“Analisis Kelayakan Investasi dengan Capital Budgeting pada proyek Tarakan-Tanjung Selor (Studi kasus pada PT. Telkom, Tbk Bandung)”
Hendri Setyo Nugroho
ABSTRACT
PT. Telkom as the largest telecommunication company in Indonesia, continues to make investments to develop
the company and serve the growing needs of customers and aim to benefit. This study aims to determine the
feasibility of an investment plan that will be implemented by PT. Telkom. The investment plan is in the form of
development projects in Tarakan - Cape counselor is expanding network. With a total investment of Rp. 111
669 183 000 from their own capital with an interest rate of 18%. In 2011. capital budgeting is a process where
a company analyzing projects and deciding which projects will be incorporated into the capital budget. Type
of research is descriptive research and the research will be conducted qualitative analysis to analyze the
problem. While the data in the form of quantitative data (numbers). Investment appraisal to project-Tanjung
Selor Tarakan using capital budgeting techniques that use to determine whether it is feasible or not a proposed
investment. With the analysis tools payback period, net present value, and internal rate of return. Three
analysis tools are also used by PT. Telkom to measure whether or not the project. From the analysis and
project plan Tarakan - Cape Selor. Retrieved payback period for 3 years and 7 months of the target PT.
Telkom is 10 years, the net present value of Rp. 38,620,912,000 of targets specified PT. Telkom a positive
result, the internal rate of return of 27.24% from 18% in the target by PT. Telkom. This indicated that the
project financially Tarakan investment plans - Cape Selor feasible.
Keywords: Investment Feasibility Analysis, Capital Budgeting, payback period, net present value, and
internal rate of return
Abstrak
PT. Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, terus menerus melakukan investasi
untuk mengembangkan perusahaannya dan melayani kebutuhan pelanggan yang semakin berkembang dan
bertujuan mendapatkan keuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari rencana
investasi yang akan dilaksanakan PT. Telkom. Rencana investasi ini berupa pembangunan proyek di Tarakan –
Tanjung selor yaitu memperluas jaringan network. Dengan total investasi sebesar Rp. 111.669.183.000 yang
berasal dari modal sendiri dengan tingkat bunga sebesar 18%. Pada tahun 2011. capital budgeting adalah suatu
proses dimana perusahaan menganalisis proyek dan memutuskan proyek mana yang akan dimasukan ke dalam
anggaran modalnya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan penelitian ini akan
dilakukan analisis secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan yang terjadi. Sedangkan datanya
berbentuk data kuantitatif (angka). Penilaian kelayakan investasi pada proyek Tarakan –Tanjung Selor ini
usulan investasi. Dengan alat analisis payback period, net present value, dan internal rate of return. Tiga alat
analisis tersebut dipakai juga oleh PT. Telkom untuk mengukur layak atau tidaknya proyek tersebut. Dari hasil
analisis dan rencana proyek Tarakan – Tanjung Selor. Diperoleh payback period selama 3 tahun 7 bulan dari
target PT. Telkom yaitu 10 tahun, net present value sebesar Rp. 38,620,912,000 dari target yang di tentukan
PT. Telkom yang hasilnya positif, internal rate of return sebesar 27,24 % dari 18 % yang di targetkan oleh PT.
Telkom. Hal ini menunjukan bahwa secara finansial proyek rencana investasi Tarakan – Tanjung Selor layak
untuk dilaksanakan.
Kata kunci : Analisis Kelayakan Investasi, Capital Budgeting, payback period, net present value, dan
internal rate of return
I PENDAHULUAN
PT. Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, terus menerus melakukan
investasi untuk mengembangkan perusahaannya untuk melayani kebutuhan pelanggan yang semakin
berkembang dan untuk mendapatkan keuntungan.
Brealey Myers Marcus, (2009 ;199) menjelaskan Keputusan untuk melakukan investasi yang
menyangkut sejumlah dana besar dengan harapan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang, sering kali
berdampak besar terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Oleh karena, itu sebelum mengambil
keputusan untuk melakukan investasi, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji aspek financial yang
bertujuan untuk meningkatkan kekayaan perusahaan (maximize firm’s wealth).
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2007: 85) Kebijaksanaan yang diambil harus dievaluasi secara cermat
dan teliti dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang mendatang. Hal ini
dikarenakan kondisi masa mendatang diwarnai dengan ketidakpastian atau dengan kata lain bahwa masa
mendatang mengandung resiko. Ketidakpastian dapat dikurangi dengan diketahuinya kemungkinan atau
proyeksi pengembalian yang akan dicapai oleh proyek di masa mendatang. Disamping itu dengan adanya
kondisi tersebut perusahaan harus memberikan pertimbangan tepat dan berhati-hati dalam melakukan
investasi.
Pada pelaksanaanya, proses pengevaluasian proposal pembangunan infrastruktur yang akan
dilaksanakan oleh PT. Telkom akan melalui divisi infratel untuk setiap pembangunan proyek - proyek di
seluruh Indonesia.
Pada dasarnya kesalahan dalam melakukan proses evaluasi dan pemberian keputusan terhadap sebuah
proyek akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Maka dari itu, pemilihan model analisis
kelayakan investasi yang tepat, merupakan hal yang penting bagi perusahaan ini.
Menurut Brigham and Huston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto (2009 ;511) Capital Budgeting adalah
keseluruhan proses menganalisis proyek dan memutuskan proyek mana yang akan dimasukan di dalam
anggaran modal.
Brigham and Huston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto (2009 ;511) mengemukakan Pentingnya
capital budgeting menjadi salah satu fungsi yang mungkin paling penting diantara keseluruhan fungsi yang
budgeting akan terus berlangsung selama bertahun-tahun. Akhirnya, keputusan capital budgeting oleh suatu
perusahaan akan menentukan arah strategisnya, karena pergerakan kearah produk, layanan, atau pasar yang
baru akan harus diawali dengan pengeluaran modal terlebih dahulu.
Menurut catatan Divisi Infratel dan Bidang Infrastructure Development, pada tahun 2008
menginvestasikan dana untuk modal belanja modal (Capex) sebesar Rp 1,3 triliun, meningkat dibanding capex
2007 sebesar 1,1 triliun.
Berdasarkan pasal 33 Undang-Undang 1945 menyebutkan :
“ (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Setiap rencana investasi pasti mengandung unsur ketidakpastian yang dapat disebut sebagai resiko rencana
investasi. Resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan tidak tercapainya tingkat keuntungan yang
diharapkan, atau kemungkinan pengembalian yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Semakin besar
tingkat penyimpangan yang terjadi akan semakin besar pula tingkat resikonya.
Menteri Negara BUMN saat itu, Mustafa Abubakar, dalam keterangan tertulis di sidang uji materi UU
nomor 30/2009 menafsirkan “dikuasai oleh negara berarti negara sebagai regulator, fasilitator, dan operator
yang secara dinamis menuju negara hanya sebagai regulator dan fasilitator. (Sumber : Berdikari Online
http://s.tt/1fEK8). Terkait dengan PT. Telkom sebagai perusahaan BUMN apabila proyek ini tidak layak maka
harus tetap dijalankan, apabila tidak layak PT. Telkom mengevaluasi laporan keuangannya dan meningkatkan
jumlah investasi pada proyek. Rencana proyek PT.Telkom diantaranya adalah JASUKA (Jawa, Sumatra,
Kalimantan),MKCS (Mataram, Kupang cable system, Palembang pangkal Pinang, Palaparing, dll. Pada saat penelitian ini di mulai proyek Tarakan –Tanjung Selor selama setahun.
Dalam hal ini, proyek PT. Telkom sangat berhati-hati dalam menghitung laporan keuangannya agar
terhindar dari resiko ketidakpastian pada proyek ini. PT. Telkom menggunakan tiga metode dalam mengurangi
resiko ketidakpastian, yaitu dengan menghitung metode NPV, IRR, Payback period. Dengan ketiga metode
tersebut dapat dilihat apakah proyek Tarakan- Tanjung Selor layak dijalankan apa tidak.
PT. Telkom pada tahun 2011 mengembangkan jaringan di Tarakan-Tanjung Selor. Berikut adalah latar
belakangnnya :
1) Jumlah penduduk di Tarakan sekitar 193.370 jiwa pada tahun 2011. Sedangkan di daerah Tanjung Selor
jumlah penduduknya sekitar 112.663 jiwa pada tahun 2011.
2) Dalam hal ini tujuan dilakukannya proyek Tarakan –Tanjung Selor adalah Meningkatkan penjualan PT.
Telkom yaitu dengan menentukan revenue baru bagi PT. Telkom. Karena proyek ini bisa meningkatkan
pendapatan PT.Telkom.
3) Meningkatkan service level garansinya kepada konsumen terhadap kualitas network yang diberikan. Karena
kualitas network yang di berikan dulunya kurang maksimal, maka dari itu PT. Telkom ingin memperbaiki
4) untuk memenuhi layanan kebutuhan speedynya di daerah tersebut. Karena didaerah tersebut kurangnya
layanan jaringan internet, maka dari itu PT.Telkom membangun proyek ini untuk diadakan layanan
speedynya.
5) Pemenuhan kebutuhan telekomunikasi bagi perusahaan pertambangan, dikarenakan daerah Tarakan banyak
perusahaan pertambangan. Berikut beberapa perusahaan pertambangan di Tarakan yang berhubungan
langsung dengan proyek ini, diantaranya adalah : TOTAL, UNOCAL, VICO, SCHLUMBERGER, PT.
Kayan Prima Utama Coal. Perusahaan-perusahaan tersebut dulunya masih menggunakan Telkomnet instan
dalam segi jaringannya, berhubung Telkomnet instan lebih mahal biayanya, dan kecepatannya kurang,
maka dari itu perusahaan pertambangan membuhtuhkan jaringan yang lebih bagus.
1.1 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas penulis mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut (1) Bagaimana kelayakan investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dikaji dengan metode
Payback period? (2) Bagaimana kelayakan investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dikaji dengan
metode NPV? (3) Bagaimana kelayakan investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dikaji dengan metode
IRR?
1.2 Tujuan dan Kegunaan penelitian
Dari tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah layak atau tidaknya rencana
investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dengan metode payback period. (2) Untuk mengetahui apakah
layak atau tidaknya rencana investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dengan metode NPV. (3) Untuk
mengetahui apakah layak atau tidaknya rencana investasi pada proyek Tarakan – Tanjung Selor dengan
metode IRR. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah (1) Penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang penilaian kelayakan investasi pada sebuah perusahaan, dengan mengimplementasikan
materi yang telah didapat selama perkuliahaan. (2) Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan
dan pertimbangan dan menjadi bahan evaluasi atas pelaksanaan analisis kelayakan investasi yang selama ini
telah dilakukan. (3) Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan referensi untuk
penelitian yang sejenis.
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Payback Period
Payback period merupakan salah satu metode perhitungan perusahaan dalam menghitung berapa lama
pengembalian modal yang ditanam perusahaan pada suatu proyek tertentu.
Definisi payback period Menurut Brigham & Houston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto (2009;518) adalah “Payback period rentang waktu yang dibutuhkan oleh pendapatan bersih suatu investasi untuk menutupi biaya.”
Sedangakan menurut Prof.Dr. Ahmad dan Herni Ali, (2010;60)
“Payback period adalah rentang waktu yang di butuhkan oleh pendapatan bersih suatu investasi untuk menutupi biayanya. Payback period merupakan metode formal pertama yang digunakan untuk
mengevaluasi proyek-proyek penganggran modal. Kriteria penerimaan minimum dan rangking
Sedangkan menurut Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty. David F. Scott, JR. (2008; 301) “Payback period adalah suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal.”
Jadi payback period adalah rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam mengembalikan investasi
awal.
Rumus :
Kelebihan payback period :
1. Mudah dipahami.
2. Bias terhadap likuiditas.
Kelemahan payback period
1. Mengabaikan the time value of money.
2. Mengabaikan arus kas yang terjadi setelah payback period.
3. Bias jika diterapkan pada proyek jangka panjang
4. Membutuhkan kriteria penerimaan yang tertanggung keadaan
5. Proyek yang diterima berdasarkan kriteria payback bisa saja tidak memiliki NPV positif
Kriteria penilaian pada payback period adalah :
1. Jika Payback periodnya < waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut dapat diterima.
2. Jika Payback periodnya > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut ditolak.
Meskipun metode pembayaran kembali memiliki kesalahan yang serius sebagai kriteria penentuan
peringkat, metode ini masih tetap dapat memberikan informasi mengenai seberapa lama dana akan terikat pada
sebuah proyek, jika semakin singkat periode pembayaran kembali, jika semua hal dianggap konstan, maka
semakin besar likuiditas proyek tersebut.
2.3 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan metode perhitungan dalam pengambilan keputusan apakah NPV
lebih besar dari pada satu apa kurang dari pada satu, jika suatu perusahaannya kurang dari pada satu maka
proyek perusahaan tersebut dikatakan tidak layak, dan bila lebih dari pada satu maka proyek perusahaan
tersebut layak.
Definisi Menurut Net Present Value (NPV) Brigham & Houston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto
(2009;521) adalah :
“NPV adalah metode untuk menyusun peringkat usulan-usulan investasi menggunakan NPV, yang setara dengan nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan, yang didiskontokan pada biaya modal.”
Jadi NPV adalah suatu metode yang dilakukan perusahaan untuk mengambil keputusan, dengan melihan
apakah NPV lebih besar dari pada satu apa lebih kurang dari pada satu.
Rumus :
Keterangan :
CFIn : Cash Flow from Investing yaitutahunan dari tahun ke satu sampai tahun ke-n.
r : diskon rate yang digunakan untuk mencari present value.
n : Jangka waktu proyek.
2.4 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) metode perusahaan dalam mengukur tingkat kelayakan investasi pada suatu
proyek dilihat dari interest rate nya apakah IRRnya lebih besar dari pada interest rate nya, jika lebih besar
proyek tersebut layak, jika kurang tidak layak.
Definisi Internal Rate of Return (IRR) Menurut Brigham & Houston, penerjemah : Ali Akbar Yulianto
(2009;524) adalah :
“IRR adalah metode penyusutan peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian dari sebuah investasi, yang dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa depan ke biaya proyek.”
Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad dan Herni Ali (2010;61) adalah
“IRR adalah tingkat diskon yang membuat NPV sama dengan nol. kriteria penerimaan minimum diterima jika IRR lebih dari pada the required return. kriteria rangking dipilih alternative dengan IRR
tertinggi. Asumsi reinvestment merupakan seluruh arus kas masa depan diasumsikan diinvestasikan kembali dengan tngkat pengembalian sama dengan IRR.”
Sedangkan menurut Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty. David F. Scott, JR (2008; 301) “IRR adalah kriteria keputusan penganggaran modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat dari suatu proyek.”
Jadi IRR adalah suatu kriteria keputusan yang di ambil perusahaan dalam penganggaran modal yang
mencerminkan tingkat pengmbalian suatu proyek.
Rumus :
Keterangan:
P1 : Tingkat bunga 1
P2 : Tingkat bunga 2
C1 : NPV 1
Kelebihan IRR adalah : Mudah dipahami dan dikomunikasikan. Sedangkan kekurangan IRR adalah :
1. Tidak membedakan antara investing and borrowing.
2. Mungkin tidak ada atau mungkin akan ada multiple IRR.
3. Permasalahan dengan mutually exclusive investment.
2.5 Kerangka pemikiran
PT. Telkom merupakan sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, yang terus menerus
melakukan investasi dengan mengembangkan perusahaannya untuk melayani kebutuhan pelanggan yang
semakin berkembang dan juga mendapatkan keuntungan.
Tanpa adanya proyek-proyek dan gagasan baru, perusahaan tidak dapat tumbuh atau bahkan bertahan
hidup untuk waktu yang lama, perusahaan terpaksa mendatangkan laba dari proyek yang ada dengan masa
operasional yang terbatas.
Untuk menghasilkan gagasan mengenai proyek-proyek yang menguntungkan amat sangat sulit.
Persaingan itu berlangsung cepat untuk mendapatkan proyek-proyek baru yang menguntungkan, dan begitu
ditemukan para pesaing segera masuk, menurunkan harga dan keuntungan. Karena alasan inilah, suatu
perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang sistematis untuk menghasilkan proyek capital budgeting.
III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Drs. H.
Moh. Pabundu Tika, (2006;10) Penelitian deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
berlaku. Didalamnya terdapat upaya-upaya mendeskripsikan mencatat, analisis, dan meniterprestasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
Menurut Basuki (2006;133) dalam buku Andi Prastowo (2011;129) Studi kasus adalah “kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu hal.”
Sedangkan menurut Donald Ary (2007;447) dalam buku Andi Prastowo (2011;202) penelitian deskriptif adalah “metode penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala penelitian dilakukan.”
3.1 Operasional Variabel penelitian
Menurut Sugiyono, (2010;3) Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
Tabel 3.1
Operasional Variabel penelitian
variabel Sub
variabel
Analisis
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh proposal investasi keuangan PT. Telkom.
Menurut Sugiyono (2009;115) populasi diartikan sebagai berikut :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sedangkan Sugiyono (2009;116) mendefinisikan Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Kemudian yang menjadi sampel yaitu proyek Tarakan - Tanjung Selor.
Sugiyono (2009;122) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sample ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, dan mengenai laporan
keuangan.
3.3 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan yang
terjadi. Sedangkan datanya berbentuk data kuantitatif (angka). Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis perhitungan model analisis kelayakan investasi yang ada dengan cara mengidentifikasikan,
melakukan analisa pendekatan serta pembuatan tabel dan gambar.
Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data
yang diperoleh melalui lapangan. (Prof. Dr. Sugiyono, 2011;25)
Data yang berbentuk angka dianalisis dengan cara mengaplikasikannya dalam berbagai rumus-rumus
yang sesuai. Adapun analisis yang digunakan adalah teknik capital budgeting, yang penggunaannya untuk
mengetahui diterima tidaknya suatu usulan investasi.
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan di dalam aktivitas investasi yang
dilakukannya. Tujuan ini merupakan pedoman ke arah mana aktivitas perusahaan dan hasil apa yang hendak
dicapai perusahaan yang bersangkutan. Adapun tujuan perusahaan ini antara lain mengadakan perluasan
dilakukan oleh PT. Telkom pada unit bisnis Infrastruktur Development. Dengan merencanakan investasi ini
diharapkan dapat memperoleh keuntungan yang diinginkan perusahaan.
Sebelum merencanakan rencana tersebut, maka perlu adanya suatu penilaian untuk menilai apakah
rencana itu layak untuk dilaksanakan atau tidak. Dalam menilai kelayakan rencana ini peneliti melihat dari segi
aspek keuangan saja.
Semua data yang diambil menggunakan data PT. Telkom tahun 2011 sebagai nilai dasarnya proyek
pembangunan di Tarakan – Tanjung Selor dimulai dari tahun 2011.
4.1 Asumsi
Di bawah ini dipaparkan mengenai data asumsi yang telah di sepakati oleh komite investasi PT. Telkom proyek Tarakan –Tanjung Selor :
Tabel 4.1
Data asumsi
Sumber : Data asumsi PT. Telkom tahun 2011
4.2 Proyeksi Pendapatan
Proyeksi produksi dapat menghasilkan suatu proyeksi pendapatan. Pada dasarnya proyeksi pendapatan
pada proyek Tarakan –Tanjung Selor tersebut berdasarkan asumsi komite investasi PT. Telkom yang menjadi
acuan perhitungan. Adapun asumsi-asumsi tersebut mencakup:
a) Penjualan Speedy
b) Layanan Network
i. λ (Lambda) : 10 Gbps
ii. E-1 : 2 Mbps
Proyek Tarakan –Tanjung Selor diharapkan mulai beroperasi secara permanen mulai pertengahan tahun 2012.
4.3 Proyeksi Biaya
Biaya-biaya yang menjadi dasar dalam pelaksanaan proyek Tarakan –Tanjung Selor adalah:
a) Marketing
b) Umum dan Administrasi
c) Biaya Pegawai
d) Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya operasional dan pemeliharaan adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tiap tahunnya
untuk perbaikan perlengkapan yang menunjang kelancaran proses operasi.
4.4 Analisis Capital Budgeting 4.4.1 Payback Period (PP)
Metode ini dipergunakan untuk mengetahui berapa lama tingkat pengembalian investasi, apabila
waktu yang diperlukan lebih pendek atau sama dengan yang disyaratkan, maka proyek dapat diterima. Hal ini
dikarenakan semakin cepat waktu pengembalian maka akan semakin kecil resikonya, sebaliknya apabila lebih
panjang dari yang disyaratkan maka proyek ditolak atau tidak layak.
Maka dari itu untuk menghitung payback period yaitu dengan membagi total biaya investasi dengan
arus kas bersih. Dengan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa metode ini sangat sederhana dan lebih
mengutamakan investasi yang menghasilkan aliran kas.
Oleh karena kas bersih yang diterima PT. Telkom, Tbk setiap tahun berbeda maka payback period
dapat dicari sebagai berikut :
Table 4.2
Payback period
(dalam ribuan rupiah)
Berikut perhitungan payback period :
Kas bersih tahun 1 Rp. 30,295,195
Rp. 81,373,988
Kas bersih tahun 2 Rp. 31,334,727
Rp. 50,039,261
Kas bersih tahun 3 Rp. 31,829,618
Rp. 18,209,643
Karena sisa procced tidak dapat dikurangi procced tahun ketiga, maka sisa procced tahun kedua dibagi
procced tahun ketiga, yaitu :
PP = = 6,72 bulan = 7 bulan
Maka payback period adalah 3 tahun 7 bulan.
Untuk menghitung payback period, PT. Telkom menargetkan 10 tahun dalam pengembalian
investasinya. Hasil yang diperoleh dari perhitungan payback period tersebut menunjukan bahwa investasi
yang akan dilakukan oleh PT. Telkom pada proyek Tarakan –Tanjung Selor layak untuk dilaksanakan, karena
hasil perhitungan dari Payback period adalah 3 tahun 7 bulan. menurut Prof.Dr. Ahmad dan Herni Ali,
(2010;60)
“Payback period adalah rentang waktu yang di butuhkan oleh pendapatan bersih suatu investasi untuk menutupi biayanya. Payback period merupakan metode formal pertama yang digunakan untuk
mengevaluasi proyek-proyek penganggran modal. Kriteria penerimaan minimum dan rangking ditetapkan oleh manajemen.”
4.4.2 Discounted payback period
Tabel 4.3
Discounted payback period
(dalam rubuan rupiah)
Discounted payback period dihasilkan pada saat akumulasi PV = 0. Berdasarkan tabel diatas dan
mengacu pada rumus discounted payback period pada bab II didapatkan bahwa aliran kas yang didiskontokan
akan bernilai positif pada tahun ke-6. Sehigga discounted payback period-nya berada pada tahun ke-5 dan
Dari penjelasan diatas maka lama periode pengembalian yang didskontokan proyek Tarakan – Tanjung
Selor adalah:
Discounted payback period terjadi pada saat akumulasi PV = 0
Akumulasi PV di tahun ke-5 = (12,608,751) atau akumulasi PV < 0.
Akumulasi PV di tahun ke-6 = 374.846 atau Akumulasi PV > 0.
Maka untuk mendapatkan Akumulasi PV = 0 dibutuhkan dana sebesar 12,608,751, sedangkan jangka
waktu 1 tahun (dari tahun 5 ke tahun 6 atau discounted arus kas ditahun ke-6) terkumpul dana sebesar
12,983,579, dalam hal ini waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dana sebesar 12,608,751, adalah:
Sehingga discounted payback period proyek Tarakan – Tanjung Selor adalah 5 tahun 11 bulan.
Dengan dihasilkannya lama periode waktu yang didiskontokan selama 5 tahun 11 bulan yang masih
lebih kecil dibandingkan dengan umur proyek selama 10 tahun, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.
4.4.3 Net Present Value (NPV)
Dari perumusan masalah yang akan di bahas, PT. Telkom pada tahun 2011 merencanakan suatu
investasi untuk melanjutkan proyek yang telah dikerjakan yaitu di Tarakan – Tanjung Selor di Provinsi
Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar Rp 111,669,183,000 dan mempunyai discount rate sebesar
18%. Jangka waktu untuk merencanakan investasinya adalah 10 tahun ke depan. Analisis NPV dilakukan
dengan menghitung present value keseluruhan operasi cash flow. Dan jika hasilnya positif maka secara
finansial proyek investasi dianggap menguntungkan (layak) dan sebaliknya jika hasilnya negatif maka tidak
menguntungkan (tidak layak).
Tabel 4.4
Perhitungan NPV
(Dalam ribuan rupiah)
Untuk mengetahui nilai pada kolom (discount factor) DF 18% bisa diketahui dengan mengunakan cara sebagai
berikut :
Tahun 1 = = 0,847
Tahun 2 = = 0,718
Tahun 3 = = 0,609
Tahun 4 = = 0,516
Tahun 5 = = 0,437
Tahun 6 = = 0,370
Tahun 7 = = 0,314
Tahun 8 = = 0,266
Tahun 9 = = 0,225
Tahun 10 = = 0,191
Berikut perhitungan Net Present Value :
Present value cash flow = 150,290,095,000
Investment = 111,669,183,000
Net Present Value = 38,620,912,000
Dari perhitungan di atas diperoleh NPV sebesar Rp. 38,620,912,000 yang mempunyai nilai positif.
Sehingga investasi tersebut diterima atau bisa di bilang layak untuk dijalankan. Karena net present value
(NPV) atau nilai bersih yang dihasilkan dari perhitungan di atas merupakan perbandingan antara PV kas
bersih (PV of Procced) dengan PV investasi outlays selama umur investasi. Dalam AM. Sumastuti, SE, MM
(2006) menyebutkan bahwa jika NPV adalah positif maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah
negatif, maka proyek itu harus ditolak.
4.4.4 Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini memperhatikan time value of money dan arus kas setelah payback period. Perhitungan
metode ini dilakukan dengan menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang. Kemudian apabila tingkat biayanya lebih besar dari pada tingkat
bunga yang ditetapkan yaitu 18% maka investasinya dapat dikatakan menguntungkan atau layak untuk
Metode ini dipakai untuk menghitung besarnya nilai tingkat suku bunga. Perhitungan IRR dapat
ditunjukan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perhitungan IRR
(dalam ribuan rupiah)
Berikut perhitungan Internal Rate of Return :
Present Value of Cash Flow = 148,959,904 110,663,190
Investment = 111,669,183 111,669,183
Net present value = 38,620,921 (1,005,919)
Untuk perhitungan IRR dilakukan dengan cara interpolasi. Dari beberapa DF maka IRR ditentukan
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Perhitungan IRR
P1 18%
P2 27%
C1 38,620,912
Hasil dari perhitungan IRR menunjukan bahwa tingkat bunganya adalah 27,24 %. Maka IRR pada
proyek Tarakan – Tanjung Selor ini dikatakan layak untuk dijalankan. menurut Prof. Dr. Ahmad dan Herni Ali
(2010;61) adalah
“IRR adalah tingkat diskon yang membuat NPV sama dengan nol. kriteria penerimaan minimum diterima jika IRR lebih dari pada the required return. kriteria rangking dipilih alternative dengan IRR
tertinggi. Asumsi reinvestment merupakan seluruh arus kas masa depan diasumsikan diinvestasikan
kembali dengan tngkat pengembalian sama dengan IRR.”
Table 4.7
Hasil perhitungan studi kelayakan investasi
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, investasi Tarakan-Tanjung Selor dapat dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Ahmad Rodoni, (2010), Manajemen keuangan edisi pertama, Jakarta penerbit mitra wacana media.
Arthur J Keown, John D Martin ,J William Petty, David F scott,JR (2008), manajemen keuangan : Prinsip dan
Penerapan (edisi kesepuluh jilid 1), penerbit PT. Macanan jaya cemerlang.
Bambang Riyanto (2001), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (edisi ketiga cetakan keenam), gajah mada,
Yogyakarta;BPFE.
Brealey Myers Marcus (2009) Dasar-Dasar Menejemen Kuangan Perusahaan (jilid satu edisi kelima), Jakarta
: Erlangga.
Brigham & Houston (2009), Fundamental of Financial Management (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
buku 1 edisi 10), Penerbit Jakarta Salemba Empat.
Burhan Bungin, (2011), Metodologi Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta
Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (edisi kedua cetakan keenam), kencana Prenada Media Group.
Hendriksen, Eldons (2000), Accounting Theory, 5th edition, illnois : Richard D. Irwin Inc. diterjemahkan oleh
Herman Wibowo (edisi kelima, buku satu), Jakarta : salemba empat.
Kasmir dan Jakfar. (2007). “Studi Kelayakan Bisnis”, Edisi kedua, Cetakan ke-4, Penerbit Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Pabundu Tika. (2006), Metodologi Riset Bisnis (cetakan pertama), Penerbit PT. Bumi Aksara.
Sugiyono (2010), Statistika Untuk Penelitian (cetakan 18), Bandung : Alfabeta.
Sugiyono (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (cetakan 14), Bandung : Alfabeta.
Sugiyono (2009), Metode Penelitian Bisnis (cetakan 14) Bandung : Alfabeta
Sumastuti, 2006. "Keunggulan NPV Sebagai Alat Analisis Uji Kelayakan Investasi Dan Penerapannya".
http://jurnal.bl.ac.id/wpcontent/ uploads/2007/01/BEJ-v3-n1-artikel7-agustus2006.pdf. 08 November
2007.
Toto Prihadi (2010), Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi (cetakan pertama), Penerbit PPM.
Warren Reeve Fess (2008) Accounting (pengantar akuntansi) buku satu edisi 21, Penerbit Jakarta Salemba
Empat.
Jurnal :
Afandi (2009). Analisis studi kelayakan investasi pengembangan usaha distribusi PT. Aneka Andalan Karya.
Proceeding PESAT Vol. 3 Oktober 2009.
D. O. Elumilade, T. O. Asaolu and A. O. Ologunde (2006). Capital Budgeting and Economic Development in
the Third World: The Case of Nigeria. EuroJournals Publishing, Inc. Issue 2006.
James W. Richardson, Brian K. Herbst, Joe L. Outlaw, and R. Chope Gill II (2007). Including Risk in
Economic Feasibility Analyses: The Case of Ethanol Production in Texas. Journal of Agribusiness 25,2
(Fall 2007)
Mayun Nadiasa, D. N. K. Widnyana Maya, dan IN.Norken (2010). Analisis investasi pengembangan potensi
pariwisata pada pembangunan waduk Jahem di Kabupaten Bangli. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14,
No. 2, Juli 2010.
Richtiarty Superani, Musa Hubeis, Budi Purwanto (2008). Prospek pengembangan obat tradisional
perusahaan farmasi skala kecil menengah ( kasus PT. Molex Ayus Pharmaceutiacal) Jurnal MPI Vol. 3
no. 2 September 2008
Zulkifli Mantau. Analisa kelayakan Investasi Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila dalam Keramba Jaring
Apung Ganda dipesisir Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara.