• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedagang Kaki Lima PKL mengatasi masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedagang Kaki Lima PKL mengatasi masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR ILMU EKONOMI

ANALISA JURNAL

DISUSUN OLEH: RASYIKA TAMI

8143164088 D3 SEKRETARI B

DOSEN PENGAMPU: DARMA RIKA S., S.Pd, M.SE.

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

BAB I RESUME JURNAL

1.1Judul Jurnal

PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) SEBAGAI BIBIT ENTREPRENEUR DALAM MENGATASI PENGANGGURAN

1.2Jurnal

Jurnal Ekonosains

1.3Download

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/

1.4Volume & Halaman Vol. VIII No.2

1.5Bulan & Tahun Agustus 2010

1.6Penulis

(3)

BAB II PENDAHULUAN

2.1Latar Belakang

Pengangguran adalah masalah utama yang dihadapi setiap masyarakat. Maka dari itu, warga pedesaan berbondong-bondong datang ke kota untuk mengais rezeki dengan membuka usaha atau mencari pekerjaan. Namun banyak dari mereka yang gagal. Salah satu dari mereka menempuh jalan lain yaitu menjadi pedagang kaki lima (PKL) dengan modal dan keterampilan yang minim.

Kegiatan PKL ini masuk ke dalam sektor informal, keberadaan sektor informal mampu berdampingan dengan sektor formal dan saling ketergantungan. Dalam perkembangannya, seringkali para pedagang kaki lima ini yang harus tergusur oleh kebijakan pemerintah manakala kota harus menciptakan kebersihan, ketertiban, dan keamanan. Padahal, jika dibenahi dengan melakukan pembinaan maka dapat menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mengatasi masalah pengangguran.

Ini sangat menarik untuk dibahas karena disatu sisi melanggar kebijakan pemerintah yaitu dapat memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota, namun disisi lain memberikan dampak positif yaitu sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

2.2Rumusan Masalah

-Keterkaitan sektor informal dan formal

-Dampak positif dan negatif dengan munculnya pedagang kaki lima -Solusi pemberdayaan PKL agar menjadi bibit entrepreneur

2.3Tujuan Penulisan

(4)

2.4Metode Penelitian

 Metode Pengambilan Data Pencarian Secara Online

Dengan berkembangnya teknologi Internet maka munculah banyak data base yang menjual berbagai informasi bisnis maupun non-bisnis. Data base ini dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa yang menyediakan informasi dan data untuk kepentingan bisinis maupun non-bisnis. Tujuannya ialah untuk

memudahkan perusahaan, peneliti dan pengguna lainnya dalam mencari data.

Pencarian secara online memberikan banyak keuntungan bagi peneliti, diantaranya ialah:

a. hemat waktu: karena kita dapat melakukan hanya dengan duduk didepan komputer

b. ketuntasan: melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat mengakses secara tuntas informasi yang tersedia kapan saja tanpa dibatasi waktu c. Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan informasi yang

sesuai dengan mudah dan cepat

(5)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1Teori Penawaran

Terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan tersebut. Ada faktor yang sangat penting yang mempengaruhi . Oleh sebab itu teori penawaran terutama menumukan perhatiannya kepada hubungan di antara tingkat harga dengan jumlah barang yang ditawarkan.

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapaan pedagang kaki lima sektor informal dari sisi penawaran. Oleh karena itu, teori penawaran perlu diaplikasikan ke dalam analisis ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan dan pergeseran sepanjang kurva penawaran adalah sebagai berikut:

a. Perubahan harga menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran

(6)

3.2Sektor Informal

Beberapa penelitian mengenai sektor informal, menunjukkan bahwa daya serap tenaga kerja di sektor ini cukup signifikan. Bahkan di beberapa negara, daya serap sektor informal justru melebihi sektor formal. Aktivitas sector informal yang dikategorikan sebagai unit usaha kecil bisa bersifat mendukung aktivitas formal dan apabila diberdayakan dengan baik akan bersinergi denan sector formal perkotaan untuk saling melengkapi kebutuhan warga kota.

3.3Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu factor yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan PKL. Latar belakang pendidikan seseorang yang bekerja sebagai PKL akan mempengaruhi pendapatannya.

(7)

BAB IV ANALISA JURNAL

Jumlah Pengangguran di Indonesia semakin besar karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) akibatnya sektor formal tidak dapat bisa diandalkan lagi oleh para tenaga kerja, maka sektor informal menjadi tempat pelarian yang paling mudah.

Sektor informal yang lahirnya tidak dikehendaki dalam konteks pembangunan ekonomi, karena dianggap merupakan produk sampingan dari pembangunan sektor formal, mempunyai sifat-sifat yang memang bertentangan dengan sektor formal.

Menjamurnya PKL adalah sebuah keterpaksaan atau jalan lain yang harus tempuh oleh para pencari kerja karena tiadanya kesempatan kerja yang cukup pada sektor formal. Para pelaku PKL sejatinya merupakan manusia-manusia yang beretos kerja tinggi, mempunyai jiwa enterpreneur dan tahan terhadap rintangan hidup. Betapa tidak mereka tidak malu-malu bekerja sepanjang hari dan sepanjang malam ditengah kota metropolis yang gemerlap dan glamour, dengan pendapatan yang belum pasti, disisi lainjuga harus membayar iuran secara informal pada petugas. Mengapa mereka memilih PKL sebagai tempat bekerja, karena sifatnya yang sangat luwes modal kecil, bediri kapan saja asal ada kemauan tanpa ada persyaratan kusus dan selalu mendekatkan diri dengan konsumen.Mengingat persyaratan yang mudah tersebut PKL adalah merupakan alternatif para pencari kerja setelah sektor formal tidak didapatkan sebagai tempat bekerja.

“Namun, pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat tanpa adanya penanganan

yang baik dapat mengakibatkan ketidakteraturan tata kota.”1

Sisi Negatif, karakteristik PKL yang menggunakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar untuk melakukan aktivitasnya yang mengakibatkan tidak berfungsinya sarana-sarana kepentingan umum. Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras. Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan sederhana bahkan cenderung kumuh. Perlu adanya upaya

1 Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam Mengatasi Pengangguran.

(8)

yang terpadu dari pihak terkait untuk menertibkan Pedagang Kaki Lima ini sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi ruang publik sesuai peruntukkannya.

Hubungan antara sektor informal dan sektor formal nampaknya sulit untuk dipisahkan. Keduanya merupakan sektor ekonomi yang saling mengisi ketika salah satunya tidak dapat memenuhi kebutuhan akan meluapnya tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena secara ekonomi sektor informal memang tidak mampu lagi menampung tenaga kerja yang ada, tetapi juga karena persoalan-persoalan sosial yang menyebabkan bangkrutnya sektor formal. Luapan tenaga kerja tersebut pada akhirnya ditampung oleh sektor non formal.

“Bagi mereka mengembangkan kewirausahaannya adalah lebih menarik ketimbang menjadi pekerja di sektor kelas bawah.” 2

Strategi pembangunan yang salah menyebabkan ketimpangan struktural yang menimbulkan dua kegiatan ekonomi tersebut. Pembenahan dalam hal ketimpangan struktural tersebut akan dapat menghilangkan sektor informal. Pandangan yang terkahir ini nampaknya merupakan pandangan yang tidak melihat kenyataan bahwa di negara manapun dalam kenyataanya sektor informal tetap ada, meskipun ketimpangan struktural tidak terjadi.

2 Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam Mengatasi Pengangguran.

Journal Econosains Vol.VIII No.2. Tersedia Online di

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Analisa data diatas menghasilkan kesimpulan; semakin tinggi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah pendaparan, jabatan sosial/ketokohan dan motivasi warga, mereka akan mempersepsi lebih positif keberadaan PKL baik ditinjau dari aspek ekonomi, social dan hokum, walaupun tidak dominan. Menurut tinjauan aspek ekonomi, PKL sebaiknya dipertahankan dan diberdayakan karena berdampak positif pada perekonomian kota. Menurut aspek sosial, keberadaan PKL berdampak negatif terhadap keindahan kota dan memicu peningkatan arus urbanisasi, tetapi berdampak positif terhadap penurunan angka pengangguran. Dan ditinjau dari aspek hukum, PKL dinilai sebagai usaha yang ‘liar’, tidak berijin usaha dan menempati lahan bukan peruntukan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Bagyo Handoko. Pedagang Kaki Lima (PKL) Sebagai Bibit Entrepreneur Dalam Mengatasi Pengangguran. Journal Econosains Vol.VIII No.2. Tersedia Online di

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/econosains/article/download/516/447/. Diakses pada tanggal 30 April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Penarikan kesimpulan tentang interaksi sosial antar PKL dalam paguyuban PKL alun-alun Jombang dalam bentuk-bentuk interaksi sosial antar PKL alun-alun Jombang

relokasi PKL adalah apakah kebijakan relokasi PKl telah mampu mencegah kemiskinan yang dapat dinilai dari sejauh mana komitmen pihak Pemkot Solo untuk terus

Keempat, hubungan PKL pentol bakar dengan aparat pemerintahan (Satpol PP). Keberadaan Satpol PP sangat erat hubungannya dengan para pelaku PKL di manapun berada

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai PKL

STIA BANDUNG.. cara pandang pemerintah terhadap PKL jika pemerintah melihat PKL sebagai potensi sosial ekonomi yang bisa dikembangkan, maka kebijakan yang dipilih biasanya

Pusat Rekreasi (Taman Kota) Jln. Pertokoan/ Pasar Jln.. menyediakan tempat penampugan sampah sendiri. Sedangkan aktivitas PKL yang berada di kawasan perumahan yaitu di

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada enam informan, dapat dipahami bahwa PKL di lingkungan kampus Universitas Jember khususnya di jalan Jawa dan jalan

Temuan penelitian adalah pelaku PKL lebih banyak laki-laki dibanding dengan perempuan, usia produktif PKL berada pada rentang 31 – 50 tahun, tingkat pendidikan terbanyak adalah