BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat
penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk
bernapas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan
ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001). Udara
diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas udara yang
layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat (Mulia,
2005).
Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan
kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara berfungsi sebagai
alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan
dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. Udara juga merupakan
campuran mekanis dari bermacam macam gas. Komposisi normal udara terdiri atas
gas nitrogen (78,1%), oksigen 20,93%), dan karbon dioksida 0,03% (Chandra, 2006).
Selain gas – gas tersebut gas lain yang terdapat dalam udara antara lain
nitrogen oksida, hidrogen, metana, belerang oksida, amoniak dan lain lain. Apabila
susunan udara mengalami perubahan dari keadaan normal dan menggangu kehidupan
manusia dan hewan maka udara tersebut telah tercemar (Wardhana, 2004).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter – parameter
seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S, Hidrokarbon, dan partikel debu. Apabila
terjadi peningkatan kadar bahan – bahan tersebut di udara ambien yang melebihi nilai
baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain dapat berupa keluhan
pada mata, radang saluran pernapasan, sembab paru, bronkitis menahun, emfisema
ataupun kelainan paru menahun lainnya (Saric, 1980; Xu & Dockery,1991 dalam
Mukono 2008).
Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam industri dan
teknologi, serta meningkatnya jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan bahan
bakar minyak menyebabkan udara di sekitar kita tercemar oleh gas–gas buangan hasil
pembakaran (Wardhana, 2004). Kegiatan pembakaran yang berlangsung tidak
sempurna dari bahan bakar yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan
bermotor terintroduksi ke udara dalam bentuk gas dan partikel. Gas buang kendaraan
bermotor tersebut mengeluarkan bahan pencemar (polutan) yang berupa gas seperti
Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur oksida (SOx), Hidrokarbon
(HC) dan berupa partikel debu, aerosol, timah hitam (Moestikahadi, 2001).
Perkiraan Persentase pencemar udara dari sumber pencemar transportasi di
Indonesia adalah CO sebesar 70,50%, NOx 8,89%, SOx 0,88%, HC 18,34%, Partikel
1,33%. Sumber pencemaran gas Karbon monoksida (CO) terutama berasal dari
penggerak transportasi. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa. Penyebaran gas CO di udara tergantung dari keadaan
lingkungan, Pada daerah perkotaan dengan banyaknya kegiatan Industri dan lalu
lintas yang padat akan menghasilkan gas CO sehingga kadar CO di udara relatif
tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004).
Gejala-gejala keracunan karbon monoksida (CO) antara lain, pusing, rasa
tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat,
rasa tertekan di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal
dunia (Mukono, 2008).
Kadar Nitrogen Oksida (NOx) di udara untuk daerah perkotaan dengan
penduduk padat juga akan lebih tinggi dibandingkan di pedasaan disebabkan karena
berbagai macam kegiatan manusia yang dapat menunjang pembentukan NOx seperti
transportasi, generator pembangkit listrik, dan pembuangan sampah. Nitrogen oksida
mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO dan (NO2). Gas
(NO2) adalah gas yang berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung (Wardhana, 2004). Nitrogen dioksida juga merupakan gas yang toksik bagi
manusia dan umumnya mengganggu sistem pernapasan (Mulia, 2005).
Saluran pernapasan merupakan jalur pemaparan yang paling penting pada
lingkungan. Berbagai jenis zat dapat terbawa ke dalam udara lingkungan kerja. Efek
pemaparan zat melalui saluran pernapasan sangat beragam, tergantung pada
konsentrasi dan lamanya pemaparan serta status kesehatan orang yang terpapar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,
plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Permendag RI No.53 Tahun
2008). Sedangkan Pasar tradisional adalah pasar yang sebagian besar dagangannya
adalah kebutuhan dasar sehari – hari dengan praktek perdagangannya yang masih
sederhana dengan fasilitas infrastruktur juga masih sederhana dan belum
mengindahkan kaidah kesehatan (Kepmenkes RI No. 519 Tahun 2008).
Pasar Sangkumpal Bonang adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di
kota Padangsidimpuan. Pasar ini didirikan pada tahun 2003 dengan luas lahan 6.836
m2 dan luas bangunan 2.162,5 m2 dan terdiri dari tiga lantai. Lokasi Pasar
Sangkumpal Bonang berada di Kelurahan Wek dua Kecamatan Padangsidimpuan
Utara.
Pasar ini terletak di belakang Plaza Anugerah Trade Center dan di seberang
plaza terdapat Kantor Walikota Padangsidimpuan. Kantor Walikota, Plaza, kantor
pos, plaza telkom dan Bank mengelilingi pasar tersebut sehingga suasana di pasar ini
setiap harinya ramai. Di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang banyak terdapat pedagang
kaki lima yang setiap harinya berdagang mulai dari pagi hari hingga sore hari.
Mereka berdagang tepat di pinggiran jalan pasar, tempat dimana kenderaan bermotor
melintas di pasar tersebut.
Aktivitas dari pedagang kaki lima yang memakai badan jalan dan trotoar
untuk menjajakan dagangannya menyebabkan terganggunya arus lalu lintas di pasar
mengangkut dan menurunkan penumpang yang hendak berbelanja di pasar tersebut,
sehingga suasana pasar tersebut begitu ramai setiap harinya.
Pedagang Kaki Lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang
perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan
tempat-tempat fasilitas umum, seperti trotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain sebagainya
(Hasyim, 2011). Pedagang kaki lima cenderung menempati lokasi – lokasi yang
strategis dengan keramaian konsumen. Mereka cenderung menempati lokasi yang
bukan peruntukannya seperti trotoar atau badan jalan sehingga dapat mengganggu
arus lalu lintas, maka pasar sebagai pusat aktivitas perekonomian suatu kota menjadi
tempat yang menarik bagi pedagang kaki lima untuk menawarkan barang dan jasa
(Budiman, 2010).
Selain disebabkan oleh pedagang kaki lima, kemacetan disebabkan oleh
perilaku pengemudi angkutan umum yang menurunkan dan menaikkan penumpang
sembarangan terutama di depan pasar. Kemacetan yang terjadi mengakibatkan
pencemaran udara yang berasal dari kenderaan bermotor yang berdampak pada
lingkungan yaitu menurunnya kualitas udara ambien di suatu wilayah. Semakin
banyak kenderaan bermotor yang melintas akan semakin banyak menghasilkan emisi
gas buang dan memberikan kontribusi cukup besar bagi penurunan kualitas
lingkungan di lokasi tersebut (Menteri Lingkungan Hidup 2002 : 64 dalam Budiman,
2010).
Berdasarkan uraian di atas maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
juga untuk mengetahui keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima yang berdagang di sekitar pasar tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah bagaimana kualitas udara yang berkaitan dengan kadar
Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di pasar tersebut dan keluhan
gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di sekitar Pasar Sangkumpal
Bonang kota Padangsidimpuan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) di
udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar
Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2)
di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.
2. Untuk mengetahui karakteristik responden yang berdagang di Pasar
Sangkumpal bonang kota Padangsidimpuan.
3. Untuk mengetahui keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki
lima di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.
4. Untuk membandingkan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya pedagang kaki lima yang
berdagang di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tentang
bahaya Karbon monoksida (CO) dan Nitrgen Dioksida (NO2) terhadap
kesehatan.
2. Memberi masukan bagi peneliti lainnya mengenai kadar karbon monoksida
(CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran
pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar Sangkumpal Bonang.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pencemaran udara di Pasar