PENGARUH PENGGUNAAN LUBRIKAN
TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI SEKSUAL
PADA WANITA MENOPAUSE DI RW 01 DESA PAKUHAJI
KECAMATAN NGAMPRAH
Elisabeth Novilia Abri Prastiwi Susanti Niman., M.Kep., Ns., S.Kep.J Yuanita Ani Susilowati., M.Kep., Ns., S.Kep.Mat
Yuanitaani@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar belakang: Menopause menimbulkan terjadinya penurunan fungsi seksual. Penggunaan Lubrikan adalah terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan lubrikan terhadap peningkatan fungsi seksual pada wanita menopause. Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, desain penelitian pre-experimental dan pendekatan one group pretest-posttest. Tehnik penggambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 12 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner FSFI (female sexual function index). Hasil uji T-Dependen/pairs T-Test diperoleh Pvalue= 0,000 < α (0,05) yang berarti ada pengaruh penggunaan lubrikan terhadap peningkatan fungsi seksual pada wanita menopause. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memberikan terapi nonfarmakologi berupa penggunaan lubrikan pada wanita menopause sehingga diharapkan peningkatkan fungsi seksual.
Kata kunci : Lubrikan, Fungsi seksual, Menopause
LATAR BELAKANG
Fungsi seksual pada wanita merupakan masalah kesehatan reproduksi yang penting karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi reproduksi seorang wanita dan berpengaruh besar terhadap keharmonisan hubungan suami istri. Penurunan Fungsi seksual/disfungsi seksual merupakan kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi, vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Diagnostic and Statistic Manual version IV (DSM IV) membagi disfungsi seksual ini dibagi menjadi empat kategori yaitu gangguan minat/keinginan seksual (desire disorders), gangguan gairah (arousal disorder), gangguan orgasme (orgasmic disorder), dan gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) (American Phychiatric Assocation, 2000).
Angka kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur menurut Imronah (2011) dalam
studinya yang berjudul “Hubungan pemakaian
kontrasespsi suntik DMPA dengan disfungsi seksual pada wanita di Puskesmas Rajabasa
Indah Kota Bandar Lampung” adalah 66,2%.
Menurut Andini (2014) dalam studinya yang
berjudul “Hubungan lama menopause dengan
kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di Posyandu Lansia wilayah kerja
Puskesmas Panjang Bandar Lampung”
mengatakan terdapat 370 orang wanita, usia 40-
65 tahun yaitu sebesar 67% yang mengalami disfungsi seksual. Wanita post-menopause memiliki resiko 2,1 kali lebih besar untuk mengalami disfungsi seksual dari pada wanita pre-menopause (Cabral, 2014).
Salah satu yang penting dalam berhubungan seksual adalah cairan lubrikasi. Cairan lubrikasi adalah cairan yang berguna dalam proses penetrasi penis ke dalam vagina, yaitu membasahi vagina saat penetrasi. Cairan lubrikasi ini alami dihasilkan oleh seorang wanita saat terangsang. Saat wanita mengalami menopause, terjadi penipisan lapisan epitel vagina sehingga vagina menjadi atrofi dan terjadi gangguan dalam pengeluaran cairan lubrikasi secara alami yaitu pengeluarannya menjadi
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre-experimental one-group pretest posttest. Waktu Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember sampai januari 2017. Tempat penelitian ini adalah di Desa Pakuhaji RW 01 Kecamatan Ngamprah.Sampel dalam penelitian ini adalah wanita menopause yang bersuami di Desa Pakuhaji RW 01 Kecamatan Ngamprah, sampel dalam penelitian ini adalah 11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi fungsi seksual sebelum penggunaan lubrikan
Di RW 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah Pada bulan Desember 2016 (n=12)
Skor fungsi
Sumber data: data primer, Desember 2016
Skor fungsi seksual sebelum penggunaan
lubrikan pada seluruh responden yaitu ≤ 26,55
yang artinya mengalami penurunan fungsi seksual/disfungsi seksual. Saluran urogenital merupakan organ yang sangat sensitif terhadap perubahan penurunan estrogen yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi seksual dan kualitas hidup mereka. Atrofi vagina akan tampak secara klinis pada 4–5 tahun setelah menopause, dan perubahan obyektif yang sejalan dengan timbulnya keluhan subyektif akan terjadi pada 25–50% pada wanita menopause (Sturdee and Panay, 2010).
lambat dan lama atau bahkan tidak keluar (Sturdee dan Panay, 2010).
Terapi nonfarmakologi adalah terapi di luar obat obatan yang diberikan secara medis. Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi dyspereunia dan masalah kesulitan orgasme diantaranya adalah pemakaian lubrikan/gel pelumas larut air, latihan kegel, penggunaan vagina dilator (Lowdermilk&Perry, 2005). Lubrikan digunakan terutama untuk mengurangi vagina kering saat senggama (Sturdee dan Panay, 2010).
responden. Untuk mengantisipasi dropout pada sampel ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 12 responden. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung dengan cara melakukan observasi fungsi seksual setelah dilakukan perlakuan. Alat pengumpulan data menggunakan FSFI (Female Sexual Function Index).Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, dan bivariat.
Tabel 2
Distribusi frekuensi fungsi seksual sesudah penggunaan lubrikan
Di RW 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah Pada bulan Desember 2016 (n=12)
Skor fungsi
Sumber data: data primer, Januari 2017
Analisis Bivariat
Tabel 3
Analisa pengaruh penggunaan lubrikan terhadap peningkatan fungsi seksual pada wanita menopause di RW 01
Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah 2016 (n=12)
n Rerata±s.b P Fungsi seksual sebelum penggunaan lubrikan
Fungsi seksual setelah penggunaan lubrikan
12
12
21,67±2,57
29,75±2,00
0,000
P Value yaitu 0,000, hal ini berarti P Value lebih
kecil dari nilai α 0,05. Hal tersebut menunjukkan
terdapat pengaruh peningkatan fungsi seksual yang bermakna antara sebelum dan setelah penggunaan lubrikan pada wanita menopause Di RW 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah. Sturdee and Panay (2010) Dalam jurnal Internasional menopause society yang berjudul Rekomendasi penanganan atrofi vagina perempuan postmenopause menganalisa indeks fungsi seksual perempuan (The Female Sexual Function Index/FSFI) pada 7243 wanita usia 40– 59 tahun menjumpai tingkat prevalensi yang tinggi akan disfungsi seksual (56,8%). FSFI menilai beberapa domain fungsi seksual: dorongan (desire), gairah (arousal), orgasme, rasa nyeri, lubrikasi dan tingkat kepuasan (satisfaction). Faktor risiko terpenting untuk disfungsi seksual adalah vagina kering. Penelitian menunjukkan bahwa gejala yang berkaitan dengan atropi genital menjadi bagian dari salah satu gejala keluhan menopause terbanyak: dispareunia (40%), gatal di genitalia (40,8%) dan hilangnya libido (51%). Sedangkan prevalensi gejolak panas/hot flushes sendiri adalah 45% dari populasi perempuan yang diteliti.
Aspek fungsi seksual menurut rosen (2000) adalah dorongan (desire), gairah (arousal), orgasme, rasa nyeri, lubrikasi dan tingkat kepuasan (satisfaction). Pada penelitian ini intervensi yang dilakukan adalah penggunaan lubrikan. Dari aspek fungsi seksual yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan lubrikan pada wanita menopause adalah berkurangnya rasa nyeri dan peningkatan kepuasan seksual, untuk aspek yang lain tidak begitu mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini dapat disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi aspek fungsi seksual yang lain.
Pada 12 wanita menopause, 12 orang mengatakan hasrat seksual tetap sama atau tidak memiliki hasrat seksual. Hal ini sesuai dengan Faktor biologi yang mempengaruhi fungsi seksual yaitu faktor penuaan/degeneratif (Stephani, (2015). Perubahan aging meliputi perubahan atamoni genital pada masa menopause yaitu penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal, Berkurangnya pelumas vagina, dinding vagina atropi dan ukurannya memendek., berkurang atau tidak adanya hormon seks (estrogen) secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks. Hal ini menyebabkan terjadinya nyeri saat melakukan hubungan seksual sehingga menyebabkan keengganan untuk melakukan hubungan seksual/tidak mempunyai hasrat untuk melakukan hubungan seksual.
Pada 12 wanita menopause, 9 orang mengatakan gairah seksual tetap sama seperti sebelum menggunakan lubrikan. Nina, (2013) mengatakan terjadinya penurunan libido pada wanita menopause karena keringat malam dapat mengganggu tidur dan kekurangan tidur dapat mengurangi energi untuk melakukan aktivitas yang lain, termasuk dalam aktivitas hubungan seksual. Hal tersebut juga terjadi karena adanya perubahan pada vagina, seperti kekeringan yang akan membuat daerah genetalia sakit dan selain itu juga terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.
Pada 12 wanita menopause, 11 orang tetap kesulitan untuk mendapatkan lubrikasi saat melakukan hubungan seksual. Hal ini sesuai dengan Sturdee dan Panay (2010) bahwa saat wanita mengalami menopause, terjadi penipisan lapisan epitel vagina sehingga vagina menjadi atrofi dan terjadi gangguan dalam pengeluaran cairan lubrikasi secara alami yaitu pengeluarannya menjadi lambat dan lama atau bahkan tidak keluar (Sturdee dan Panay, 2010). Pada 12 wanita menopause, 6 orang mengalami peningkatan dalam hal orgasme dan 6 orang tetap tidak merasakan orgasme saat melakukan hubungan seksual. Terdapat juga faktor psikologis diantaranya citra diri dan kecemasan dalam menghadapi menopause. Tonika, (2016) dalam studinya tentang hubungan kepuasan seksual terhadap kecemasan dalam menghadapi menopause mengatakan bahwa pada wanita yang menopause mengalami kecemasan, ada hubungan negatif antara menopause dan kecemasan yang artinya semakin wanita menopause mengalami kecemasan tinggi dalam menghadapi menopause
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.Gambaran fungsi seksual sebelum penggunaan lubrikan pada wanita menopause seluruhnya
memiliki skor ≤26,55 yang artinya mengalami
penurunan fungsi seksual.
2.Gambaran fungsi seksual sesudah penggunaan lubrikan pada wanita menopause seluruhnya mengalami kenaikan skor fungsi seksual. 3.Ada pengaruh penggunaan lubrikan terhadap
peningkatan fungsi seksual sebelum dan setelah penggunaan lubrikan pada wanita menopause Di RW 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah dengan nilai Pvalue =
0,000 < α (0,05).
maka semakin rendah kepuasan seksual dalam berhubungan badan dengan suaminya, hasil yang didapat P = 0,000 (α<0,05). Qodryah, (2014) mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul persepsi ibu tentang aktivitas seksual pada masa menopause, responden memiliki persepsi negatif tentang aktivitas seksual pada masa menopause, mereka melihat fisiknya sudah tidak seperti dulu lagi dan tidak menarik, hal ini dapat mempenngaruhi juga pencapaian orgasme karena pencapaian orgasme sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Dari aspek fungsi seksual yang sangat berpengaruh dengan penggunaan lubrikan pada wanita menopause adalah berkurangnya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual dan peningkatan kepuasan seksual. Pada 12 wanita menopause, 11 wanita menopause mengalami peningkatan kepuasan seksual dan 12 wanita mengatakan nyeri saat melakukan hubungan seksual sesudah menggunakan lubrikan berkurang. Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi dyspereunia diantaranya adalah pemakaian lubrikan/gel pelumas larut air. Karena nyeri saat melakukan hubungan seksual berkurang maka kepuasan seksual juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan Brody (2010) aktivitas seksual dalam hal ini adalah hubungan seksual/senggama merupakan aktivitas seksual yang signifikan terhadap kesehatan jiwa. Semakin bisa memelihara hubungan dengan pasangan melalui hubungan seksual (senggama), maka dapat semakin menikmati hidup dengan jiwa yang sehat dan berkualitas serta kepuasaan akan tercapai.
Saran
1. Bagi Perawat Komunitas
memberikan gambaran tentang fungsi seksual pada wanita menopause di masyarakat dan cara mengatasinya, sehingga dapat dijadikan acuan oleh perawat komunitas dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas
2.Bagi wanita menopause
dapat digunakan sebagai alternatif cara mengatasi nyeri saat melakukan hubungan seksaul pada wanita menopause yang mengalami disfungsi seksual sehingga kebutuhan seksualnya tetap bisa terpenuhi. 3.Bagi peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
American Pschyatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental dissorder fourth edition text revision. Arlington, VA: American Pschiatric Association. pp: 526–529.
Andini, Diah. (2014). “Hubungan lama
menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Panjang
Bandar Lampung”. Dalam Digital
Repository Universitas Lampung. Dari
Google Cindekia
http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/6407
Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2016. Andrwes, Gilly. (2009). Buku ajar kesehatan
reproduksi wanita. Jakarta: EGC.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Atika Windayanti. (2014). Faktor – faktor Penyebab perceraian pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) Di Desa Citembong, Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap. Fakultas Ilmu Sosial Uviversitas Negeri Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 20 September 2016.
Badan Pusat Statistik. (2013).
Proyeksi
penduduk Indonesia 2010
–
2035
,
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Brody, S. (2010). The relative health genefits
of different sexual activities.
Journal J
SexMed ; 7(4 Pt 1): 1336-6.
Diunduh
tanggal 2 Oktober 2016.
Cabral PUL, et all. (2014). Physical activity
and sexual function in middle-ages
woman. Journal
Rev Assoc Med Bras
Volume 60(1), Halaman 47-52. Diunduh
tanggal 10 Oktober 2016.
Candra, L. (2005). Gangguan fungsi atau
perilaku seksual dan penanggulangannya.
Jakarta :
Cerita Dunia Kedokteran
; 149:
15. Diunduh tanggal 25 September 2016.
Dahlan, Sopiyudin. (2016).
Besar sampel
dalam
penelitian
kedokteran
dan
kesehatan seri 2 edisi 4:
Epidemologi
Indonesia.
Demartoto,
Argyo.
(2010).
Mengerti,
memahami dan menerima fenomena
homoseksual.
http://Argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08
/seksualitas-undip.pdf
Dharma,
Kusuma.
(2011).
Metodologi
penelitian
keperawatan
(Pedoman
melaksanakan dan menerapakan hasil
penelitian)
. Jakarta: Trans Info Media.
Ghani, Lannywati. (2009). Seluk beluk
menopause.
Dalam
Jurnal
media
penelitian
dan
pengembangan
Kesehatan
volume XLX Nomor 4
.
Diunduh pada tanggal 20 September
2016.
Glaiser.A, Gebbie,A. (2005).
Dasar-dasar
obstetri
dan
ginekolog
.
Jakarta:
Hipocrates.
Imronah. (2011). Hubungan pemakaian
kontrasepsi
suntik
DMPA
dengan
disfungsi seksual pada wanita di
Puskesmas Rajabasa Indah Kota
Bandar Lampung. STIKES MITRA
Lampung.
Diunduh
tanggal
26
September 2016.
Kumalasari,
dkk.
(2012).
Kesehatan
reproduksi untuk mahasiswa kebidanan
dan keperawatan
. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusuma, W. (1999).
Buku pintar kesehatan
wanita
. Batam: Interaksara.
Lowdermilk, Perry. (2004).
Buku ajar
keperawatan
maternitas
Edisi
4
.
Jakarta: EGC.
Llewellyn, D. (2005).
Setiap wanita
. Jakarta:
PT. Delapratasa Publishing.
Malintang, dkk. (2016).
Aktivitas seksual
wanita perimenopause di Kelurahan
Bangetayu Wetan Kota semarang.
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
dan
Masters, W.H.; Johnson, V.E. (1996).
Human
sexual respon
. Toronto; New York:
Bantam Books.
Meston, M Cindy. (2003). Validation of
female sexual function index (FSFI) in
women with female orgasmic disorder
and in women with hypoactive sexual
desire disorder
.
dalam
Journal Sex
Marital Ther
. No 29(1) halaman39-46.
Diunduh tanggal 25 September 2016.
Ningsi,
Agustina.
(2012).Pengaruh
penggunaan metode kontrasepsi suntikan
DMPA terhadap kejadian disfungsi
seksual. Politehnik Kesehatan Kemenkes
Makasar. Diunduh pada tanggal 4
November 2016.
Nina, Mulyani. (2013).
Menopause akhir
siklus menstruasi pada wanita di usia
pertengahan
. Yogyakarta: Nuha Medika.
NuNugroho, Yuyus Purwo. (2013). Hubungan
antara Stadium Menopause dengan
Perubahan Seksual Wanita Menopause
Di Posyandu Lansia Srikandi Kelurahan
Sumbersari Kota Malang. Dalam jurnal
ejournal keperawatan
. Volume 4, Nomor
1. Halaman 75. Diunduh tanggal 14
Agustus 2016.
Pangkahila, Wimpie. (2001).
Etika keluarga :
Seks yang indah
. Perpustakaan Daerah
Kota
Salatiga.
Jakarta.
Kompas.
halaman.
198.URL:
http://opac.salatigakota.go.id/ucs/index.p
hp?p=show_detail&id=10230
Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2016.
Pangkahila, Wimpie. (2006).
Seks yang
membahagiakan:
Menciptakan
keharmonisan
suami
istri.
Jakarta:
Kompas.
Puspita
Palupi.
(2010).
Pengalaman
seksualitas perempuan menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Rebo
Jakarta
Timur.
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Indonesia
Depok.diunduh
pada
tanggal
20
September 2016.
Rosen R, et all. (2000). The Female Sexual Function Index (FSFI) : A Multidimesional Self-Report Instrument for the Assessment of Female Sexsual Funtion. Dalam Journal of Sex & Marital Therapy, 26:191-208.
Stanley, Mickey. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta: EGC.
Suciati. (2013). Kohesivitas suami istri dalam mewujudkan keharmonisan rumah tangga: Studi Kasus Di Gunung Kidulyogyakarta. Dalam jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2, Nomor 1. Halaman 603-618. Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2016. Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metodologi
penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava Medika.
Sugiono. (2013). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.