• Tidak ada hasil yang ditemukan

OR I 07 analisa sensitivitas n dualitas.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OR I 07 analisa sensitivitas n dualitas.pdf"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pengaruh Perubahan

Perubahan yang mempengaruhi optimalitas

Perubahan koefisien tujuan

Perubahan dalam penggunaan sumber daya dalam kegiatan Perubahan dalam penggunaan sumber daya dalam kegiatan Penambahan kegiatan baru (penambahan variabel)

Perubahan yang mempengaruhi kelayakan

Perubahan RHS

Penambahan batasan baru

Perubahan yang mempengaruhi optimalitas dan kelayakan Perubahan yang mempengaruhi optimalitas dan kelayakan

(4)
(5)

Informasi dari Tabel Optimal Simpleks

Solusi Optimal

Status Sumber Daya Shadow Price

Shadow Price Reduced Cost

Sensitivitas dari hasil solusi optimal terhadap perubahan ketersediaan sumber atau perubahan koefisien fungsi

(6)

Contoh Soal

Reddy Mikks Company memiliki sebuah pabrik kecil yang

menghasilkan cat, baik untuk interior maupun eksterior untuk didistribusikan kepada para grosir. Dua bahan baku, A dan B, dipergunakan untuk membuat cat tersebut. Ketersediaan A dipergunakan untuk membuat cat tersebut. Ketersediaan A maksimum adalah 6 ton satu hari; ketersediaan B adalah 8 ton satu hari. Kebutuhan harian akan bahan baku per ton cat

interior dan eksterior diringkaskan dalam tabel 1. Sebuah

survey pasar telah menetapkan bahwa permintaan harian akan cat interior tidak akan lebih dari 1 ton lebih tinggi dibandingkan permintaan akan cat eksterior. Survey tersebut juga

memperlihatkan bahwa permintaan maksimum akan cat

(7)

Contoh Soal (Tabel 1)

Ton Bahan baku per Ton Cat Ketersediaan

maksimum (ton)

Eksterior Interior

A 1 2 6

A 1 2 6

(8)

Contoh Soal

X1 = cat eksterior yang harus diproduksi X2 = cat interior yang harus diproduksi

Fungsi Tujuan: maksimumkan pendapatan kotor max z = 3000 X1 + 2000 X2

Batasan bahan baku

(9)

Contoh Soal

Batasan permintaan harian

Permintaan harian cat interior tidak akan lebih dari 1 ton lebih tinggi dari cat eksterior

tinggi dari cat eksterior X2 – X1 ≤ 1

Permintaan maksimum harian cat interior adalah 2 ton X2 ≤ 2

Batasan non negativitas Batasan non negativitas

(10)

Contoh Soal

max z = 3000 X1 + 2000 X2

Subject To: Subject To:

1) X1 + 2 X2 ≤ 6 2) 2 X1 + X2 ≤ 8 3) X2 – X1 ≤ 1 4) X2 ≤ 2

(11)

Contoh Soal: Bentuk Standar

max z = 3 X1 + 2 X2 + 0 s1 + 0 s2 + 0 s3 + 0 s4 atau

max z - 3 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0 max z - 3 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0

Subject To:

(12)

Variabel Slack

s1 = sisa bahan baku A s2 = sisa bahan baku B

s3 = kelebihan selisih permintaan cat interior dan cat s3 = kelebihan selisih permintaan cat interior dan cat eksterior (X2 – X1) terhadap batas maksimum selisih yang ditentukan

(13)
(14)

Tabel Optimal Simpleks

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

z 1 0 0 1/3 4/3 0 0 12 2/3

x2 0 0 1 2/3 -1/3 0 0 4/3

x1 0 1 0 -1/3 2/3 0 0 10/3

s3 0 0 0 -1 1 1 0 3

(15)

Solusi Optimal

Variabel Keputusan

Nilai

Optimal

Keputusan

X1 3 1/3 Harus memproduksi 3 1/3 ton cat eksterior

eksterior

X2 1 1/3 Harus memproduksi 1 1/3 ton cat interior

Z 12 2/3 Keuntungan maksimum adalah $12.667

(16)

Status Sumber

Sumber Slack Status Sumber

Bahan A s1 = 0

(NBV)

Langka, tidak ada sisa (bahan A habis terpakai) sehingga untuk menaikkan nilai Z, bahan A dapat ditambah

dapat ditambah

Bahan B s2 = 0

(NBV)

Langka, tidak ada sisa (bahan A habis terpakai) sehingga untuk menaikkan nilai Z, bahan A dapat ditambah

kelebihan cat interior

dibandingkan cat eksterior

s3 = 3 Melimpah, selisih maksimum (X2 – X1) adalah 1, tetapi hasil optimal menunjukkan selisih kurang dari 1

batas maksimum s4 = 2/3 Melimpah, permintaan cat interior maksimum batas maksimum

permintaan cat interior

(17)

Shadow Price

Shadow Price hanya berlaku untuk sumber daya yang nilai variabel slacknya 0.

i

y1 = 1/3; untuk setiap penambahan 1 ton bahan A, nilai Z akan bertambah $1/3ribu

y2 = 4/3; untuk setiap penambahan 1 ton bahan B, nilai Z akan bertambah $4/3ribu

i

(18)
(19)
(20)

Reduced Cost

Hanya berlaku untuk variabel yang bernilai 0

Pada kasus Reddy Mikks X1 dan X2 tidak nol sehingga tidak ada informasi reduced cost

(21)

Contoh Reduced Cost

max z = 8 X1 + 2 X2 + 0 s1 + 0 s2 + 0 s3 + 0 s4 atau

max z - 8 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0 max z - 8 X1 - 2 X2 - 0 s1 - 0 s2 - 0 s3 - 0 s4 = 0

Subject To:

(22)

Contoh Reduced Cost

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

z 1 0 2 0 4 0 0 32

s1 0 0 1,5 1 -0,5 0 0 2

x1 0 1 0,5 0 0,5 0 0 4

Dari tabel optimal, X2 sebagai non basic variable, sehingga bernilai 0 (cat interior tidak diproduksi sama sekali)

Reduced cost X2 + 2 = 0 (atau reduced cost X2 = -2); setiap pemaksaan produksi 1 ton X2 akan mengurangi

x1 0 1 0,5 0 0,5 0 0 4

s3 0 0 1,5 0 0,5 1 0 5

s4 0 0 1 0 0 0 1 2

(23)
(24)
(25)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya (RHS)

s1 = 0, bahan A bisa ditambah/dikurangi

D1 > 0 (positif) jika bahan A ditambah D1 < 0 (negatif) jika bahan A dikurangi D1 < 0 (negatif) jika bahan A dikurangi

s2 = 0, bahan B bisa ditambah/dikurangi

(26)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

(27)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Perubahan nilai bi (nilai ruas kanan) di tabel optimal akibat penambahan ketersediaan bahan A sebesar D1:

bi’ = konstanta + ki Di bi’ = konstanta + ki Di bi‘ = nilai bi yang baru

Konstanta = nilai bi yang lama (dari tabel optimal asal)

(28)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Variabel bi ki bi’

Perubahan Ketersediaan untuk Bahan A

Variabel bi ki bi’

Z 12 2/3 1/3 12 2/3 + 1/3 D1

X2 4/3 2/3 4/3 + 2/3 D1

X1 10/3 -1/3 10/3 – 1/3 D1

S3 3 -1 3 – D1

S4 2/3 -2/3 2/3 – 2/3 D1

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

(29)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Agar solusi tetap feasible, RHS harus nonnegatif sehingga batasan perubahan ketersediaan sumber daya ditentukan:

12 2/3 + 1/3 D1 ≥ 0 D1 ≥ -38

4/3 + 2/3 D1 ≥ 0 D1 ≥ -2

10/3 – 1/3 D1 ≥ 0 D1 ≤ 10

3 – D1 ≥ 0 D1 ≤ 3

2/3 – 2/3 D1 ≥ 0 D1 ≤ 1

(30)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Variabel bi ki bi’

Perubahan Ketersediaan untuk Bahan B

Z 12 2/3 4/3 12 2/3 + 4/3 D2

X2 4/3 -1/3 4/3 - 1/3 D2

X1 10/3 2/3 10/3 + 2/3 D2

S3 3 1 3 + D2

S4 2/3 1/3 2/3 + 1/3 D2

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

(31)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Agar solusi tetap feasible, RHS harus nonnegatif sehingga batasan perubahan ketersediaan sumber daya ditentukan:

12 2/3 + 4/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -19/2

4/3 – 1/3 D2 ≥ 0 D2 ≤ 4

10/3 + 2/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -5

3 + D2 ≥ 0 D2 ≥ -3

2/3 + 1/3 D2 ≥ 0 D2 ≥ -2

(32)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Selisih cat eksterior dan interior

3 + D3 ≥ 0 D3 ≥ -3 RHS ≥ -2

Permintaan cat interior Permintaan cat interior

(33)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Ketersediaan Sumber Daya

Perubahan secara simultan:

4/3 + 2/3 D1 – 1/3 D2 >= 0 4/3 + 2/3 D1 – 1/3 D2 >= 0

10/3 – 1/3 D1 + 2/3 D2 >= 0

3 – 1 D1 + 1 D2 + 1 D3 >= 0

(34)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan

Berpengaruh hanya pada nilai Z, bukan pada solusi optimal Penambahan/pengurangan koefisien sebesar dj untuk tiap variabel Xj

variabel Xj

Koefisien X1

d1 > 0 (positif) besarnya koefisien bertambah d1 < 0 (negatif) besarnya koefisien berkurang

(35)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan

Perubahan koefisien X1 Z = (3 + d1) X1 + 2 X2

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

z 1 0 0 1/3 - 1/3 d1 4/3 + 2/3 d1 0 0 12 2/3 + 10/3 d1

x2 0 0 1 2/3 -1/3 0 0 4/3

x1 0 1 0 -1/3 2/3 0 0 10/3

s3 0 0 0 -1 1 1 0 3

(36)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan

Agar tidak mempengaruhi optimalitas dari masalahnya, karena kasusnya maksimasi, nilai (baris z) pada tabel

optimal harus nonnegatif (kalau kasusnya minimasi, nilai optimal harus nonnegatif (kalau kasusnya minimasi, nilai (baris z) pada tabel optimal harus nonpositif)

1/3 – 1/3 d1 ≥ 0 d1 ≤ 1

4/3 + 2/3 d1 ≥ 0 d1 ≥ -2

12 2/3 + 10/3 d1 ≥ 0 d1 ≥ -3 4/5

(37)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan

Perubahan koefisien X2 Z = 3 X1 + (2 + d2) X2

Dasar z x1 x2 s1 s2 s3 s4 RHS

z 1 0 0 1/3 + 2/3 d2 4/3 - 1/3 d2 0 0 12 2/3 + 4/3 d2

1/3 + 2/3 d2 ≥ 0 d2 ≥ -1/2

4/3 – 1/3 d2 ≥ 0 d2 ≤ 4

z 1 0 0 1/3 + 2/3 d2 4/3 - 1/3 d2 0 0 12 2/3 + 4/3 d2

x2 0 0 1 2/3 -1/3 0 0 4/3

x1 0 1 0 -1/3 2/3 0 0 10/3

s3 0 0 0 -1 1 1 0 3

s4 0 0 0 -2/3 1/3 0 1 2/3

(38)

Analisa Sensitivitas dari Solusi Optimal:

Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan

Perubahan secara simultan:

1/3 – 1/3 d1 + 2/3 d2 >= 0 1/3 – 1/3 d1 + 2/3 d2 >= 0

(39)
(40)
(41)

Solusi Optimal

Nilai maksimum dicapai pada titik perpotongan garis 1 dan 2 1) X1 + 2 X2 ≤ 6

2) 2 X1 + X2 ≤ 8 2) 2 X1 + X2 ≤ 8

Dengan substitusi/eliminasi, dapat diperoleh titik perpotongannya:

X1 = 10/3 X2 = 4/3

Z = 3000 X1 + 2000 X2 = 12667 Kesimpulan:

(42)

Status Sumber Daya

Titik Optimal pada perpotongan batasan 1 dan batasan 2

Batasan 1 ketersediaan bahan mentah A langka (habis terpakai)

terpakai)

Batasan 2 ketersediaan bahan mentah B langka (habis terpakai)

Batasan 3 selisih cat interior dan cat eksterior melimpah (masih ada sisa jatah)

Batasan 4 permintaan cat interior melimpah (masih ada sisa jatah)

(43)

Perubahan koefisien fungsi tujuan

Rotasi garis yang mewakili Z dan melewati titik optimal menunjukkan pengaruh

menunjukkan pengaruh kenaikan/penurunan

koefisien fungsi tujuan

mempengaruhi besarnya nilai optimum.

Searah jarum jam: kenaikan koefisien X1/penurunan koefisien X2

(44)

Perubahan koefisien fungsi tujuan

Kelayakan tidak akan berubah dan optimal akan tetap di titik C selama rotasi dilakukan

Searah jarum jam sampai menghimpit garis BC Searah jarum jam sampai menghimpit garis BC

Berlawanan arah jarum jam sampai menghimpit garis CD

Bila garis Z menghimpit garis BC atau CD, akan terjadi optimum alternatif

(45)

Perubahan koefisien fungsi tujuan

Perubahan Ce saja

Z = (3 + d1) X1 + 2 X2

1/2 ≤ Ce/2 ≤ 2/1 1 ≤ Ce ≤ 4 -2 ≤ d1 ≤ 1

1/2 ≤ Ce/2 ≤ 2/1 1 ≤ Ce ≤ 4 -2 ≤ d1 ≤ 1

Perubahan Ci saja

Z = 3 X1 + (2 + d2) X2

(46)

Perubahan RHS

Pergeseran garis pembatas 1 sampai pada titik B

(penurunan RHS) atau titik (penurunan RHS) atau titik K (kenaikan RHS)

Substitusi titik B (4,0) ke

batasan 1 4

Substitusi titik K (3,2) ke

batasan 1 7

batasan 1 7

(47)

Perubahan RHS

Pada titik B X1 = 4

Pada titik K X1 = 4

Y1 = (13-12)/(7-4) = 1/3ribu dollar per ton bahan A

(48)

Perubahan RHS

Pergeseran garis pembatas 2 sampai pada titik D

(penurunan RHS) atau titik (penurunan RHS) atau titik J (kenaikan RHS)

Substitusi titik D (2,2) ke

batasan 2 6

Substitusi titik J (6,0) ke

batasan 2 12 3

2

2

batasan 2 12

(49)

Perubahan RHS

Pada titik D X1 = 2

Pada titik J X1 = 6

Y2 = (18-10)/(12-6) = 4/3ribu dollar per ton bahan B

(50)
(51)

Konsep Dualitas

Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain

Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal

(52)

Bentuk Standar

Masalah Primal Masalah Dual

(53)

Bentuk Standar

Masalah Primal Masalah Dual

(54)

Aturan-aturan (Hillier & Lieberman)

Koefisien fungsi tujuan dari permasalahan primal adalah ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan dualnya Ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan primal Ruas kanan kendala fungsional pada permasalahan primal merupakan koefisien fungsi tujuan pada permasalahan

dualnya

Koefisien variabel kendala fungsional pada permasalahan primal menjadi koefisien pada kendala fungsional pada permasalahan dualnya

(55)

Aturan-aturan (Taha)

(56)

Masalah dual diperoleh secara simetris dari

masalah primal

Variabel Primal

x1 x2 … xj … xn Z Sisi kanan dari

batasan dual c1 c2 … cj … cn bi

Koefisien sisi kiri dari batasan dual

(57)

Masalah dual diperoleh secara simetris dari

masalah primal

Variabel Dual

y1 y2 … yi … ym W Sisi kanan dari

batasan primal b1 b2 … bi … bm cj

Koefisien sisi kiri dari batasan primal

(58)

Hubungan Primal-Dual

Tujuan Primal Standar

Dual

Tujuan Batasan Variabel Maksimisasi Minimisasi ≥ Tidak dibatasi

(59)

Contoh:

Primal

Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3

x1 + 2 x2 + x3 10

x1 + 2 x2 + x3 10

2 x1 - x2 + 3 x3 = 8

(60)

Contoh:

Primal Standar

Max z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3

x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10 x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10

2 x1 - x2 + 3 x3 = 8

(61)

Contoh:

Dual

Min W = 10 y1 + 8 y2

y1 + 2 y2 5

y1 + 2 y2 5

2 y1 - y2 12

y1 + 3 y2 4

y1 + 0 y2 0 (y1 0)

(62)

Pemecahan Masalah Dual

Nilai tujuan dalam satu pasangan masalah primal dan

dual harus memenuhi hubungan berikut

1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dan dual yang 1. Untuk setiap pasangan pemecahan primal dan dual yang

layak

(nilai tujuan dalam masalah maksimisasi)

≤ (nilai tujuan dalam masalah minimisasi) 2. Di pemecahan optimum untuk kedua masalah

(nilai tujuan dalam = (nilai tujuan dalam (nilai tujuan dalam

masalah maksimisasi)

(63)
(64)

Contoh

Primal (min) Dual (max)

Pemecahan Layak Pemecahan Layak

Pemecahan Layak x1 = 3

x2 = 0

Nilai tujuan z = 15

Pemecahan Layak y1 = 3

y2 = 1

Nilai tujuan w = 14

(65)

Contoh

Primal (min) Dual (max)

Pemecahan Tak Layak Pemecahan Tak Layak

Pemecahan Tak Layak x1 = 3

x2 = 1

Nilai tujuan z = 17

Pemecahan Tak Layak y1 = 4

y2 = 1

Nilai tujuan w = 17

(66)

Contoh

Primal Dual

Pemecahan Optimal Pemecahan Optimal

Pemecahan Optimal x1 = 3

x2 = 0

Nilai tujuan z = 15

Pemecahan Optimal y1 = 5

y2 = 0

Nilai tujuan w = 15

(67)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Max Z = 5 x1 + 12 x2 + 4 x3

ST ST

x1 + 2 x2 + x3 <= 10

2 x1 – x2 + 3 x3 = 8

(68)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Bentuk standar

Max Z - 5 x1 - 12 x2 - 4 x3 + MR1 = 0

ST

x1 + 2 x2 + x3 + s1 = 10

2 x1 – x2 + 3 x3 + R1 = 8

(69)
(70)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Solusi optimal: X1 = 5 1/5

X2 = 2 2/5 X2 = 2 2/5 X3 = 0

S1 = 0 R1 = 0

(71)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Bentuk siap simpleks primal

5 12 4 0 -M Z

x1 x2 x3 s1 R1 bi

Formulasi masalah Dual

(72)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Masalah Dual:

Min W = 10 y1 + 8 y2

ST

y1 + 2 y2 >= 5

2 y1 – y2 >= 12

y1 + 3 y2 >= 4

(73)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Masalah Dual Standar:

Min W = 10 y1 + 8 y2’ – 8 y2” +

M(R1 + R2 + R3) M(R1 + R2 + R3)

ST

y1 + 2y2’ – 2y2” – s1 + R1 = 5

2y1 – y2’ + y2” - s2 + R2 = 12

(74)
(75)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

Solusi Optimal:

Y1 = 5 4/5 Y1 = 5 4/5 Y2’ = 0

Y2” = 2/5

Y2 = Y2’ – Y2” = -2/5 S1 = 0

(76)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

1. Nilai Woptimal dual = nilai Zoptimal primal

2. Koefisien fungsi objektif optimal variabel basis yang

muncul pada tabel awal masalah primal = selisih (ruas muncul pada tabel awal masalah primal = selisih (ruas kiri – ruas kanan) dari batasan masalah dual yang

bersesuaian dengan variabel basis pada tabel awal primal

Sehingga hasil penyelesaian dari masalah dual di atas bisa disimpulkan hanya berdasarkan penyelesaian dari

(77)

Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS z 1 -2M-5 M-12 -3M-4 0 0 -8M

s1 0 1 2 1 1 0 10 10

R1 0 2 -1 3 0 1 8 2 2/3

Dasar z x1 x2 x3 s1 R1 RHS

z 1 0 0 3/5 5 4/5 -2/5 + M 54 4/5

x2 0 0 1 -1/5 2/5 -1/5 2 2/5

Rasio

x2 0 0 1 -1/5 2/5 -1/5 2 2/5

(78)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

1. Wmin = Zmax = 54 4/5

2. Keputusan Optimal Dual:

Variabel basis pada tabel awal

primal

Nilai (baris z) di tabel optimal primal untuk variabel basis tersebut

Selisih ruas kiri dan ruas kanan pembatas dual yang

berkaitan dengan variabel tersebut

S1 5 4/5 Y1 – 0

R1 -2/5 + M Y2 – (-M) = Y2 + M

(79)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

3. Nilai Zoptimal Primal = Nilai Woptimal Dual

4. Koefisien fungsi objektif optimal variabel basis yang

muncul pada tabel awal masalah dual = selisih (ruas kiri muncul pada tabel awal masalah dual = selisih (ruas kiri – ruas kanan) dari batasan masalah primal yang

bersesuaian dengan variabel basis pada tabel awal dual

(80)

Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS

W 1 4M - 10 4M - 8 -4M + 8 -M -M -M 0 0 0 21M

R1 0 1 2 -2 -1 0 0 1 0 0 5 2,5

R2 0 2 -1 1 0 -1 0 0 1 0 12 -12

R3 0 1 3 -3 0 0 -1 0 0 1 4 1,333333333

Dasar W y1 y2' y2" s1 s2 s3 R1 R2 R3 RHS

W 1 0 0 0 -5 1/5 -2 2/5 0 26/5 - M 12/5 - M -M 54 4/5

s3 0 0 0 0 -1 2/5 1/5 1 1 2/5 -1/5 -1 3/5

y2" 0 0 -1 1 2/5 -1/5 0 -2/5 1/5 0 2/5

y1 0 1 0 0 -1/5 -2/5 0 1/5 2/5 0 5 4/5

Rasio

(81)

Dualnya Dual

Max Z = 5 X1 + 12 X2 + 4 X3 ST

X1 + 2 X2 + X3 <= 10 2X1 – X2 + 3 X3 <= 8

-2 X1 + X2 – 3 X3 <= -8 - X1 <= 0

(82)

Hubungan Tabel Simpleks Primal dan Dual

3. Zmax = Wmin = 54 4/5

4. Keputusan Optimal Primal:

Variabel basis pada tabel awal

dual

Nilai (baris z) di tabel optimal dual untuk variabel basis tersebut

Selisih ruas kiri dan ruas kanan pembatas primal yang

berkaitan dengan variabel tersebut

R1 26/5 – M X1 – M

R2 12/5 - M X2 – M

R3 -M X3 – M

Gambar

Tabel Optimal Simpleks

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya menguasa berbagai pendekatan dan teknik dalam konseling, seperti psikodinamik, perilaku, CBT, SFBT, humanistik- fenomenologi, REBT dan berbagai teknik

Menambahkan variabel Inside Shareholders, pemegang saham dari pihak luar, profitability, sales growth, age, log asset, firm age, Segmen Dummy variable dan firm size sebagai

Agar pelaksanaan fungsi pelayanan kesehatan dapat terlaksana secara optimal, maka kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan akan dipungut Retribusi sebagai pembayaan atas

Selain itu, Penelitian penggunaan formalin pada tahu takwa kotamadya Kediri yang pernah dilakukan oleh Ayudiah Aprilianti dkk (2007) menunjukkan bahwa 62,50% mengandung

Teknik yang digunakan dalam iklan ini adalah dengan cara memberikan demonstrasi kepada konsumen tentang manfaat suatu produk yang ditawarkan7. Slice

Hal ini disebabkan karena susu sebagai bahan dasar dangke hanya diberi larutan getah pepaya yang berarti hanya peran enzim papain yang dapat mengganggu kestabilan

5) Menerima pinjaman dari bank lain atau lembaga non bank atas persetujuan Dewan Komisaris. Menerapkan Tata Kelola pada setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan atau

Hasil penelitian pada taraf signifikan 5%, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT lebih unggul daripada pembelajaran konvensional,