BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KEADAAN UMUM
2.1. Kondisi Wilayah
Desa Dengkek Sari merupakan salah satu desa di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Kecamatan Tembalang merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan tanah antara 30% - 75%, memiliki luas wilayah sekitar 3.871,765 Ha dan ketinggian tempat 200 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Tembalang terbagi dalam 12 kelurahan yaitu Kelurahan Tembalang, Kramas, Bulusan, Jangli, Tandang, Sendangguwo, Rowosari, Mangunharjo dan Meteseh.
2.2. Keadaan Sosial Ekonomi
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah (Jiwa)
1. Tamat Perguruan Tinggi 1.160
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah (Jiwa)
1. Buruh tani 20
tidak kesulitan mendapatkan air bersih. Tingkat kesadaran pendidikan juga sudah tergolong baik, dapat dilihat dari sebagian besar penduduknya dapat mengenyam pendidikan mulai dari tamatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian (bagi usia 10 tahun ke atas) paling banyak bekerja sebagai pegawai negeri (sipil sebanyak 682 orang dan ABRI sebanyak 20 orang), jasa sebanyak 1.963 orang dan buruh industri sebanyak 389 orang.
2.3. Kondisi Peternakan
dijual sewaktu-waktu jika diperlukan. Pemasaran hasil ternak biasanya dilakukan dengan cara peternak bertransaksi jual-beli di pasar hewan terdekat.
2.4. Potensi Sumber Daya Alam
BAB III
RUMUSAN MASALAH
3.1. Identifikasi Masalah
tumpukan kotoran di bawah kandang yang tidak tertangani dengan baik. Masalah yang lainnya yaitu kualitas pemeliharaan ternak dilihat dari pemberian pakan ternak yang masih kurang diperhatikan secara kuantitas dan kualitasnya (kesulitan mendapatkan pakan saat musim kemarau sehingga ternak kekurangan pakan), kontruksi kandang yang kurang sesuai dan letak kandang yang dekat dengan pemukiman, teknik perkawinan ternak secara alami dan belum terstruktur sehingga interval kelahiran anak tidak tetap dan interal kelahiran menjadi lebih lama. Dari masalah-masalah yang dihadapi seperti diatas dapat menyebabkan produksi ternak kurang optimal dan keuntungan peternak menjadi kurang maksimal.
3.2. Penetapan Masalah
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Materi Penyuluhan
4.3. Metode Penyuluhan
4.4. Media Penyuluhan
komponen utama yang penting untuk diperhatikan. Media yang akan digunakan dalam model komunikasi tersebut dipilih berdasarkan pada strategi komunikasi yang dimiliki untuk mendapatkan perubahan perilaku yang diinginkan secara optimal.
4.5. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari program yang telah ditetapkan. Pada program penyuluhan tentang ternak kambing di Kelurahan Tembalang, evaluasi program dilakukan 3 bulan setelah penyuluhan tersebut dilakukan. Evaluasi ini meliputi bagaimana mereka mampu menerapkan informasi yang diberikan, apakah dengan informasi yang diberikan terjadi adanya perubahan yang lebih baik atau sebaliknya.
4.5.1. Solusi
4.5.1. Pretest
Sebelum melakukan penyuluhan, responden diberikan
kuesioner (pretest) terlebih dahulu. Pretest merupakan beberapa
pertanyaan yang dilontarkan penyuluh kepada responden yang akan diberikan materi sebelum penyuluh tersebut menyampaikan materinya. Pretest bertujuan untuk mengetahui wawasan responden yang akan diberi materi terhadap materi yang akan disampaikan penyuluh. Menurut Zulfkri (2009) pretest bertujuan untuk mengetahui wawasan responden yang
akan diberikan materi mengenai materi yang akan diberikan. Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden
tentang materi, sebelum materi tersebut diberikan (Mardiningsih, 2009). Berikut beberapa contoh pretest :
1. Bagaimana kriteria bibit kambing unggul menurut anda?
beberapa pertanyaan yang dilontarkan penyuluh kepada responden sesudah penyuluh tersebut menyampaikan materinya. Postest bertujuan untuk mengetahui peningkatan wawasan responden setelah diberikan materi. Mardiningsih (2009) menyatakan bahwa postes dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan setelah responden diberi materi. Menurut Zulfkri (2009) postest bertujuan untuk mengetahui pemahaman materi penyuluhan setelah responden mendapat materi dari penyuluh. Berikut beberapa contoh postest:
1. Bagaimana kriteria bibit kambing unggul menurut anda?
2. Langkah apa yang anda lakukan untuk menunjang produktivitas ternak kambing?
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiati, I., U. Subekti dan W. Windari. 2007. Adopsi Petani Ternak terhadap Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Kambing Kacang di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Magelang.
Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Media Cetak dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak Ayam Buras tentang Flu Burung. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang.
Rasyid, A. 2012. Metode komunikasi penyuluhan pada petani sawah. Jurnal Ilmu Komunikasi 1 (1) : 1-55
Sadono, D. 2009. Perkembangan pola komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Jurusan Komunikasi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor. 2 (7) : 45-56
Siti, A. 2010. Strategi Komunikasi Pembinaan Pembudidayaan Kambing Boer untuk Meningkatkan Taraf Ekonomi Masyarakat di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Program Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. (7) : 1-128
Suriatna, S. 1987. Metode Penyuluh Pertanian. PT. Mediatama, Jakarta.
Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2011. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Titondp. 2011. 19 Peluang Bisnis Peternakan. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Zulfikri. 2009. Apa itu Pretest dan Postest?. http://fikrinatuna.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 22.37 WIB.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden
Peternak ke 1
Nama : Bapak Sapin
Pendidikan : Sekolah dasar
Jumlah ternak : 60 ekor (dengan jumlah induk wal 5 ekor)
Lama beternak : Dari kecil, meneruskan memelihara ternak milik orang tua Kebutuhan : Usaha sampingan, dijual sesuai kebutuhan
Masalah : Pengelolaan dan pemeliharaan kurang optimal, sanitasi belum optimal, anak yang dilahirkan kebanyakan berjenis kelamin jantan, perkandangan.
Peternak ke 2
Nama : Bapak Pandi
Pendidikan : Sekolah dasar
Jumlah ternak : 9 ekor (dengan jumlah induk awal 3 ekor) Lama beternak : Sejak 1999 hingga sekarang
Kebutuhan : Sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan
Masalah : Persediaan pakan saat musim kemarau, penanganan
penyakit yang kurang optimal
Peternak ke 3
Jumlah ternak : 14 ekor (7 ekor induk dan 7 ekor anak) Lama beternak : Sejak 1999 hingga sekarang
Kebutuhan : Usaha sampingan, dijual bila dibutuhkan
Masalah : Pengelolaan dan pemeliharaan yang kurang optimal, perkandangan, sanitasi
- Jarak dengan pemukiman penduduk : - Jarak dengan tempat pembelian bakalan : - Jarak dengan tempat pembelian pakan : - Jarak dengan tempat pemasaran :
- Luas Perusahaan :
i. Pengaruh keberadaan peternakan bagi masyarakat sekitar :
j. Perizinan perusahaan :
k. Modal Awal :
i. Jenis kandang :
j. Peralatan kandang :
k. Bangunan kandang :
l. Luas area peternakan :
m. Luas bangunan :
n. Modal pembuatan kandang : 5. Penerimaandan Kontinyuitas Produksi
a. Harga jual kambing :
b. Pola pemasaran :
c. Berat kambing yang dijual :