• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyrakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Musrenbang Desa ) Studi deskriptif Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyrakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Musrenbang Desa ) Studi deskriptif Desa Negeri Bayu Muslimin Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Good Gevernance

Istilah good governance berasal dari induk bahas Eropa latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris gover, yang berarti steer (menyetir,

mengendalikan), direct (mengerahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authoryti, atau

kewenangan memerintah dengan kewenangan. good Gevernence adalalah suatu

konsep dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini

berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid

dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensin pencegahan

korupsi. Baik secara politik maupun administrasi.

Prinsip- prinsip good gevernance menurut UNDPdan LAN dalam

Kurniawan (2005:16) yang menyebutkan bahwa adanya hunbungan yang sinergis

konstruktif di antara Negara, sektor wisata atau privat dan masyarakat yang di

susun dalam dalam sembilan pokok karakteristik good gevernance yaitu:

1. Partisipasi (Participation)

Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikut sertaan

atau keterlibatan seseorang ( Individu atau warga , masyarakat) dalam

suatu kegitan yang tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang

dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujuan oleh

yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat di

(2)

sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar

pekerjaan atau profesinya sendiri. Setiap warga negara mempunyai

sura dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun

intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.

Partisipasi seperti ini dibagun atas dasar kebebasan berasosiasi dan

berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif.

2. Penerapan Hukum (Fairness)

Karangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,

terutama hukum untuk hak azasi manusia. Sebagai stakholder dalam

penerapan hukum, masyarakat selalu dituntut partisipasi aktifnya

dalam menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan

pencerahan dalam realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah

bagi perjalanan peradapan bangsa. Masyarakat yang sehat di tuntut

untuk selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan

keberanian agar perjalanan masyarakat dan negara tidak menyimpang

dari tujuan bersama. Dalam pemahaman terhadap good gevermance

maka aparat hukum tidak mungkin bekerja sendiri dalam penegakan

hukum tersebut, peran serta masyarakat mutlak di perlukan atau kita

harus memilih tenggelam dalam keterpurukan akibat pesatnya arus

globalisasi.

3. Transparasi ( Transparancy)

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses dan kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

(3)

proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai.

Tarnparsansi merupakan upaya menciptakan kepercyaan timbal balik

antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan dalam memperoleh infromasi yang akurat dan

memadai. Transparasi dibangun atas dasar kebebasan arus informsi

secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan

informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor

4. Responsivitas (Responsivenness)

Responsivitas adalah daya tanggap birokrasi pemerintah untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesaui dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga tidak terdapat keluhan

dari masyarakat pengguna jasa. Responsivitas juga menunjuk pada

keselarasan antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan

dan aspirasi masyrakat. Lembaga-lembaga dan proses-proses

kelembagaan harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders

5. Orientasi ( Consensus Orientation)

Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki

orientasi kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu

dengan lainya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan

apabila orientasi yang dipersepsikannya ini dapat tercapai maka

karyawan akan merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan

(4)

berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih

luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

6. Keadilan (Equity)

Keadilan dan perlakuan yang seimabang antara hak-hak dan

kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan

menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah

keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan

setiap warga memperoleh bagian yang sama dari kakayaan bersama.

Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai

kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan

mereka dan terlibat dalam pemerintahan.

7. Efektifitas (Effectivness)

Afektifitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu

dierlihatkan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan

orang banyak. Dalam artian setiap organisasi dan lembaga-lembaga

harus memberikan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan msyarakat

luas dengan menggunakan sumber daya yang ada semaksimal mungkin

untuk mencapai tujuan berdasarkan visi dan misi yang diterapkan.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pengambilan keputusan ( decision maker) dalam organisasi sektor

pengalaman dan warga negara madani memiliki pertanggung jawaban

(akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada pemilik

(5)

bergantung pada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau

sifat eksternal. Seluruh pembutan kebijakan pada semua tinkatan

memahami bahwa mereka harus mempertanggung jawabkan hasil

kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara

obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistim pengawasan perlu

diperkuat dan hasil audit harus dibublikasikan, dan apabila terdapat

kesalahan harus di beri sanksi.

9. Strategi visi (Strategi Vision)

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan

jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintah yang baik dan

pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan

unruk pembangunan tersebut. Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu

karakteristik yang harus dipenuhi,

Dalam hal peleksanaan Good Gevernance yang berkaitan dengan konrol dan

pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan

penggunaan mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders penerapan Good

Gorvernance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat,

wewnang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini

dapat dilihat arah kesembilan dari good governence adalah membangun the

professional governanmen, bukan dalam arti pemerintah teknorat, namun oleh

siapa saja yang mempunyai kualivikasi propesional, yaitu mereka yang

mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu menstransper ilmu dan

pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksankannya berlandaskan etika dan

(6)

2.2 Pengertian masyarakat

Sunarto (2000:56) pengertian masyarakat adalah suatu kelompok dapat

disebut masyarakat apabila memenuhi empat kreteria yaitu:

1) Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seseorang individu

2) Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi,

3) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama,dan

4) Adanya tindakan utama yang bersifat swasembada

Sedangkan menurut Talcott Persons dalam sunarto bahwa “masyarakat

adalah suatu sistem social yang swasembada (self subsystem) .melebihi masa

hidup individu normal, merekrut anggota secara reproduksi biologis serta

melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.

2.3 Otonomi Desa

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat

politik dan pemerintahan di Indomesia jauh sebelum Negara bangsa ini terbentuk,

struktur sosial sejanis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi

institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumannya sendiri serta

relativ mandiri.

Otonomi adalah kewenangan dan kewajiban daerah dalam mengatur dan

menjalankan rumah tangga sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Tujuan otonomi adalah meningkatkan partisipasi masyarakat, dan

(7)

inilah yang menjadi ujung tombak pemerintahan yang berhadapan langsung

dengan masyarakat.

Menurut undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan msyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Provinsi, Kabupaten dan Kota, dan desa merupakan kategori daerah otonom mulai

dari tingkat teratas hingga terbawah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum

dengan luas wilayah yang jelas serta hak dan wewenang untuk mengatur rumah

tangganya sendiri.

Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dab utuh serta bukan

merupakan hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, maka

desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum

perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di

muka pengadilan (Wijaya.2003:165)

Sebagai wujud demokrasi, maka Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa

yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawasan terhadap pelaksanaan

peraturan Desa, anggaran pendapatan dan belanja desa serta keputusan kepala

desa mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum dan

mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan dengan pihak lain,

menetapkan sumber-sumber pendapatan desa, menerima sumbangan dari pihak

ketiga dan melakukan pinjaman desa. Kemudian berdasarkan hak asas asal usul

(8)

terjadi di antara warganya.Pelaksanaan hak, wewenaang dan kebebasan otonomi

desa menurut tanggungjawab untuk memelihara untegritas, persatuan dan

kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan

dalam koridor praturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi selalu bersinonim dengan perasn serta, seorang

ilmuan yang bernama Keith Davis mengemukakan defenisinya tentang partisipasi

yang di kutip oleh. Santoso Sastropoetro (1998) sebagai berikut :

“partisipasi dapat didefenisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau

moral atau perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok lain dalam usaha mencapai tujuan

serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan”

Menurut Adsasmita (2006:38) Partisipasi masyarakat dapat didevinisikan

sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,

meliputi kegiatan atau perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program

pembangunan. Adismita juga mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat

merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (sicial ampowerment)

secara aktif yang berorentasi pada pencapain hasil pembangunan yang dilakukan

dalam masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat pedesaan secara lebih

(9)

1. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana,

data,rencana,dan teknologi)

2. Aspek proses (pelaksanaan, mentoring dan pemgawasan

3. Aspek keluar atau output (pencapain sasaran, efektivitas dan efesiensi).

Menurut soetrisno (1995) bahwa secara umum, ada dua jenis definisi

patisipasi yang beredar di masyarakat yaitu:

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat

terhadap/proyek yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh

perencana.ukuran tinggi rendanya partisipasi rakyat dalam defenisi ini

pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya

pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam pelaksanaan

pembangunan.

2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasanma yang

erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,

melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah

dicapai. Ukuran tinggi rendanya partisipasi rakyat dalam pembangunan

tidak hanya dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya

pembangunan,tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk

ikutmenentukan arah atau tujuan proyek yang akan dibangun di

Wilayahnya. Ukuran lain yang dapat digunakan ada tidaknya kemauan

rakyat untuk secra mendiri melestarikan dan mengembangkan hasil

(10)

Menurut Tjokrowinoto (1996:48) arti penting partisipasi masyarakatdalam

pembangunan adalah:

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk

dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut

masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi

tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa

keberadaannya akan tetap terungkap.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan mulai dari dimana

rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi merupakan game zone (kawasan) penerima proyek

pembangunan

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada

seluruh masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi

aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia

9. Partisipasi menrupakan era yang efektif membangun kemampuan

masyarakat untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi

kebutuhan khas daerah

10. Partisipasi dipandang sebagai penderminan hak-hak demokrasi

(11)

Cara berpartisipasi menurut Kaho (1997:117) dapat dikategorikanmenjadi:

1. Partisipasi dalam pembuatan-keputusan

Artinya keputusan-keputusan untuk kepentingan umum yang dibuat

pemerintah seyogyanya melibatkan masyarakat, sehingga

keputusan-keputusan tersebut akan bermanfaat, karena dibuat secara top-down

tanpa melibatkan masyarakat.

2. Partisipasi dalam melakukan perencanaan pembangunan

Dalam merencanakan pembangunan agar tidak menyimpang perlu

melibatkan masyarakat yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi,

seperti perencanaan pembebasan tanah masyarakat untuk pelebaran

jalan, atau untuk membangun gedung sekolah, satrana kesehatan (

rumah sakit atupun puskesmas), gedung-gedung pemerintah, ataupun

sarana dan prasarana publik lainya.

3. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan

Dalam hal ini masyarakat perlu melibatkan dalam pelaksanaan

pembangunan sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan

masyarakat, misalnya dalam pembangunan terminal, pembangunan

sarana dan prasarana kepariwisataan.

4. Partisipasi dalam evaluasi

Untuk memastikan bahwa perencanaan sesuai dengan pelaksanaan,

seluruh kegiatan harus dievaluasi. Evaluasi ini perlu melibatkan

partisipasi masyarakat sekalipun partisipasi masyarakat dalam

(12)

berarti seriap orang dapat dengan intensitas dan kapasitas yang sama

dalam pembangunan yang dimaksud. Hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan kemampuan, perbedaan kepentingan, dan perbedaan

keahlian antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu seseorang dapat berpartisipasi secara persial, hanya

terlibat dalam satu atau beberapa aktivitas saja dan juga dapat

berpartisipasi secara prosesial, dapat terlibat dalam semua fase dari

awal hingga akhir.

Adapun prinsip-prinsip partisipasi, sebagai mana tertuang dalam

panduan pelaksanaan pendekatan partisipasif yang disusun oleh Samampouw,

(United Nation Developmen 2007 : 75 ) adalah :

1. Cakupan

Semua orang dan wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena

dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek

pembangunan

2. Kesetaraan dan Kemitraan

Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan

prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut

terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa

memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

3. Transparasi

Semua pihak harus dapat menumbuhkan komunikasi dan iklim

(13)

4. Kesetaraan Tanggung Jawab

Kesetaraan tanggung jawab mempunyai tanggung jawab yang jelas

dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan atau

Sharing power dan keterlibatannya dalam proses pengambilan

keputusan dan langkah langkah selanjutnya.

5. Kesetaraan Kewenangan

Kesetaraan kewenangan berbagai pihak yang terlibat harus dapat

menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk

menghindari terjadinya dominasi

6. Pemberdayaan ( Empowerment)

Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki setiap pihak sehingga melalui keterlibatan

aktif dalam setiap proses kegitan, terjadi suatu proses saling pelajar

dan saling memberdayakan satu sama lain.

7. Kerjasama

Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk

saling kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,

(14)

2.5 faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

2.5.1 Faktor Pendorong

Faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi

yaitu

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang

terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan

kesejahteraan seluruh masyarakat

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan beberapa penghasilan yang akan

diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik akan mencukupi

kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertian bahwa untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus di dukung oleh suasana yang

mapan prekonomian.

(15)

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal

dalam lingkungan tertentu maka rasa memiliki terhadap lingkungan

cenderung lebih terlihat dalam pertisipasi yang besar dalam setiap

kegiatan lingkungan tersebut.

2.5.1 faktor Penghambat

Adapun yang akan menjadi kendala maupun pemasalahan dalam

pelaksanaan partisipasi masyarakat di indonesia menurut Dadang Juliantara

(2004:137) adalah:

1. Sering muncul dilema karena ada upaya untuk meghindari maupun

meniadakan partisipasi dengan alasan time consuming, costly, dan

masyarakat yang juga malas karena time consuming dan banyak

tantangan dari opposing intereset group

2. Permasalahan yang biasanya dihadapi tubuh pemerintah adalah:

1) Siapa yang berpartisipasi (scope of participation).

2) Bagaimana caranya pihak-pihak yang berpartisipasi tersebut

dapat saling berkomunikasi dalam mengambil keputusan (mode

of communication dan decisions).

3) Seberapa jauh yang didiskusikan dalam partisipasi itu di adopsi

atau diperhatikan dalam kebijakan atau kegiatan publik (exent

(16)

3. Tidak tersedianya ruang partisipasi yang cukup memungkinkan

masyarakat terlibat dalam proses-proses politik yang berhubungan

dengan kepentingan mereka.

4. Disisi lain bahwa keinginan masyarakat untuk Masih rendahnya akses

terhadap informasi publik mengenai kagiatan perencanaan

pembangunan dan pemerintah, hal ini menyebabkan kualitas

partisipasi masyarakat jadi rendah.

5. Masih rendahnya akses terhadap informasi publik mengenai kagiatan

perencanaan pembangunan dan pemerintah, hal ini menyebabkan

kualitas partisipasi masyarakat jadi rendah.

6. Proses partisipasi tanpa substansi, dalam hal ini banyak event-event

atas nama partisipasi hanya fokus pada prosedur dengan melupakan

substansi partisipasi sebagai wahana untuk kesetaraan relasi kekuasaan

dan keadilan distribusi sumber daya.

7. Rendahnya keterlibatan dan keterwakilan kelompok perempuan.

Hampir seluruh forum musyawarah dan lembaga perwakilan warga

masih mendominasi oleh kelompok laki-laki dan cenderung

mengabaikan keterwakilan kelompok perempuan.

8. Apatisme masyarakat, muncul akibat berbagai kegiatan yang

melibatkan partisipasi masyarakat tidak membuahkan hasil dan tidak

sesuai dengan keinginan dan cita-cita masyarakat sehingga masyarakat

merasa apatis terhadap partisipasi.

Dari beberapa defenisi yang telah disebut diatas, maka dalam penelitian ini

(17)

keikutsertaan/keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dengan memberikan

sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan dilaksanakan, dimana

dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek sekaligus sebagai objek

pembangunan yang mengetahui betuk kondisi di daerahnya sendiri, sehingga

pembangunan yang nantinya dilaksanakan di daerah mereka betul-betul seperti

yang mereka butuhkan.

2.6 Unsur-Unsur partisipasi

Menurut Keith Davis dalam Santoso Sastropoetra (1998) terhadap tiga

buah unsur yang penting sehingga memerlukan perhatian yang khusus yaitu:

1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan keterlibatan mental dan

perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara

jasmaniah.

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha

mencapai tujuan kelompok

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas. Maka partisipasi tidak saja identik dengan

keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja akan tetapi menyangkut

keterlibatan diri sehingga akan timbul tanggung jawab dan sumbangan yang besar

(18)

2.7 Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk adalah rupa atau wujud

sedangkan jenis adalah penggolongan, klasifikasi, bermacam-macam, atau sesuatu

yang mempunyai ciri-ciri yang khusus.

2.7.1. Bentuk-Bentuk Partisipasi

Dalam hal partisipasi di dalam pembangunan desa. Ndraha(1992)

mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi yaitu sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam

hubungan dan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun

uang.

2. Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi

3. Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan

4. Partisipasi dalam bentuk manilai pembangunan

5. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan

Dari uraiaan diatas jelaslah bahwa partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa sangat luas bahkan dalam hal perumusan, perencanaan,

pengawasan, pelaksanaan serta pemanfaatan hasil pembangunan pun perlu

dilibatkan. Pembangunan yang dilakukan di pedesaan harus terpadu dengan

pengembangkan swadaya gotong royong. Terpadu di sini dimaksudkan

keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat, antara sektor yang mempunyai

program pedesaan dan antara anggota masyarakat sendiri , hal tersebut sesuai

dengan apa yang di kemukakan oleh Daldjoeni (2003) bahwa: “Partisipasi

(19)

utama dan potensi yanag assensial dalam pelaksanaan pembangunan desa yang

selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi dasar kelangsungan pembangunan

nasional”

Peranan masyarakat dalam pembangunan sangatlah besar. Agar

peranannya efektif perlu diwadahi melalui lembaga-lembaga yang ada di

masyarakat. Cara mengefektifkan partisipasi masyarakat utamanya pada

masyarakat lapisan bawah menurut Santoso Sastropoetro (1998) adalah sebagai

berikut:

1. Iventarisir semua jenis kader yang ada di desa/kelurahan, guna

mengetahui kemampuan tenaga yang dimiliki.

2. Inventarisir kegiatan dan tujuan program dari masing-masing kader,

terhimpun data dan tujuan program masing-masing kader. Setelah data

diolah dan disimpulkan untuk memperoleh rencana lokasi kegiatan,

program kegiatan serta jangkauan keberhasilan.

3. Rencana kegiatan pelaksanaan program agar dicek pada mekanisme

penyusunan dan pelaksanaan kegiatan program pembangunan telah

masuk dalam rencana keputusan desa.

4. Tindak lanjut hasil program kegiatan yang pelaksanaannya

dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah dengan

motor penggeraknya adalah kader, memerlukan pembinaan yang

berkesinabungan.

Dengan demikian sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

(20)

pembangunan fisik maupun nonfisik. Di samping itu untuk mensukseskan

pembangunan, proses penyusunan dan pelaksanaan harus direncanakan dengan

matang, dengan melibatkan komponen masyarakat, sehingga tujuan pembangunan

akan tercapai.

2.7.2 Jenis-Jenis Partisipasi

Menurut Davis, seperti yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro (1998),

mengemukakan jenis-jenis partisipasi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Pikiran (psyhological participation)

2. Tenaga (physical participation)

3. Pikiran dan tenaga (psycholigical dan physical participation)

4. Keahlian (participation with skill)

5. Barang ( material participation)

6. Uang (money participation)

2.8. Prasyarat Partisipasi

Menurut Davis dalam Sastropoetro (1998), prasayarat untuk dapat

melaksanakan partisipasi secara efektif adalah sebagai berikut:

1. Adanya waktu

2. Kegiatan partisipasi memerlukan dana perangsang secara terbatas.

3. Subyek partisipasi hendaklah berkaitan dengan organisasi dimana

individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatu yang menjadi

(21)

4. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam arti

kata yang bersangkutan memiliki pemikiran dan pengalaman yang

sepadan

5. Kemanpuan untuk melakukan komunikasi timbal balik

6. Bebas malaksanakan peran serta sesuai dengan persyaratan yang telah

ditentukan.

7. Adanya kebebasan dalam kelompok, tidak adanya pemaksaan atau

penekanan.

Selanjutnya Hamidjojo dan Iskandar dalam Santoso Sastropoetro (1998)

mengemukakan prasyarat partisipasi adalah sebagai berikut:

1. Senasib dan sepenanggungan

2. Keterlibatan terhadap tujuan hidup

3. Kemahiran untuk menyesuaikan dengan perubahan keadaan

4. Adanya prakarsa

5. Iklim partisipasi

6. Adanya pembangunan itu sendiri.

Dari kedua rumusan rumusan diatas pada dasarnya didalam berpartisipasi,

pertisipasi hendaknya mempunyai suatu kemampuan yang dapat

disumbangkannya sesaui dengan tujuan yang hendak dicapai. Partisipasi didasari

pula oleh adanya kecocokan atau kebutuhan dari partisipasi itu sendiri, kebutuhan

mereka, maka mereka berpartisipasi memanfaatkan dan memeliharanya. Partispasi

masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan publik merupakan proses dan wujud

(22)

Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat akan menunjukan

tingkat dukungan masyarakat terhadap kebijakan publik. Besarnya partisipasi

masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran diri sendiri, kesadaran hukum dan

kesadaran politik masyarakat di dalam suatu negara. Pentingnya partisipasi

masyarakat dalam perumusan kebijakan publik menunjukan kebijakan publik

yang ditetapkan oleh pemerintah akan sesuai dengan kehendak masyarakat.

2.9. Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan

Menurut Bintoro Tjokromidjojo (1998), ada 4 (empat) aspek penting

dalam rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:

1. Keterlibatan dan keikutsertaan rakyat tersebut sesuai dengan

mekanisme proses politik dalam suatu negara, turut menentukan arah,

strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatkan akultirasi (kemampuan) untuk merumuskan

tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan-tujuan itu

sebakliknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

dengan arah, strategis dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif

(23)

2.10Cara Menggerakan Partisipasi

Berdasarkan penelitian Goldsmith dan Blutin (Taliziduhu

Ndaraha,2004:104) berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk

berpartisipasi jika:

1. Paritisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah di kenal atau

yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang

bersangkutan

3. Manfaat yang di peroleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi

kepentingan masyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang di lakukan

oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata kurang jika mereka

tidak atau kurang berperan dalam mengambil keputusan.

Menurut Ndaraha (2004) Salah satu strategi menggerakan kegiatan

perorangan, keluarga dan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan Gerakan

Jumat Bersih. Gerakan jumat bersih ini merupkan suatu upaya yang di pelopori

masyarakat dan dilandasi oleh kehidupan sosioal-religius-budaya, serta

merupakan wujud kepedulian dan partisipasi sebagai masyarakat, di samping itu

dilakukan serangkaian kegiatan yang dapat di kembangkan oleh instansi

(24)

1. Kegiatan di rumah tangga, mencakup seluruh kebiasaan keluarga

berkaitan dengan masalah peningkatan kebersihan pribad, kebersihan

rumah dan lingkungannya.

2. Kegiatan di masyarakat, yang mencakup gotong royong dalam

pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan, tempat- tempat ibadah,

tempat pendidikan dan tempat-tempat umum. Kesediaan masyarakat

untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal

masyarakat untuk berkembang secara mandiri.

Menurut Rukminto (2003: 252 )Partisipasi masyarakat atau keterlibatan

masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap assesment, dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan

sumber daya yang dimiliki. Untuk ini masyarakat di libatkan secara

aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi yang benar-benar

keluar dari pandangan mereka sendiri.

2. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Di lakukan

dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka

hadapi dan cara mnegatasinya dengan memikirkan alternatif program

3. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dilakukan

dengan melaksanakan peogram yang sudah di rencanakan dengan baik

agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga

tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial

4. Tahapan evaluasi ( termasuk evaluasi input, proses dan hasil).

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan

(25)

2.11. Pembangunan

Menurut Suroto (1983:78), pembangunan adalah usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penempatan tujuan dan sasaran

pembangunan pada tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk

mangatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan

koordinasi kegiatan, diperlukan kebijakan yang memuat program dan cara-cara

yang relevan dan efektif yang harus diksanakan untuk mencapai tujuan

pembangunan. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan

tujuan tiasp program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara

mengalokasikan sumber-sumber pembangunanan yang optimal, serta cara

melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Randy dan Nugroho (2006:10) memberikan defenisi pembangunan secara

sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu

perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam

menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk

membiayai kegiatan. Dana tersebut terhimpun dari warga negara dalam bentuk:

pajak dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia marupakan fokus dari

tujuan pembangunan, motivasi pelaku pembangunan, dan prioritas pembiayaan

pembangunan.

Michel P Todaro (2000) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya

fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui

sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Todaro mendefenisikan

(26)

perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus

peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan kemiskinan.

Menurut todaro (2000) defenisi di atas memberikan beberapa implikasi

bahwa:

1. Pembagungan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income,

tetapi juga pemerataan

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusaian, seperti

peningkatan:

1. Life sustenance: Kemampuan untuk memenuhi kebutuha dasar

2. Self-Esteem: Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang

memiliki harga diri, dan bernilai.

3. Freedom From Survitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai

pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

2.12 Desa

Menurut undang-undang NO. 6 tahun 2014 menyatakan bahwa desa

adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau hak

tradisional yang di ketahui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintah

(27)

selaku Pembina, pengayon dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat

berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakan untuk berpartisipasi

(Widjaja,2001:42)

Adapun menurut Syarif dalam Purwoko (2004:60) secara umum tujuan

dari otonomi dan desentralisasi yang dimaksud adalah meningkatkan

kesejahteraan rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

mengembangkan kreatifitas daerah, menciptakan pemerataan pembangunan,

memberikan kekeluasaan kepada daerah dalam mengelola sumber daya yang

dimiliki dan mewujudkan demokrasi ditingkat lokal terutama pada tingkat

pemerintah desa.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal- usul

desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa

sebagai mana yang di maksud harus memenuhi syarat:

1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah

3. Bagian wilayah kerja

4. Perangkat dan

5. Sarana dan perasaranah pemerintahan

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa di

bentuk Badan Permusyawaratan Desa dan Musyawarah Perancanaan

pembangunan desa ( Musrenbang Desa) yang berfungsi sebagai lembaga

pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan

(28)

keputusan kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang

berkedudukan sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam pemberdayakan

masyarakat desa.

2.13. Pembangunan Desa

Menurut Ndara (1982: 71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan

yang ada di dalam prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan

menurut T R Batten dan Ndraha (1982: 72) pembangunan desa adalah suatu

proses dimana organisasi atau masyarakat mulai mendiskusikan dan menetukan

keinginan mereka kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama- sama

untuk memenuhi kebutuhan hidup

Dalam Peratutan Menteri Dalam Negari No 144 tahun 2014 tentang

pedoman pembangunan Desa pada Pasal 6 ayat 3 dinyatakan bahwa bidang

pelaksanaan pembangunan Desa antara lain:

1. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan insfratruktur dan

lingkungan desa antara lain:

1) Tambahan perahu

2) Jalan pemukiman

3) Jalan Desa antara pemukiman ke wilayah pertanian

4) Pembangkit listrik tenaga mikrohidro

5) Lingkungan pemukiman masyarakat Desa dan

6) Insfraktruktur Desa lainya sesuai kondisi Desa

2. Pembangunan, pemanfaatan dan memelihara sarana dan prasarana

(29)

1) Air bersih berskala Desa

2) Sanitasi lingkungan

3) Pelayanan kesehatan Desa seperti posyandu dan

4) Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi Desa.

3. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarasa

pendidikan dan kebudayaan antara lain:

1) Taman bacaan masyarakat

2) Pendidikan anak usia dini

3) Balai pelatihan/ kegiatan belajar masyarakat

4) Pengembangan dan pembinaan sanggar seni

5) Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai

kondisi Desa

4. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara

lain:

1) Pasar Desa

2) Pembangunan dan pengembangan BUM Desa

3) Penguatan permodalan BUM Desa

4) Pembibitan tanaman pangan

5) Penggilingan padi

6) Lumbung Desa

7) Pembukaan lahan pertanian

8) Pengelolahan usaha hutan Desa

(30)

10) Kapal penangkap ikan

11) Cold strorange( gudang pendinginan)

12) Tempat pelelangan ikan

13) Tambak garam

14) Kandang ternak

15) Intalasi biologis

16) Mesin pakan ternak

17) Sarana dan prasarana ekonomi lainya sesuai kondisi Desa

5. Pelestarian lingkungan hidup antara lain:

1) Penghijauan

2) Pembuatan terasering

3) Pemeliharaan hutan baku

4) Perlindungan mata air

5) Pembersihan daerah aliran sungai

6) Perlindungan trumbu karang dan

(31)

2.14. kajian-kajian Terdahulu

1. penelitian yang berjudul tentang Partisipasi Musyawarah Perencanaan

Pembangunan ( musrenbang ) di Kelurahan Pengirian Kecamatan Sempir Kota

Surabaya penelitian ini di lakukan untuk mendapat gambaran rinci bagaimana

partisipasi masyarakat dalam rencana pembangunan di kelurahan pengirian

kecamatan sempar kota surabaya. Hasil dari di lakukan oleh Fikri Azhar

musrenbang di pengirian kurang baik. Penelitian mengenai partisipasi dalam

musrenbang di kelurahan pengirian dengan melakukan teknik pengumpulan data

yang di gunakan adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Fikri Azhar

menggunakan dalam penelitian tersebut sebagai pisau analisa yaitu teori tangga

partisipasi oleh Artein dan Teori level partisipasi Wilcox

2. Penelitian yang berikutnya adalah Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang yang

di teliti oleh Joseph Motte penelitian tersebut di lakukan untuk mencari variable

yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dan pada tingkat apa

partisipasi masyarakat yang ada di kecamatan gajah mungkur kota semarang.

Untuk menjawab pertanyaan terebut. Motte menngunakan metode kombinasi

malalui pendekatan korelasi untuk menguji data kuantitatif dengan menggunakan

tabulasi silang. Selain itu untuk membedah fenomena yang terjadi Motte

menggunakan teori Armstein mangklasifikasikan Partisipasi masyarakat ke dalam

8 tingkat partisipasi yaitu Manipulasi,Therapy, Informing, Consultation,

Placation, pertneship, Delegated power, Citizen Control. Dari penelitian tersebut

(32)

dalam kategori sedang. Tingkat partisipasi masyarakat yang sedang tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pekerjaan Jasa Konsultansi Pengawas pekerjaan renovasi

Kelengkapan yang trarus dibawa pada saat pembuktian kualifikasi adalah o'Eiffk&s Asli" seluruh. file Dokumen Penawaran yang telah dimasukan/diunggah melalui

Pada tahun pertama penelitian ini akan menghasilkan model pendidikan karakter yang dilengkapi dengan 5 karya sastra anak berupa Buku Cerita Bergambar (BCB) sebagai media

Pengisian Compartment A dengan Tanah dan Potongan Batang Kelapa Sawit yang diberi Jamur Aspergillus niger koleksi Laboratorium. Pengkulturan

Hasil uji tingkat kesukaan terhadap rasa telur ayam ras hasil perendaman menggunakan ekstrak daun melinjo menunjukkan bahwa telur ayam ras paling disukai rasanya

Pengaruh inokulasi cacing tanah (Pontoscolex corethurus Fr Mull) terhadap sifat fisika kimia tanah dan pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L, Wilczek)

Berdasarkan pendugaan nilai heritabilitas hasil penelitian diperoleh nilai heritabilitas bobot badan umur empat minggu sebesar 0,60+0,27 dan bobot badan pertama

(pengisian food record , uji kecap smith, dll) oleh peneliti.. Para partisipan