• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan

perundangan terkait, antara lain :

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah a. Pembagian Urusan Pemerintah

Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan

konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

i. Urusan pemerintahan absolut : adalah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan absolut yaitu :

 politik luar negeri;

 pertahanan;

 keamanan;

 yustisi;

 moneter dan fiskal nasional; dan

 agama.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut Pemerintah Pusat:

 melaksanakan sendiri; atau

 melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.

ii. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan

Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan

dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar.

 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah

Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan

Dasar.

iii. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan

Otonomi Daerah.

BAB

(2)

iv. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Presiden sebagai kepala pemerintahan.

b. Kewenangan Pusat dan Daerah

i. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi

atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila

dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

ii. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah

kabupaten/kota; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya

iii. kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota

adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/ kota;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah

kabupaten/kota; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila

dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren

berwenang untuk:

 menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan

Urusan Pemerintahan;dan

 melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi

(3)

Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan

Daerah , wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

c. Perencanaan Pembangunan Daerah

Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai

satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Dokumen perencanaan

pembangunan Daerah terdiri atas:

 RPJPD: merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok

pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun

dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata ruang wilayah.

 RPJMD: merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang

memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan

Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai

dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang

disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN

 RKPD : merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka

ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan

untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana

Kerja Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat.

d. Keuangan Daerah

 Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang

diserahkan kepada meliputi:

a. pemberian sumber penerimaan Daerah berupa pajak daerah dan retribusi

daerah;

b. pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah;

c. pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk Pemerintahan

Daerah tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang; dan

d. pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat, dan insentif (fiskal).

 Hubungan keuangan antar daerah, meliputi :

1. bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah;

2. pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan Daerah yang

menjadi tanggung jawabbersama sebagai konsekuensi dari kerja sama

antar-Daerah;

(4)

4. bantuan keuangan antar-Daerah; dan

5. pelaksanaan dana otonomi khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

 Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas :

a. pendapatan asli Daerah meliputi:

1. pajak daerah;

2. retribusi daerah;

3. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang

dipisahkan; dan

4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;

b. pendapatan transfer; dan

c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.

Pendapatan transfer meliputi:

a. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:

1. dana perimbangan;

2. dana otonomi khusus;

3. dana keistimewaan; dan

4. dana Desa.

b. transfer antar-Daerah terdiri atas:

1. pendapatan bagi hasil; dan

2. bantuan keuangan.

Dana perimbangan terdiri atas : Dana Bagi Hasil; Dana Alokasi Umum; dan Dana

Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil bersumber dari:

a. pajak;

b. cukai; dan

c. sumber daya alam.

Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus bersumber dari APBN dialokasikan pada Daerah untuk

mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah

1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

2016. Penerimaan ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran yang dituangkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

 Dana Alokasi Khusus Reguler untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman,

(5)

 Dana Alokasi Khusus Afirmasi untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman,

air minum dan sanitasi sebesar Rp 512.099.000.000,00

2. Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur.

Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden ini adalah infrastruktur

ekonomi dan infrastruktur sosial, yang meliputi :

a. infrastruktur transportasi;

b. infrastruktur jalan;

c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi;

d. infrastruktur air minum;

e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;

f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat;

g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;

h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika;

i. infrastruktur ketenagalistrikan;

j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi

k. terbarukan;

l. infrastruktur konservasi energi;

m. infrastruktur fasilitas perkotaan;

n. infrastruktur fasilitas pendidikan;

o. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga,

p. serta kesenian;

q. infrastruktur kawasan;

r. infrastruktur pariwisata;

s. infrastruktur kesehatan;

t. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan

u. infrastruktur perumahan rakyat.

3.Peraturan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah.\

4.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk

Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur yang selanjutnya disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana yang bersumber dari

APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai

(6)

untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang Infrastruktur masyarakat yang belum

mencapai Standar Pelayanan Minimal atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai

amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah,

menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya

dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat berharga

maupun investasi langsung.

Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau

barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk

memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam

bentuk:

1. Investasi surat berharga, dan/atau,

2. Investasi langsung.

Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan

investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk

mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan

cara :

1. Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU,

2. Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing,

3. Investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang

melalui pasar modal, yakni melalui :

1. Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan

perusahaan.

2. Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan

perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat

utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali).

Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian

kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk

surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini diperlihatkan pada gambar

(7)

Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Cipta Karya, terdapat

beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui:

1. APBN

2. APBD Provinsi

3. APBD Kabupaten/Kota

4. Pinjaman Perbankan

5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan

7. Dana Hibah

Dan Lain-Lain

5.2. Potensi Pendanaan APBD

Keuangan daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan

pembiayaan pemerintah daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah

terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang

sah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah

yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan yang sah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak, bagi hasil

sumber daya alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan yang sah

adalah pendapatan lainnya dari pemerintah pusat dan atau institusi pusat, serta dari daerah lainnya.

Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari pendapatan hibah, dana darurat, dan bagi hasil dari

provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, dan bantuan

keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Belanja daerah adalah semua kewajiban

daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tak langsung Belanja

langsungadalahbagian belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program.

Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal belanja

tak langsungadalahbagian belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan

program. belanja tak langsung terdiri dari belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang

ditetapkan undangundang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,

belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan

(8)

adalah bagian dari penerimaan pembiayaan daearh, pengeluaran pembiayaan daerah dan sisa

lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Buton Utara Tahun 2010 – Tahun 2013

No Realisasi Anggaran Tahun

Rata-rata a.1 Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan

a.2 Dana Perimbangan

(Transfer) 258,435,077,000 159,874,312,025 284,478,166,087 345,324,381,032 404,900,864,718 20%

a.2.1 Dana bagi hasil

a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota

a.3.4 Dana penyesuaian dan dana

(9)

No Realisasi Anggaran Tahun

b.2.3 Belanja modal 140,081,530,289 75,455,606,191 155,780,573,255 156,075,509,384 214,832,473,074 25%

C Pembiayaan 23,665,685,000 5,067,381,000 7,662,813 15,657,873,289 18,029,616,050 51018%

c.2.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah

Dalam alternative sumber pendanaan, pemerintah Kabupaten Buton Utara dapat menggunakan

CSR. CSR saat ini sudah ditegaskan dalam UU. Terdapat 2 UU yakni yang menegaskan tentang

CSR yakni UUNo.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007

tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34.

1. UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74 berisi

Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan

sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan

yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.

Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

2. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34 berisi

a. Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban:

(10)

 melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

 membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya

kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

 menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman

modal; dan

 mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

b. Pasal 17 Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi

standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Pasal 34 (1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat

dikenai sanksi administratif berupa:

 peringatan tertulis;

 pembatasan kegiatan usaha;

 pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

 pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Sanksi

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau

lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat

dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Besarnya anggaran CSR berkisar antara 2 – 5% dari laba perusahaan. Perusahaan berskala besar

& dengan laba besar, tentu akan memiliki cadangan dana CSR besar pula. Namun demikian, tidak

berarti perusahaan yang berskala kecil akan kehilanagan kesempatan ataupun kreativitas dalam

mengelola CSR.

5.5. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Pendapatan daerah adalah unsur terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah

karena merupakan sumber pembiayaan bagi kegiatan pembangunan. Sumber pendapatan daerah

Kabupaten Buton Utara meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan transfer dan lain-lain

Pendapatan yang Sah.

1. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi :

a. Pendapatan pajak daerah;

b. Pendapatan retribusi daerah;

c. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Lain-lain PAD yang sah, yang terdiri atas :

(11)

 Dana darurat

 Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

 Bantuan keuangan dari propinsi

2. Pendapatan Transfer meliputi Dana perimbangan yang terdiri dari :

 Dana bagi hasil pajak

 Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam)

 Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

 Bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintahan daerah lainnya

Dalam rangka meningkatkan sumber-sumber penerimaan, Pemerintah Kabupaten Buton Utara

melalui Kebijakan Umum Pendapatan daerah sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi

b. Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan Daerah

c. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat evaluasi penerimaan setiap tiga

bulan

d. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional

e. Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas di lapangan dan eksternal, yaitu

para wajib pajak dan retribusi yang tidak mematuhi PERDA

f. Memperbaharui PERDA yang tidak sesuai dengan perkembangan

g. Meningkatkan kegiatan investasi

Upaya-upaya yang dilakukan sebagai usaha dalam mencapai target Pendapatan Daerah tersebut,

yaitu :

1. Kegiatan Intensifikasi

Upaya peningkatan Pendapatan Daerah melalui kegiatan intensifikasi adalah dengan cara

mengintensifkan kembali sumber-sumber penerimaan PAD yang ada sehingga mampu

terealisir secara optimal.

Untuk itu langkah yang ditempuh untuk mencapai kondisi tersebut, adalah:

a. Menghitung kembali sumber-sumber penerimaan yang belum terealisir termasuk

didalamnya tunggakan-tunggakan pajak dan retribusi yang belum terbayar kemudian

diadakan penagihan secara intensif yaitu pajak/retribusi yang belum menyelesaikan

kewajibannya. Bahkan kalau dimungkinkan diadakan tindakan penegakan hukum

terhadap wajib pajak retribusi yang tidak mentaati ketentuan.

b. Meningkatkan pelayanan melalui pemberian kemudahan dan percepatan pelayanan

dengan melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap petugas pungut pajak/retibusi

(12)

c. Mengadakan sosialisasi tentang arti pentingnya PAD kepada wajib pajak/retribusi

termasuk didalamnya pemasangan pamflet, penyebaran brousr dan sejenisnya sehingga

diharapkan tercipta kesadaran untuk membayar kewajiban pajak/retribusinya.

d. Melakukan evaluasi secara berkala dalam penyesuaian pola penetapan tarif yang ada

dalam peraturan daerah dengan tingkat perkembangan dan kemampuan kondisi sosial

ekonomi masyarakat.

e. Meningkatkan pengawasan baik melalui pengawasan melekat maupun dengan

meningkatkan peran aparat pengawas fungsional terhadap instansi pengelola pajak dan

retribusi daerah melalui pengawasan yang intensif, korektif dan transparan.

2. Kegiatan Ekstensifikasi

Adapun kegiatan ekstensifikasi yang dapat dilakukan adalah :

a) Kebijaksanaan pengelolaan penerimaan PAD harus beorientasi pada pertumbuhan

ekonomi yang dapat menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga basis

PAD dapat dikembangkan dengan menjaring dan memperbanyak wajib pajak/retribusi.

b) Menginventarisir data obyek PAD baru untuk ditelaah dan diobsevasi untuk kemudian

diajukan sebagai jenis pungutan yang baru serta mengembangkan sumber-sumber

penerimaan yang telah ada.

c) Melakukan upaya komunikasi dengan Pemerintah Pusat dalam hal penyesuaian atau

peningkatan alokasi Dana Perimbangan, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK) untuk kebutuhan pelaksanaan pembangunan di daerah.

3. Meningkatkan Kegiatan Investasi di Daerah

a) Menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi yang akan dilaksanakan di

daerah.

b) Memberikan kemudahan dalam melakukan investasi bagi investor.

c) Menyederhanakan birokrasi yang terlalu panjang sehingga dapat mengurangi ekonomi

biaya tinggi.

d) Menyediakan daya tarik bagi investor utamanya investor asing sehingga mereka berminat

menanamkan modalnya di daerah.

4. Peningkatan Kemampuan Pendapatan

Pendapatan Daerah Kabupaten Buton Utara dari tahun ke tahun semakin mengalami

peningkatan, walaupun harus diakui bahwa ratio kemandirian keuangan daerah masih rendah

atau rata-rata baru mencapai 24,2 % namun Pemerintah Kabupaten Buton Utara terus

berusaha untuk menggali potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini

belum teridentifikasi (sebagai mana yang telah dikemukakan pada Bab 6.6).

Proporsi pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber-sumber pendapatan yang

(13)

maupun DAK. Perkembangan realisasi penerimaan pajak daerah, penerimaan retribusi

Gambar

Tabel 2.5:  Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Buton Utara Tahun 2010 – Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja mengajar guru dan motivasi belajar siswa maka digunakan angket terstruktur dengan lebih dahulu

 Menentukan Energi Ikatan rata- rata 3.Memahami kinetika reaksi, kesetimbanga n kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruh inya, serta penerapannya dalam kehidupan

Perbedaan luas daerah bahaya longsor di Kecamatan Kulawi dipengaruhi oleh beberapa parameter yang digunakan yaitu kemiringan lereng, geologi, jenis tanah, penggunaan

UP B/L Output SKPD PELAKSANA Indikator Volume Lokasi APBD Kab/Kota APBN K/L APBD Prop Dana Rp D/TP/DA K SKPD Rp Hal 13 /26 Keterangan Perkebunan barang tersebut 24 Unit Desa

Kebijakan kegiatan litbang secara langsung harus mendukung perwujudan dari upaya-upaya pemenuhan hak dasar masyarakat, yang meliputi ketersediaan dan kemudahan akses

Pada akhir minggu yang lalu (hari sabtu dan minggu) seberapa sering melakukan olahraga (sepak bola, kejar-kejaran sesama teman, atau menari yang

Dengan demikian empati akan berpengaruh pada intensi prososial pada anak-anak di panti asuhan dengan sumbangan efektif sebesar 3 7% dan 63% dari faktor-faktor yang

Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro komponen yang berpengaruh pada performance pembangkitnya adalah turbin. Desain turbin sangat besar pengaruhnya terhadap