reformasi gereja membawa dampak kepada musik gereja, dan sampai sekarang gereja (dan musik gereja) terus mereformasi diri menjawab tantangan zaman.

Menurut dua tokoh reformasi gereja, yakni Martin Luther dan Johannes Calvin, nyanyian jemaat merupakan elemen yang penting dalam ibadah gereja. Sebelum reformasi gereja, nyanyian dalam ibadah lebih banyak dinyanyikan oleh paduan suara yang terlatih ketimbang oleh jemaat. Baik Luther maupun Calvin menempuh cara masing-masing dalam mengupayakan partisipasi jemaat melalui nyanyian ibadah. Oleh karena itu, perhatian utama dalam ibadah TAMG ini adalah nyanyian jemaat.

(2)

2

dengan abad ke-21. Repertoar-repertoar tersebut dipilih sesuai dengan letaknya dalam tata ibadah, dan disusun berurutan secara kronologis dari awal sampai akhir ibadah. Dengan demikian, ibadah TAMG ini menjadi suatu kesempatan dimana jemaat dapat mengalami, mengapresiasi, dan berpartisipasi dalam nyanyian jemaat dari berbagai zaman.

Selain itu, hal tersebut juga menjadi sarana agar jemaat bisa mengekspresikan iman mereka dalam berbagai konteks musikal, termasuk dalam konteks kontemporer, yakni zaman sekarang dimana mereka hidup dan beribadah. Kontekstualisasi musik gereja adalah suatu isu yang penting, dan relevan dengan semangat reformasi yang terus mereformasi diri dalam menjawab tantangan zaman. I-to Loh, seorang tokoh kontekstualisasi musik gereja dari Asia, beranggapan bahwa kontekstualisasi musik gereja bukanlah merupakan sesuatu yang mudah mengingat bahwa pada dasarnya gereja-gereja di Asia sudah merasa nyaman dengan nyanyian-nyanyian jemaat yang diwarisinya sekarang.1 Hal ini juga dirasakan dalam kalangan Gereja Kristen Indonesia (GKI), sinode yang menaungi GKI Karangsaru, tempat pelaksanaan TAMG ini. Lewat persidangan-persidangan majelis, GKI telah memutuskan buku nyanyian Kidung Jemaat (KJ), Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB), dan Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) sebagai buku nyanyian jemaat yang resmi. Sayangnya, ketiga buku nyanyian tersebut dianggap layaknya sebuah kanon, yang tidak memungkinkan penggunaan lagu dari luar ketiga buku tersebut.2. Kanon yang dimaksud disini adalah kumpulan kitab-kitab yang diterima sebagai kitab suci3, jadi layaknya kitab-kitab dalam Alkitab merupakan satu kesatuan yang diterima sebagai kitab suci agama Kristen, maka ketiga buku nyanyian tersebut dipandang sebagai satu-satunya referensi nyanyian jemaat di kalangan GKI. Hal ini merupakan suatu anggapan yang merugikan, karena pada

1 Aristarchus Sukarto, Kontekstualisasi Musik Gerejawi : Suatu Pertimbangan Teologis dan Kultural dalam Musik Gereja dalam Jurnal Teologi Duta Wacana Gema no.48 (Yogyakarta: Fakultas Teologi UKDW 1994), 122

(3)

3

persidangan GKI tahun 1992, GKI menyatakan diri tetap terbuka terhadap nyanyian-nyanyian baru yang dapat mengekspresikan pergumulan dan penghayatan iman4, sehingga sangat disayangkan jika wawasan nyanyian ibadah jemaat GKI hanya terbatas pada tiga buku nyanyian tersebut. Diharapkan dengan dihadirkannya nyanyian-nyanyian kontemporer yang berasal dari luar buku nyanyian KJ, NKB, dan PKJ dalam ibadah TAMG ini, jemaat juga bisa mengekspresikan iman mereka dalam konteks musikal yang sesuai dengan zaman mereka.

B. Tujuan Tugas Akhir Musik Gereja

TAMG ini bertujuan untuk merancang, mempersiapkan, dan menyelenggarakan ibadah kreatif dalam rangka memperingati hari Reformasi Gereja dengan memakai nyanyian dari berbagai zaman sebagai perwujudan semangat reformasi yang terus menerus berlangsung dalam musik gereja.

C. Manfaat Tugas Akhir Musik Gereja

Dengan digunakannya nyanyian dari berbagai zaman, jemaat diajak untuk memahami bahwa reformasi gereja tidak hanya merombak tentang doktrin, tetapi juga merambah ke musik ibadah. Jemaat juga diharapkan dapat memahami bagaimana semangat reformasi mewujud dalam musik ibadah yang biblikal dan partisipatif, dan terus menerus memperbaharui dirinya dalam menghadapi tantangan zaman.

Melalui perjalanan musikal melewati berbagai zaman, jemaat juga diajak untuk dapat mengapresiasi ekspresi umat Kristen dari masa ke masa dalam nyanyian jemaat, dan jemaat dapat mengekspresikan iman mereka dalam berbagai konteks musikal. Dengan demikian, wawasan jemaat akan kekayaan musik gerejawi semakin luas sehingga jemaat lebih partisipatif dalam menyanyikan lagu-lagu ibadah.

Bagi civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana, khususnya

(4)

4

Program Studi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), kehadiran dan partisipasinya dalam TAMG ini dapat menjadi pemicu ketertarikan untuk mengkaji dan melestarikan kekayaan nyanyian jemaat dari masa lampau, serta menciptakan nyanyian-nyanyian jemaat yang baru dan memperkaya khasanah nyanyian jemaat.

D. Tata Ibadah Tugas Akhir Musik Gereja 1. Kita Berhimpun

Prelude : Mazmur 98 Litani Panggilan Beribadah

Prosesi Masuk – diiringi nyanyian “Allahmu Benteng Yang Teguh” Votum dan Salam

Kata Pembuka

Nyanyian Jemaat –“Hai Mari Sembah” Doa Pengakuan Dosa

Nyanyian Jemaat - “Di SalibMu ‘Ku Sujud”– bait 1 dan 2 Berita Anugerah

Nyanyian Jemaat - “Di SalibMu ‘Ku Sujud” – bait 3 Salam Damai

Nyanyian Jemaat - “Puji Yesus” 2. Kita Mendengar Sabda-Nya

Doa Epiklesis

Pembacaan Alkitab (Efesus 5 :19) Khotbah

Saat Teduh

Pujian Paduan Suara - “Hendaklah Kamu Penuh Dengan Roh” Pengakuan Iman Rasuli

Fellowship

Doa Syafaat (diakhiri dengan menyanyikan doa Bapa Kami) 3. Kita Mengucap Syukur

(5)

5

Pengumpulan Persembahan, diiringi lagu “Ucap Syukur Pada Tuhan” Doa Persembahan

4. Kita Diutus

Nyanyian Jemaat - “Pujilah Tuhan, Umat Anug’rah” Pengutusan dan Berkat

Prosesi Keluar

E. Rancangan Tugas Akhir Musik Gereja 1. Waktu : Minggu, 30 Oktober 2016

2. Tempat : GKI Karangsaru Semarang, Jalan Karangsaru no.2 Semarang 3. Metode Pelaksanaan : TAMG ini merupakan kebaktian umum yang

diadakan pada hari Minggu, 30 Oktober 2016 pada pukul 06.00, 09.00, dan 17.00 dengan durasi masing-masing kebaktian sekitar 100 menit. Dekorasi gereja memiliki nuansa warna merah. Musik pengiring nyanyian jemaat dan paduan suara diaransemen untuk orkestra kecil dan kulintang dalam rangka untuk menghadirkan berbagai variasi tekstur dan warna suara yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing repertoar.

4. Pengorganisasian :

Pengkhotbah : Angga Prasetya, M.Div.

Koordinator Ibadah : Simon Agustiawan & Yenny Irawati Procantor : Yohanes Christian Ade

Cantoria : Irene Ransi

Martha Ayuning Dewi Maria Theresia Lintang Chytara Denis Grasia Yosua Yesa

Joshua Wowor

Konsumsi : Alexandra A.W. & Ibu Johanna Wibowo Akomodasi : Pnt. Slamet Riyanto

(6)

6

Yanuar Dananjaya (Violin 2) Theresia Vani (Violin 2) Candra Wicaksono (Viola)

Christopher Yanuar Wicaksono (Viola) Raka Anupratama (Cello)

Yudith Widiretno (Cello) Vina Renata (Flute)

Glagah Putih Budiman (Trumpet) Yosi Nur Mahardika (Organis) Victorine Ricardo (Pianis) Gerald Daniel Thera (Perkusi 1) Rhesa Widagdo (Perkusi 2) Dekorasi : Nathania Widya

Paduan Suara : Nafiri Christi (GKI Karangsaru) Kulintang : Sound of Heaven (GKI Karangsaru) Tata Suara : Phillip Kevin & Dani Triasdi

Multimedia : Erik & Nanang

Referensi

Dokumen terkait

More specifically, it will be shown that under a utilitar- ian regime natural capital will steadily increase over time if it is small initially; furthermore, if initial natural

[r]

gration, cash and subsistence production, and relation to the forest (access rules, benefits, forest clearing). Regarding tourism impacts, we asked questions about incomes,

[r]

Tables 1 and 2 show the results of simulations under a bottom-up control of trophic interactions (the base case). The average standing biomass of hake in the ‘with’ scenario is only

It integrates principles of basic human needs (‘critical economic capital’), ecosystem resilience (‘critical ecological capital’), and integrity of the socio-cultural

SMA PERUNGGU INFORMATIKA/ KOMPUTER 1 Ariell Zaki Prabaswara Ariza SMAN 2 Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Lampung SMA PERUNGGU INFORMATIKA/ KOMPUTER 2 Rico Filberto SMAK 7 BPK

merupakan hasil proses dari seluruh komponen komputer, yang melibatkan CPU, memori utama, memori sekunder,.