• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PSPI 1206544 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PSPI 1206544 Chapter5"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Septian Sugara,l 2016

ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Implementasi brand positioning alive library dilandasi oleh keprihatinan Pustakawan

terhadap pembatasan waktu kunjungan siswa di Perpustakaan SBP. Kondisi tersebut membuat

perpustakaan menjadi sepi pengunjung, sehingga menghambat perpustakaan dalam memenuhi

peran dan fungsinya sebagai the center of excellence. Maka dari itu, Pustakawan mulai

membangun alive library, sebagai suatu strategi agar fungsi perpustakaan dalam memenuhi

kebutuhan pemustaka dapat tercapai.

Meskipun brand positioning yang diterapkan belum dikonsep secara matang dan masih

merupakan tacit knowledge dari Pustakawan, brand positioning alive library terbukti mampu

mengubah perpustakaan menjadi lebih hidup. Selain itu, seluruh informan sepakat bahwa kondisi

perpustakaan sudah sesuai dengan konsep alive library. Artinya, secara teoritis brand positioning

yang diterapkan dapat dikatakan berhasil.

Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari peran Pustakawan. Pustakawan menjadi ujung

tombak keberhasilan brand positioning, mengingat perannya yang sangat krusial baik dalam

merancang, mengimplementasikan, maupun mengevaluasi konsep brand positioning yang

diterapkan. Kualifikasi dan kompetensi, dan sisi psikologis Pustakawan berperan penting pada

keberhasilan brand positioning.

Penelitian ini juga menghasilkan pola implementasi brand positioningalive library yang

dikontruksi melalui elaborasi teori, pendapat ahli dan data empiris. Pola tersebut dapat menjadi

model untuk diadopsi oleh perpustakaan sekolah lainnya.

Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian, disimpulkan bahwa keberhasilan brand

positioning sesungguhnya bergantung kepada peran dan usaha Pustakawan. Sehingga, pada

dasarnya setiap perpustakaan memiliki peluang yang sama untuk mengimplementasikan brand

(2)

Septian Sugara,l 2016

ALIVE LIBRARY SEBAGAI BRAND POSITIONING DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH BINA PERSADA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

BP harus dirancang dan dibangun berdasarkan kebutuhan pemustaka. Kebutuhan tersebut

kemudian dikembangkan menjadi citra yang ingin dibangun. Untuk mencapai citra, Pustakawan

perlu mempelajari terlebih dahulu konsep citra secara teoritis, sehingga akan mempermudah

proses realisasi pembentukan citra.

Selain mempelajari citra, Pustakawan perlu merancang program kerja secara tertulis. Hal

ini tidak hanya mempermudah proses implementasi, tetapi juga dapat mengikat tacit knowledge

Pustakawan kemudian mengubahnya menjadi explicit knowledge. Hal ini memungkinkan

transfer of knowledge yang lebih mudah, sehingga brand positioning dapat diadopsi oleh

perpustakaan sekolah lain sehingga konsep brand positioning yang dibangun Pustakawan dapat

lebih terasa kebermanfaatannya.

Diperlukan pula koordinasi, kolaborasi, sosialisasi, dan penetapan indikator keberhasilan

pada proses perencanaan brand positioning. Selain memasyarakatkan konsep yang ingin

dibangun, beberapa kegiatan diatas dapat mempermudah kinerja Pustakawan dalam mencapai

citra, serta mampu memberikan arahan yang jelas dan konkret bagi KI untuk merealisasikan

alive library.

Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan dan diperbaharui melalui

pengumpulan data yang lebih terencana, mendalam dan komperhensif, sehingga temuan pada

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Empat bulan Juni tahun Dua ribu lima belas (04-06- 2015), kami Kelompok Kerja I ULP Koordinator Wilayah Sumatera Selatan pada Mahkamah Agung

Pada hari ini Jumat tanggal lima bulan juni tahun dua ribu lima belas bertempat diruang sekretariat Unit Layanan Pengadaan Kordinator Pengadilan Tinggi Kendari, telah diadakan

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian tentang masalah diatas, maka dapat dikatakan bahwa suatu masalah dalam matematika adalah soal atau pertanyaan

[r]

POKJA ULP PEMBANGUNAN GEDUNG KANT OR T AHAP III PENGADILAN AGAMA BAT AM. T AHUN

Dashboard yang pertama adalah dashboard Administrasi Perkantoran yang berisi berbagai aktivitas administrasi, khususnya yang berkaitan dalam pembuatan surat keputusan

Peserta dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas Pengumuman Pemenang kepada Pokja ULP Mahkamah Agung RI Korwil Riau Pembangunan Gedung Kantor Tahap

Perikatan (al-iltiza>m) dan perjanjian (al-‘aqd) dalam hukum Islam di- kenal dengan beberapa istilah yang mengandung konsep tersebut, yakni h}ukm ‘aqd, al-d}ama>n