• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Antara Kemiskinan Industrialisasi. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kaitan Antara Kemiskinan Industrialisasi. docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KAITAN ANTARA KEMISKINAN, INDUSTRIALISASI DAN

PENGAMBILAN SUMBERDAYA ALAM

RESKY DWIYANTI RISA

P3300215007

PROGRAM MAGISTER ILMU PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

KAITAN ANTARA KEMISKINAN, INDUSTRIALISASI DAN PENGAMBILAN SUMBERDAYA ALAM

Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak Pelita I hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya industrialisasi telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, dimana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. Hal tersebut memiliki pengaruh sampingan terhadap pelestarian lingkungan hidup dan proses penanggulangan kemiskinan baik secara (Koesmawan, 2013).

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan disini dapat dilihat dari berbagai kondisi seperti kondisi ekonomi yang lemah. Ketika kondisi ekonomi lemah maka seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti: pendidikan, kesehatan, makan dan rekreasi.

Jika dikaitkan dengan sumber daya alam, dimana seseorang yang dikatakan tergolong miskin akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja. Pekerjaan ini bersumber dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam. Oleh dikarenakan di masa sekarang Indonesia sedang dalam perngembangan sektor industri, hal ini akan berkaitan dengan usaha pemenuhan bahan industri yang akan di peroleh dari sumber daya alam.Kemudian sumber daya alam yang di ambil secara terus menerus dengan upaya pemenuhan bahan produksi industri, lama-lama akan habis pula. Walaupun hal ini terjadi karena rasa ketidakpuasan dan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat maka dari itu mereka tidak punya pilihan untuk mengerjakan hal itu.

(3)

mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.

Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. (Muhammad Thoyib, 1995). Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.

Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.

(4)

Di samping itu, kita perlu pula memperhatikan kepekaan perubahan kualitas lingkungan terhadap masyarakat dengan tingkat kehidupan tertentu dalam satu komunitas tertentu. Umumnya karena daya beli yang lebih kuat (karena itu mempunyai pilihan yang lebih luas) dan informasi yang lebih lengkap, maka mereka yang berpendapatan tinggi lebih tidak peka terhadap kualitas lingkungan yang menurun. Pada kasus di mana kualitas lingkungan udara telah tercemar, mereka yang berpendapatan tinggi lebih mudah untuk pindah ke lokasi lain dengan kualitas udara lebih baik, sedangkan mereka yang berpendapatan rendah akan terjebak dalam lingkungan tercemar tersebut.

Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan yang saling mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan sumber daya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup. Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi. Hubungan ini terlihat pada diagram berikut.

Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk sehingga membentuk hubungan sesuai diagram berikut.

Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi. Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang sumber daya alam yang harus digali dan semakin menipisnya sumber daya alam dan akhirnya pencemaran lingkungan semakin meningkat.

Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumber daya alam yang ada di dalam bumi. Di samping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran lingkungan.

(5)

lainnya dimana untuk memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki keseluruhan bagian. Misalnya dalam penanganan pemberantasan kemiskinan maka permasalahan industrialisasi dan sumber daya alam juga harus

menjadi fokus penanganan dalam proses tersebut

(https://ghinaislamiah.wordpress.com/).

A. Hubungan antara Penduduk, Industri dan Sumberdaya Alam

Ada dua hal penting yang dapat dikemukakan dalam kaitannya dengan penggunaan sumberdaya alam yaitu apakah sumberdaya alam itu membatasi pertumbuhan ekonomi dan berapakah tingkat penggunaan sumberdaya alam yang optimal. Pertanyaan yang pertama hubungannya dengan berapa cepat sumberdaya alam itu dimanfaatkan atau dihabiskan dan bagaimana akibat bila terdapat sektor industri, pertanian dan jasa. Sesungguhnya tidak mudah untuk mengatakan apakah pengambilan sumberdaya alam kita selama ini terlalu cepat atau terlalu lamban. Sedangkan pertanyaan yang kedua lebih bersifat teoritis. Ramalan yang mungkin paling pesimis mengenai masa depan masyarakat industri adalah komitmen yang berlanjut terhadap pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang mengakibatkan rusaknya ekologi yang penting bagi adanya kehidupan manusia (Suparmoko, 2010).

Permasalahanya adalah bagi para pecinta lingkungan (environmentalist)

(6)

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Eksponensial Konsumsi Sumber Daya Alam

Kelompok Roma dengan menggunakan model matematika menunjukkan saling ketergantungan di antara lima faktor yang utama yang menentukan laju pertumbuhan dan batas pertumbuhan dan batas pertumbuhan ekonomi di dunia ini. Faktor-faktor tersebut adalah penduduk, produksi pertanian, sumberdaya alam, produksi industri pengolahan dan pencemaran lingkungan. Beberapa kesimpulan dari studi kelompok Roma itu adalah sebagai berikut (Meadows

et.al, 1972):

B. Pengambilan Sumberdaya Alam dalam Masyarakat Industri

Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang ada di alam, baik berupa benda hidup maupun benda mati yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Berdasarkan ketersediaannya di alam, sumber daya alam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

(7)

antara lain minyak bumi. Penggunaan sumber daya alam tidak dapat diperbaharui harus hati-hati karena apabila dipakai terus menerus sumber daya alam tersebut akan habis. Selain itu perlu juga dicarikan alternatif pengganti sumber daya alam tersebut, seperti menggunakan bahan bakar alkohol sebagai bahan bakar minyak. Bahan bakar yang tersedia untuk mempertemukan kebutuhan energi dunia meliputi sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui kembali, sepertihalnya energi solar (termasuk angin dan kekuatan air) dan energi geotermal, serta sumber bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui kembali sepertihalnya bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas alam) dan bahan bakar nuklir (sepertihalnya uranium dan plutonium).

Banyak sumberdaya alam yang diperlukan oleh masyarakat industri yang sudah hampir habis dalam arti bahwa tingkat penggunaan sekarang terlalu tinggi dalam kaitannya dengan jumlah persediaan sumberdaya alam yang diketahui. Semua pihak menyetujui pernyataan ini, namun ada perbedaan pendapat mengenai implikasi kebijakan dan cara penanggulangan masalah yang ditimbulkan (Suparmoko, 2010).

Bagi mereka yang mendukung pertumbuhan ekonomi masalah kekurangan sumberdaya alam hanya sementara sifatnya karena masalah tersebut dapat diatasi dengan kemajuan teknologi yang dikaitkan dengan penemuan baru, eksplorasi, pengambilan baru, dan pengolahan sumberdaya alam. Maka dari itu kekurangan sumberdaya alam dalam arti absolut jarang sekali terjadi (Suparmoko, 2010).

Apakah masalah pengambilan sumberdaya alam itu bersifat temporer atau permanen, tetapi yang jelas adalah bahwa persoalan itu ada dan sesungguhnya hanya ada tiga kemungkinan cara pemecahannya (Suparmoko, 2010):

1. Meningkatkan tersedianya sumberdaya alam pada laju yang paling tidak sama dengan laju penggunaan sumberdaya alam.

2. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam yang sekarang ini sudah kita kuasai dan kita ketahui persediaannya.

3. Dan yang ketiga adalah penekanan permintaan terhadap sumberdaya alam.

(8)

secara bersama-sama. Beberapa tindakan konservasi sumberdaya alam dapat digunakan secara bersama-sama dengan tindakan untuk menemukan sumberdaya alam baru guna menunjang pertumbuhan permintaan akan sumberdaya alam (Suparmoko, 2010).

Penyusunan kebijaksaan harus berlandaskan wawasan bahwa bumi, air dan kekayaan alam harus dipergunakan untuk kemakmuran bersama. Maka dari itu, kebijaksanaan yang dapat dilakukan ialah ( h t t p : / /k a it a n -a n t a r a - k em isk i na n -in

d u str i a l i s a si - da n - pengambilan-sda-Ilmu-Ekonomi.html, 2013) :

a) membuat kebijaksanaan SDA yang berdasarkan potensi pengembangan dan pemanfaatan dalam jangka panjang.

b) mengambil langkah langkah penghematan dan pengunaan SDA

c) mengembangkan sumber daya alam diberbagai daerah sehingga penyediaan SDA dan kelestarian terjamin

d) meningkatkan pengembangan sebagai peranan SDA dalam penyumbang devisa

e) meningkatkan keterpaduan pengembangan SDA sesuai dengan tuntutan industri.

f) mengembangkan sistem metode dan teknologi hemat energi pada SDA

g) mempertimbangkan kelestarian ekosistem lingkungan sekitar lokasi pengambilan sumber daya alam

h) mempertimbangkan wawasan kearifan lokal dan kehidupan masyarakat di sekitar lokasi pengambilan sumber daya alam

i) melakukan penelitian dan proses pengambilan sumber daya alam yang berawasan lingkungan

j) menggunakan inovasi teknologi yang dapat mengurangi kerusakan baik pada sumber daya alam tersebut atau lingkungan lokasi sumber daya alam.

(9)

kebutuhan, kemudian diperlukannya cara-cara intensifikasi dan diversifikasi ( h t tp : / /k a it a n - an t a r a - k e m isk i na n - i n du str i a l i s a s i - dan - pen ga mb i la n - sda -Ilmu-Ekonomi.html, 2013).

Beberapa cara pengambilan sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat industri, yaitu:

 Meningkatkan tersedianya SDA pada laju yang paling tidak sama dengan

laju peng gunaan SDA. Kebijakan yang sekarang ini ditempuh dalam kebanyakan negara industri diarahkan untuk meningkatkan tersedianya SDA seperti mengintensifkan penelitian sumber-sumber minyak dan gas baru.

 Meningkatkan efisiensi penggunaan SDA dengan menggunakan

technical fix”, yaitu pemecahan masalah yang secara teknis dan ekonomis layak atas dasar standar saat ini dan tidak memerlukan perubahan2 sosial dan kebudayaan yang bearti. Contoh mobil yang hemat energi

 Menekan permintaan pada SDA. Contoh menggunakan kendaraan umum

untuk menggantikan kendaraan pribadi

Penyusunan kebijaksaan harus berlandaskan wawasan bahwa bumi, air dan kekayaan alam harus dipergunakan untuk kemakmuran bersama. Maka dari itu, kebijaksanaan yang dapat dilakukan ialah ( h t t p : / /k a it a n -a n t a r a - k em isk i na n -in

d u str i a l i s a si - da n - pengambilan-sda-Ilmu-Ekonomi.html, 2013) :

a) Membuat kebijaksanaan SDA yang berdasarkan potensi pengembangan dan pemanfaatan dalam jangka panjang.

b) Mengambil langkah-langkah penghematan dan pengggunaan SDA.

c) mengembangkan sumber daya alam diberbagai daerah

sehingga penyediaan SDA dan kelestarian terjamin

d) meningkatkan pengembangan sebagai peranan SDA dalam

penyumbang devisa

e) meningkatkan keterpaduan pengembangan SDA sesuai

dengan tuntutan industri

(10)

pada SDA

g) mempertimbangkan kelestarian ekosistem lingkungan sekitar

lokasi pengambilan sumber daya alam

h) mempertimbangkan wawasan kearifan local dan kehidupan

masyarakat di sekitar lokasi pengambilan sumber daya alam

i) melakukan penelitian dan proses pengambilan SDA yang

berawasan lingkungan

j) menggunakan inovasi teknologi yang dapat mengurangi

kerusakan baik pada SDA tersebut atau lingkungan lokasi SDA.

C. Sumberdaya Alam dan Pencemaran dalam Masyarakat Industri

Perubahan lingkungan terjadi karena adanya rantai yang terputus dalan daur kehidupannya.Salah satu contoh perubahan lingkungan adalah berubahnya kawasan hutan menjadi tempat industri.Hutan yang tadinya bisa membantu sebagai penopang hutan-hutan besar sebagai jantung dunia kini malah menjadi tempat perusak udara dibeberapa kawasan. Hutan yang terbuka secara tidak langsung akan memutuskan regenerasi vegetasi berikutnya. Akibatnya pemasok O2 bagi makhluk hidup ini semakin berkurang.

Perkembangan teknologi dan industry yang sangat pesat akan memudahkan manusia dalam mengolah alam. Namun, seringkali karena kepentingan yang sesaat manusia tidak mengindahkan kelestarian alamnya demi masa yang akan datang. Akibatnya dari kegiatan industry ini akan menghasilkan pencemaran (polusi).

Polusi adalah sebuah gangguan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh factor asing yang meracuni lingkungan tersebut. Sesuatu yang menyebabkan polusi disebut dengan polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, sedimen, makhluk hidup (atau yang dihasilkan oleh makhluk hidup), panas, suara, radiasi, yang dilepaskan ke dalam lingkungan yang berakibat mengganggu manusia dan makhluk hidup lain.

(11)

sumberdaya energy sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, kemudian dengan semakin cepatnya pertumbuhan ekonomi akan mempercepat pengurasan sumberdaya tersebut. Proses ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Jadi, karena sumberdaya alam tersebut dibutuhkan untuk pembangunan, suatu kekurangan dalam sumber daya energi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung (Suparmoko, 2010).

Apakah pencemaran lingkungan dan pengurasan sumberdaya alam selalu terjadi dalam masyarakat industri? Apabila memang demikian maka (Suparmoko, 2010):

1. Mungkin tidak ada cara untuk menghindari pencemaran dan pengurasan sumberdaya alam kalau tingkat perkembangan ekonomi tertentu harus dicapai.

2. Perubahan sosial yang cepat dan struktur masyarakat yang kompleks akan tidak memungkinkan untuk menemukan dan melaksanakan pemecahan terhadap masalah tersebut.

Pertanyaan pertama memang berkaitan dengan masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh industrialisasi. Ancaman terhadap ekosistem dunia disebabkan oleh adanya negara industri, terutama negara industri maju seperti Amerika Serikat. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa memburuknya lingkungan bukan merupakan akibat dari industrialisasi melainkan karena kapitalisme dalam industrialisasi tersebut. Pemilikan swasta terhadap alat-alat produksi, perekonomian pasar, dan motif mencari laba telah menyebabkan perekonomian menjadi terikat pada tujuan demi untuk pertumbuhan ekonomi. Sebagai kesimpulan bahwa ada hubungan yang jelas antara industrialisasi dan memburuknya kualitas lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam (Suparmoko, 2010).

D. Pembangunan dan Lingkungan Hidup di Indonesia

Hal yang sangat mengejutkan bagi para pencinta, pemerhati dan mungkin setiap orang bahwa setiap hari 195 km2 hutan hujan tropik telah hilang menjadi

jalan, lahan pertanian dan keperluan lainnya (Myers 1991); 98 km2 tanah telah

(12)

ke lingkungan, 50 sampai 100 species tumbuhan dan binatang punah akibat penggundulan hutan (Myers, 1991). Meningkatnya populasi manusia yang puluhan bahkan ratusan ribu orang per hari telah meningkatkan kebutuhan untuk makanan, air, perumahandan sumber lainnya. Akibat semua di atas maka planet bumi menjadi lebih panas, hujan menjadi sedikit asam, dan jaringan kehidupan menjadi tercabik-cabik (Chiras, 1993).

Berdasarkan angka statistik di atas para pengamat menyimpulkan bahwa: masyarakat manusia sedang menuju kepada kepunahan. Hal ini bukan hanya manusia sedang berada dalam malapetaka yang sangat besar tetapi manusia tak mampu lagi hidup di planet bumi setelah malapetaka lingkungan telah berlangsung sejak lima-enam dekade yang lalu. Kondisi seperti sekarang ini bila dilihat sepintas seolah-olah manusia harus memilih satu diantara dua pilihan, yaitu: apakah membangun dan berkembang terus dengan kemungkinan menjadi punah atau berhenti di tempat (stagnant) dengan segala kemiskinan yang diakibatkan oleh status quo tidak berkembangnya itu (Zen, 1979). Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam sampai kepada akar permasalahannya (root causesnya) tak menutup kemungkinan akan ada perspektif pemikiran baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Kenyataan yang ada sekarang dan bahkan sejak lima dekade lalu, angka laju pertambahan populasi manusia masih tinggi kira-kira 1,8% per tahun. Hal ini tentu akan memacu pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengeksploitasi sumber daya dengan dibantu kemajuan ilmu dan teknologi. Akibatnya lingkungan alami yang bebas pengaruh manusia semakin berkurang dan lingkungan buatan yang dikenai pengaruh manusia makin bertambah. Selain itu, akibat eksploitasi sumber daya dan industrialisasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi telah menghasilkan akibat sampingan utama yaitu menurunnya ketersediaan sumberdaya dan kualitas lingkungan. Hal ini pula yang menjadi tantangan kita semua dan bagaimana seharusnya kita menyikapi serta berperan aktif didalam menghadapi tantangan ini.

(13)

memperhatikan lingkungan. Sebaliknya adalah manfaat yang berkelanjutan untuk kesejahteraan, sehingga pengelolaan sumberdaya alam dalam kaitanya dengan pengelolaan lingkungan tidak hanya mempertimbangkan manfaat kekayaan alam itu dalam sesaat dengan keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi yang diperlukan adalah pengelolaan yang tepat demi kelestarian pembangunan dalam jangka yang panjang (Suparmoko, 2010).

Cara yang sering digunakan dalam pengelolaan lingkungan ini ialah dengan menginternalisasikan eksternalitas negatif yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi. Suatu contoh untuk keserasian guna pemeliharaan lingkungan dan pembangunan apabila kita mengadakan intervensi terhadap alam, misalnya pembuatan waduk, terlebih dahulu harus kita perhatikan dampak positif dan negatifnya. Untuk itulah dikembangkan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL merupakan suatu instrumen yang memungkinkan untuk melakukan pelestarian lingkungan yang serasi dan seimbang (Suparmoko, 2010).

Sebagai contoh, dalam pembuatan kawasan industri terlebih dahulu harus dibuat AMDAL-nya. Kalau lingkungan industri tersebut memiliki dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak negatifnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat maka proyek tersebut dapat diteruskan. Tetapi bila lebih besar dampak negatifnya, maka lokasi kawasan tersebut harus dipindahkan (Suparmoko, 2010).

Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan. Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tergantung pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas lingkungan (h t tp : / /ww w .i n tl. f e ed f u ry .c om / . . . / 16 4 3 4 03 8 - s u mbe r -d a y a - a la m \i n do n e

(14)

E. Kaitan Ekonomi Versus Lingkungan

Berkembangnya istilah “ekonomi versus lingkungan” telah membuat orang semakin ragu-ragu dalam mengambil keputusan melestarikan lingkungan hidup. Memang pengelolaan lingkungan penuh dengan konflik. Tetapi benarkah konflik ini sebenarnya adalah konflik antara kepentingan ekonomi dan kepentingan pelestarian lingkungan? (h t t p : / / w w w . e k onom i rak y a t .o r g /i nde x 4 . ph p , 2013)

Hampir semua konflik dalam pengelolaan lingkungan menyangkut pilihan antara rencana suatu kegiatan proyek atau kebijakan yang dibutuhkan dibandingkan dengan dampak lingkungan yang mungkin timbul sehingga merugikan manusia. Sebagai contoh, penggunaan lahan untuk kegiatan tambang Golongan C; pembangunan pabrik di lingkungan yang rentan; pembangunan jalan menembus hutan; penambangan di kawasan penyimpanan air; dan lain sebagainya. Bila ditilik lebih dalam, konflik yang ada sebenarnya adalah konflik antara sekelompok kecil orang demi kepentingan diri atau kepentingan kelompok dalam jangka pendek, melawan kepentingan orang banyak dalam jangka panjang. Dalam konflik semacam ini, karena kelompok kecil dengan sumber daya kuat berhadapan dengan kepentingan orang banyak yang lemah, maka kepentingan umum pun akhirnya dikalahkan. Pada akhir proyek, masyarakat menderita karena lingkungannya rusak (h t tp : / / w w w . e k onom i rak y a t .o r g /i nde x 4 . ph p , 2013).

Beberapa hal juga perlu kita teliti lebih lanjut dalam menghadapi kontroversi kewajiban pabrik untuk mengolah limbah yang menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga selanjutnya menurunkan daya saing produksi. Pertama, jika produsen tidak mengolah limbahnya, tidak berarti biaya yang timbul karena limbah/emisi yang dihasilkan menjadi “hilang”. Biaya yang tidak dikeluarkan oleh produsen hanya dialihkan kepada orang-orang yang hidup di sekitarnya dalam bentuk gangguan kesehatan, kelangkaan air, gangguan saluran pernapasan, dan sebagainya. Pada akhirnya ini menjadi masalah keadilan dan kemiskinan. Apakah biaya lingkungan harus dipikul oleh produsen/konsumen barang, atau oleh orang-orang yang hidup di sekitar pabrik yang tidak mendapatkan manfaat dari kegiatan produksi di lokasinya? (h t tp : / /ww w . e k onom i ra k y a t .o r g /i nde x 4 . ph p , 2013).

(15)

besar sehingga mempengaruhi daya saing. Ketika para produsen ditanya, misalnya tentang biaya pengolahan limbah relative terhadap biaya produksi industri tekstil (pencelupan), jawabannya selalu berkisar antara 20% - 40% dari biaya produksi. Sebuah survey menunjukkan bahwa biaya yang keluar untuk pengolahan limbah yang benar (memenuhi ketentuan peraturan) adalah sekitar 2%. Kenaikan 2% ini terlalu kecil untuk mempengaruhi daya saing. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak benar bahwa upaya pelestarian lingkungan menimbulkan biaya produksi tinggi sehingga dapat meningkatkan kemiskinan (h t t p : / / w w w . e k onom i r a k y a t .o r g /i n d e x 4 . php , 2013).

Apa yang banyak terjadi di berbagai negara berkembang, khususnya Indonesia pada era tahun-tahun 1980-an dan 1990-an, adalah adanya peningkatan pendapatan dan penurunan tingkat kemiskinan secara umum, yang kemudian disertai dengan percepatan terjadinya kerusakan lingkungan. Apakah kejadian ini menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya bersifat bertentangan arah? (h t t p : / / w w w . e k on om i r a k y a t .o r g /i nde x 4 . ph p , 2013)

Untuk menjawabnya, perlu kita perhatikan situasi ekonomi Indonesia pada kurun waktu tersebut. Scientific American (1989) misalnya menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia pada saat itu ditentukan oleh kegiatan-kegiatan yang bersumber pada sumber daya alam (mencapai 79%). Ekonomi yang bertumpu kepada eksploitasi sumber daya alam ini sangat berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup. Kenaikan tingkat hidup serta penurunan tingkat kemiskinan yang didorong oleh ekspolitasi sumber daya alam ini dengan sendirinya bukan saja mengurangi cadangan sumber daya alam tetapi juga merusak lingkungan. Dampak dari kerusakan lingkungan ini baru terjadi pada generasi berikutnya, ketika sumber daya alam yang semakin langka tidak mampu lagi menunjang pembangunan. Lingkungan hidup yang rusak juga tidak mampu menunjang kehidupan.Jadi, kenaikan kesejahteraan dengan merusak lingkungan bukannya tidak mungkin terjadi. Hanya saja, peningkatan kesejahteraan yang terjadi bersifat sementara, tidak berkelanjutan, dan

dampaknya di kemudian hari justru negatif

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Yusuf Hilmi. 2003. Analisis Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan. Universeitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Gumelar, Martin Ariesta. 2014. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Cara Menanggulangi Pencemaran dalam Ruang Lingkup Industri. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.

Hartwick John M. and Olewiler Nancy D. 1986. The Econimics of Natural.

https://ghinaislamiah.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.

h

t tp : / / k a i t a n - a n t a r a - k e m isk i na n - i n du str i a l i s a s i - dan - pen ga mb i la n - s d a -Ilmu-Ekonomi.html. Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.

h

t tp : / / k o e s m a w an . w ordp ress.c o m / 20 0 9 / 0 3 / 1 1 /i n d u str i a l i s a s i - pe r ma s a lah andan-peranannya-bagi-akselerasi-pertumbuhan-ekonomi-rakyat-1970-2000/. Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.

h

t tp : / / w ww . e k on o m i r a k y a t .o r g /i nde x 4 . ph p . Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.

h

t tp : / / w ww .i n tl. f e e d f u ry.co m / . . . / 16 4 3 4 03 8 -s um be r - da y a - a la m \ i nd o ne s ia .h t m l. Diakses pada tanggal 5 Mei 2013.

Meadows, Donella H. Dkk. 1972. The Limit to Growth. New American Library.

Meadows, Donella H., and Denis L. Meadows. 1972. The Limit to Growth. New York. University Book.

Neher Philip. A. 1990. Natural Resource Economic (Conservation and Exploitation). Cambridge University Press. USA.

(17)

Pratomo, Suko. 2010. Sumber Daya Alam dan Pencemaran/Polusi. Pendidikan Lingkungan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sparre, Per and Venema, C. Siebren. 1992. Introduction to tropical Fish Stock Assessment. Part 1 – Manual. FAO, FISHERIES TECHNICAL PAPER.Viele Delle Terme di Caracalla, 00100 Rome, Italy.

Suparmoko, M. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis) – Edisi Empat Revisi. PT. BPFE- Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sutikno and Maryunani. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (BPFE UNIBRAW). Malang.

Gambar

Tabel 1. Matriks Ketergantungan Ekonomi terhadap Sumber Daya Alam danLingkungan Hidup dengan Tingkat Pendapatan
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Eksponensial Konsumsi Sumber Daya Alam

Referensi

Dokumen terkait