• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pembelajaran Pair Cheks Di SD Negeri Randuacir 02 Kelas 5 Semester II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pembelajaran Pair Cheks Di SD Negeri Randuacir 02 Kelas 5 Semester II "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah (1) Pembelajaran IPA, (2) Pembelajaran Pair Cheks, dan (3) Hasil belajar.

2.2 Pembelajaran IPA

2.2.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

a. IPA mempunyai nilai ilmiahartinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

(2)

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

2.2.2 Tujuan IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Bernal, 1998: 3).

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargaialam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(3)

pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat, Prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:

1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.

2. Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak.

3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya. 4. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki

prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.

5. Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

(4)

2.2.4 Ruang Lingkup IPA

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: Gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.3 Pembelajaran Tipe Pair Checks

2.3.1 PengertianPair Checks

Pair Checks merupakan metode pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan, oleh Spencer Kagan (1993). Pada strategi ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling memeriksa/mengecek pekerjaan atau pemecahan masalah masing-masing pasangannya.

Model pembelajaran kooperatif tipe pair checks merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model pair checks siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu ke individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan member penilaian.

(5)

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe pair checks adalah model Pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil sehingga membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan dan siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.

2.3.2 Karakteristik Tipe Pair Checks

Strategi pembelajaran Pairs Checks adalah salah satu strategi pembelajaran berpasangan selain Think Pairs Share (TPS) dan Think Pairs Write (Berpikir Berpasangan Menulis) pada model pembelajaran kooperatif. Strategi Pairs Checks ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling memeriksa pekerjaan atau pemecahan masalah masing-masing pasangannya.

2.3.3Langka-Langkah Pembelajaran Pair Checks

Model koopratif tipe Pair Checks mempunyai langkah-langkah pembelajaran tersendiri walaupun tidak terlepas dari konsep umum langkah-langkah kooperatif. Langkah-langkah Pair checks adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 orang. 2. Guru membagi kelompok-kelompok siswa tersebut menjadi pasangan-pasangan. Jadi ada

partner A dan partner B pada kedua pasangan.

3. Guru memberikan setiap pasangan ini sebuah lembar kerja untuk dikerjakan. Lembar kerja terdiri dari beberapa soal atau permasalahan (jumlahnya genap).

4. Berikutnya, guru memberikan kesempatan kepada partner A untuk mengerjakan soal nomor 1, sementara partner B mengamati, memberi motivasi, dan membimbing partner A selama mengerjakan soal nomor 1 tersebut.

5. Selanjutnya bertukar peran, partner B mengerjakan soal nomor 2, dan partner A mengamati, memberi motivasi, dan membimbing partner B selama mengerjakan soal nomor 2 tersebut.

6. Setelah 2 soal terselesaikan, maka pasangan tersebut mencek hasil pekerjaan mereka berdua dengan pasangan lain yang satu kelompok dengan mereka.

(6)

8. Langkah nomor 4, 5, dan 6 diulang lagi untuk menyelesaikan soal nomor 3 dan 4, demikian seterusnya sampai semua soal pada lembar kerja selesai dikerjakan setiap kelompok.

Menurut Miftahul Huda, M.Pd langkah-langkah dalam pembelajaran Pair Cheks adalah: 1. Guru Menjelaskan Konsep

2. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari beberapa 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani masing-masing atau peran yang berbeda: pelatih dan Partner.

3. Guru membagikan soal kepada partner.

4. Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

5. Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner, dan partner menjadi pelatih.

6. Guru membagikan soal kepada partner.

7. Partner menjawab soal dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain. 9. Guru membimbing dan memberi arahan atas jawaban dari berbagai soal.

10. Setiap tim mengecek jawabannya.

11. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reward oleh guru.

(7)

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Pair Cheks

No Langkah Keterangan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(8)

nomor 2 tersebut sama

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Pair Checks

Tidak ada metode belajar yang sempurna yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Suatu metode belajar pastinya mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan dari metode belajar dapat tercapai apabila ada tanggung jawab individual dari setiap anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual setiap anggota kelompok.

(9)

Kelebihan Pairs Checks:

1. Melatih siswa untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi pasangannya untuk berpikir dan tidak langsung memberikan jawaban (menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.

2. Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangannya secara tepat dan efektif.

3. Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritik atau saran yang membangun dari pasangannya, atau dari pasangan lainnya dalam kelompoknya. Yaitu saat mereka saling mengecek hasil pekerjaan pasangan lain di kelompoknya.

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk membimbing orang lain (pasangannya). 5. Melatih siswa untuk bertanya atau meminta bantuan kepada orang lain (pasangannya)

dengan cara yang baik (bukan langsung meminta jawaban, tapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/menyelesaikan masalah).

6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan atau bimbingan pada orang lain dengan cara yang baik.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menjaga ketertiban kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasana belajar).

Kelemahan Pairs Check:

1. Membutuhkan waktu yang lebih banyak.

2. Membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing pasangannya, dan kenyataannya setiap partner pasangan bukanlah siswa dengan kemampuan belajar yang lebih baik. Jadi kadang-kadang fungsi pembimbingan tidak berjalan dengan baik.

2.4 Hasil Belajar

2.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hermawan (2011:10.20), “hasil belajar mengacu pada sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan”, Udin (2011:4.42), “hasil belajar dinilai melalui beragamcara dan perwujudan menggunakan berbagai bentuk”.

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pengajaran.

(10)

ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Blom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahawa hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Dan hasil belajar tersebut digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hai ini akan bekaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan, penanaman konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap.

Menurut Slameto (1988:56-74) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain: (1) faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh); (2) faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan kematangan); dan (3) faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).

(11)

ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah); (3) faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Dari penjelasan yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan untuk faktor eksternal, terdiri dari: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2.5 Hubungan Pembelajaran Pair Cheks dengan Hasil Belajar

Berdasarkan uraian di atas bahwa ada hubungan erat antara pembelajaran Pair Cheks dengan hasil belajar. hubungannya dapat dilihat dari pembelajaran Pair Cheks yang merupakan salah satu tipe dari pembelajaran model kooperatif, yaitu pembelajaran yang di bentuk dalam kelompok atau berdiskusi dan berkerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pada paparan teoritis dan sintaks model pembelajaran Pair Cheks, tampak bahwa model pembelajaran ini dirancang agar siswa terlibat lebih banyak dalam pembelajaran. Keterlibatan aktivitas seluruh siswa itu dapat dilihat pada sintaks dimana siswa dengan model pembelajaran ini dikondisikan untuk mendiskusikan masalah dan untuk menjawab pertanyaan, termasuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan yang diajukan. Sintaks ini secara langsung menjadikan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Keterlibatan penuh inilah menjadikan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

(12)

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa penulis yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks untuk memecahkan masalah pembelajaran di beberapa sekolah. Peneliti yang dilakukan oleh Edi Suriawan Hakim, S.Pd (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Pairs Check untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika siswa kelas XA SMA Negeri 7 Kendari pada materi

pokok gerak lurus.

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data penelitian yang digunakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Aktivitas siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pairs Check secara umum pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil Belajar Fisika kelas XA SMA Negeri 7 Kendari pada materi pokok gerak lurus. Untuk Siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 63,39 dengan nilai minimum 50 dan nilai maksimum 80 sedangkan pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 75,17 dengan nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Jadi hasil Belajar Fisika kelas XA SMA Negeri 7

Kendari pada materi pokok gerak lurus cenderung mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 63,39 dengan standar deviasi 8,71 atau tingkat pencapaian sebesar 63,39 %, pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 75,17 dengan standar deviasi sebesar 8,86 atau tingkat pencapaian sebesar 75,17%.

(13)

rujukan bagi sekolah yang bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja yang memiliki situasi yang berbeda-beda.

2.7 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas.

Dengan model pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubung dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru dengan siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Dalam pembelajaran tipe Pairs Check guru hanya sebagai fasilitator dan pendamping siswa serta membantu siswa yang kurang paham. Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran tipe Pairs Check yakni dimulai dengan memberikan soal kemudian siswa diminta secara mandiri dalam pasangan menjawab soal dan tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari guru selanjutnya siswa bertukar peran, dimana siswa yang mengerjakan soal sebelumnya menjadi patner, demikian sebaliknya dengan mengerjakan soal yang sama. Setelah selesai barulah hasil pekerjaan dicek, apakah jawaban sudah sesuai dan benar. Kemudian dari hasil perpaduan jawaban yang ditemukan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah dilakukan didepan kelas. Tahap akhir, setelah melakukan presentasi siswa diberikan lembar evaluasi yang harus dikerjakan.

(14)

2.8 Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Pair Cheks

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji ketebalan rumah keong pompa pendingin sekunder yang dilaksanakan pada bulan juni 2005 menggunakan ultrasonic single layer diketahui telah

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, iklim kelas, dan

Pada tinjauan pustaka mengenai Program Pokok Puskesmas : Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), disebutkan bahwa kegiatan program ini yaitu untuk menjaring klien

nama, tipe data dari sebuah kolom/field, menambah, merubah urutan dan menghapus field, menambah dan menghapus Primary Key dan Foreign Key, menambah dan mengurangi konstrain

adalah menyelesaikan Multi-objective Flexible Job shop scheduling problem dengan kriteria meminimumkan makespan, workload terbesar, dan total workload dari seluruh mesin.Untuk

mendebet Rekening Giro BI BRI dan mengkredit Rekening Giro BI Bank Mandiri dan menyerahkan Cek berikut Surat Tolakannya kepada BRI.  Bank BRI selanjutnya akan mengambil warkat

• The influence of question content, question wording, response strategy, and preliminary analysis planning on question construction.. • Each of the numerous question design issues

Soal