• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEMINAR PLAGIARISME DALAM DUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SEMINAR PLAGIARISME DALAM DUNI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR

PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN

OLEH

KELOMPOK 8

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan tahapan akhir dari masa Didikan Dasar Himpinan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (HIMATERIN)

MENGETAHUI

PEMBIMBING

NUR NETI

NIM : 1622060101

MENYETUJUI

KETUA UMUM KOORDINAT SDM

AHMAD AMIRUDDIN TRI YANG ARSYAD

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PLAGIARISME DALAM PENDIDIKAN

ANGGOTA KELOMPOK:

1. AHMAD

2. ZULHAM NUR 3. SRI MULYANI

4. SRI ANUGRAWATI NUR

5. ARDIAH MESRATUL AZZAHRAH 6. HERIYANI HERMAN

7. NORMAWATI 8. MUSDALIFAH 9. NURLINDA

DISAHKAN OLEH

TIM PENGUJI

1. ... 1. ...

2. ... 2. ...

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Plagiarisme Dalam Pendidikan”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus dan menjadi anugrah serrta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas makalah seminar pada kegiatan dikdas pengolahan hasil perikanan. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat.

Mandalle, 23 Agustus 2017

(5)

DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PLAGIARISME DALAM PEDIDIKAN...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI... 1

BAB l... 2

PENDAHULUAN...2

1.1.Latar Belakang...2

1.2.Tujuan Penulisan...3

1.3.Rumusan Masalah...4

BAB II... 5

TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1.Pendidikan Tinggi...5

2.2.Plagiarisme...6

2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme...10

2.4.Jenis Plagiarisme...11

BAB III... 14

METODOLOGI...14

3.1.Waktu dan Tempat...14

3.2,Metode Penelitian...14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...15

BAB V... 17

PENUTUP... 17

5.1. Kesimpulan...17

5.2. Saran... 17

(6)

BAB l

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Plagiat berasal dari kata latin “Plagiarus” yang berarti penculik dan “Plagiare” yang berarti mencuri. Berangkat dari asal kata tersebut, secara sederhana plagiat berarti mengambil ide, kata-kata, dan kalimat seseorang dan memposisikannya sebagai hasil karyanya sendiri atau menggunakan ide, kata-kata, dan kalimat tanpa mencantumkan sumber dimana seorang penulis mengutipnya. Dosen dalam hal ini sebagai salah satu akademisi dengan kewajiban menjalankan tridarmanya, khususnya melakukan penelitian sangatlah rentan terprosok dalam plagiarisme.

Dalam pemaparannya Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum mengatakan bahwa terjadinya suatu plagiatisme itu bersumber dari penulis sendiri. Apakah di dalam karyanya terdapat unsur plagiat, penulis itu sendri yang menggetahuinya. Dalam konteks ini jika terdapat unsur plagiat yang harus dipertanyakan adalah bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan pada bagian mana yang dikatakan plagiat? Oleh sebab itu dasar yang utama dalam menulis sebuah karya ilmiah adalah dihidupinya asas keaslian dan asas kejujuran.

Asas keaslian ini diukur atau berdasarkan pada pemikiran sendiri, bukan dari jiplakan. Keaslian atau orisinalitas pemikiran dapat diketahui melalui keunikan dari bahasa maupun isi, oleh sebab itu karya ilmiah itu khas dan unik. Keunikan ini yang kemudian menjadikan hak cipta penulisnya dilindungi undang-undang, karena terdapat kekahasan isi dan bahasanya. Perlindungan ini yang kemudian dikenal dengan Undang-undang Hak Cipta.

Berikut ini beberpa jenis plagiarisme (Sudigdo Sastroasmoro, 2007:240) : 1. Plagiarisme berdasaran aspek yang dicuri

2. Plagiarisme Ide

3. Plagiarisme isi (data penelitian) 4. Plagiarisme kata, kalimat, pragraf 5. Plagiarisme total

6. Plagiarisme berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme 7. Plagiarisme yang tidak disengaja

8. Plagiarisme yang disengaja

(7)

10. Palgiarisme ringan < 30%

Plagiat dan Plagiarime di lingkungan Perguruan Tinggi sendiri sebenarnya terjadi karena beberapa hal. Penulis atau peneliti kurang atau sangat jarang membaca baik buku, jurnal, maupun hasil peneltian. Hal ini yang kemudian turut menumpulkan pengembangan ide. Pada umumnya keterbatasan ini diatasi dengan cara yang singkat dengan mengambil ide-ide dari orang lain tanpa memperhatikan aturan pengutiapan suatu tulisan. Tingginya intensitas kegiatan dan waktu yang semakin berkurang untuk menggali atau menemukan ide-ide baru terkait dengan karya ilmiah yang akan dihasilkan menyebabkan para penulis terperosok ke jalan pintas yang tidak etis melalui palgiat atau plagiarisme. Suatu ide muncul tidak dapat dengan jalan dipacu dan dibuat instan melainkan melalui serangkaian proses yang tidak sederhana. Keterbatasan inilah dan date line penyelesaian karya ilmiah yang terkadang dapat mendorong penulis melakukan penyimpangan dalam bentuk palgiat dan plagiatisme.

Dalam dunia pendidikan tinggi tidak menutup kemungkinan terdapat banyak dosen yang tidak mengetahui secara detail batasan sesuatu dikatakan sebagai salah satu bentuk dari plagiat atau plagiatisme. Kondisi ini yang kemudian memposisikan dosen sebagai penulis dan peneliti dalam posisi yang tidak aman. Batasan ini merupakan hal yang sangat penting, mengingat tidak menutup kemungkinan diantara dosen sebagai penulis dan peneliti memiliki ide yang sama tanpa ada unsur mencuri dan mengambil ide orang lain. Keterbatasan manusia dalam pengembangan dunia ide ini yang memungkinkan antar dosen memilki ide atau pemikiran yang sama terkait dengan penulisan atau peneltian. Disamping itu keterbatasan bahasa juga turut menjadi persoalan. Oleh karena itu perlu kiranya batasan-batasan plagiarime itu lebih diperjelas.

1.2.Tujuan Penulisan

Tujuan dari penpenulisan ini adalah untuk mengetahui & memahami : 1. Makna plagiarisme bagi mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep. 2. Bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa Politeknik Pertanian

(8)

3. Faktor penyebab plagiat tmahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pengkep

1.3.Rumusan Masalah

1. Apa makna plagiarisme bagi mahasiswa politeknik pertanian negeri pengkep.

2. Bagaimana bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan mahasiswa politeknik pertanian negeri pengkep?

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di sebut dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif dalam proses pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya kenapa kemajuan sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di dalam Negara tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang peran penting dalam perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi memegang tanggung jawab yang besar untuk menciptakan manusia-manusia yang akan membawa perubahan bagi bangsa ini seperti membentuk karakter yang kuat kepada setiap individu di dalamnya untuk memajukan bangsa dengan berbagai prestasi mereka yang kemudian dapat di jadikan skill untuk membantu memperbaiki bangsa ini.

Hal ini pun menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membantu memperbaiki mutu dalam pendidikan tinggi sehingga tidak akan terjadi krisis dalam pendidikan tinggi tersebut, misalnya dengan memberikan kurikulum yang mendukung adanya pengembangan skill pada mahasiswa seperti memberikan pengajaran mengenai budaya dan tekhnologi secara seimbang dengan tujuan akan tumbuh rasa cinta dan ingin melindungi budaya mereka tanpa harus menjadi orang yang terkesan primitif dan tidak mengenal adanya tekhnologi.

(10)

mengahadapi kekuasaan politik sehingga mahasiswa dapat menciptakan perlawanan untuk politik yang dapat merugikan bangsa dan rakyat, tapi juga tetap menahan ego mereka.

Kemudian yang kelima adalah kemampuan untuk toleran sehingga tidak memaksakan kehendak yang dianggapnya benar, karena belum tentu sesuatu yang di anggap mereka benar adalah yang terbaik untuk Negara ini, karena itu mereka tetap harus memperhatkan kepentingan lain, Kemudian yang keenam adalah mahasiswa tidak boleh buta akan pengetahuan karena mereka adalah sumber perubahan dan perubahan itu bisa di dapat jika mereka mau membuka telinga akan budaya global di luar sana. Yang ketujuh adalah memiliki minat besar untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan seperti pengetahuan filsafat dan berbagai bidang keilmuan lain demi kecerdasan dan kemajuan bangsa.

Lalu yang terakhir memiliki kesiapan untuk masuk di dalam masyarakat dengan berbagai permasalahan yang ada di dalamnya serta di harapkan mampu menyelesaikan permasalahan di dalamnya dengan skil yang dimiliki oleh Mahasiswa. Dari begitu banyaknya beban tanggung jawab yang harus di jalankan oleh pendidikan tinggi maka sebuah pendidikan tinggi haruslah bermutu bukan justru mengalami krisis yang saat ini terjadi di Indonesia.

2.2.Plagiarisme

(11)

mendalam terhadap mahasiswanya, kesempatan inilah yang kemudian dimanfaatkan mahasiswa untuk melakukan plagiarisme tanpa harus lama-lama berfikir dan merangkai kalimat.

Selain itu plagiarisme ini juga sering dilakukan oleh para Dosen bahkan Mentri dan juga mereka-mereka yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam dunia pendidikan, dan merekapun paham betul dengan berbagai ilmu pengetahuan juga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah banyak membaca buku-buku pengetahuan umum, tapi nyatanya mereka-mereka ini masih tergoda dengan tulisan-tulisan yang dianggapnya bagus dan kemudian diambil untuk menambah daftar prestasi mereka tanpa mencantumkan dari mana tulisan tersebut diadopsi.

Kebobrokan semacam inilah yang kemudian menjadikan pendidikan tinggi mengalami sebuah krisis, karena memang cukup banyak kasus plagisrisme yang berhasil diketahui oleh publik, misalnya saja kasus yang dituliskan pada salah satu media online yang menyebutkan beberapa nama yang berani mempublikasikan tulisan hasil plagiarisme yang mereka lakukan tanpa memberikan dari mana asal tulisan tersebut didapatkan, seperti disertasi Yahya Muhaimin di MIT yang dimana dia adalah seorang Mentri Pendidikan pada masa presiden Megawati, dengan jabatannya sebagai Mentri Pendidikan harusnya dia adalah orang yang mampu menghargai sebuah karya pendidikan dan memberikan contoh untuk memperbaiki karya dalam bidang pendidikan yang bermutu dan tentunya jauh dari praktik plagiarisme, dia juga merupakan Guru Besar di Universitas Gaja Mada (UGM), yang harusnya memberikan contoh untuk banyak mahasiswanya, dapat dibayangkan orang dengan jabatan tinggi dan tentulah disegani banyak orang melakukan pelanggaran di bidang ilmu pengetahuan yang memalukan untuk dirinya dan tentu pula untuk Negara Indonesia, kemudian pelagiarisme yang dilakukan oleh Prof. Agung Anak Banyu Perwita seorang Guru Besar juga di Universitas Katolik Parahyangan yang menjiplak beberapa artikel ilmiah yang telah diterbitkan di Jakarta post, dan yang baru lagi adalah plagiarisme yang dilakukan oleh Dr. Zuliansyah dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB) dalam tulisanya yang diikutkan dalam sebuah seminar ilmiah di China saat dia masih berstatus mahasiswa strata tiga, hal ini tentu sangat memalukan bagi ITB dan juga Indonesia karena dia membawanya dalam acara internasional yang diadakan di China.

(12)

mereka, yang kemudian melakukan plagiarisme, ternyata mereka yang harusnya dijadikan contohpun melakukan pelanggaran yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para mahasiswa.

Kasus plagiarisme merupakan akar permasalahan penting dalam dunia pendidikan sehingga plagiarisme ini patut dijadikan alasan kenapa pendidikan saat ini mengalami krisis, mereka yang melakukan plagiarisme pasti memiliki alasan yang hampir semuanya sama yaitu kurangnya pengetahuan atau malas untuk menyusun kata menjadi sebuah kalimat yang bagus atau memang kurangnya minat menulis di dalam pendidikan tinggi. Dalam sebuah pendidikan tinggi harusnya budaya menulis ini selalu ditekankan sebagai upaya pemulihan krisis pada pendidikan tinggi, karena dengan keinginan menulis seseorang akan selalu mencari informasi dari berbagai sudut, selalu memperkaya buku-buku bacaan dan berbagai literatur lain selain itu mereka juga pasti akan banyak melakukan diskusi dengan masyarakat luar untuk mencari masalah yang harus diselesaikan selain itu yang terpenting adalah melatih seorang individu dalam hal menulis sehingga mengurangi adanya tindakan plagiarisme di kalangan intelektual, mahasiswa, dosen, guru besar bahkan pejabat Negara.

Budaya menulis inipun yang selanjutnya dapat memperbaiki pandangan dunia terhadap Indonesia karena banyaknya tulisan-tulisan ilmiah yang akan masuk dan diterbitkan dalam publikasi ilmiah. Menurut laporan UNESCO jumlah publikasi ilmiah Indonesia di tahun 2004 hanya sekitar 0,012% dari jumlah publikasi ilmiah yang masuk pada tahun itu, tentu ini adalah jumlah yang sedikit dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura yang merupakan tetangga kita, Karena beberapa kejahatan intelektual yang sering dilakukan oleh pelaku dunia pendidikan inilah yang kemudian menjadikan banyak lulusan dari pendidikan tinggi tidak bermutu, tidak memiliki banyak pengetahuan dan tidak dapat menciptakan perubahan yang dapat membuat masyarakat berkembang menjadi lebih baik, artinya dalam hal ini adalah mereka tidak kreatif dan hanya bisa ikut-ikutan saja dalam melakukan perannya, bukan berfikir untuk melakukan dan menciptakan hal baru yang lebih menarik dari sebelumnya.

(13)

jujur, berkarakter dan kreatif. Tidak ada yang dapat disalahkan dari adanya praktik plagiarisme tersebut karena memang plagiarisme bukan sepenuhnya kesalahan yang dihasilkan dari tingkatan pendidikan tinggi saja tapi juga merupakan karakter seseorang yang dibentuk dari mulai pendidikan dasar.

Menurut Permen No. 17 Tahun 2010, plagiarisme atau yang sering disebut plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.

Dan kegiatan plagiarisme ini telah membudaya di Indonesia dalam dunia pendidikan bagi kalangan pelajar, mahasiswa ataupun dosen. Mereka menganggap kegiatan mengcopy pendapat atau tulisan orang lain tanpa disertakan sumber untuk dimasukkan dalam tugas, penelitian, dan karya ilmiah termasuk hal yang biasa, bahkan ada pula yang tidak mengetahui bahwa kegiatan mereka termasuk kegiatan plagiat dan dapat dikenakan sanksi bagi pelakunya. Sebagai contoh saya sendiri, sewaktu menjadi pelajarSMP saya sering mengcopy dan paste referensi dari internet tanpa mengcantumkan sumber, karena dahulu saya tidak mengetahui bahwa tulisan yang ada di internet itu memang ada penulis yang harus dihargai yang saya tahu saat itu adalah bahwa tulisan di internet bebas diambil oleh siapapun tanpa mencantumkan sumber karena semua yang ada di internet memang untuk saya, dan guru sayapun tak pernah memberitahu dan membiasakan setelah mengambil tulisan orang harus mencantukan sumber.Dan saya baru mengetahui saat SMA bahwa saat mendapatkan tugas harus menyertakan sumber, tetapi saat itu saya tak menyertakan sumber dengan lengkap karena saya lupa menggunakan sumber yang mana dan menurut saya dulu sumber itu tidak begitu penting. Dan baru saat SMA kelas 3 ini, saya baru mengetahui apabila orang yang mengcopy tulisan orang tanpa disertakan sumber disebut plagiat dan mulai saat itu saya benar – benar memperhatikan dari sumber mana saya mendapatkan.

(14)

informasi yang dapat diakses lainnya. Sementara beberapa mudah memberikan referensi palsu, beberapa hanya menggabungkan informasi mereka dengan karya asli penulisan. Seorang penulis hantu adalah contoh sempurna dari plagiator.

Di sini penulis merasa bebas untuk sumber informasi dan mereproduksi itu sebagai milik mereka. PlagiarismeSelf-plagiarisme: Bentuk plagiarisme yang mungkin paling diperebutkan sebagai "itu" dan "tidak". Menggunakan karya sendiri, sepenuhnya atau sebagian, atau bahkan pikiran yang sama dan re-menulisnya, dikenal sebagai self-plagiarisme oleh banyak orang. Selain itu Bapak Wasmen juga menjelaskan jenis-jenis perbuatan tercela dalam pengetahuan atau kegiatan plagiarisme yang lain diantaranya, fabrikasi (mengarang-ngarang data), falsifikasi (mengubah data supaya hasik sesuai dengan kemauan peneliti/pembimbing/atau sponsor) dan terakhir plagiarisme (mengambil ide, data, atau tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya aytau mengakui pemiliknya). Beliau melanjutkan bahwa plagiarisme terdiri dari dua kategori yaitu, plagiarisme atas karya orang lain dan plagiarisme atas karya sendiri. Terkait dengan plagiarisme atas karya sendiri, Beliau menjelaskan bahwasannya plagiarisme atas karya sendiri terkait dengan publikasi data penelitian yang sama berulang-ulang pada jurnal yang berbeda, membagi-bagi atau memecah data penelitian yang harusnya menjadi satu kesatuan dan diterbitkab menjadi artikel yang berbeda.

2.3.Faktor Penyebab Melakukan Plagiarisme

(15)

mencantumkan nama penulis asli dan sumber Penyebab lain adalah ketidaktahuan cara menempatkan referensi yang seharusnya dilakukan dalam karya tulis atau cara mengutip dengan baik dan benar, bahkan tidak mengetahui cara melakukan parafrasa. Setelah membaca karya tulis penulis lain dan sebuah fenomena yang ditulis dalam karyanya belum cukup mampu dijelaskan kepada pembaca. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan dukungan tulisan penulis lain dengan isi yang diperkirakan lebih mampu menjelaskan

fenomena tersebut. Menjiplak metafora dan tidak mencantumkan nama penulis dan sumber yang dikutip disebut metaphor plagiarism.

Demikian pula dengan idea plagiarism yaitu mengambil dan mengutip gagasan seorang penulis yang telah mengeluarkan sebuah gagasan untuk pemecahan suatu masalah atau menggambarkan konsep suatu fenomena dan dikutip dalam karya tulis sendiri tanpa mencantumkan nama penggagas dan sumber informasi. Apabila perlu, pada catatan kaki diberi keterangan yang cukup sehingga pembaca memahami gagasan tersebut bukan gagasan sendiri.

Dalam membuat karya ilmiah, penulis harus dapat memilah dan membedakan ide murni dari pemikiran sendiri dan ide orang lain yang menjadi pengetahuan umum. Beberapa literatur mengatakan bahwa ide yang bersifat umum tidak wajib disebutkan sumbernya. Idea plagiarism dapat terjadi apabila si penulis, mahasiswa, mendapatkan gagasan dari pembimbing atau sesama teman kemudian ide tersebut dituangkan ke dalam karya si penulis. Secara ideal, sumber gagasan tersebut disebutkan pada catatan kaki. Apabila tidak yakin kapan harus mencantumkan nama orang yang membantu gagasan atau ragu memutuskan gagasan public domain maka mahasiswa dapat mendiskusikan hal tersebut dengan pembimbing.

(16)

gagasan tersebut dan apabila tidak berasal dari referensi buku, pemberi gagasan dihargai dengan mengucapkan terima kasih pada bab acknowledgment atau ucapan terima kasih yang ditulis sebagai bagian terakhir dari karya ilmiah. Penentuan idea plagiarism sulit dilakukan sebab ide adalah hal yang bersifat virtual. Diperlukan penelusuran pustaka yang cermat dan pertimbangan yang sah dari para ahli termasuk para editor majalah ilmiah.

Self plagiarism yang juga dikenal dengan plagiarisme daur ulang, swaplagiarisme, plagiarisme diri, karya tulis duplikat, atau publikasi berulang banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan para ahli.

Di sini, penulis mengutip atau menjiplak sebagian atau seluruh hasil karya sendiri secara identik dan mengirimkan ke sejumlah jurnal untuk dipublikasikan, tanpa mencantumkan informasi karya sendiri yang dikutip atau karya terdahulu sudah pernah dipublikasikan di majalah ilmiah sebelumnya. Karya ilmiah sama yang berhasil dimuat pada lebih dari satu majalah disebut publikasi ganda atau multiplepublication. Beberapa rujukan mengatakan bahwa

self plagiarism tidak etis apabila masih diterbitkan di majalah ilmiah lain dan mendapat hak cipta. Namun, beberapa pengarang lain menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran hak cipta sebab yang menerbitkan ulang adalah pengarangnya sendiri. Keputusan Rektor UI pada Bab 1 Pasal 1 mendefinisikan self plagiarism sebagai tindakan seseorang yang menggunakan berulang-ulang ide atau pikiran yang telah dituangkan dalam bentuk tertulis dan atau tulisannya sendiri sebagian atau keseluruhan tanpa menyebutkan sumber pertama yang telah dipublikasikan sehingga seolah- olah merupakan ide, pikiran, dan atau tulisan yang baru dan menguntungkan diri sendiri. Di dunia pendidikan, penulis sangat mungkin melakukan publikasi berulang pada majalah ilmiah yang berbeda dengan maksud lebih menyebarluaskan hasil penelitian atau pemikiran.

(17)

pula dianggap sangat perlu untuk mendiseminasikan isi dan makna dari karya tulis asli (memperluas jumlah pembaca).

Penulis beranggapan bahwa karya tulis pertama sudah sempurna dan bagus sehingga pada waktu menuliskan kembali tidak ada satu pun bagian dan katakata yang diubah. Pada pembaca yang berbeda, seorang penulis ingin lebih menyebarluaskan isi atau pesan dalam karya tulis ke lingkaran pembaca yang lebih luas. Samuelson pernah mendaur ulang karya tulis sendiri dengan menerjemahkan karya tulis pertama dari bahasa Inggris ke bahasa Jerman.5

Self plagiarism merupakan kejanggalan, sebab plagiarisme berlaku pada pencurian karya orang lain. Namun, diakui bahwa terdapat unsur tidak etis dalam self plagiarism dari segi memublikasikan karya yang sama secara berulang. Terlihat bahwa kalangan mahasiswa ada kecenderungan memasukkan satu tugas karya tulis dalam beberapa mata kuliah yang berbeda. David B.

Resnik melihat self plagiarism sebagai ketidakjujuran tetapi bukan pencurian karya.5 Self plagiarism dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu menduplikasikan satu artikel dan memublikasikan

ke beberapa jurnal; memenggal sebuah karya ilmiah menjadi beberapa karya tulis yang baru (salamislicing); daur ulang karya tulis yang sudah ada; dan pelanggaran hak cipta. Semuanya disebut plagiat apabila tidak mencantumkan informasi tentang karya terdahulu.3 Dengan kemajuan pada era digital, dalam hitungan tik, informasi sudah dapat diakses dengan mudah. Semakin banyak majalah ilmiah elektronik, diperkirakan plagiarisme semakin mudah terjadi. Namun, para editor majalah ilmiah terkemuka telah menyiapkan peranti lunak untuk mencegah plagiarisme elektronik agar berbagai karya tulis dari majalah tersebut tidak dapat diunduh.

(18)

BAB III

METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 23 Agustus 2017 sampai selesai. Sedangkan tempat penelitian yaitu lingkungan kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2,Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang kami gunakan pada saat melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

(19)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Berdasarkan pengambilan data tentang Plagiarisme Dalam Pendidikan, dapat dijabarkan pada table berikut:

Tabel 1. Faktor penyebab plagiarisme N

o

Nama Tanggapan

1 Ilham Malas, kesibukan, kepepet dengan

keadaan

2 Syamsul Bahri Kurangnya kekreatifan

3 Setiawan Malas, kurang kreatif

Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep

Tabel 2. Dampak plagiarisme

Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep

Table 3. Solusi

2 Setiawan Kembagkan kreatifitas, lebih banyak belajar

Sumber data : Mahasiswa Politani Pertanian Negeri Pangkep

4.1. Pembahasan a. Faktor penyebab

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, ada beberapa mahasiswa yang berpendapat yaitu :

1) Faktor malas

Faktor malas merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak mau bekerja dan berusaha. Serta, menurunnya motivasi dalam melakukan sesuatu.

(20)

Banyaknya kesibukan atau pekerjaan sesorang dapat membuat

Kurangnya kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan sebuah masalah untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.

b. Dampak plagiarisme dalam pendidikan

Dari hasil survei yang dilakukan dikalangan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dari 5 mahasiswa yang diwawancarai ada beberapa mahasiswa yang berpendapat dampak positif dan negatif diantaranya :

1) Dampak positif

Menguntungkan bagi orang yang melakukan plagiat karena lebih mudah dan cepat mendapakan idea atau suatu karya.

2) Dampak negatif

a) Merugikan bagi orang yang memiliki ide atau karya karena merasa karyanya ditiru oleh orang lain tanpa izin dari pembuat karya tersebut.

b) Melanggar Hak

Sesorang dapat dikatakn melanggar hak apabila, orang tersebut melakukan suatu tindakan tanpa izin dari hak cipta.

c. Solusi pencegahan meluasnya plagiarisme

Beberapa mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep berpendapat mengenai solusi pencegahan plagiarisme diantaranya :

1) Mengembangkan kekreatifan

Setiap mahasiswa mengembangkan kreatifitasnya masing-masing sehinggan tidak meniru atau melakukan tindakan plagiat terhadap idea tau karya seseorang.

2) Tergantung person

Setiap orang memiliki ide dan kepribadian yang berbeda-beda tergantung bagaimana cara mengembangkan ide tersebut.

3) Lebih banyak belajar

(21)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini :

1. Pendidikan tinggi adalah sebuah tempat yang memegang peran penting dalam perkembangan sebuah Negara sehingga semua agen yang biasa di sebut dengan Mahasiswa harus mampu memberikan konstribusi aktif dalam proses pembangunan dan perkembangan Negara, itulah sebabnya kenapa kemajuan sebuah Negara pastilah di tentukan oleh mutu institusi di dalam Negara tersebut termasuk pendidikan tinggi yang juga memegang peran penting dalam perkembangan bangsa, sehingga pendidikan tinggi memegang tanggung jawab yang besar untuk menciptakan manusia-manusia yang akan membawa perubahan bagi bangsa ini seperti membentuk karakter yang kuat kepada setiap individu di dalamnya untuk memajukan bangsa dengan berbagai prestasi mereka yang kemudian dapat di jadikan skill untuk membantu memperbaiki bangsa ini.

2. Plagiarisme merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan krisis dalam pendidikan tinggi, plagiarisme tidak hanya dilakukan oleh kalangan mahasiswa strata satu yang masih minim dengan ilmu-ilmu pengetahuan sehingga dalam berbagai tugasnya mereka merasa perlu untuk melakukan plagiarisme karena ketidakmampuan mereka untuk menyajikan karya ilmiah yang mereka anggap bagus dan bermutu, selain ketidakmampuan tersebut adapula faktor kesempatan.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas maka sebagai mahasiswa kita harus mengasah dan mengembangkan kekreatifitas sehingga tidak melakukan plagiat atau menjadikan hak cipta seseorang menjadi milik sendiri.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

(23)

LAMPIRAN

Wawancara kak Setiawan

Wawancara kak Syamsul Bahri

Gambar

Tabel 1. Faktor penyebab plagiarisme

Referensi

Dokumen terkait

Aspek mimik muka mengalami peningkatan sebesar 0,61 dari prasiklus. Nilai rata-rata siswa kelas VII-B pada tahap prasiklus adalah 2,1 dalam kategori cukup, kemudian

Hampir dipastikan ia tidak memiliki kreativitas yang cukup tinggi, namun tingkah laku yang diperlihatkan oleh Konata pada saat memilih pekerjaan yang cocok bagi seorang “otaku”

Setelah kontribusi biaya produksi diketahui, maka fungsi tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut. Keterbatasan inilah yang kemudian dijadikan kendala-.. kendala

Tradisi pemikiran Islam abad pertengahan (periode klasik) menunjukkan bahwa ilmu- ilmu agama berhasil dikembangkan oleh ulama-ulama zaman klasik dengan prestasi yang cukup

Dilihat dari data presentase hasil belajar juga diketahui bahwa pada saat pre-test terdapat 10 siswa masuk dalam kategori kurang baik, 15 siswa cukup baik dan 4 siswa baik menjadi

Pengalaman pengguna (user experiences) kemudian menjadi konten yang cukup penting dari pemasaran digital. Blogger dengan akun-akun media sosialnya memberikan semacam

Kemudian kendala yang muncul terkait literasi informasi dalam pembelajaran sejarah adalah pada ketersediannya sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan sehingga

Grafik di atas menunjukkan bahwa IHK mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2008, kemudian pemerintah melalui kebijakan moneter telah berhasil menurunkan tingkat