• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyrakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Musrenbang Desa ) Studi deskriptif Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyrakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Musrenbang Desa ) Studi deskriptif Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara adalah dilaksanakan untuk mensejahterakan suatu masyarakat, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya.

(2)

Desa merupakan pemerintahan terkecil yang brada di bawah kecamatan dan di pimpin oleh kepala desa. Desa menurut UU RI 6 Tahun 2014 tentang desa, desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat/ istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa dan mendapatkan sumber pendapatan

Otonomi desa dianggap sebegai kewenangan yang telah ada, tumbuh mengakar dalam adat istiadat desa bukan juga berarti pemberian atau desentralisasi.otonomi desa adalah suatu kondisi dimanana pengaturan desa dilakukan oleh masyarakat melalui kelembagaan mereka bukan oleh pemerintahan desa semata. Otonomi desa berarti juga kemampuan masyarakat ( saragih, Tumpal P, 2004:29). Otonomi desa telah menjadi harapan baru bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah satu peluang baru yang dapat membuka ruang kreatifitas bagi aparatur desa.

(3)

dampakyang signifikan oleh kepada desa. Adanya Undang-undang desa diharapkan mampu menghidupkan kembali pembangunan dalam iklim demokrasi tingkat desa sebagai bagian terkecil dalam pemerintahan.

Belakangan terakhir ini desa menjadi sorotan kita bersama terutama bagi pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah sebab desa mendominasikan sebagai pemerintah terendah yang sedang giat melakukan pembangunan baik pembangunan inspratruktur sarana dan prasarana, meningkatkan pelayanan publik di desa. Memajukan prekonomian desa dan pembangun sumber daya manusia guna mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Hal ini di perkuat pada pasal 78 ayat 1 tentang tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penganggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

(4)

masyarakat dapat menjadi kenyataan sehingga masyarakat pedesaan tidak lagi menjadi masyarakat terbelakang.

Dapat dilihat bahwa pembangunan harus menerapkan prinsip desantralisasi, bergerak dari bawah ( bottom up ), mengikut sertakan masyarakat secara aktif ( participatory), di laksanankan dari dan bersama masyarakat ( from and whit

people ). Pendekatan pembangunan yang bersifat top down yang selama ini

dilaksananakan pemerintah dimana kekuasaan sepenuhnya berada di pemerintah pusat menyebabkan pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi masyarakat daerah. Kewenangan perancangan pembangunan sepenuhnya berada pada pemerintahan pusat, sedangkan pemerintahan daerah tidak ikut di libatkan. Akibatnya pelaksanaan pembangunan berjalan lamban kerena kelamahan birokrasi yang terlalu panjang dan terjadinnya tumpang tindih dalam melaksanakan suatu program pembangunan yang telah disusun dan dilaksananakan oleh pemerintah ternyata tidak sesuai dengan yang di butuhkan masyarakat

(5)

penyerahan dana dan daya yang ada dalam masyarakat untuk meningkatkan kemapuan daerah.

Prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat menegaskan masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan diharapkan menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Adisasmita (2006:42) juga mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi kesedian dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi pembangunan.

(6)

dengan Kecamatan Si Pis-pis, sebelah Utara berbatasan dengan Perkampungan Negeri Lawan, dan juga sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Umbong yang masih termasukKecamatan tapian dolok kabupaten simalungun provinsi Sumatera Utara.

(7)

Dan secara demografi penduduk Desa Negeri bayu Muslimin berdasarkan profil desa tahun 2016 sebesar 2061 jiwa yang terdiri dari 1024 laki-laki dan 1037 perempuan dan jumlah kepala keluarga 566 KK dan mata pencarian utama masyarakatnya yaitu Petani (50%), pedagang (30%) , pengrajin Industri indutri rumah tangga (10%), lain-lain (10%). Sejarah mengenai pelaksanaan pembangunan Musrenbang desa di desa Negeri Bayu Muslimin pada tahun 2010. Sebelumnya desa masih termasuk Desa Naga Dolok dusun muslimin bawah musrenbang desa dilaksanankan di desa tersebut dan dilakukan pemekaran berlangsung tahun 2009 sampai tahun 2010 dan saat ini menjadi desa Negeri Bayu Muslimin.

Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan tapian Dolok Kabupaten Simalungun adalah contoh pelaksanaan pemabngunan dalam lingkup yang kecil. Sesuai dengan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 114 Tahun 2014 pada Pasal 2 ayat 2 bahwa pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Oleh karena itu sangatlah penting melibatkan masyarakat seluruh elemen Desa Negeri Bayu Muslimin tersebut guna membantu tercapainya pelaksanaan program pembangunan, sehingga akan timbul satu program dari prakarsa dan swadaya serta gotong royong dari masyarakat. Atas dasar inilah kesadaran dari masyarakat perlu terus di tumbuhkan dan ditingkatkan sehingga nantinya partisipasi akan dirasakan sehingga suatu kewajiban yang lahir secara spontan

(8)

turut serta dalam program pelaksanaan pembangunan, memberi kreatifitas dan motovasi bagi tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan sedemikian rupanya usaha yang dilakukan Pemerintah Desa Negeri Bayu Muslimin ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembagunan adalah karena keinginan masyarakat untuk melakukan kegiatan pembangunan inspratruktur jalan dan sara prasarana pendidikan dan kesehatan. Karena selama ini kendala utama warga desa yaitu inspratruktur jalan. sehingga menghalangi masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha kurang memuaskan karena jarak desa dengan perkotaan cukup jauh. Dalam hal ini diperlukan upaya untuk menyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya untuk menyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan adanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Desa Negeri Bayu Muslimin tersebut termasuk masalah inspratruktur dan sarana dan prasarana seperti inilah yang akan merubah sikap serta tindakan masyarakat yang selanjutnya menjadi dukungan untuk berpartisipasi.

(9)

seperti jalan, Jembatan, pos kamling, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sebagainya.

Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat terbentang dari proses pembuatan keputusan hingga evalusi. Proses ini tidak semata di dominasi oleh elite-elite desa (Pamong desa, BPD, pengurus Rukun Tetangga (RT) maupun pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur- unsur seperti permpuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebaginya. Dari sisi proses, keterlibatan masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar menerima sosialisasi kebijakan desa, melaikan ikut serta menentukan kebijakan desa sejak awal.

(10)

Keberadaan Undang- Undang desa yang memberikan semangat baru bagi pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi dan pelibatan masyarakat secara langsung diharapkan mampu menambah akselerasi pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan pada masyarakat tingkat bawah. Pelibatan masyarakat di manifestasikan dalam bentuk Musrenbang Desa merupakan forum masyawarah yang mempertemukan steakholder untuk merumuskan agenda pembangunan di tingkat desa. Landasan hukum dan pelaksanaan musrenbang Desa mengacu pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang di atur dalam Undang- Undang SPPN ( UU No. 25 tahun 2004 ) selain SPPN di keluakan pemendagri No. 66 tahun 2007 tentang perencanaan desa juga lndasan musrenbang khususnya ditingkat desa ( Djohani.2008:4) dengan kata lain upaya partisipasi atau pelibatan masyarakat dalam perumusan rancana pembangunan sudah dilakukan sebelum adanya Undang- Undang Desa.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

(Handari Nawai ( 2001 ) Masalah muncul karena tidak terdapatnya keseimbangan antara suatu yang di harapkan “ Das Sollen”, berdasarkan teori- teori atau hukum- hukum yang menjadi tolak ukur dengan kenyataan “Das Sain”, sehingga menimbulkan pernyataan mengapa demikian dan apa sebabnya demikian. Disamping itu masalah dapat pula muncul karena keregu-raguan tentang keadaan sesuatu, sehingga ingin di ketahui keadaan secara mendalam dan objektif

Berdasarkan pendapat di atas, serta berpedoman pada perumusan latar belakang rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanapartisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan desa(Musrenbang Desa) di Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun.?

2. Bagaimana Faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun.?

1.3 Tujuan Penelitian

(12)

1. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksananan program pembangunan Desa(musrenbang desa) di Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan tapian Dolok Kabupaten Simalungun

1.4 Manfaat Penelitian

secara umum, manfaat penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian bermanfaat untuk memperkaya penelitian – penelitian sejenis yang telah ada yang dapat di jadikan perbandingan dengan penelitian- penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan penelitian untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaa program pembangunan Desa (Musrenbang desa) di Desa Negeri Bayu Muslimin Kabupaten Simalungun Kecamatan Tapian Dolok

1.4.2 Manfaat Praktis

(13)

dalam memberdayakan masyarakatnya serta melihat dan membangun sarana dan prasarana Desa Negeri Bayu Muslimin

1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau siatu pengertian yang nantinya akan memperjelas suatu gejala ( Suyanto dan Sutinah. 2005: 49 ). Konsep yang ada menjadi panduan dan acuan bagi peneliti saat melakukan penelitian agar tidak terjadi kekacauan. Sedangkan pendefenisian konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep- konsep yang digunakan dalam penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang di teliti. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang di pergunakan, yaitu:

1. Pertisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam suatu pembangunan menyangkut tentang pertumbuhan tempat di mana masyarakat tersebut terintegrasi satu sama lain, dalam tujuannya untuk mencapai peningkatan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat membutuhkan perihal adanya upaya pengembangan yang orientasinya terhadap perubahan.

(14)

memenuhi kebutuhan hidup dimana di dalam perosesnya masyarakat desa berpartisipasi secara aktif.

1.5.1.. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai proses perumusan alternatif-alternatif yang berdasarkan data-data yang digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu kegiatan kemasyarakatan (Riyadi, 2005:7).

Perencanaan pembangunan merupakan suatu pengarahan penggunaan sumber sumber pembangunan (termasuk sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien (Tjokrowinoto, 1981:14).

1.5.2 Otonomi Daerah

Secara formal, sebagaimana dalam UU NO.32 tahun 2004, bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(15)

1.5.3 Bentuk partisipasi

Soetrisno (2000:224) beberapa bentuk partisipasi dalam perecanaan pembangunan termasuk mengambil keputusan.Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin dalam masyarakat.

1. Pertisipasi sebagai bentuk konstribusi, yaitu interprestasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah memeliharanya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk konstribusi lainya dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan

2. Partisipasi sebagai organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi yaitu:

a) Sumbangan pikiran (ide atau gagasan) b) Sumbangan materi (dana, barang dan alat) c) Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)

d) Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

(16)

1.5.4 Musrenbang Desa

Murenbang Desa merupakan forum tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Desa untuk merancang program-program pembangunan yang akan dilakukan di wilayahnya dalam kurun waktu satu tahun ke depan. Program pembangunan yang akan dicanangkan mengacu pada RPJMDes Kabupaten dan jumlah APBDes dimana salah satu sumber terbesar dari APBDes tersebut berasal dari bantuan keuangan Kabupaten yang biasa disebut Alokasi Dana Desa. Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum Musrenbangdes bersifat partisipatif dan dialogis. Istilah Musyawarah sebenarnya sudah jelas menggambarkan tentang forum yang didalamnya ada perumusan suatu rencana dan berakhir pada pengambilan keputusan secara mufakat bukan sebagai suatu acara seminar atau sosialisasi informasi.

1.5.5. Teknik Pelaksanaan Musrenbang Desa

(17)

Hasil Musrenbang Desa/ kelurahan terdiri dari :

1. Daftar prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan sendiri oleh desa/ kelurahan yang bersangkutan

2. Deftar kegiatan yang akan dilaksanakan melalui alokasi dana desa secara swadaya maupun melalui pendanaan lainnya

3. Daftar prioritas kegiatan yang akan di usulkan ke kecamatan untuk di biayai malalui APBD kabupaten / kota dan APBD provinsi

4. Daftar nama anggota delegasi yang akan membahas hasil Musrenbang Desa/ kelurahan pada forum Musrenbang kecamatan ( Mendagri:2007:2)

Hal-hal yang perlu di persiapkan dalam pemyelenggarakan musrenbang desa/ kelurahan yaitu:

a. Daftar permasalahan desa./ kelurahan

b. Dekumen rencana pembangunan jangka menengah (RPJM)

c. Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan desa / kelurahan pada tahun sebelumnya

d. Daftar prioritas masalah di bawah desa/ kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat seperti kelompok-kelompok tani, kelompok-kelompok nelayan (Mendagri :2007:9)

Musrenbnag desa/kelurahan ini bertujuan untuk

(18)

b. Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan di biayai melalui alokasi Dana Desa yang berasal dari APBD kabupaten/kota maupun sumber pendapatan lainnya

c. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan di ajukan untuk di bahas pada musrenbnag kecamatan( Mendagri 2007:10)

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) telah menjadi istilah yang sangat populer dalam proses perencanaan pembangunan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 21 bahwasannya musrenbang menjadi forum bagi antar pelaku kepentingan dalam menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah

1.5.6 Pembangunan Partisipatif

Referensi

Dokumen terkait

Harapanya dengan adanya pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) ini sangat diharapkan kesadaran, kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menjaga

dari sisi partisipasi yang lain, adalah parti- sipasi masyarakat dalam pembangunan de- ngan bentuk uang ataupun material (bahan bangunan). Selama ini dana-dana

Sumber: Adriansyah Samsura 2003. Dengan demikian, untuk menerapkan perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah masih diperlukan upaya untuk mendesain model partisipasi

dari sisi partisipasi yang lain, adalah parti- sipasi masyarakat dalam pembangunan de- ngan bentuk uang ataupun material (bahan bangunan). Selama ini dana-dana

Ketidakpekaan pemerintah terhadap aspirasi masyarakat serta minimnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan tersebut, dapat mengakibatkan masyarakat kurang merasa memiliki

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi masyarakat yang masih sangat rendah di dalam proses pelaksanaan Musrenbang di Desa

1 ). Partisipasi masyarakat di dalam musyawarah rencana pembangunan masyarakat masih rendah, dikarenakan warga hanya diwakilkan oleh ketua RT masing-masing, adapun

1 Tahun 2023 | 61 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Melalui Musrenbang Studi Kasus Pada Program Pembangunan Rumah di Desa Fafinesu B, Kecamatan Insana