ANALISIS PENGENDALIAN NYALA LAMPU RUMAH
DENGAN MENGGUNAKAN ANDROID SMARTPHONE
BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
Rahmad Hidayat
1)dan Agung Rahman Wibowo
2)1) Jurusan Teknik ElektroSekolah Tinggi Teknologi Mandala–email : [email protected] 2) Jurusan Teknik ElektroSekolah Tinggi Teknologi Mandala–email : [email protected]
Abstract
Android is operation system that available as open source, so that we as user can give our contribution to develops operation system which has widespread user around the world. We can develops Android as many function, for example as lamp control using Android. Communication that we uses is Bluetooth feature, which is already embedded in Android system, whereas it will communicated with microcontroller to control dimmer circuit. Dimmer circuit itself is lamp brightness control circuit, that works as cutting signal using the function of TRIAC. Method that used in the developing communication between Android and Microcontroller is action method, where we directly testing the theory of communication between Android and Microcontroller, are communication can happen between two device?
From the result of testing communication between Android and Microcontroller, we can concludes that communication between Android and Microcontroller can happen through Bluetooth as mediator, with transmission distance 20-30 metre, through serial communication. In the future, we can take advantage from cloud computing technology, which is already used in widespread field, so our hopes that this technology can be access anywhere will be come true.
Keywords:Android, Bluetooth, Microcontroller, Dimmer Circuit.
1. PENDAHULUAN
Setiap rumah memiliki sistem instalasi listrik, terutama instalasi penerangan. Sistem penerangan atau nyala lampu di setiap instalasi listrik di rumah-rumah biasanya dikontrol atau dikendalikan oleh saklar, dan saklar ini harus dikendalikan secara manual oleh si pemilik rumah. Tapi, terkadang si pemilik rumah tidak selalu berada di rumah, sedangkan lampu harus diatur waktu menyalanya untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Seperti misalnya untuk penerangan malam hari, atau untuk mengecoh pencuri.
Di sisi lain, sistem operasi Android kini menjadi salah satu sistem operasi yang begitu digemari pengguna handphone di lingkungan masyarakat Indonesia. Sistem Operasinya yang userable dan powerfull dan juga harga handphonenya yang terjangkau banyak kalangan, membuat handphone yang bersistem operasikan Android digunakan oleh banyak orang. Dengan feature-feature di Sistem operasi Android yang
begitu banyak dan sangat berguna, sebenarnya akan sangat disayangkan jika handphone bersistem operasikan Android hanya digunakan untuk chatting atau browsing Internet, sehingga tercetuslah sebuah ide untuk mengembangkan Android untuk mengontrol lampu rumah, sehingga handphone bersistem operasikan Android bisa lebih berguna dan masalah pengontrolan nyala lampu rumah yang bisa kapan saja bisa teraplikasikan.
2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Komunikasi Data
Komunikasi data adalah proses pertukaran data atau pengiriman data dari sumber ke tujuan. Hal yang penting dalam melakukan komunikasi data adalah jenis komunikasi yang digunakan, apakah menggunakan kabel, infrared atau mengunakan frekuensi tertentu.
Gambar 2.1.Blok Diagram Komunikasi Data Sederhana
Berikut penjelasan dari blok diagram di atas : 1. Sumber : Masukan data atau informasi yang akan dikirimkan ke tujuan.
2. Transmiter : bagian pengirim yang digunakan dalam melakukan komunikasi data
3. Media transmisi : Jalur transmisi yang menghubungkan antara sumber dengan tujuan 4. Receiver : penerima sinyal dari media transmisi untuk kemudian dikirimkan ke tujuan
5. Tujuan : menampilkan hasil data yang dikirim oleh sumber.
2.1.1. Mode transmisi data
Mode transmisi data dibagi berdasarkan arah aliran data, yakniSimplex,Half Duplex,Full Duplex.
2.1.1.1 Simplex
Saluran simplex adalah aliran data searah saja dan memiliki arah yang tetap, misal dari transmitter ke receiver seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2.Simplex
2.1.1.2 Half Duplex
Saluran Half duplex memungkinkan untuk komunikasi simplex dalam kedua arah melalui saluran tunggal, hanya saja komunikasi tidak bisa berjalan dalam waktu bersamaan, misal Transmitter Station A dan Receiver Station B yang aktif. Bisa dimisalkan menggunakan seperti saklar pemilih saluran seperti Gambar 2.3.
Gambar 2.3.Half Duplex
2.1.2.3 Full Duplex
Dalam mode ini komunikasi bisa terjadi dalam dua arah secara bersamaan, seperti yang terlihat di Gambar 2.4 saluran komunikasi berjumlah dua, sehinggaStationA danStationB bisa berkomunikasi secara bersamaan.
Gambar 2.4.Full Duplex
2.2.
BluetoothBluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical)dengan menggunakan sebuahfrequency hopping tranceiver yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real-time antara host-host bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas. Bluetooth sendiri dapat berupa card yang bentuk dan fungsinya hampir sama dengan card yang digunakan untuk wireless local area network (WLAN) dimana menggunakan frekuensi radio standar IEEE 802.11, hanya saja pada bluetooth mempunyai jangkauan jarak layanan yang lebih pendek dan kemampuan transferdata yang lebih rendah. Pada dasarnyabluetoothdiciptakan bukan hanya menggantikan atau menghilangkan penggunaan kabel didalam melakukan pertukaran informasi, tetapi juga mampu menawarkan fitur yang baik untuk teknologimobile wirelessdengan biaya yang relatif rendah, konsumsi daya yang rendah,interoperabilityyang menjanjikan, mudah dalam pengoperasian dan mampu menyediakan layanan yang bermacam-macam. Bluetooth menggunakan salah satu dari dua jenis frekuensi Spread Specturm Radio yang digunakan untuk kebutuhan wireless. Jenis frekuensi yang digunakan adalah Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS),sedangkan yang satu lagi yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) digunakan oleh IEEE802.11xxx. Transceiver yang digunakan oleh Bluetooth bekerja pada frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific, and Medical).
2.3. Android Smartphone
Android adalah sebuah kumpulan perangkat lunak untuk perangkat mobile yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi utama mobile.
Android memiliki empat karakteristik sebagai berikut:
1. Terbuka
Android menggunakan sebuah mesin virtual yang dirancang khusus untuk mengoptimalkan sumber daya memori dan perangkat keras yang terdapat di dalam perangkat. Android merupakan open source, dapat secara bebas diperluas untuk memasukkan teknologi baru yang lebih maju pada saat teknologi tersebut muncul. Platform ini akan terus berkembang untuk membangun aplikasimobileyang inovatif.
2. Semua aplikasi dibuat sama
Android tidak memberikan perbedaan terhadap aplikasi utama dari telepon dan aplikasi pihak ketiga ( third-party application). Semua aplikasi dapat dibangun untuk memiliki akses yang sama terhadap kemampuan sebuah telepon dalam menyediakan layanan dan aplikasi yang luas terhadap para pengguna.
3. Memecahkan hambatan pada aplikasi Android memecah hambatan untuk membangun aplikasi yang baru dan inovatif. Misalnya, pengembang dapat menggabungkan informasi yang diperoleh dari web dengan data pada ponsel seseorang seperti kontak pengguna, kalender, atau lokasi geografis.
4. Pengembangan aplikasi yang cepat dan mudah
Android menyediakan akses yang sangat luas kepada pengguna untuk menggunakanlibrary yang diperlukan dantools yang dapat digunakan untuk membangun aplikasi yang semakin baik. Android memiliki sekumpulan tools yang dapat digunakan sehingga membantu para pengembang dalam meningkatkan produktivitas pada saat membangun aplikasi yang dibuat.
Google Inc. sepenuhnya membangun Android dan menjadikannya bersifat terbuka ( open source) sehingga para pengembang dapat menggunakan Android tanpa mengeluarkan biaya untuk lisensi dari Google dan dapat membangun Android tanpa adanya batasan-batasan. Android Software Development Kit (SDK) menyediakan alat dan Application Programming Interface (API) yang diperlukan untuk mulai mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java.
2.4. Mikrokontroler ATMega8535
Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Namun mikrokontroler memiliki nilai tambah karena didalamnya sudah terdapat memori dan sistem input/output dalam suatu kemasan IC. Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s RISC processor) standar memiliki arsitektur 8-bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16- bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. Berbeda dengan instruksi MCS-51 yang membutuhkan 12 siklus clock karena memiliki arsitektur CISC (seperti komputer).
Teknologi yang digunakan pada mikrokontroler AVR berbeda dengan mikrokontroler seri MCS-51. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computer), sedangkan seri MCS-51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computer). Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT89RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, kelengkapan periferal dan fungsi-fungsi tambahan yang dimiliki.
ATmega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit daya-rendah berbasis arsitektur RISC. Kebanyakan instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATmega8535 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz, hal ini membuat ATmega8535 dapat bekerja dengan kecepatan tinggi walaupun dengan penggunaan daya rendah.
2.4.1. Arsitektur ATmega8535
Mikrokontroler ATmega8535 memiliki beberapa fitur atau spesifikasi yang menjadikannya sebuah solusi pengendali yang efektif untuk berbagai keperluan. Fitur-fitur tersebut antara lain:
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yang terdiri atas Port A, B, C dan D
2. ADC (Analog to Digital Converter) dengan resolusi 10-bit sebanyak 8 saluran melalui Port A
3. Tiga buah Timer/Counter dengan
kemampuan perbandingan 4. CPU yang terdiri atas 32 register 5. Watchdog Timerdengan osilator internal 6. SRAM sebesar 512 byte
7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuanRead While Write
8. Unit Interupsi Internal dan Eksternal 9. Port antarmuka SPI untuk mendownload
program ke flash
10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
11. Antarmuka komparator analog 12. Port USART untuk komunikasi serial
2.5. Lampu Dimmer
Jenis2 lampu yang bisa di atur dimmer :
1. Incandescent Lamp (Lampu Pijar), semua lampu jenis ini bisa di atur oleh dimmer asal beban lampu sesuai dengan kapasitas dimmer.
2. Halogen Lamp (baik menggunakan Ballast Electronic atau Ballast Konvensional). Harap di ingat beban lampu ditambah 30% untuk ballast konvensional dan 5% untuk ballast electronic. Beban yang di tambahkan ini karena ada daya semu yang di pakai oleh ballast tersebut tapi tidak di gunakan oleh lampu.
3. Flourecent Lamp (Lampu Neon/TL/PL), Lampu jenis ini yang bisa di atur dimmer hanya lampu yang menggunakan Electronic Dimmable Ballast (sering disebut juga 'ECG' = Electronic Control Gear atau 'EVG'= Electronic Voltage Gear). Ballast ini dikontrol melalui analog output berupa tegangan 0-10V. Masalah pada jenis ini adalah Dimmable Ballastnya cukup mahal, kira2 harganya 400ribuan untuk satu lampu.
2.5.1. Zero Crossing
Prinsip kerja zero detector adalah dengan membandingkan tengangan AC dengan tegangan referensi nol volt. Apabila tegangannya lebih besar dari nol volt maka output zero detector akan high dan apabila lebih kecil dari nol volt maka outputnya akanlow. Perubahan dari low ke high (PGT) dan dari high ke low (NGT) inilah saat terjadi zero crossing. Zero Crossing sangat krusial dalam pembuatan rangkaian dimmer.
2.5.2. TRIAC (Triode for Alternating Current)
Triac merupakan komponen semikonduktor yang tersusun atas diode empat lapis berstruktur p-n-p-n dengan tiga p-n junction. Triac memiliki tiga buah elektrode, yaitu : gate, MT1, MT2. Triac biasanya digunakan sebagai pengendali dua arah (bi-directional). Apabila kita akan menggunakan triac dalam pembuatan perangkat atau sistem kontrol elektronik, ada beberapa hal yang harus diketahui dalam memilih triac sebagai berikut.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Triac :
a. Tegangan breakover maju dan mundur arus maksimum ( IT maks)
b. Arus genggam minimum (Ih min) c. Tegangan dan arus picu gate yang
diperlukan
d. Kecepatan pensaklaran e. Tegangan maksimum dV/dt f. Tegangan blocking triac (VDRM)
Gambar 2.5.Simbol & Bentuk TRIAC
Triac akan tersambung (on) ketika berada di quadran I yaitu saat arus positif kecil melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas MT2 lebih tinggi dari MT1, saat triac terhubung dan rangkaian gate tidak memegang kendali, maka triac tetap tersambung selama polaritas MT2 tetap lebih tinggi dari MT1 dan arus yang mengalir lebih besar dari arus genggamnya (holding current/Ih), dan triac juga akan tersambung saat arus negatif melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2, dan triac akan tetap terhubung walaupun rangkaian gate tidak memegang kendali selama polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2. Selain dengan cara memberi pemicuan melalui teminal gate, triac juga dapat dibuat tersambung (on) dengan cara memberikan tegangan yang tinggi sehingga melampaui tegangan breakover-nya terhadap terminal MT1 dan MT2, namun cara ini tidak diizinkan karena dapat menyebabkan triac akan rusak. Pada saat triac tersambung (on) maka tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan MT2 sangatlah kecil yaitu berkisar antara 0,5 volt sampai dengan 2 volt.
Gambar 2.6.Kurva Karakteristik TRIAC
3. HASIL PERANCANGAN DAN
PEMBAHASAN
Tahap pengujian merupakan rangkaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan setelah tahap perancangan sistem selesai dilaksanakan dengan tujuan yang ingin dicapai adalah dapat dioperasikannya hasil perancangan sistem yang dibuat.
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan dua jenis pengujian, yaitu :
2. Pengujian intensitas nyala lampu setelah dikoneksikan dengan Bluetooth dan dikendalikan melalui Android.
3.1. Pengujian Sebelum Terkoneksi Bluetooth
Untuk melihat perbedaan intensitas lampu, maka dalam pengujian ini nyala lampu akan dibagi dalam tiga bagian, yaitu saat lampu menyala 25%, 50%, dan 75%. Dalam pengujian intensitas lampu sebelum terkoneksiBluetoothini, nilai pengatur intensitas diatur melalui codevision..Pemrograman dalamcodevisionyang digunakan adalah sebagai berikut :
interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void)
{
PORTC.7 = ~PORTC.7; TCNT1 = 65536 -C; }
interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void)
{
PORTC.5 = 0; delay_us(50); PORTC.5 = 1; }
Dalam program yang digunakan, ada variabel C, variabel tersebut adalah variabel yang berubah-ubah sesuai dengan intensitas nyala lampu yang kita inginkan. Karena kita menggunakan sumber PLN sebagai interrupt program, maka perlu diingat bahwa frekuensi listrik dari sumber PLN adalah 50 Hz. Dengan rumus :
T = 1/f
Maka kita mendapat periode untuk satu gelombang sumber PLN adalah :
T = 1/50 T = 20ms
Maka kita bisa dapat bahwa untuk setengah gelombang periode dari sumber listrik PLN adalah sebesar10ms.
Setelah kita mendapat nilai rentang waktu dalam setengah gelombang, maka kita bisa mengetahui bagaimana mengatur nilai dari variable C. Caranya dengan menggunakan rumus :
C = Clock value X s; Dimana :
C = Variabel nilai yang akan
dimasukan dalam program Clock Value = Nilai clock yang sudah dibagi
prescaler (dalam kasus ini 15626)
s = waktu dimana TRIAC akan
memotong sinyal.
Karena nilai rentang waktu adalah 10ms,
sehingga memudahkan kita dalam menentukan presentase % nilai dari pemotongan, yaitu dengan ketentuan perbandingan terbalik dari skala 1-10. Sehingga jika kita ingin mengetahui intensitas 25% dari nyala lampu, waktu delay TRIAC adalah 7,5ms. Begitupun untuk 50%, delay waktu TRIAC adalah 50ms. Sehingga jika kita masukkan dalam rumus, jika ingin mendapat nilai 50% intensitas lampu, maka nilai C yang harus dimasukkan ke dalam program adalah :
C = 15626 x 5ms C = 78,125
Karena hitungan clock tidak mengenal koma, maka nilai C kita bulatkan menjadi 78. Sehingga jika kita masukan dalam program mikrokontroler, programnya akan menjadi :
interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void)
{
PORTC.7 = ~PORTC.7; TCNT1 = 65536 -78; }
interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void)
{
PORTC.5 = 0; delay_us(50); PORTC.5 = 1; }
Dengan menggunakan teori dan logika yang sama untuk intensitas nyala lampu 25 % , 75 % dan 100%, diperoleh hasil nyala lampu sebagai berikut :
Gambar 3.1.Lampu Kendali Mikrokontroler Intensitas ±25%
Gambar 3.3.Lam Mikrokontroler Inte
Dari pengujian tersebut bisa intensitas nyala lampu berkuran berkurangnya volume pengaturan Android. Ini menunjukkan berhasil berkomunikasi dengan untuk mengatur intensitas cahaya
3.3. Hasil Pengukuran Untuk memastikan bahw sesuai dengan yang diinginkan, memastikannya melalui penguku pengukuran yang bisa kita lihat u keberhasilan percobaan ini, y melalui multimeter untuk m voltasenya, dan juga melalui os mengetahui bentuk gelombang pe
3.3.1. Hasil Pengukuran Mela Hasil pengukuran me dapat dilihat pada tabel berikut in
Pemotonga
Tabel 3.1. Tabel Pengukuran
Dari tabel 3.1 dapat semakin besar waktu tunda TRIAC, maka bagian dari teg diberikan ke beban untuk tiap fas dan fase negatif) akan semakin k juga bahwa daya listrik yang dib akan semakin kecil.
Lampu Kendali Intensitas ±75%
isa terlihat bahwa rang seiring dengan ran dalam tampilan bahwa Android gan mikrokontroler
ya lampu.
ahwa percobaan ini n, maka kita harus ukuran. Ada 2 jenis t untuk meyakinkan yaitu pengukuran mengetahui nilai
t diketahui bahwa a untuk pemicuan tegangan AC yang fasenya (fase positif n kecil yang berarti diberikan ke beban
Hubungan antara sudut pe tegangan output adalah sesuai berikut :
Dimana :
Vs adalah nilai pengukuran aw lampu masih 100 %, sedangka yang didapat setelah terjadi pem
terjadi di titik α.
Untuk melihat perba efektifnya hasil pengukuran, m nilai error untuk menunjukk kesesuaian antara nilai perhitu nilai pengukuran. Dari tabel 3. bahwa selama waktu pemoto sudut pemotongan 0°-108° , n bawah batas toleransi (>10%), nilai pengukuran memiliki nila besar yang menunjukkan bah pemotongan 6ms atau sudut maka nilai tegangan sudah mu masih dalam batas tolerans pengaturan nyala intensitas la bahwa intensitas nyala lamp secara kontinyu seiring pe pemotongan dan sudut pemoto perhitungan nilai error sen persamaan berikut :
Untuk bisa melih perbandingan hasil penguk perhitungan maka kita bisa me di bawah ini :
Gambar 3.7.Grafik Perbandin Perhitungan dan Pen
Dari gambar 3.7 kita b nilai voltase perhitungan b dengan konstan, ini berbeda d pengukuran. Namun, keduany
penyulutan dengan ai dengan persamaan
awal ketika intensitas gkan Vo adalah nilai emotongan fasa yang
rbandingan seberapa , maka ditambahkan kkan seberapa besar rhitungan rumus dan l 3.1 itu kita bisa lihat otongan 0-6ms atau , nilai error masih di ), Tetapi setelah itu ilaierroryang sangat ahwa setelah waktu ut pemotongan 108°, mulai tidak ideal tapi ansi untuk aplikasi lampu. Dalam arti pu masih menurun penambahan waktu tongan. Untuk rumus endiri, didapat dari
elihat lebih jelas ukuran dan hasil melihat melalui grafik
dingan Nilai Voltase engukuran
yang sama yaitu bergerak menuru semakin lamanya waktu pemoton besarnya sudut pemotongan.
Gambar 3.8.Grafik Nilai Perb Antara Nilai Perhitungan dan Nila
3.3.2. Hasil Pengu Osciloscope
Jika kita berbicara id pengukuran oscilloscope secar seperti di bawah ini :
Gambar 3.9.Hasil Osciloscope 75%
%
Gambar 3.10.Hasil Osciloscop 50%
%
Gambar 3.11.Hasil Osciloscop 25%
Dari gambar ideal ters bahwa semakin rendah in pemotongan sinyal semakin pengujian menggunakan oscillo pengaturan frekuensi oscillosco maka bisa dibuktikan melalui ha di bawah ini :
urun seiring dengan tongan dan semakin
erbandingan Error Nilai Pengukuran
gukuran Melalui
ideal, maka hasil cara ideal adalah
pe Ideal Intensitas
ope Ideal Intensitas
ope Ideal Intensitas
tersebut bisa dilihat intensitas maka in lama. Dalam cilloscope, dimana scope adalah 5ms, hasil dari 2 gambar
Gambar 3.12.Hasil Penguku Intensitas 5.5 ms (
Gambar 3.12 ini meru dari rangkaiandimmer ketika adalah 5,5 ms. Nyala intensitas adalah sebesar 45 % dengan pe adalah :
Gambar 3.13.Hasil Penguku Intensitas 6.5 ms (
Gambar 3.13 ini meru dari rangkaiandimmer ketika adalah 5,5 ms. Nyala intensitas adalah sebesar 45 % dengan pe adalah :
Sinyal yang didap pengukuran tidak sama dengan diharapkan, akan tetapi sinyal masih menunjukkan gejala ya sinyal ideal, dimana pada titik bisa terjadi pemotongan siny pada perubahan intensitas nyala
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
1. Agar bisa lebih berma digunakan untuk otom hari, diantaranya ad intensitas lampu. 2. Dengan mengandalk
wireless yang ada
ukuran Osciloscope s (45%)
erupakan hasil sinyal a waktu pemotongan itas lampu yang terjadi perhitungan tegangan
ukuran Osciloscope s (35%)
erupakan hasil sinyal a waktu pemotongan itas lampu yang terjadi perhitungan tegangan
apat melalui hasil gan sinyal ideal yang yal hasil pengukuran yang serupa dengan titik yang diinginkan inyal yang berimbas
ala lampu.
SARAN
manfaat, android bisa tomasisasi hal sehari-adalah pengendalian
perangkat Android bisa dimanfaatkan untuk pengendalian intensitas lampu. 3. Sistem Komunikasi antara Android dan
Mikrokontroler bisa terjadi melalui komunikasi serial yang terdapat pada perangkat Bluetooth dan Mikrokontroler.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja dari alat pengendalian lampu menggunakan Android ini, bisa dilakukan beberapa pengembangan.
1. Komunikasi Bluetooth bisa diganti dengan Wi-Fi yang memiliki luas komunikasi area lebih luas daripada Bluetooth.
2. Pemanfaatan teknologi Cloud Computing, sehingga user bisa mengendalikan lampu dimana saja.
3. Jika masih ingin menggunakan piranti Bluetooth, maka sebaiknya mencari piranti Bluetooth yang bisa memberi respon lebih baik, agar komunikasi bisa lebih baik.
4. Piranti Bluetooth merupakan piranti yang sensitif sekali, sehingga harus berhati-hati dalam memasang hubungan Vcc dan Ground. Jika lampu indicator pada piranti Bluetooth tidak mau menyala meskipun sudah diberi supply Vcc, maka kemungkinan besar piranti tersebut rusak dan harus diganti dengan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arif Gustaman, Teguh. 2013. Pengendali Pintu Gerbang Menggunakan Bluetooth Berbasis Mikrokontroler ATmega8. eprints.uny.ac.id
[2] Andrianto, Heri.2013.
Pemogramana Mikrokontroler AVR ATmega16 Menggunakan Bahasa C (Codevision AVR).Bandung: Informatika.
[3] Budiharto, Widodo dan Rizal,
Gamayel.2007. 12 Proyek
Mikrokontroler Untuk Pemula. Jakarta: Elex Media.
[4] Burnette, E.2008. Hello, Android. North Carolina Dallas, Texas: Raleigh.
[5] Daniel de Barros Soddera, Jefferson.2009.’AN2839:
Implementing a Lamp Dimmer with an HC908Q Family MCU. http://cache.freescale.com
[6] Electronic T, 2002. ‘AN1001:
Fundamental Characteristic of Thyristor’.http://www.teccor.com [7] Electronic T, 2002. ‘AN1003:
Phase Control Using Thyristor’.
http://www.teccor.com
[8] Engdah. T, 2004. ‘Light dimmer circuits’.
http://www.epanorama.net
[9] Green, DC.1995.Komunikasi Data.Yogyakarta : ANDI OFFEST. [10]Munir, Rinaldi.2007. Algoritma &
Pemograman. Bandung:
Informatika.
[11]Siregar, Ivan Michael dan Yusuf, Ronald.2010. Mengembangkan Aplikasi Enterprise Berbasis Android.Yogyakarta: Gava Media. [12]Sumartono. 2007. Kendali
Intensitas Lampu Berbasis Mikrokontroler ATmega8535. www.te.ugm.ac.id
[13]Teknologi, Inkubator.2010.Master Micro Gampang Belajar Sendiri Mikrokonroler AVR.Yogyakarta: Inkubator Teknologi.
[14]Winoto, Ardi.2008.Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemogramannya Dengan Bahasa C pda WinAVR. Bandung: Informatika.