• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan DPR RI Sebelum dan Sesudah Am

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keberadaan DPR RI Sebelum dan Sesudah Am"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA SEBELUM DAN

SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

Disusun oleh:

FARIS AUZAN GHIFFARI

110110130334

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JALAN DIPATIUKUR NO. 35

(2)

PENDAHULUAN

DPR RI merupakan lembaga dewan perwakilan rakyat yang memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Untuk melaksanakan fungsinya tersebut DPR RI memilki hak dan wewenang, antara lain : hak interpelasi, hak budget, hak angket, hak menyatakan pendapat. Selain itu, anggota DPR RI memiliki hak yang dapat di gunakan antara lain: hak mengajukan pertanyaan, hak mengajukan usul dan pendapat, hak memilih dan di pilih, hak membela diri, hak imunitas, hak protokoler, dan hak – hak yang lainnya.

Ada beberapa persoalan yang menyangkut anggota DPR.

Pertama. Sebagai lembaga terhormat DPR tidak lepas dari cacian public. Ini di sebabkan, prilaku anggota DPR yang tidak mentaati aturan/etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga banyak anggota DPR dari berbagai partai politik yang terlibat tindak pidana korupsi dan banyak pula anggota DPR yang sudah di vonis bersalah melakukan korupsi dan di penjarakan.1

Kedua. Kemudian banyak anggota DPR yang tidak memiliki kemampuan legislasi. Mungkin ini di sebabkan perekutan (rekrutmen politik) calon anggota dewan oleh partai politik yang bersangkutan tidak berjalan sebagaimana mestinya.2

Ketiga. Hal yang juga mengejutkan, rendahnya iman dan moral anggota dewan yang terlibat dalam persoalan tindakan asusila, terlibat narkoba, dan bentrookan fisik sesame anggota dewan dengan di sertai kata-kata kasar dan kotor, sering juga terlontar dari mulut anggota dewan. Jadi dalam persoalan ini anggota dewan tersebut tidak dapat menjaga kehormatannya selaku anggota dewan yang terhormat dan sekaligus merusak marwah lembaga DPR.3

Keempat. Begitu juga, rendahnya kinerja anggota DPR, baik dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam memenuhi kewajibannya sebagai wakil rakyat, yakni memperjuangkan aspirasi rakyat. Masyarakat dapat menilai, bahwa anggota DPR lebih banyak memperjuangkan partai politiknya dan kepentingan pribadinya semata. 4

Kelima. Demikian pula di lembaga DPR, mengalami sejumlah kemelut kasus dan penurunan citra selama triwulan terakhir. Sejumlah presepsi terkait kasus hokum membelit lembaga tersebut. Salah satu yang pali menonjol adalah gesekan kepentingan antar lembaga Negara setelah pencalonan Komisaris Jendral Budi Gunawan sebagai kaporli. Konflik yang tampak mengedepankan aspek kewenangan sektoral yang di miliki lembaga tersebut menyebabkan citra lembaga DPR itu cenderung menurun.5

1

Darmawan, Cecep. Pengaruh pemberdayaan anggota DPRD, Program Pasca Sarjana UNPAD Bandung, 2009

2

Ramalan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1992, hlm 118

3

Ibid hlm 118

4

Ibid hlm 118

5

(3)

KEDUDUKAN DPR SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN

Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959 memberlakukan kembali UUD 1945 yang memberikan kesempatan sekali lagi penggunaan system presidensial. System ini berlaku hingga pemerintahan orde baru menjalani kekuasaannya selama 32 tahun.6

Lalu bagaimana kedudukan DPR selama 32 tahun, orde baru (Soeharto) berkuasa. Menurut A.

Dahlan Ranuwihardjo, SH “ untuk membahas dan menilai praktek-praktek ketatanegaraan pada masa

yang lalu dan masa pasca orde baru, kita harus mempergunakan kriteria atau tolak ukur yang sama. Menurutnya kriteria itu adalah UUD 1945 “.7

Kedudukan Presiden dan DPR

Sistem pemerintah presidensial memang memberikan kekuasaan yang besar kepada Presiden sebagai kepala pemerintahan dan sebagai kepala Negara, terutama karena Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen dan karena itu tidak dapat di jatuhkan oleh parlemen. Tetapi itu tidak berarti bahwa kekuasaan Presiden adalah tidak terbatas. System pemerintahan menurut UUD 1945 tidaklah Presiden atau executive-heavy. Presiden adalah neben-goerdnet dengan DPR, artinya kedua lembaga tinggi ini berdiri sederajat sama tinggi. UUD 1945 mengandung keseimbangan antara Presiden dan DPR. Adanya ketentuan UUD 1945 pasal 5 ayat 1 yaitu bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR, dan ketentuan pasal 23 ayat 1 yaitu bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Negara di tetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang, dua buah ketentuan tersebut “memaksa” Presiden untuk selalu bekerja sama dengan DPR dan untuk memperoleh persetujuan DPR dalam pembentukan undang-undang termasuk undang-undang APBN.8 Tanpa bekerja sama dengan dan tanpa persetujuan DPR, Presiden tidak akan memperoleh undang-undang yang di perlukan untuk menjalankan kekuasaan pemerintah (pasal 4 ayat 1) dan tanpa undang-undang yang di perlukan itu, khusus nya undang-undang APBN dan U.U organik untuk melaksanakan pasal-pasal UUD 1945 serta undang-undang lainnya, Presiden akan “lumpuh” tidak mampu melaksanakan kekuasaan pemerintahan. Itulah mengapa penjelasan UUD 1945 tentang system pemerintah Negara menegaskan lagi bahwa Presiden harus bekerja bersama-sama dengan DPR. Bekerja bersama-sama dengan DPR , berarti tidak menekan, tidak medominasi dan tidak menguasai DPR. 9

Jika misalnya DPR tidak menyetujui suatu kebijaksanaan pemerintah, bagaimana lalu sikap pemerintah? Apakah terus saja melaksanakan kebijaksanaan tersebut meskipun tidak di setujui oleh DPR? tentulah amat terpuji, jika dalam kasus terjadinya perbedaan pendirian antara pemerintah dan DPR itu, lalu di upayakan perundingan/musyawaroh untuk mencari titik temu atau kompromi tidak juga di temukan lalu bagaimana? Sepanjang sikap DPR tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintah itu di landasi UUD 1945, GBHN, undang-undang atau peraturan lainnya, maka pemerintahlah yang harus mundur dan meninjau kembali kebijaksanaan yang tidak di setujui oleh DPR atau menghentikan pelaksanaannya, jika sudah mulai di laksanakan.10

Penjelasan UUD 1945 tentang system pemerintahan Negara menegaskan bahwa kekuasaan Presiden bukannya tak terbatas. Meskipun Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR , melainkan

6

Moch. Nurhasim & Ikrar Nusa Bakti, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal, cetakan I, 2009. Hlm 23

7

A. Dahlan Ranuwihardjo S.H., Seminar Nasional, Format Lembaga Kepresidenan Menuju Demokratisasi Kehidupan Politik Dimasa Depan. Hlm 5

(4)

kepada MPR, namun menurut penjelasan tersebut, Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat. 11

“Memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR” Artinya bukan sekedar mendengarkan atau telah membaca suara DPR, melainkan tidak melakukan/meneruskan kebijaksanaan yang tidak di setujui oleh DPR, alias harus menyesuaikan diri dengan suara DPR. 12

Mengapa pemerintah harus menyesuaikan diri dengan suara DPR? karena seperti yang di terangkan dalam penjelasan UUD 1945: “ kedudukan DPR adalah kuat. DPR tidak bisa di bubarkan oleh Presiden (berlainan dengan sistem parlementer). Kecuali itu anggota-anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh karena itu DPR dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dan jika DPR menganggap bahwa Presiden sungguh melanggar halauan Negara yang telah di tetapkan oleh undang-undang dasar atau oleh Majelis Permusywaratan Rakyat, maka majellis itu dapat di undang untuk persidangan istimewa agar supaya bisa meminta pertanggungan jawab kepada Presiden”.13

Jadi kalau dalam kasus terjadinya perbedaan pendirian antara pemerintah dan DPR, pemerintahlah yang harus “mundur”, hal ini adalah karena adanya kemungkinan yang terkandung

dalam penjelasan tersebut, yaitu bahwa atas sikap pemerintah yang “membangkang” itu, DPR akan

bertindak lanjut memanggil sidang istimewa MPR untul meminta pertanggungan jawab Presiden.14 Implikasi yang terkandung dalam penjelasan UUD 1945 tersebut, yaitu bahwa Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR, yang berarti bahwa pemerintah harus menyesuaikan

diri dengan suara DPR, Implikasinya adalah bahwa dalam menjalankan fungsi “mengawasi tindakan

-tindakan Presiden”, seperti yang tercantum dalam penjelasan yang diatas, DPR dalam menjalankan pengawasan tersebut dapat menyatakan tidak setuju terhadap suatu kebijakasanaan pemerintah, dengan demikian DPR berwenang membendung, menghambat, memerintahkan peninjauan kembali ataupun membatalkan suatu kebijaksanaan pemerintah.15

Kebijaksanaan pemerintah yang dapat di cek (diawasi/dibendung) oleh DPR itu meliputi semua segi penyelenggaraan pemerintahan, jadi meliputi bidang politik, ekonomi, kebudayaan, hankam dan sebagainya. Juga meliputi pengangkatan pejabat-pejabat tinggi Negara seperti menteri,duta besar dan sebagainya, meskipun pengangkatan itu merupakan hak prerogatif Presiden. Dan kalau suatu pengangkatan sampai di persoalkan oleh DPR, landasanya tentu saja ketentuan UUD 1945, GBHN undang-undang ataupun peraturan lainnya.16

Dengan adanya ketentuan DPR untuk mengecek kebijaksanaan pemerintahan itu, maka walaupun menurut UUD 1945 pasal 4 ayat 1, Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerinntahan, namun kekuasaan Presiden bukannya tanpa batas, bukannya tidak dapat di cek oleh DPR. Dengan demikian UUD 1945 mengandung adanya keseimbangan antara Presiden dan DPR: sistem

pemerintahan menurut UUD 1945 tidaklah “President-Heavy” (berat kepada Presiden), juga tidak “

(5)

Bagaimana kedudukan DPR pasca amandemen

Dalam upaya mempertegas pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi yang kebih ketat dan transparant, ketentuan mengenai DPR di lakukan perubahan. Sebelum di ubah ketentuan DPR terdiri atas 4 pasal, yaitu pasal 19, pasal 20, pasal 21, dan pasal 22. Setelah perubahan ketentuan ini menjadi 7 pasal, yaitu pasal 19, pasal 20, pasal 20 A, dan pasal 22 B.

18

Dari uraian tersebut di atas, timbul pertanyaan sebagai berikut: 19

1. Bagaimana keanggotaan, susunan dan waktu sidang DPR menurut UUD 1945

Ketentuan mengenai keanggotaan, susunan, dan waktu sidang DPR semula di atur dalam pasal 19 dengan ayat 2. Setelah perubahan UUD 1945, ketentuan tersebut di atur dalam pasal 19 dengan ayat 3. Coba kalian perhatikan rumusan naskah asli dan rumusan perubahannya berikut ini.

Rumusan naskah asli

Pasal 19

(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat di tetapkan dengan undang-undang.

(2) Dewan perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. Rumusan perubahan

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di pilih melalui pemilihan umum.

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat di atur dengan undang-undang.

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata yang berubah dari ketentuan tersebut adalah penambahan ketentuan mengenai pemilihan anggota DPR. Dua ketentuan lainnya, yakni susunan dan masa sidang DPR tetap tidak berubah.

Penjabaran dari pasal 19 ayat 1 dari UUD 1945 hasil amandemen sebagai berikut :

a. Anggota DPR dipilih melalui pemilu

Adanya ketentuan bahwa anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum dimaksudkan untuk mewujudkan asas kedaulatan rakyat. Dengan adanya ketentuan ini pasa masa dating tidak ada lagi anggota DPR yang diangkat. Hal ini sesuai dengan paham demokrasi perwakilan yang mendasarkan keberadaannya pada prinsip perwakilan atas dasar pemilihan (representation by election).

Dengan adanya seluruh anggota DPR di pilih melalui pemilu, tentu saja menimbulkan pengaruh yang positif, di antaranya adalah :

a. Kehidupan demokrasi semakin berkembang. b. Legitimasi DPR pun menjadi semakin kuat.

b. Susunan dan keanggotaan DPR

DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Hal-hal yang berkenaan dengan keanggotaan, adalah sebagai berikut :

18

Budimasyah, Dasim. Mengenal Konstitusi UUD 1945 dan Perubahannya, hlm 76

19

(6)

a. Anggota DPR berjumlah 650 orang,

b. Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden,

c. Anggota DPR berdomisili di ibukota Negara republik Indonesia, dan

d. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkn sumpah/janji.

c. Waktu sidang DPR

Dewan Perwakilan Rakyat bersidangsedikitnya sekali dalam setahun [pasal 19 ayat (3) UUD 1945]. Tahun sidang DPR dimulai pada 16 Agustus dan di akhiri pada 15 Agustus tahun berikutnya. Apabila pada 16 Agustus jatuh pada hari libur, pembukaan tahun sidang dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

Tahun sidang dibagi dalam empat masa persidangan. Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses.

Masa sidang adalah masa pada saat DPR malakukan kegiatan, terutama didalam gedung DPR.

Masa reses adalah masa DPR melakukan kegiatan diluar masa sidang, terutama diluar gedung DPR. Misalnya, malaksanakan kunjungan kerja, baik yang dilakukan oleh anggota secara perseorangan maupun secara berkelompok, ketempat daerah pemilihan (dapil) masing-masing.

Sidang pada hari permulaan tahun sidang yang merupakan rapat paripura, acara pokoknya adalah pidato kenegaraan Presiden. Apabila pada sidang tersebut presiden berhalangan hadir, pidato kenegaraan akan disampaikan oleh wakil presiden.

2. Bagaimana kekuasaan DPR membentuk Undang-Undang

Perubahan UUD 1945 membawa pengaruh yang cukup besar terhadap kekuasaan DPR dalam membentuk undang-undang. Penjabaran dari rumusan naskah asli dan rumusan setelah diamandemen adalah sebagai berikut

Rumusan naskah asli

Pasal 20

(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Jika sesuatu rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Rumusan perubahan

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

(3) Jika rancangan undang itu tidak dapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

(7)

(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang disetujui., rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Jika diperhatikan, perubahan pasal 20 UUD 1945 telah mengubah peran DPR. Jika sebelumnya DPR hanya berugas membahas dan memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang, sekarang menjadi lembaga yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang, yang sebelumnya di tangan presiden dialihakan kepada DPR, merupaka langkah konstitusional. Yang antara lain untuk meletakan secara tepat fungsi lembaga Negara sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam hal ini DPR memegang kekuasaan legislatif, sedangkan presiden memegang kekuasaan eksekutif.

Walaupun demikian, UUD 1945 juga mengatur kekuasaan presiden di bidang legislatif.

Contoh :

Dalam pasal 20 ayat (2) UUD 1945 ada ketentuan bahwa pembahasan setiap rancangan undang-undang (RUU) oleh DPR bersama-sama dengan presiden.

Jadi makna pergeseran kewenangan membentuk undang-undang tersebut:

a. Ditinggalkannya teori pembagian kekuasaan (distribution of power) dengan prinsip supremasi MPR, dan

b. Menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances).

3. Bagaimana Fungsi dan Hak DPR serta Hak anggota DPR

Jika diperhatikan UUD 1945 naskah asli, kita tidak akan menemukan ketentuan mengenai fungsi dan hak DPR serta hak anggota DPR secara memadai. Dengan maksud lebih mengoptimalkan fungi DPR sebagai lembaga perwakilan maka dalam perubahan UUD 1945 hal tersebut menjadi perhatian utama.

Ketentuan mengenai fungsi dan hak DPR serta hak anggota DPR diatur dalam pasal 20A dangan ayat 4. Rumusan sebagai berikut :

Pasal 20A

(1) Dewan perwakilan rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain undang

-undangdasar ini, dewan perwakilan rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatkan pendapat.

(3) Selain hak yang di atur dalam pasal-pasal lain undang-undang dasar ini, setiap anggota dewan perwakilan rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.

(8)

Penjabaran dari pasal 20A sebagai berikut :

a. Fungsi DPR

Menurut ketentuan pasal 20A ayat (1) UUD 1945 fungsi DPR ada tiga, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Mari kita pahami ketiga fungsi tersebut:

(1) Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang yang membahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

(2) Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Negara bersama presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD.

(3) Fungsi pengawasan adalah fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksaan undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945. Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.

Untuk menjalankan fungsinya itu, DPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

(1) Membentuk undang-undang yang di bahas dengan presiden untuk medapat persetujuan bersama.

(2) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang. (3) Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang di ajukan DPD yang

berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.

(4) Memerhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan , dan agama.

(5) Menetapkan APBN bersama presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD.

(6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, anggaran pendapatan dan belanja Negara, serta kebijakan pemerintah.

(7) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai atonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya. Pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

(8) Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan memerhatikan pertimbangan DPD.

(9) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan Negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(10)Memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial (KY).

(11)Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk di tetapkan sebagai hakim agung oleh presiden.

(12)Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada presiden untuk ditetapkan.

(13)Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta Negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesty dan abolisi. (14)Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian,

dan perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara dan /atau pembentukan undang-undang .

(15)Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. (16)Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang di tentukan dalam undang-undang.

b. Hak DPR

(9)

(1) Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

(2) Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Hak menytakan pendapat adalah hak DPR sebagai lembaga untuk menytakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional disertai dengan rekomendasi penyelesaian atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan:

 hak interpelasi ,  hak angket,

 dugaan bahwa presiden dan/atau wakil presiden melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.

c. Hak anggota DPR

Di samping DPR, anggota DPR juga mempunyai hak tertentu. Hak-hak anggota DPR adalah sebagai berikut :

(1) Mengajukan rancangan undang-undang . hak ini dimaksudkan untuk mendorong, memacu kreativitas, semangat dan kualitas anggota DPR dalam menyikapi serta menyalurkan dan menindaklanjuti aspirasi rakyat yang diwakilinya dalam bentuk pengajuan usul rancangan undang-undang.

(2) Mengajukan pertanyaan. Hak anggota DPR untuk menyampaikan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis kepada pemerintah berkaitan dengan tugas dan wewenang DPR.

(3) Menyampaiakan usul dan pendapat. Hak anggota DPR untuk menyampaikan usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah maupun kepada DPR sendiri sehingga ada jaminan kemandirian sesuai dengan panggilan hati nurani serta kredibilitasnya.

Oleh karena itu, setiapa anggota DPR tidak dapat di arahkan oleh siapapun didalam proses pengambilan keputusan. Namun, tatacara penyampaian usul dan pendapat dimaksud tetap memerhatikan tatakrama, etika, moral,sopan santun, dan kepatutan sebagai wakil rakyat. (4) Memilih dan dipilih. Hak memilih adalah hak anggota DPR untuk menggunakan suaranya

dalam suatu kegiatan pemilihan. Hak dipilih adalah hak anggota DPR untuk mencalonkan diri untuk dipilih dalam suatu kegiatan pemilihan.

(5) Membela diri. Hak anggota DPR untuk membela diri dari segala tuduhan yang ditujukan pada dirinya dalam sidang pengadilan.

(6) Imunitas. Hak imunitas atau hak kekebalan hokum angota DPR adalah hak untuk tidak dapat di tuntut dimuka pengadilan karena pernyataan dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat DPR dengan pemerintah dan rapat-rapat-rapat-rapat DPR lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(7) Protokoler. Hak protokeler adalah hak anggota DPR untuk memperoleh penghormatan berkenaan dengan jabatannya dalam acara-acara kenegaraan atau acra resmi maupun dalam melaksakan tugasnya.

(10)

4. Bagaimana Ketentuan mengenai hak anggota DPR mengajukan RUU

Sebelum perubahan UUD 1945, ketentuan mengenai hak anggota DPR mengajuakan rancangan undang-undang diatur dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2). Sesudah perubahan UUD 1945, ketentuan tersebut diatur dalam pasal 21 tanpa ayat. Maka perubahan yang terjadi sebagai berikut.

Rumusan naskah asli

Pasal 21

(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang. (2) Jika rancangan itu meskipun di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disahkan oleh

Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh di majukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Rumusan perubahan

Pasal 21

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.

Jika diamati, ternyata perubahan pasal 21 ayat (1) UUD 1945 itu besifat redaksional, yakni mengubah kata mamajuakan rancangan undang-undang menjadi mengajukan rancangan undang-undang. Perubahan tersebut di lakuakan untuk mengikuti perkembangan bahasa Indonesia.

Pengusulan rancangan undang-undang oleh DPR dapat di lakukan melalui mekanisme beberapa alat kelengkapan DPR sebagai berikut.

a. Badan legislasi b. Komisi

c. Gabungan komisi

d. Tiga belas orang anggota DPR

Usul RUU yang diajukan oleh badan legislasi (baleg), komisi, gabungan komisi ataupun anggota diserahkan kepada pimpinan DPR beserta dengan keterangan pengusul atau naskah akademis. Dalam sidang paripurna selanjut, pimpinan sidang akan mengumumkan kepada anggota tentang adanya RUU yang masuk. Kemudian RUU tersebut dibagikan kepada seluruh anggota. Sidang paripurna akan memutuskan apakah RUU tersebut secara prinsip dapat diterima sebagai RUU dari DPR atau tidak. Fraksi-fraksi di beri kesempatan untk memberikan pendapat sebelum adanya kepetusan diterima atau tidaknya RUU.

Keputusan rapat paripurna terhadap suatu usul RUU dapat berupa :

a. Persetujuan tanpa perubahan b. Persetujuan dengan perubahan c. Penolakan

Apabila usul RUU disetujui dengan perubahan, DPR akan menugaskan kepada komisi, baleg, ataupun panita khusus (Pansus) untuk menyempurnakan RUU tersebut.

Namun, apabila RUU di setujui tanpa perubahan taua RUU telah selesai disempurnakan oleh komisi, baleg, ataupun pansus, maka :

(11)

b. Presiden harus menunjuk seorang menteri yang akan mewakilinya dalam pembahasan, paling lambat 60 hari setelah diterimanya surat dari DPR; dan

c. DPD harus menunjuk alat kelengkapan yang akan mewakili DPD dalam proses pembahasan.

5. Bagaimana Tatacara penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Ketentuan mengenai tatacara penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang tidak mengalami perubahan rumusannya sebagai berikut:

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapakan peraturan pemerintah sebagai pengganti undag-undang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tida mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Berdasarkan ketentuan diatas , maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (atau disingkat Perppu) adalah perturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan peraturan pemerintah pengganti undang-undang adalah sama dengan materi muatan undang-undang.

Perppu ditanda tangani oleh presiden. Setelah diundangkan, perppu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, dalam bentuk pengajuan RUU tentang penetapan perppu menjadi undang-undangdilaksanakan melalui mekanisme yang sama dengan pembahasan RUU. DPR hanya dapat menerima atau menolak perppu.

Jika perppu di tolak DPR, maka perppu tersebut tidak berlaku, dan presiden mengajuakan RUU tentang pencabutan perppu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan tersebut.

6. Bagaimana Tatacara pembentukan Undang-Undang

Sebelum perubahan UUD 1945, tidak ada pasal yang mengatur tentang tatacara pembentukan undang-undang. Akan tetapi, setelah perubahan UUD 1945, tatacara pembentukan undang-undang di atur satu pasal, yaitu pasal 22A UUD 1945. Rumusannya sebagai berikut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang

Lahirnya ketentuan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa undang-undang yang dikeluarkan itu akan berlaku umum bagi seluruh masyarakat. Setelah diberlakukan kepada masyarakat undang-undang akan menyangkut akibat hokum yang luas. Oleh karena itu, pembentukannya harus diatur dengan tatacara yang baku dan lengkap. Oleh karena itu, perlu diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Secara formal RUU, dirancang oleh :

a. Presiden b. DPR

(12)

7. Bagaimana Mekanisme pemberhentian anggota DPR

Masa jabatan anggota DPR adalah 5 (lima) tahun dan berakhir besama-sama pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.walaupun demikian anggota dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya, sebagaimana diatur dalam pasal 22B UUD 1945.

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tatacaranya diatur dalam undang-undang.

Ketentuan ini dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa anggota DPR tidak kebal hukum. Ini pun merupakan penerapan paham bahwa Indonesia adalah Negara hukum. Dalam masa jabatannya mungkin saja terjadi hal atau kejadian yang menyebabkan anggota DPR dapat diberhentikan.

Anggota DPR dapat diberhentikan (berhenti antar waktu) karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota. b. Tidak lagi memenuhi syarat calon anggota sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang

pemilihan umum.

c. Melanggar sumoah/janji, kode etik, dan/atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan.

d. Melanggar peraturan larangan rangkap jabatan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap karena melanggar tindak pidana dengan ancaman pidana penjara serendah-rendahnya 5 (lima) tahun.

Mekanisme pemberhentian anggota DPR yang telah memenuhi ketentuan seperti disebutkan diatas, adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan DPR menyampaikan pemberhentian anggota DPR tersebut kepada presiden untuk diresmikan.

b. Sebelum pimpinan DPR menyampaikan pemberhentian anggota kepada presiden pimpinan DPR dapat meminta pertimbangan kepada Komisi Pemilihan Umum.

c. Pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud dilakukan setelah diadakan penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan atas pengaduan pimpinan DPR, masyarakat, dan/atau pemilih.

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kedudukan DPR pasca amanden memang mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada pemerintah (eksekutif) dibandingkan dengan kedudukan DPR sebelum amandemen. Ini terlihat dari pasal-pasal dari UUD 1945 hasil amandemen seperti; pasal 11 ayat (2), pasal 13 ayat (2), (3), pasal 14 ayat (1), dan (2). Lebih dari itu sistem kabinet yang kita kenal selama ini adalah sistem kabinet presidensial. Akan tetapi hak prerogatif presiden sebagai kepala pemerintahan dan sebagai kepala negara dikebiri oleh DPR, seperti pengangkatan Panglima TNI, KAPOLRI, Gubernur BI, dan BPK harus mendapat persetujuan dari DPR, melalui uji kepatutan dan kelayakan.

Kesemuanya itu tidak ada dalam UUD 45 sebelum amandemen . Artinya, sistem Presidensial yang didalamnya terdapat hak prerogatif presiden benar-benar dapat dijalankan oleh presiden tanpa meminta persetujuan dari DPR.

Saran

 Perlunya pembentukan Komisi Konstitusi, untuk mengkaji ulang UUD 1945 hasil amandemen.

 Hendaknya dalam mengamandemen UUD 1945, harus benar-benar diperhatikan mukadimah/ preambul UUD 1945, sehingga antara mukadimah/preambul dan isi batang tubuh dari UUD 1945 sejiwa, selaras atau linier.

(14)

Daftar Pustaka

1. A. Dahlan Ranuwihardjo S.H., Seminar Nasional, Format Lembaga Kepresidenan Menuju Demokratisasi Kehidupan Politik Dimasa Depan, Borobudur Intel, Cotinental Hotel, Jakarta, 5 September 1998

2. Darmawan, Cecep. Pengaruh pemberdayaan anggota DPRD, Program Pasca Sarjana UNPAD Bandung, 2009

3. Budimasyah, Dasim. Mengenal Konstitusi UUD 1945 dan Perubahannya, Regina, Publishing & Printing.

5. Harian Kompas tanggal 4 Mei 2015, Jajak Pendapat tentang Lembaga Negara, halaman 4

6. Moch. Nurhasim & Ikrar Nusa Bakti, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal, cetakan I, Maret 2009, Penerbit Pustaka Pelajar.

7. Ramalan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Penerbit PT. Gramedia, Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 1992

8. Naskah UUD 1945

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tidak meluasnya permasalahan, penulis membatasi permasalahannya hanya pada tataran sintaksis dan tipe slogan iklan bir yang muncul di dunia maya saja,

Tulisan tersebut juga berbeda dengan tulisan penulis, perbedaannya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Asyurah menitik-beratkan kepada bentuk

Dari data yang diperoleh untuk resep obat jadi 16 menit 82 detik sedangkan standar waktu pelayanan Apotek Kimia Farma menetapkan untuk resep obat jadi tidak

Melalui konsep kepemilikan ultimat, penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh hak aliran kas dan hak kontrol pemegang saham pengendali

Berdasar hasil survey dan wawancara alasan mengapa para pelanggan berbelanja di Indomaret adalah harga yang lebih murah dari pada Alfamart, pelayanan yang lebih

Bila dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yang memiliki struktur perbandingan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja 70,16 % dan 29,84 %, maka terlihat telah terjadi

Bdg bukti yang diajukan oleh Para pihak yang berperkara dan keterangan saksi yang diajukan oleh pihak Penggugat/ Terbanding , maka Majelis Hakim

“ Pengaruh Metode Memilih dan Memilih Kartu ( Card – Sort ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA N 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya