10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Saham
Saham merupakan efek yang paling popular dan paling sering
diperdagangkan di pasar modal. Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) saham
dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas
dan memiliki manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Artinya, jika
seseorang membeli saham suatu perusahaan, berarti orang tersebut telah
menyertakan modal sebesar jumlah saham yang dibeli. Dividen adalah bagian
dari keuntungan atau laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham, sedangkan capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih
harga jual dengan harga beli saham, dimana harga jual saham lebih tinggi
daripada harga pembeliannya.
Saham terdiri dari beberapa jenis, antara lain saham biasa (common
stock), saham preferen (preferred stock), dan saham harta (treasury stock).
Pemegang saham biasa memiliki hak untuk menentukan arah dan tujuan
perusahaan, dapat memilih dewan komisaris, memiliki hak terdahulu bila
organisasi/perusahaan tersebut menerbitkan saham baru, dan merupakan pihak
terakhir yang mendapatkan pembagian hasil usaha. Saham preferen merupakan
11 yaitu preferen terhadap dividen dan preferen terhadap likuidasi. Pemegang
saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu, pemegang saham
preferen juga memiliki prioritas untuk memperoleh aktiva perusahaan terlebih
dahulu pada saat terjadinya likuidasi perusahaan. Saham preferen dapat ditukar
menjadi saham biasa jika terdapat kesepakatan antara pemegang saham dan
perusahaan penerbit. Saham yang biasa dijual di Bursa efek adalah saham
biasa, sedangkan saham preferen tidak dijual di bursa efek. Saham harta atau
saham treasuri merupakan saham perusahaan penerbit yang diperoleh kembali.
Saham harta yang sudah diperoleh dapat dilepas kembali.
Ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Blue Chip Stock
Merupakan saham suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi
dan sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi daripada rata-rata dividen yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya.
12 Merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
d. Speculative Stock
Merupakan saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock
Merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum.
Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saham atas Nama (Registered Stock)
Saham atas nama merupakan saham dimana nama pemilik saham
tertera di atas saham tersebut dan cara peralihan saham ini harus
melalui pencatatan dokumen peralihan.
b. Saham atas Unjuk (Bearer Stock)
Saham atas unjuk adalah saham dimana nama pemilik saham tidak
tertera di atas saham, sehingga otomatis pemegang saham dianggap
sebagai pemilik saham. Oleh karena itu, orang yang dapat
13 2.1.2. Harga Saham
Harga saham pada dasarnya menunjukkan nilai dari suatu perusahaan
yang menggambarkan kekayaan para pemegang saham tersebut. Harga saham
mengalami fluktuasi naik dan turun yang terbentuk dari permintaan dan
penawaran (demand and supply) dari saham tersebut di pasar sekunder.
Harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari
internal perusahaan (faktor fundamental, kinerja keuangan, dan kinerja
manajemennya) maupun eksternal perusahaan (faktor makro). Beberapa faktor
yang berasal dari eksternal perusahaan antara lain tingkat suku bunga, inflasi,
nilai tukar mata uang, kebijakan pemerintah, sentimen pasar, penggabungan
usaha, kondisi politik maupun sosial suatu negara.
Menurut Weston dan Bringham (2001:26), faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham antara lain adalah :
a. Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)
Laba per saham yang lebih tinggi menunjukkan bahwa investor
akan menerima laba yang lebih tinggi atas saham yang dimilikinya,
sehingga dapat memperoleh tingkat pengembalian yang cukup
baik. Dengan demikian, investor lebih tertarik dan terdorong untuk
berinvestasi lebih besar pada saham tersebut, sehingga harga saham
perusahaan tersebut akan meningkat.
b. Tingkat Bunga
Apabila suku bunga naik, maka investor lebih tertarik untuk
14 memperoleh bunga yang tinggi dengan risiko yang lebih kecil. Hal
ini dapat menurunkan harga saham. Demikian juga sebaliknya, jika
suku bunga turun, maka investor lebih tertarik untuk berinvestasi
dalam saham karena menguntungkan sehingga harga saham akan
naik.
c. Jumlah Kas Dividen yang Dibagikan
Peningkatan dalam jumlah kas dividen yang dibagikan dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang saham karena pada
dasarnya, investor menginginkan jumlah kas dividen yang lebih
besar, sehingga harga saham akan naik.
d. Jumlah Laba yang Didapat Perusahaan
Pada dasarnya, investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada
perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik. Jumlah laba yang
diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikator apakah
perusahaan tersebut berkinerja baik. Jadi, investor lebih tertarik
untuk membeli saham perusahaan yang labanya tinggi karena
menunjukkan prospek lebih cerah, sehingga harga sahamnya pun
lebih tinggi.
e. Tingkat Risiko dan Pengembalian
Tingkat risiko yang tinggi biasanya akan menghasilkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi juga. Dengan demikian, jika
tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan meningkat, maka
15 Menurut Rusdin (2006:74), nilai saham dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain :
a. Nilai Nominal (nilai pari)
Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham
yang bersangkutan.
b. Nilai Dasar
Pada dasarnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana
saham, yaitu harga saham pada saat pertama kali diterbitkan. Harga
dasar ini akan berubah karena adanya tindakan dari para emiten
yang berkaitan dengan saham tersebut, seperti stock split, waran,
right issue, dan sebagainya.
c. Nilai Pasar
Nilai pasar saham menunjukkan harga jual beli saham yang sedang
terjadi pada pasar sekunder. Harga ini pada dasarnya terbentuk oleh
permintaan dan penawaran di pasar modal. Jika bursa sudah tutup,
maka nilai pasar saham yang berlaku adalah harga penutupan
terakhirnya.
Dalam melakukan investasi terhadap saham-saham yang beredar di pasar
modal, pada umumnya para investor menggunakan berbagai macam analisis
untuk meminimalisasi kerugian yang timbul akibat kesalahan dalam memilih
suatu saham tertentu. Berbagai analisis juga diperlukan untuk
16 atau penilaian terhadap surat berharga dalam pasar modal pada umumnya
dibedakan menjadi analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental pada dasarnya mempelajari hubungan antara harga
saham dengan kondisi keuangan perusahaan, karena nilai suatu saham sangat
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan tersebut. Investor menggunakan analisis
ini untuk memastikan bahwa saham suatu perusahaan yang dibeli adalah saham
dari perusahaan yang berkinerja baik atau setidaknya tidak berkinerja buruk,
sehingga dapat meminimalkan kemungkinan bahwa saham yang dibeli
berpotensi untuk di-delisting dari bursa. Analisis fundamental dapat juga
dipakai untuk menganalisis tingkat kewajaran dari harga pasar suatu saham.
Analisis fundamental mencakup analisis terhadap keuangan perusahaan dengan
menggunakan data-data historis, menganalisis rasio keuangannya, analisis
terhadap kondisi makro yang berpengaruh terhadap perusahaan, dan
sebagainya.
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor yang cukup aktif di pasar
saham dan yang sering melakukan jual beli saham. Analisis teknikal
dilakukan dengan mengamati pergerakan harga saham sesuai dengan
kemungkinan teknis dari historikal data statistik pada jangka waktu tertentu.
Data historis yang digunakan diproyeksikan ke dalam grafik yang biasanya
menunjukkan kecenderungan pasar terhadap suatu saham tertentu. Biasanya
analisis teknikal digunakan untuk analisis jangka pendek dan menengah,
sedangkan analisis fundamental cenderung digunakan untuk analisis jangka
17 2.1.3. Metode Penilaian Harga Saham
Dengan menggunakan beberapa metode penilaian saham, investor dapat
mengetahui apakah harga suatu saham yang ditawarkan di Bursa Efek terlalu
mahal (over valued) atau terlalu murah (undervalued). Jika harga saham dinilai
terlalu mahal, maka investor disarankan untuk menghindari investasi pada
saham tersebut. Jika investor telah memiliki saham yang overvalued maka
secara teoritis, investor sebaiknya menjual kembali saham tersebut. Sebaliknya,
jika saham dinilai undervalued maka investor disarankan untuk segera
membelinya untuk dijual kembali jika harga saham mengalami kenaikan.
Metode-metode yang sudah umum digunakan untuk analisis pasar modal
antara lain :
a. Metode Price Earning Ratio (Metode PER)
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai intrinsik saham
dengan cara menghitung besar perkiraan return yang akan diperoleh
atas suatu saham. Metode PER dihitung dengan membandingkan harga
saham terhadap laba per saham (EPS). PER menggambarkan jangka
waktu pengembalian atas saham yang diinvestasikan. Semakin tinggi
PER suatu saham, berarti semakin lama waktu pengembalian investasi
pada saham tersebut. Oleh karena itu, investor sebaiknya memilih
saham-saham dengan PER yang kecil, karena waktu pengembalian ats
18 b. Metode Perkiraan Pendapatan (metode Using Earnings Forecast)
Metode ini dihitung didasarkan bahwa manajemen perusahaan
menahan sebagian dari pendapatannya, karena pada umumnya, setiap
perusahaan go-public tidak akan membagikan seluruh laba yang
diperoleh pada periode tersebut kepada pemegang saham sebagai
dividen sehubungan adanya kebijakan bahwa sebagian laba akan masuk
sebagai tambahan modal (laba ditahan) atau digunakan untuk
pengembangan usahanya. Metode ini juga digunakan untuk
menentukan nilai intrinsik saham. Penilaian harga saham dengan
menggunakan model perkiraan pendapatan ini memasukkan adanya
unsur berapa besar pendapatan yang dibagikan perusahaan kepada
masing-masing investor serta adanya unsur tingkat bunga yang berlaku
umum.
c. Metode Price to Book Value (metode PBV)
Metode PBV menggambarkan seberapa besar para investor
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Metode ini dihitung
dengan membandingkan antara harga pasar saham dengan nilai buku
per lembar saham. Semakin tinggi rasio PBV, maka semakin tinggi
apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan. Dengan rasio ini, maka
investor dapat mengetahui sudah berapa kali harga pasar saham
dihargai lebih dari nilai bukunya. Dengan demikian, investor akan
mendapatkan gambaran mengenai harga suatu saham, apakah harga
19 saham berkinerja baik ternyata masih memiliki PBV yang rendah
dibandingkan rata-rata PBV saham di sektornya, artinya harga saham
tersebut masih berpotensi untuk naik. Rasio PBV ini lebih efektif jika
digunakan untuk membandingkan saham-saham pada sektor ekonomi
yang sama, karena kewajaran rasio PBV dapat berbeda diantara
berbagai sektor.
2.1.4. Konsep Laba
Pada umumnya, laba merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi
usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba
adalah sebuah indikator profitabilitas perusahaan, sehingga laba dapat
menunjukkan kekayaan pemegang saham dari satu ke periode ke periode
berikutnya.
Konsep laba ekonomi berbeda dengan konsep laba akuntansi. Laba
dalam ilmu ekonomi murni adalah peningkatan dalam kekayaan investor
setelah dikurangi dengan biaya-biaya. Laba ekonomi mencakup baik
komponen yang sudah direalisasikan maupun yang belum. Penekanan laba
ekonomi adalah untuk mengukur perubahan nilai dari pemegang saham, yang
mengukur seluruh kejadian pada suatu periode secara komprehensif. Sementara
itu, laba akuntansi didefinisikan sebagai selisih pendapatan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut.
Pengakuan pendapatan merupakan titik awal dari pengakuan laba. Suatu
pendapatan dapat diakui apabila telah memenuhi dua kondisi yaitu telah atau
20 andal untuk mendapatkan kas) dan telah dihasilkan (perusahaan telah
menyelesaikan seluruh kewajibannya dan proses perolehan labanya telah
selesai).
Ahmed Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi
didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang
berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis.
Laba akuntansi atau laba yang dilaporkan ditentukan berdasarkan konsep
akuntansi akrual.
Menurut Suwardjono (2005:456), laba akuntansi dengan berbagai
interpretasi diharapkan dapat digunakan antara lain :
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan dalam tingkat pengembalian atas investasi.
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen. c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara. e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan
publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang. g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. i. Dasar pembagian dividen.
Laba merupakan unsur yang paling diminati di pasar uang, karena laba
secara langsung menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laba yang besar
dari suatu perusahaan akan menarik investor untuk menanamkan dananya dan
juga meningkatkan kepercayaan kreditor untuk meminjamkan dana apabila
dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Dengan laba yang tinggi, kekayaan
21 para pemegang saham. oleh karena itu, laba bersih suatu perusahaan biasanya
menjadi perhatian utama dalam usaha meningkatkan kinerjanya.
2.1.5. Arus Kas
Laporan arus kas adalah salah satu unsur dari laporan keuangan yang
berisi informasi mengenai aliran kas perusahaan, baik yang digunakan untuk
aktivitas operasional, untuk investasi, dan sumber pendanaan. Laporan arus kas
melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu
perusahaan selama satu periode, sehingga merupakan ringkasan penerimaan
dan pengeluaran perusahaan selama periode tersebut.
Menurut PSAK No.2 (2004), “laporan arus kas harus melaporkan arus
kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.”
Arus kas aktivitas operasi merupakan arus kas yang mempengaruhi laba
bersih perusahaan. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk pelaporan
arus kas dari aktivitas operasi :
a. Metode Langsung
Metode ini melaporkan sumber kas operasi yang berasal dari
penerimaan pelanggan dan penggunaan kas operasi yang meliputi
pembayaran kepada pemasok atas barang dagangan serta kas yang
digunakan untuk beban operasi dan membayar gaji pegawai.
22 Metode ini melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan cara
menyesuaikan laba atau rugi bersih dengan beban dan pendapatan
yang tidak melibatkan penerimaan dan pembayaran kas.
Aktivitas investasi merupakan aktivitas perusahaan yang melibatkan
pembelian atau pelepasan aktiva tetap perusahaan, aktiva tidak berwujud,
maupun jenis investasi lainnya. Arus kas masuk dari aktivitas investasi
umumnya berasal dari penjualan, sedangkan arus kas keluar berasal dari
pembeli atas aktiva dan investasi jangka panjang tersebut. Arus kas aktivitas
investasi merupakan pencerminan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan dan melibatkan aktiva jangka panjang.
Aktivitas pendanaan merupakan aktivitas perusahaan yang melibatkan
perubahan dalam komposisi ekuitas perusahaan. Arus kas masuk dari aktivitas
ini pada umumnya berasal dari penerbitan sekuritas utang maupun ekuitas,
seperti penerbitan saham, obligasi, wesel. Arus kas keluar dari aktivitas
pendanaan umumnya berasal dari pelunasan pinjaman, penarikan saham
perusahaan (saham treasuri), dan pembayaran dividen kepada para pemegang
saham.
Menurut PSAK No.2 paragraf 3 dan 4, laporan arus kas memiliki
beberapa informasi yang bermanfaat bagi pemakainya :
23 serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
2. Informasi dalam arus kas dapat bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
3. Informasi arus kas juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
4. Informasi arus kas sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
5. Informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan laporan keuangan.
Dengan menganalisis laporan arus kas, pemakai laporan keuangan dapat
mengetahui apakah perusahaan telah menggunakan aktiva lancar kas dan setara
kasnya secara efektif dan efisien. Penggunaan aktiva secara efektif dan efisien
akan menghasilkan kinerja yang lebih memuaskan sehingga pada akhirnya
akan meningkatkan laba perusahaan.
2.1.6. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah output dari suatu proses
akuntansi yang menggambarkan aktivitas dan kinerja keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:13), laporan
keuangan yang lengkap terdiri dari :
a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
24 d. Laporan Arus Kas
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Data-data yang terkandung dalam laporan keuangan apabila dianalisis dapat
menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan pada dasarnya adalah menganalisis posisi
keuangan perusahaan untuk menentukan kinerjanya di masa depan dengan
menggunakan laporan keuangan. Analisis tersebut merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama keputusan investasi dan
keputusan pendanaan. Bagi investor, analisis laporan keuangan dapat
membantu untuk memahami apakah investasi pada suatu perusahaan tertentu
merupakan keputusan yang tepat atau dapat menimbulkan risiko yang
merugikan investor tersebut. Bagi kreditor dan bank, analisis terhadap laporan
keuangan dapat membantu untuk memahami apakah keputusan untuk
memberikan pinjaman dana kepada perusahaan tersebut adalah keputusan yang
tepat, yang dapat dilihat dari rasio likuiditasnya. Bagi pemegang saham,
analisis dapat membantu untuk memahami kinerja perusahaan, sehingga dapat
digunakan untuk membuat perencanaan ke depan.
Menurut Harahap (2008:190), analisis laporan keuangan adalah :
25 Menurut Subramanyam dan John Wild (2010:34), alat-alat penting yang
digunakan untuk menganalisis laporan keuangan terdiri dari :
a. Analisis laporan keuangan komparatif
Analisis ini dilakukan dengan menelaah neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode
lainnya, yaitu dengan membandingkan perubahan dari tahun ke
tahun atau dengan analisis terhadap tren angka indeks.
b. Analisis laporan keuangan common-size
Laporan common-size terutama berguna untuk perbandingan antar
perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang berbeda
dibuat dalam format common-size. Analisis ini berguna untuk
memahami pembentukan internal laporan keuangan suatu
perusahaan.
c. Analisis rasio
Analis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi
dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit
untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen
yang membentuk rasio. Rasio bermanfaat bila diinterpretasikan
dalam perbandingan dengan rasio tahun sebelumnya atau standar
yang telah ditentukan sebelumnya, maupun rasio pesaing.
d. Analisis arus kas
Analisis arus kas terutama digunakan sebagai alat untuk
26 digunakan dalam peramalan arus kas dan bagian dari analisis
likuiditas.
e. Valuasi
Valuasi adalah menentukan estimasi nilai intrinsik sebuah
perusahaan atau sahamnya. Dasarnya adalah teori nilai sekarang
(present value theory) yang menyatakan bahwa nilai uang atau efek
ekuitas sam dengan jumlah seluruh hasil yang diharapkan dari efek
di masa depan yang didiskontokan ke saat ini dengan menggunakan
tingkat diskonto yang tepat.
2.1.7. Rasio Keuangan
Menurut Siegel,dkk (1999 : 45), rasio merupakan hubungan antara satu
jumlah dan jumlah yang lainnya. Secara sederhana, rasio merupakan
perbandingan jumlah.
Rasio keuangan merupakan sebuah alat analisis yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu dengan membandingkan data-data
keuangan yang terdapat pada laporan keuangan. Munawir (2002:31)
menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan ada
empat, yaitu mengetahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas, tingkat
rentabilitas, dan tingkat stabilitas. Analisis terhadap rasio keuangan akan
membantu pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan, baik
keputusan pendanaan, investasi, dan sebagainya. Dengan demikian, para
27 perusahaan di masa mendatang. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu
cara menginterpretasi informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Menurut Subramanyam, dkk (2010:44), rasio keuangan yang secara
umum digunakan antara lain :
1. Likuiditas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya, yang terdiri dari Rasio Lancar
(Current ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), Waktu Penagihan
(Collection Period), Jumlah hari untuk menjual persediaan (days to
sell inventory).
2. Struktur Modal atau Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya, terdiri dari Total Utang
terhadap Ekuitas (total debt to equity), Utang Jangka Panjang
terhadap Ekuitas (long term debt to equity), Kelipatan bunga
dihasilkan (times interest earned).
3. Tingkat Pengembalian Investasi
Rasio ini digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada
penyedia pendanaan ekuitas dan utang. Rasio ini terdiri dari Return
on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
4. Kinerja Operasi atau Rasio Rentabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam
28 Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Margin Laba Operasi
(Operating Profit Margin), Margin Laba Bersih (Net Profit
Margin).
5. Pemanfaatan Aset
Rasio ini digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aset
dalam menghasilkan penjualan, mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset-asetnya sehingga memberikan aliran kas
masuk bagi perusahaan. Rasio keuangan ini terdiri dari rasio
perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang usaha (account
receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover),
perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aset
tetap, dan perputaran total aset (total asset turnover).
6. Ukuran Pasar
Rasio ukuran pasar menilai dan mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku perusahaan, yang terdiri dari rasio harga
terhadap laba (price earning ratio), hasil dividen (dividend yield),
tingkat pembayaran dividen (dividend payout ratio), harga
terhadap nilai buku (price to book value).
Menurut Harahap (2008:298), analisis rasio mempunyai keunggulan
sebagai berikut :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
29 d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi. e. Menstandarisir ukuran perusahaan.
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Dari banyaknya rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan, peneliti memilih beberapa rasio yang dinilai memiliki
pengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
2.1.7.1. Current Ratio (CR)
Menurut Munawir (2002 : 71),
“rasio lancar digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, juga sangat membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, dan juga penting bagi kreditor dan pemegang saham yang setidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.”
Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya menggunakan aktiva
lancar. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan aktiva lancar
perusahaan dengan kewajiban lancar. Nilai rasio yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin likuid karena memiliki
aset yang cukup dan lebih banyak dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Namun, rasio lancar yang terlalu tinggi juga menujukkan
30 aktiva lancar yang terlalu banyak seharusnya dapat digunakan
perusahaan untuk membayar utang jangka panjangnya atau melakukan
investasi yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian dan keuntungan
bagi perusahaan.
Rumus untuk menghitung rasio lancar :
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝑅𝑅𝐶𝐶𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶𝐴𝐴 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐿𝐿𝑅𝑅𝑅𝑅𝑖𝑖𝑅𝑅𝑖𝑖𝑅𝑅𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐴𝐴
2.1.7.2. Price Earning Ratio (PER)
Rasio PER merupakan sebuah alat analisis yang penting bagi
investor pada saat melakukan investasi pada saham. Rasio ini dihitung
dengan membandingkan nilai pasar dengan laba per sahamnya (EPS).
Tujuan dari analisis terhadap PER adalah memprediksi kapan atau berapa
kali laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga
sahamnya pada periode tertentu. Dengan demikian, investor dapat
mengetahui jangka waktu pengembalian investasi pada saham tersebut,
sehingga investor dapat membandingkannya dengan tingkat
pengembalian saham lainnya. Jika PER dari suatu saham adalah enam
kali, berarti harga pasar suatu saham adalah enam kali dari EPS. Artinya,
modal investasi saham itu akan kembali dalam waktu enam tahun karena
31 PER pada umumnya digunakan dalam perbandingannya antara
saham-saham yang berada dalam industri sejenis. Semakin kecil PER
akan semakin baik karena pengembalian investasi saham tersebut
semakin cepat, sehingga saham dengan PER yang kecil akan lebih
menarik dibandingkan saham dengan PER yang besar. PER tinggi juga
dapat berarti bahwa apresiasi atau penilaian investor yang tinggi akan
saham tersebut sehingga permintaan terhadap saham tersebut sangat
tinggi yang pada akhirnya menaikkan harga saham.
Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) :
𝑃𝑃𝐶𝐶𝑅𝑅𝑃𝑃𝐶𝐶𝐸𝐸𝑅𝑅𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐸𝐸𝑅𝑅𝑅𝑅𝐶𝐶𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑀𝑀𝑅𝑅𝐶𝐶𝑀𝑀𝐶𝐶𝐶𝐶𝑃𝑃𝐶𝐶𝑅𝑅𝑃𝑃𝐶𝐶 𝐸𝐸𝑃𝑃𝐸𝐸
2.1.7.3. Price to Book Value (PBV)
Rasio PBV dapat menunjukkan seberapa besar para investor
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Rasio ini
menggambarkan sudah berapa kali market value suatu saham dihargai
dari book value. Dengan demikian, investor dapat mengetahui apakah
harga pasar saham tersebut sudah relatif mahal atau ternyata masih
murah. Rasio PBV dapat memberikan gambaran potensi pergerakan
harga suatu saham. Jika suatu saham dari perusahaan yang berkinerja
baik memiliki PBV yang masih rendah, harga saham tersebut masih
32 Semakin tinggi ratio PBV suatu saham, berarti semakin tinggi
apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan, namun di sisi lain juga
meningkatkan risiko bagi investor, karena harga saham dengan PBV
yang tinggi juga berpotensi untuk turun ataupun dikarenakan kinerja
keuangan yang sangat buruk sehingga nilai buku saham tersebut sangat
rendah. Menurut Mangasa (2010:68), “secara teoritis rasio PBV yang
wajar adalah sebesar 2 kali atau dengan kata lain harga saham
dikategorikan masih wajar dalam kaitannya dengan tingkat risiko
investasi, apabila harga saham perusahaan adalah dua kali nilai buku
suatu perusahaan.”
Rumus untuk menghitung Price Book Value :
𝑃𝑃𝐶𝐶𝑅𝑅𝑃𝑃𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝐵𝐵𝑅𝑅𝑅𝑅𝑀𝑀𝑣𝑣𝑅𝑅𝑖𝑖𝐶𝐶𝐶𝐶 = 𝑀𝑀𝑅𝑅𝐶𝐶𝑀𝑀𝐶𝐶𝐶𝐶𝑣𝑣𝑅𝑅𝑖𝑖𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝑜𝑜𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐴𝐴𝐶𝐶𝑅𝑅𝑃𝑃𝑀𝑀 𝐵𝐵𝑅𝑅𝑅𝑅𝑀𝑀𝑉𝑉𝑅𝑅𝑖𝑖𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝑜𝑜𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐶𝐶𝑅𝑅𝐶𝐶𝐴𝐴𝐶𝐶𝑅𝑅𝑃𝑃𝑀𝑀
2.1.8. Saham Perusahaan LQ 45
Indeks LQ45 merupakan salah satu bagian dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Beberapa indeks lainnya yang merupakan bagian dari IHSG
adalah Jakarta Islamic Index (JII), Kompas 100, Bisnis-27, dan indeks
sektoral. Perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia
merupakan 45 perusahaan terpilih yang paling likuid dengan nilai kapitalisasi
yang besar.
Kriteria-kriteria agar suatu saham dapat masuk dalam indeks LQ 45
33 a. Masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
regular, dilihat dari rata-rata transaksi selama 12 bulan terakhir.
b. Saham tersebut juga harus masuk ke dalam peringkat teratas tingkat
kapitalisasi pasar, yang dilihat berdasarkan rata-rata selama 12 bulan
terakhir.
c. Saham tersebut telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
minimum tiga bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan dari
perusahaan, frekuensi perdagangan, dan jumlah hari perdagangan
transaksi pasar reguler harus baik.
Faktor-faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ45 antara lain :
a. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai
patokan investasi di pasar keuangan Indonesia.
b. Tingkat toleransi investor terhadap risiko
c. Saham-saham penggerak indeks yang notabenenya merupakan
saham berkapitalisasi pasar besar di BEI.
Perusahaan yang masuk dalam kategori LQ45 pada umumnya adalah
perusahaan yang berkinerja baik dan memiliki tingkat likuidasi yang baik. Oleh
karena itu, saham-saham dalam indeks ini pada umumnya menjadi incaran
investor untuk menanamkan investasinya. Penetapan saham-saham perusahaan
go-public yang masuk dalam kategori 45 saham terlikuid tersebut dievaluasi
34 ini adalah untuk menginformasikan kepada investor bahwa secara teoritis,
saham-saham yang berada kategori ini memiliki risiko yang cenderung lebih
kecil dibandingkan saham lainnya karena tingkat likuiditasnya yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, saham indeks LQ45 ini merupakan saham yang paling
aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sehingga disebut 45 saham
terlikuid.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh laba bersih,
arus kas operasi, dan rasio keuangan terhadap harga saham antara lain :
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu Tahun
Penelitian
Peneliti Judul Hasil Penelitian
2010 Elvis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi dan Arus Kas terhadap
Harga Saham Perusahaan Perbankan
di Bursa Efek Indonesia.
Laba dan Arus Kas operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham ; Arus kas investasi dan pendanaan tidak berpengaruh signifikan.
2010 Lilis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi dan Komponen Arus Kas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI.
Laba akuntansi dan arus kas pendanaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham ; arus kas aktivitas operasi dan investasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Laba akuntansi dan komponen arus kas secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
2011 Cory Pengaruh Current
Ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, total assets turn over, return on
35 investment, return on
equity, dan price earning ratio terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI
dan tidak signifikan terhadap harga saham.
2011 Ronauli Pengaruh Informasi Arus kas dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI..
Secara parsial hanya arus kas pendanaan dan Laba bersih yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan arus kas investasi dan operasi tidak berpengaruh signifikan. Arus kas dan laba bersih secara simultan berpengaruh signifikan.
2012 Anestasya Pengaruh Perubahan Rasio Fundamental Keuangan dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga saham pada Perusahaan Makanan Minuman yang terdaftar di BEI.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara parsial, PER berpengaruh secara signifkan dan positif, sedangkan PBV berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :
Harga Saham (Y) H1
Laba Bersih Akuntansi (X1)
36 Laba bersih merupakan unsur paling utama dalam mengukur kinerja dan
profitabilitas perusahaan, serta memberikan informasi mengenai perubahan
kekayaan para pemegang saham. Arus kas operasi memberikan informasi
mengenai penerimaan dan penggunaan kas untuk kegiatan operasional
perusahaan. Current Ratio mencerminkan likuiditas atau kesanggupan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Price Earning Ratio
menggambarkan tingkat pengembalian yang diinvestasikan pada suatu saham dan
kemampuan saham tersebut menghasilkan laba. Price to Book Value memberikan
informasi bagi investor terkait dengan tingkat risiko investasi dan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
Harga saham mencerminkan nilai sebuah perusahaan dan merupakan salah
satu indikator keberhasilan manajemen perusahaan. Pergerakan harga saham itu
sendiri ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham di pasar
modal. Sedangkan permintaan akan suatu saham disebabkan oleh berbagai faktor
baik internal maupun eksternal.
Variabel independen yang telah dijelaskan memiliki pengaruh terhadap
keputusan investor untuk berinvestasi dalam saham tertentu yang menciptakan
permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal dan pada akhirnya
mempengaruhi pergerakan harga saham. Semakin baik kinerja suatu perusahaan,
maka minat investor untuk berinvestasi pada saham tersebut juga akan semakin
37 2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam
menganalisisnya. Berdasarkan kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas,
maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1
H
: Laba bersih akuntansi berpengaruh terhadap harga saham,
2
H
: Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap harga saham,
3
H
: Current Ratio berpengaruh terhadap harga saham,
4
H
: Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham,
5 :
H
Price to Book Value berpengaruh terhadap harga saham,
6 : Laba bersih akuntansi, Arus kas operasi, Current Ratio, Price Earning
Ratio, Price to Book Value secara bersama-sama berpengaruh terhadap