• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen RagamSifat Pertumbuhan pada Bangsa Babi Landrace

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Parameter Genetik dan Komponen RagamSifat Pertumbuhan pada Bangsa Babi Landrace"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ternak Babi

Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan ternak babi memiliki sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain pertumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi ransumyang baik (75-80%) serta persentase karkas yang tinggi (65-80%). Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak babi tidak terlepas dari adanya program pemuliaan untuk meningkatkan kualitas genetik ternak.Produktivitas ternak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.Selain itu ditentukan oleh adanya interaksi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik dipengaruhi oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu (Falconer dan Mackay,1996).

Setiap babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), marga: Gnanostomata (mempunyai rahang), kelas: mamalia (menyusui), ordo: Artiodactyla (berjari/berkuku genap), Genus: Sus, Species: Susscrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus, Sus barbatus (Sihombing, 1997).

(2)

panjang, tubuhnya ramping dan mempunyai kemampuan yang besar untuk berlari dan berkelahi/adu kekuatan. Keturunan babi liar Eropa dapat ditemukan sekarang dengan beberapa karakteristik yang sama. Babi India Timur lebih kecil dan lebih jinak dibandingkan dengan babi liar Eropa.Selain berwarna hitam, babi India Timur berwarna putih disepanjang sisi sampingnya.Kedua babi tersebut menurunkan babi yang ada sekarang ini (Blakely dan Bade, 1998).

Bangsa-bangsa Ternak Babi

Sepanjang sejarah produksi babi di Amerika Serikat, bangsa babi telah dikembangkan dan dipertahankan untuk memenuhi permintaan suatu jenis produk tertentu yang khusus.Permintaan berubah, dari tipe babi yang berlemak (karkas dengan lemak yang tinggi), menjadi tipe babi pedaging (karkas yang banyak dagingnya dibandingkan lemaknya).Permintaan dan keuntungan yang lebih rendah untuk lemak sebagai produk akhir daging babi, membuat mereka beralih pada babi tipe daging. Bangsa-bangsa ternak babi tradisional antara lain; American Landrace, Berkshire, Chester White, Duroc, Hampshire, Hereford, OIC (Ohio Improved Chester), Poland China, Spotted Swine, Tamworth, Yorkshire. Dan bangsa-bangsa baru dihasilkan dari persilangan bangsa-bangsa yang ada dan biasanya dimaksudkan untuk memenuhi permintaan terhadap babi yang mempunyai tipe tertentu (Blakely dan Bade,1998).

Babi Landrace

(3)

penggolongan ini hampir tidak ditemui lagi karena tujuan dari pemeliharaannyasudah untuk menghasilkan daging yang berkualitas baik tanpa melihat tipe babiyang dipeliharanya. Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa ternak babi yang

dikembangkan dewasa ini merupakan babi hasil persilangan yang dilakukan oleh perusahaan pembibitan babi untuk memenuhi kebutuhan dan kualitas yang terkontrol. Babi Landrace termasuk bacon type (tipe sedang), dengan ukuran lebar tubuh sedang dan timbunan lemak sedang dan halus (Mangisah,2003).

Menurut sejarahnya, babi Landrace awalnya dikembangkan di Denmark, kemudian masuk ke Amerika Serikat. Babi Landrace berasal dari persilangan antara pejantan babi Large white dengan babi lokal Denmark. Babi Landrace juga banyak digunakan untuk program persilangan babi-babi di daerah tropik, terutama di Asia Tenggara (Reksohadiprodjo, 1995).

Babi Landrace mulai dikembangkan di Denmark tahun 1985 dan diberi nama Danish Landrace. Babi Landrace juga dikembangkan di Amerika Serikat disebut American Landrace, memiliki darah poland china 1.5 – 6.3 %. Babi ini berbadan panjang dengan tulang rusuk 16 – 17 pasang, berbobot badan 220 – 300 kg untuk jantan dewasa dan 180 – 200 kg untuk betina dewasa (Aritonang, 1993).

(4)

Budaarsa (2012) menyatakan bahwa babi Landrace menjadi pilihan pertama para peternak karena pertumbuhannya cepat, konversi makanan sangat bagus dan temperamennya jinak. Lebih lanjut dilaporkan bahwa babi Landrace yang diberi pakan komersial (ransum yang seimbang), maka pertambahan berat badannya bisa mencapai 1 kg per hari dengan berat sapih pada umur 35 hari bisa mencapai 15 kg.

Bobot Lahir

Bobot lahir adalah berat pada saat ternak dilahirkan dan dilakukan penimbangan tepat saat ternak dilahirkan dan biasanya bobot lahir didefenisikan sebagai berat yang ditimbang dalam kurun waktu 24 jam sesudah lahir. Menurut Sihombing (1997) menyatakan bahwa bobot lahir anak babi bervariasi antara 1.09-1.77 kg. Bobot lahir anak sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti genetik, pakan, jenis kelamin (Widodo dan Hakim,1981). Bobot lahir yang tinggi di atas rataan, umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi

dalam melewati masa kritis, pertumbuhannya cepat dan akan memiliki bobot

sapih yang lebih tinggi (Hardjosubroto, 1994).

(5)

dipengaruhi oleh banyak sedikitnya anak babi yang dilahirkan dalam sekelahiran. Jumlah anak babi yang banyak akan menurunkan bobot lahir, begitu jugasebaliknya. Jumlah anak babi sekelahiran dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur induk, bangsa, dan paritas (Gordon, 2008), genetik, manajemen, lama laktasi, penyakit, stres, dan fertilitas pejantan (Lawlor dan Lynch, 2007).

Perbedaan pertumbuhan antara ternak betina dengan jantan diantaranya disebabkan pengaruh hormonal.Hormon androgen yang merupakan hormon kelamin yang mengatur pertumbuhan lebih tinggi pada ternak jantan yang

menyebabkan pertumbuhan anak jantan lebih cepat dari anak betina (Gatenby, 1986).Bobot lahir dipengaruhi oleh faktor keindukan (maternal

effect).Selama pertumbuhan prenatal (didalam uterus), plasenta jantan lebih besar dibandingkan dengan betina.Dengan demikian kesempatan fetus jantan untuk memperoleh zat makanan cukup banyak jika dibandingkan dengan yang betina (Toelihere, 1981).

Bobot Sapih

(6)

Bobot sapih sangat berkaitan erat dengan kemampuan ternak untuk tumbuh dan berkembang setelah disapih. Lebih lanjut menjelaskan bahwa seekor induk yang melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi, dapat diduga bahwa keturunan dari induk tersebut dimasa yang akan datang akan melahirkan anak dengan bobot sapih yang tinggi pula (Sulastri, 2001).

Bobot sapih merupakan sifat yang dipengaruhi komponen genetik induk (maternal genetic effect) yaitu pengaruh gen yang mempengaruhi kondisi lingkungan pada induk yang pada akhirnya mempengaruhi performans individu. Pengaruh maternal genetik antara lain adalah produksi susu induk dan tingkah laku menyusui (Bourdon, 1997). Faktor lingkungan (non-genetik) tidak seluruhnya dapat diseragamkan karena pola pemeliharaan ternak setiap tahunnya tidak sama.

Jumlah Anak Babi Sekelahiran

Babi memiliki keunggulan daripada ternak lain seperti sifat produksi dan reproduksinya. Pardosi (2004) menyatakan beberapa sifat penting pada ternak babi adalah jumlah anak yang dilahirkan per induk per kelahiran, bobot lahir, jumlah anak lepas sapih, dan bobot sapih.Hal ini sangat dipengaruhi oleh perkawinan antar bangsa dan frekuensi beranak atau paritas (parity) dari induk.Paritas induk berhubungan dengan umur induk saat melahirkan anak, maupun jumlah anak yang dilahirkan. Jumlah anak yang dilahirkan (littersize) akan meningkat jika induk memiliki paritas tinggi. Hal ini sehubungan dengan kondisi

(7)

kemungkinan dapat dilaksanakan perbaikan mutu secara keseluruhannya. Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan yang tidak terlihat (genotip) (Pane,1993).

Jumlah anak per kelahiran seperindukan (littersize) merupakan gambaran fertilitas induk dan pejantan serta mutu tatalaksana yang dilakukan (Aritonang dan Silalahi, 2001).Rendahnya littersizeyang dihasilkan oleh seekor induk babi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pejantan dan induknya (Kingston, 1983), dan laju hidup embrio selama berkembang (Sihombing, 1997).

Jumlah anak per kelahiran adalah jumlah anak yang dilahirkan per induk per kelahiran. Jumlah anak per kelahiran ini akan dipengaruhi oleh umur induk, bangsa dan sudah berapa kali induk babi tersebut beranak (Millagres et. al., 1983). Jumlah anak sekelahiran pada kelahiran pertama bervariasi antara 6.71-9.45 ekor bagi bangsa murni dan angka ini akan naik sampai induk berumur 3 tahun atau kelahiran ke 5 yang bervariasi antara 8.32-12.43 ekor (Brahmana et,al., 1976). Menurut Williamson and Payne (1993) babi induk dewasa dari bibit yang baik dan dengan makanan dan pengelolaan yang baik umumnya melahirkan 8-15 anak.babi dara biasanya kurang dari itu. Babi dara yang baru dikawinkan akan menghasilkan jumlah anak sekelahiran yang lebih sedikit daripada babi induk (Sihombing, 1997).

Komponen Ragam

(8)

pada tetua. Komponen ragam diantara kelompok menyatakan besarnya ragam yang sama untuk anggota-anggota dari kelompok yang sama dan dapat sebagai peragam dari anggota-anggota di dalam kelompok (Warwick et al., 1984).

Pada suatu penelitian tertentu, sering kali dilakukan pengamatan terhadap dua atau lebih parameter kuantitatif.Untuk mengetahui bentuk hubungan dan keeratan hubungan antara dua parameter atau variabel, maka salah satu perhitungan yang harus dilakukan adalah peragam (Kurnianto, 2009).

Ragam

Tingkat penyebaran atau keragaman yang ditunjukkan oleh suatu populasi dapat dinyatakan sebagai rata-rata simpangan dan perbedaan dari rata-rata populasi tanpa memperhatikan tanda.Ragam (σ2)merupakan rata-rata kuadrat simpangan ukuran masing-masing individu paling berguna untuk mempelajari keragaman populasi.Karena simpangan dikuadratkan, ragam merupakan nilai positif dengan batas bawah nol. Untuk menghitung rata-rata kuadrat simpangan, jumlah kuadrat simpangan dibagi n - 1 memberikan taksiran tak bisa tepat.Taksiran yang tepat tidak memperlihatkan kecenderungan yang tetap untuk lebih tinggi atau lebih rendah dari parameter populasi (Warwick et al., 1984).

(9)

Koefisien Keragaman

Pada umumnya, benda besar sangat beragam dan benda kecil beragam kecil. Untuk membuat perbandingan, akan mudah bila simpangan baku dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata. Simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata disebut koefisien keragaman. Jumlah kuadrat dan jumlah hasil kali deviasi dihitung dengan menentukan deviasi masing-masing individu dari rata-ratanya dan menjumlahkan kuadratnya untuk mendapatkan jumlah kuadrat.Demikian pula hasil kali deviasi dari masing-masing individu dijumlahkan untuk memperoleh jumlah hasil kali (Warwick et al., 1984). Kategori keragaman ialah: <5% keragaman kecil, 6%-14% keragaman sedang, ≥15% keragaman besar.

Peragam

Pada suatu penelitian tertentu, seringkali dilakukan pengamatan terhadap dua atau lebih parameter kuantitatif.Untuk mengetahui bentuk hubungan dan keeratan hubungan antara 2 parameter atau variabel, maka salah satu perhitungan yang harus dilakukan adalah peragam (Kurnianto, 2009).

Ahli-ahli genetik berpendapat bahwa variasi adalah bahan baku yang baik untuk tujuan perbaikan mutu. Makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dapatnya dilaksanakan perbaikan mutu secara keseluruhannya.Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan yang tak terlihat (genotip) (Pane, 1993).

(10)

kovarians ( + atau - ) menunjukkan hubungan antara peubah acak positif/negatif. Jika bergerak ke arah berlawanan berlawanan (X membesar dan Y mengecil), maka hasil kali (x – µx) (y – µy) cenderung akan bernilai negatif. Peragam antara dua peubah acak menunjukkan sifat asosiasi (hubungan) antara keduanya. Jika peubah tersebut bergerak searah (X membesar dan Y membesar) maka hasil kali (x – µx) (y - µy) cenderung bernilai positif (Munir, 2013).

Parameter Genetik

Keragaman dan mutu genetik sifat-sifat yang merupakan potensi genetik individu-individu dalam suatu populasi akan tercermin pada nilai parameter genetiknya meliputi nilai heritabilitas, korelasi genetik, nilai pemuliaaan (Hardjosubroto, 1994).

Parameter genetik sering digunakan dalam rumus pendugaan nilai pemuliaan dan proses seleksi. Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman genetik aditif. Korelasi genetik berkaitan dengan hubungan antara suatu sifat dengan sifat yang lain secara genetik. Nilai pemuliaan memberikan gambaran tentang dugaan kemampuan mewariskan sifat (Kurnianto, 2010).

Heritabilitas (Angka Pewarisan)

(11)

ternak-ternak dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cenderung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula, dan ternak-ternak dengan penampilan buruk atau rendah cenderung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang rendah pula (Kurnianto, 2009).

Nilai heritabilitas (h2) dapat diduga dengan berbagai metode, antara lain: metode pola satu arah (one-way layout), metode rancangan tersarang (Nested Design) dan regresi tetua-anak (Parent-Offspring Regression). Metode rancangan tersarang (nested design) adalah metode dimana setiap pejantan dikawinkan dengan beberapa ekor betina, masing-masing betina tersebut menghasilkan beberapa ekor anak. Pada metode ini sumber keragaman terdiri dari 3 unsur, yaitu 1) antar pejantan, 2) antar induk dalam betina dan 3) antar anak dalam induk (Kurnianto, 2009). Pola tersarang ini terbentuk bila data diperoleh pengambilan sampel secara acak pada dua tingkat atau lebih.Jumlah bagian yang tersarang pada bagian ini ditentukan oleh kebutuhan peneliti dan masalah yang dihadapinya.Dalam bidang ilmu genetika rancangan ini banyak digunakan yaitu untuk mengadakan stratifikasi data menurut pejantannya, induk dalam pejantan dan anak dalam induk (Marmono, 2005).

(12)

bahwa anaknya pun kelak mempunyai keunggulan dalam hal sifat tersebut.Namun sebaliknya, bila angka pewarisan dari sifat tersebut rendah, belum tentu anak keturunannya mempunyai keunggulan dalam sifat tadi karena hanya sebagian kecil saja dari keunggulannya yang dapat diwariskan kepada anaknya.Dalam hal demikian, keunggulan ternak tadi sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan (Hardjosubroto, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas pada suatu sifat tidak tetap diantaranya; nilai heritabilitas dari data yang diambil pada periode waktu yang berbeda, nilai heritabilitas suatu sifat antara satu bangsa dengan bangsa lain dapat berbeda meskipun dari wilayah dan jumlah yang sama, metode yang digunakan dalam pendugaan dan jumlah serta asal data yang berbeda

(Kurnianto, 2009).

Keefektifan usaha seleksi akan cukup menonjol apabila sifat-sifat yang dilihat itu mempunyai tingkat heritabilitas yang tinggi dan digunakan dalam evaluasi stok bibit yang potensial. Bila angka estimasi tingkat heritabilitasnya cukup tinggi, dapat diharapkan terjadinya peningkatan yang cepat.Contohnya pada babi betina, kriteria yang menjadi perhatian utama adalah sifat prolificacy, yaitu jumlah anak yang dapat dihasilkan sepanjang hidupnya serta berat seluruh anak sapihan.

Tabel 1.Heritabilitas beberapa karakteristik pada ternak babi yang mempunyai arti ekonomi yang penting.

Karakteristik Heritabilitas

Besarnya litter saat lahir Rendah

Besarnya litter saat sapih Rendah Bobot saat lahir Sangat rendah Bobot saat disapih Rendah

Laju pertumbuhan Sedang

Efisiensi pakan Sedang

(13)

(Blakely dan Bade, 1998).

Korelasi Genetik

Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan secara korelasi dan regresi. Dalam pemuliaan ternak, hubungan korelatif ini dapat dibedakan atas a. korelasi fenotip (= rP), b. korelasi genetik (= rG), c. korelasi lingkungan (= rE) (Hardjosubroto, 1994).

Menurut Walpole (1982) analisis korelasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan antara dua sifat yang dibandingkan melalui sebuah bilangan yang biasa disebut koefisien korelasi.

Nilai korelasi tinggi berkisar antara 0.5-1.0; sedang berkisar antara 0.25-0.5 dan rendah <0.25, hanya berlaku pada populasi dimana nilai tersebut diduga dan pada kurun waktu tertentu (Warwick et al., 1984).

Korelasi dapat positif apabila satu sifat meningkat sifat yang lain juga meningkat. Sebaliknya, korelasi dapat negatif. Korelasi total dikenal sebagai korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik dibagi menjadi bagian-bagian yang biasanya disebut korelasi lingkungan dan genetik.Korelasi genetik adalah korelasi dari

pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu (Warwick et al., 1995). Bobot sapih mempunyai korelasi positif dengan bobot

(14)

Korelasi genetik yang positif ada jika seleksi untuk suatu sifat tidak saja berakibat diperbaikinya sifat tersebut, tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi.Makin tinggi nilai korelasinya maka makin erat hubungan antara kedua sifat tersebut. Jika dua sifat berkorelasi negatif maka kemajuan seleksi pada satu sifat akan mengakibatkan menurunnya kemajuan genetik untuk sifat keduanya (Noor, 1996). Nilai korelasi rendah menunjukkan bahwa gen yang mempengaruhi kedua sifat tersebut masih sangat sedikit sekali dan tidak dapat dipakai sebagai tolak ukur program seleksi (Hakim, 1983). Rendahnya hubungan tersebut dikarenakan pada bobot lahir masih dipengaruhi faktor maternal effect (induk) (Bourdon, 1997) sedangkan pada bobot sapih potensi pertumbuhan masing-masing individu (Cole, 1982).

Besar dan tanda korelasi genetik dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan pada generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi.Cara yang paling mudah untuk menghitung korelasi genetik antara dua sifat adalah melalui percobaan seleksi dalam suatu populasi untuk mengamati sifat-sifat tunggal dan mengamati perubahan yang terjadi sebagai tanggapan korelasi sifat yang lain (Warwick et al., 1995).

Nilai Pemuliaan (Breeding Value)

Nilai pemuliaan (Breeding value) didefenisikan sebagai nilai seekor ternak sebagai tetua (the value of an individual as a parent) yang diperoleh dari perkawinan acak.Nilai pemuliaan memberikan gambaran tentang dugaan kemampuan mewariskan sifat.

(15)

keharusan untuk diketahui.Keunggulan ternak bukan dilihat dari nilai mutlak hasil pengukuran, tetapi berdasarkan atas hasil pembandingan antara penampilannya dengan penampilan kelompok lainnya.Nilai pemuliaan ternak diduga dari hasil kali antara pembobot dengan selisih rata-rata penampilan dirinya terhadap penampilan pembandingnya.Besarnya pembobot tergantung pada sumber informasi yang digunakan untuk menduga nilai pemuliaan (Kurnianto, 2010).

Apabila seekor ternak (biasanya seekor pejantan) telah diketahui besar nilai pemuliaannya, maka apabila pejantan tersebut dikawinkan dengan induk-induk secara acak pada populasi normal maka rerata performans keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari nilai pemuliaan pejantan tersebut terhadap performans populasinya (Hardjosubroto, 1994).

Seleksi Indeks Terhadap Semua Sifat Bobot

Pemberian indeks terhadap masing-masing sifat bertujuan untuk menentukan peringkat unggulan anak babi Landrace (jantan dan betina) yang terbaik dari populasi berdasarkan banyak sifat. Seleksi indeks adalah seleksi yang diberlakukan pada ternak dengan menerapkan indeks terhadap sifat-sifat yang menjadi kriteria seleksi dengan cara menghitung indeks melalui perkalian pengukuran tiap sifat dengan masing-masing faktor pembobotnya, kemudian dijumlahkan (Kurnianto, 2009).

(16)

Gambar

Tabel 1.Heritabilitas beberapa karakteristik pada ternak babi yang mempunyai arti ekonomi yang penting

Referensi

Dokumen terkait

Citra perempuan hingga saat ini memang masih berkisar pada wilayah subordinat dibanding lelaki. Stereotip yang telah terpatri dalam perempuan inilah yang lambat

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran dukungan teman sebaya dalam regulasi belajar pada siswa SMA yang berasrama, dalam

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

[r]

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

[r]

Strategi layanan BK yang dapat dilakukan untuk mengembangkan self- control siswa sekolah dasar adalah layanan dasar dengan strategi bimbingan kelompok, karena menurut

Latar Belakang : Peningkatan konsumsi pangan tinggi serat, antioksidan dan amilosa diharapkan dapat menanggulangi Diabetes Melitus (DM) tipe 2. Tepung ubi jalar