• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilema dan Tantangan Dalam Perubahan Pol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dilema dan Tantangan Dalam Perubahan Pol"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok 5

A Naufal Azizi 15/384251/SP/26963

Ade Wulan 15/384252/SP/26964

Amesyha Tri Dany 15/384254/SP/26966 Bunga Hayati 15/378685/SP/26639 Fadilla Saraswati 15/384265/SP/26977 Farahita Nandini 15/378687/SP/26641 Julio Evander Sakul 15/378690/SP/26644 Latifah Arifianingrum 15/378692/SP/26646 Maria Angelica Christy 15/384273/SP/26985 Ryan Abdul Aziz 08/270342/SP/23075 Tafrida Khoirunisa 15/384286/SP/26998

Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

Pengantar

“Apakah demokrasi yang memberikan peluang terhadap peran individu secara maksimal akan menjamin stabilitas serta persatuan dan kesatuan bangsa? Atau, apakah demokrasi yang dibangun dengan sebuah pemerintahan yang kuat tetapi dapat di kontrol dengan menghidupkan elemen lain dalam demokrasi dapat menjamin munculnya sebuah pemerintahan yang bersih?” (Afan Gaffar, 1999)

Kalimat pembuka yang sangat manis dari dosen, guru, profesor, penulis, pejabat negara, dan ilmuwan politik sekaligus yang pernah dimiliki bangsa ini, almarhum Afan Gaffar. Dalam bukunya yang berjudul Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, beliau mengilustrasikan dengan sangat peka bagaimana Indonesia yang baru memasuki era demokratisasi pasca reformasi, mencoba membuka jalan baru ke perubahan fisik dan struktur berbagai institusi pemerintahan maupun secara sikap dan afeksi melalui mengubah pola budaya politik Indonesia ke pintu yang lebih demokratis.

Dalam potongan tulisannya di atas, beliau menanyakan kepada setiap pembaca yang ingin mengkritisi langkah yang diambil pemerintah dalam mengelola negara ini, apakah dengan pemberian kebebasan otonom kepada setiap individu dapat menjamin stabilitas dan persatuan terbentuk? Karena menurut hemat penulis, kebebasan yang diberikan secara otonom dan mutlak kepada setiap individu, akan menimbulkan sikap individualisme sehingga cenderung untuk susah diatur dan integrasi bangsa sulit dicapai.

Sedangkan, dalam kalimat berikutnya, beliau menanyakan kalimat penentang yang menimbulkan paradoks tersendiri bagi tiap pembacanya. Apakah sebuah pemerintahan yang kuat –stabilitas dikendalikan dan dipegang oleh negara– akan menciptakan pemerintahan yang bersih? Yang tidak jatuh ke arah pemerintahan yang sewenang-wenenang atau kalau tidak kembali ke sistem autoritarian dan bahayanya berlaku otoriter?

(3)

tersebut dengan pembangunan ekonomi serta pengaruhnya terhadap perubahan politik yang terjadi di berbagai negara di dunia –wabilkhusus di negara dunia ketiga.

1. Demokratisasi Versus Stabilitas

Demokratisasi cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat untuk merayakan kebebasan. Bebas dari segala bentuk ancaman yang dapat menggangu hak setiap warga negara untuk mengembangkan potensi dan mendapatkan jaminan hukum atas perlindungan hak tersebut dari otoritas yang berwajib (negara). Campur tangan negara atas hak individu dianggap sebagai sebuah ancaman. Oleh karena itu, jalan demokrasi banyak digunakan masyarakat untuk mengelola dan memasarkan produk ekonominya dan secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi melalui mekanisme ini.

Namun, disisi lain, demokrasi dapat memperburuk pertumbuhan ekonomi. Hal itu dapat terjadi ketika mekanisme pasar dibebaskan dan tidak memiliki batasan ukuran, alhasil, masyarakat menjadi semakin dan sangat konsumtif. Oleh karena itu, peran negara sebagai intitusi resmi satu-satunya harus bertindak dalam penguatan ekonomi tersebut. Kekuatan negara dibutuhkan untuk mengarahkan ekonomi kepada titik efisiensi. Namun, pertanyaan tidak sampai disitu, negara yang kuat tanpa adanya demokrasi juga akan menelurkan kekuasaan diktator baru yang akan melahirkan in-efisiensi. Lantas, bagaimana seharusnya? Poin menarik berikutnya akan dipaparkan di bawah..

2. Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi Serta Analisisnya Terhadap Perubahan Politik

(4)

Pembangunan secara demokratis, justru akan menimbulkan suatu pembangunan ekonomi yang cenderung disertai dengan timbulnya desentralisasi baik dibidang politik maupun ekonomi. Pada akhirnya distribusi kekuasaan ekonomi berada diantara kelompok dan individu yang memiliki hubungan dekat dengan distributor kekuasaan politik. Swasta menjadi aktor yang sangat diuntungkan dengan adanya proses demokratisasi ini, karena prinsip mereka membawa orientasi keuntungan sebesar-besarnya. Dengan modal besar mereka akan dengan mudah menggerakkan dominasi perekonomian di suatu daerah dan bahkan sistem politik sekalipun. Hal ini dilakukan dalam upaya memperlebar kekuatan perekonomian mereka sendiri.

Dalam perjalanannya, demokratisasi ternyata malah cenderung menguntungkan sektor privat dan merugikan masyarakat dan negara. Ini dapat kita lihat dari kebijakan dan berbagai macam keputusan negara yang cenderung membela pemilik modal dari pada masyarakat. Demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak minoritas hanya dianggap sebagai angin lalu. Dengan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya demokratisasi yang melenceng dari cita-cita bangsa Indonesia akan menimbulkan ketidakstabilan.

Jikalau kepentingan rakyat tidak ditempatkan pada skala prioritas pertama, maka perdebatan yang berkepanjangan tentang bagaimana seharusnya sistem politik beroperasi tidak akan pernah selesai dengan menguntungkan rakyat. Namun, dilain pihak, Seymour Martin Lipset dengan argumennya justru mengatakan bahwa, pembangunan ekonomi tersebut malah menandakan tingginya tingkat demokratisasi suatu negara, yang itu juga berdampak pada perubahan politik di negara tersebut. Bagaimana penjelasnya? dalam poin berikutnya akan kami paparkan lebih lanjut.

(5)

oligakri atau otoriter dimana terdapat pemeritahan yang berkuasa dan masyarakat yang mengikutinya. Dalam perkembangannya banyak sekali negara-negara yang mengadopsi sistem otoriter sehingga terjadi ketidakstabilan dengan sistem yang lain.

Di negara-negara yang tidak mengadopsi sistem otoriter atau yang menggunakan sistem yang demokratis menimbulkan perbedaan satu sama lain dalam perjalanan perkembangan ekonomi, sosial dan budayanya. Secara garis besar, demokrasi adalah sistem politik yang menyediakan kesempatan-kesempatan untuk mengganti pejabat-pejabat yang memerintah secara konstitusional dan teratur. Ia juga merupakan suatu mekanisme sosial yang memungkinkan sebanyak mungkin rakyat untuk memengaruhi keputusan-keputusan penting dengan memilih di antara calon yang saling bersaing untuk jabatan politik. Demokrasi yang berjalan baik memiliki dua ciri yang memengaruhinya, yaitu pembangunan ekonomi dan legitimasi.

(6)

Belanda, New

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa: makin sejahtera suatu bangsa, makin besar pula peluang-peluang untuk mempertahankan demokrasi. Indeks kesejahteraan ini menurut Lipset terdiri dari: kekayaan rata-rata, tingkat industrialisasi, urbanisasi, dan tingkat pendidikan.

Akhirnya, diketahui bahwa negara-negara yang memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, ditambah dengan kekayaan merata dan tingkat industrialisasi tinggi. maka negara tersebut cenderung semakin demokratis. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi lebih memiliki manfaat untuk memperluas wawasan manusia, dan memungkinkannya memahami kebutuhan akan norma-norma toleransi, mencegahnya menganut doktrin-doktrin ekstrimis dan menambah kapasitasnya untuk membuat pilihan-pilihan rasional dalam pemilihan,

3. Stabilitas dan Pembangunan Ekonomi Serta Analisisnya Terhadap Perubahan Politik

(7)

Ketidakstabilan negara sangat berpengaruh terhadap hubungan antara sektor privat dan masyarakat. Sebab, negara yang merupakan aktor utama dalam pembangunan ekonomi dan mobilisasi sosial akan mendapatkan dampak yang akan ditimbulkan oleh sistem politik. Semakin tinggi tingkat pembangunan ekonomi dan mobilisasi, maka sistem politik cenderung tidak stabil, dan begitu pula sebaliknya.

Negara yang telah diberi legitimasi oleh masyarakat memiliki kekuatan penuh untuk memutuskan segala kebijakan yang sejalan dengan pembangunan ekonomi dan aktor perubahan politik lainnya. Apabila sistem politik telah stabil, maka permasalahan yang kemudian perlu dituntaskan bersama-sama adalah menciptakan pembangunan ekonomi. Dalam pemaparan stabilitas politik, kami mengambil argumen dari Mancur Olson dan Samuel P Huntington untuk me-re-battle kembali argumen dari Seymour Martin Lipset tentang pembangunan ekonomi dan demokratisasinya.

3.1 Pertumbuhan Cepat Sebagai Kekuatan Distabilitas: Analisis Mancur Olson Kebanyakan ilmuan berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama yang mendukung adanya stabilitas politik di suatu negara, semakin stabilnya perekonomian suatu negara maka dipastikan semakin stabil pula keadaan politik di negara tersebut. Namun, berbeda dengan kebanyakan ilmuan, Mancur Olson berpendapat bahwa justru dengan adanya kemajuan ekonomi yang cukup pesat tersebut akan membawa ketidakstabilan politik (Olson:89).

Alasan mendasar mengapa Olson menganggap pertumbuhan ekonomi justru merupakan sumber distabilitas politik yaitu karena pertumbuhan ekonomi yang cepat, erat kaitannya dengan revolusi pada bidang industrialisasi dimana pada masa itu akan memunculkan kaum orang kaya baru (Nouveaux Riches) yang justru akan menghambat keselarasan tatanan sosial karena perubahan ekonomi tersebut akan memunculkan kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Selain itu, akan muncul standarisasi minimal tingkat kesejahteraan seseorang yang secara tidak langsung membuat orang semakin memperkaya dirinya sehingga akan semakin banyak orang miskin karena tidak mampu mencapai standar alamiah tersebut.

(8)

terlampau cepat jika tidak dibarengi dengan mental penguasa negara akan menyebabkan kesenjangan antar masyarakat dan justru akan memunculkan distabilisasi politik karena penguasa tidak mampu mendistribusikan kesejahteraan rakyat dengan merata. Selanjutnya, apabila pemerintah tidak dapat mengatasi atau mencari jalan keluar atas ketidakstabilan tersebut, maka tingkat kepercayaan dan legitimasi rakyat kepada penguasa negara yang sedang berkuasa pun akan menurun dan kemungkinan terburuk yang akan dihadapi negara tersebut adalah akan terjadinya distabilitas politik.

Pendapat Mancur Olson tersebut di analisis penulis untuk kasus yang terjadi di Indoensia, yaitu pada masa rezim Orde Baru berkuasa. Pada masa itu, Presiden Soeharto berkeinginan untuk melakukan pembangunan infrastruktur secara masif di Indonesia. Hal tersebut diwujudkan dengan pencarian dana yang besar dengan meminta dan meminjam bantuan dana dari IMF (Internasional Monetary Fund). Karena peminjaman berlebih, hutang negara dengan IMF terlampau sangat banyak yang ujungnya merugikan negara. Hal itu juga disebabkan karena negara berkembang sebagai peminjam diberikan pinjaman dengan syarat harus membuka diri dengan pasar bebas, alhasil eksploitasi besar-besaran dari perusahan asing terjadi (Saini dalam Oky 2011:22).

Karena didasarkan pada salah satu perjanjian dengan IMF tersebut, sebagian besar sistem perekonomian Indonesia didominasi oleh kapitalisme asing. Indonesia pada masa itu belum siap dengan segala konsekuensi yang dihadapi atas kerjasama dengan lembaga pendonor internasional, sehingga bukan justru perekonomian lokal menjadi terbengkalai dan berdampak pada munculnya krisis moneter berkepanjangan.

(9)

yang terlalu cepat akan memunculkan distabilisasi politik serta berdampak pada sektor vital lainnya.

3.2 Dua Faktor Pengaruh Stabilitas Politik: Analisis Samuel P Huntington

Huntington membandingkan keadaan politik yang terjadi di negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Rusia yang dianggap sudah memiliki sistem politik yang jelas dengan negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan yang masih melakukan modernisasi dan belum memiliki komunitas politik yang utuh dan pemerintahan yang efektif. Di dalam negara-negara ini masih sangat rentan terjadi kekerasan politik dan kekacauan yang sebenarnya diakibatkan oleh belum stabilnya kondisi politik di negara tersebut, dimana cepatnya mobilisasi kelompok-kelompok baru tidak berimbang dengan lambannya perkembangan lembaga-lembaga politik. Oleh karena itu, Huntington menyimpulkan dua faktor yang memengaruhi stabilitas politik:

1. Partisipasi politik

Partisipasi politik merupakan orientasi dari warga negara yang dilakukan secara perorangan sehingga memengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Huntington menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara partisipasi politik dengan orang yang sudah profesional di bidang politik. Menurutnya, seorang profesional politik merupakan orang yang pekerjaan utamanya adalah berpolitik di dalam pemerintahan, berbeda dengan partisipasi politik yang bersifat sukarela dan tidak di mobilisasi oleh negara maupun partai yang berkuasa. Namun, itu hanyalah masalah prinsip karena pada kenyataanya, baik sukarela maupun dipaksa warga negara tetap melakukan partisipasi politik.

(10)

Dalam buku Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Huntington dan Nelson menguraikan landasan partisipasi politik, sebagai asal-usul individu atau kelompok melakukan kegiatan partisipasi politik, menjadi lima, yaitu: [ CITATION Sam94 \l 1033 ]

a. Kelas, merupakan individu-individu dengan status sosial, pendapatan, dan pekerjaan yang sama.

b. Kelompok atau komunal, merupakan individu-individu dengan asal-usul ras, agama, bahasa atau etnis yang serupa.

c. Lingkungan, merupakan individu-individu yang domisilinya berdekatan.

d. Partai, merupakan organisasi formal yang berusaha meraih bidang eksekutif maupun legislatif pemerintahan.

e. Golongan atau faksi, merupakan individu-individu yang berinteraksi secara terus menerus yang akhirnya membentuk patron-client.

2. Institusionalisasi politik

Untuk melengkapi penjelasan pada kalimat pembuka yang menggambarkan hubungan antara partisipasi politik dan institusionalisasi politik, Huntington mengungkapkan bahwa guncangan politik yang terjadi di negara Asia, Afrika dan Amerika Selatan bersumber dari kegagalan dalam proses persamaan partisipasi politik yang berkembang lebih cepat dibandingkan “seni untuk mempersatukan diri bersama-sama” (Huntington, 2004: 5). Perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di negara-negara tersebut dinilai mengesampingkan sumber-sumber wewenang dan kelembagaan politik tradisional, sehingga meskipun mobilisasi sosial dan perluasan partai politik (parpol) cukup tinggi, tetapi angka pengorganisasian politiknya rendah. Selanjutnya, Huntington menguraikan lembaga politik sebagai komunitas dan tertib politik menjadi tiga bagian:

a. Kekuatan sosial dan lembaga politik.

(11)

b. Kriteria pelembagaan politik

a) Penyesuaian diri dan kekakuan. Semakin mudah suatu organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan, maka semakin tinggi pula tingkat pelembagaannya.

b) Kompleksitas dan kesederhanaan. Semakin kompleks suatu organisasi, maka semakin tinggi pula tingkat pelembagaannya. Organisasi yang mempunyai banyak tujuan biasanya lebih mudah menyesuaikan diri terhadap hilangnya salah satu tujuan dibandingkan dengan organisasi yang hanya mengejar satu tujuan.

c) Otonomi-subordinasi. Dititikberatkan pada sejauh mana organisasi politik dan prosedur tidak bergantung pada kelompok sosial dan metode perilaku yang lain.

d) Kesatuan dan perpecahan. Semakin terpadu dan utuh suatu organisasi, semakin tinggi pula tingkat pelembagaannya, dan sebaliknya semakin terpecah organisasi, semakin rendah pula tingkat pelembagaannya.

c. Pranata politik dan kepentingan umum

Tanpa kehadiran pranata politik yang berwibawa, suatu masyarakat akan kehilangan sarana dalam menentukan dan merealisasikan kepentingan umum mereka. Kemampuan menciptakan lembaga politik sama dengan kapasitas menciptakan kepentingan umum.

Kritik Teori Stabilitasi Politik Huntington Terhadap Teori Demokratisasi Lipset Huntington mengkritik teori Lipset yang menyatakan bahwa “semakin sejahtera suatu bangsa, maka semakin besar pula peluang untuk mempertahankan demokrasi” dengan mengatakan bahwa dalam beberapa hal program pembangunan ekonomi dapat lebih memantapkan situasi politik, sedang dalam beberapa hal tertentu malah melemahkannya. Dan sebaliknya, beberapa bentuk kestabilan politik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun yang lainnya dapat menjadi penghalang.

(12)

politik yang tinggi. Pendapatan per kapita di Argentina dan Venezuela mungkin mencapai sepuluh kali lipat dibandingkan dengan India, dan Venezuela mempunyai angka pertumbuhan ekonomi yang fenomenal. Namun kenyataan menunjukkan bagi Argentina maupun Venezuela masalah stabilitas tidak urung masih merupakan suatu tujuan yang sulit dijangkau.” (Huntington, 2004: 8) 4. Rezim Politik dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisis Adam Przeworski dan

Fernando Limongi Jalan Tengah Perdebatan

Rezim suatu negara pasti mempengaruhi kondisi perekonomian negara tersebut. Dalam tulisannya, Adam Przeworski dan Fernando Limongi memperlihatkan argumen-argumen yang mendukung serta menolak rezim politik diktator dan rezim politik demokratis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, singkatnya kedua ilmuwan ini tidak memercayai bahwa pada rezim demokrasi, sistem perekonomian cenderung lebih baik sedangkan pada rezim non-demokrasi tidak jauh lebih baik.

Argumen yang percaya bahwa rezim yang demokratis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi didasari oleh pemikiran bahwa pemerintahan yang demokratis mampu menjaga hak kepemilikan, argumen ini didukung oleh pendapat North dan Thomas, 1973 (North, 1990) bahwa pengamanan terhadap hak kepemilikan sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan. North juga menjelaskan bahwa:

“Semakin besar kemungkinan seorang penguasa mempergunakan hak kepemilikan untuk keuntungannya sendiri maka ekspektasi terhadap keuntungan serta insentif akan semakin rendah sehingga perlu dibuat seperangkat peraturan yang relevan dan mampu mengamankan hak kepemilikan dan harus ada lembaga yang berwenang dalam menangani permasalahan ini. Dan hal seperti ini hanya dapat di temukan dalam rezim demokratis.”

(13)

demokrasi menghambat pertumbuhan, berpijak pada argumen bahwa demokrasi itu meningkatkan konsumsi masyarakat dan menurunkan investasi. Hal ini bisa terjadi karena mekanisme pasar yang berjalan melahirkan banyak pilihan barang, sehingga memicu konsumsi yang tinggi dan menyebabkan sebagian besar pendapatan dihabiskan untuk konsumsi.

Investasi yang berkurang juga disebabkan oleh gerakan buruh yang berusaha mengartikulasikan kepentingannya. Hal ini dapat terjadi hanya dalam kondisi pemerintahan yang demokratis. Gerakan buruh tersebut biasanya memperjuangkan kenaikan upah atau penurunan jam kerja yang meningkatkan biaya produksi dan berdampak pada menurunnya keuntungan perusahaan sehingga alokasi dana investasi juga menurun.

Dilain pihak, ada argumen yang mendukung bahwa rezim yang diktator mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena menciptakan perekonomian yang stabil. Negara yang kuat juga mampu menekan tingginya angka konsumsi, sehingga meningkatkan jumlah investasi. Dan penekanan terhadap angka konsumsi itu tidak dapat diwujudkan di negara demokratis. Negara demokrasi membuka kesempatan untuk mengintervensi hak milik orang lain sehingga perekonomian menjadi tidak stabil. Untuk mengatasinya diperlukan negara yang kuat untuk menjaga dan melindungi hak milik dari gangguan-gangguan pribadi/swasta. Namun, sejatinya ini adalah sebuah dilema dimana kekuatan negara diperlukan tetapi justru kekuatan itu juga menjadi ancaman yang potensial pula.

(14)

Pada akhir tulisannya, Adam Przeworaki mengatakan bahwa politik mampu mempengaruhi perekonomian. Hal ini jelas karena regulasi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu negara pasti lahir melalui sebuah perdebatan politik. Akan tetapi rezim politik belum tentu mampu mendorong pembangunan atau tepatnya mereka belum melihat bagaimana rezim mampu melakukan hal tersebut karena data yang ditemukan belum mampu menunjukkan hubungan yang jelas antara keduanya Sampai sekarang, perdebatan tentang rezim mana yang lebih baik dalam mendukung pembangunan ekonomi belum ditemukan jawabannya. Karena hasil dari penelitian-penelitiannya belum ada yang benar-benar mendukung rezim otoriter ataupun yang benar-benar mendukung rezim diktator. Sehingga masih dibuka kesempatan yang selebar-lebarnya untuk meneliti lebih lanjut.

5. Analisa Stabilisasi dan Demokrastisasi 5.1 Studi Kasus Negara Rusia

Negara Rusia merupakan negara yang pernah mengalami masa kediktatoran dan sedang bertransisi menuju negara demokratis. Selama masa sebelum dan sesudah revolusi, Rusia mengalami perubahan dalam stabilisasi politik. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan pelembagaan politik dan partisipasi politik.

Rezim Kediktatoran di Rusia 1. Partisipasi Politik

(15)

2. Pelembagaan Politik

Pelembagaan menjadi syarat penyatuan kesatuan politik. Apabila pelembagaan politik hadir maka kestabilan politik akan tercipta. Pelembagaan memang menjadi syarat kestabilan politik, tetapi tingginya pelembagaan politik juga mempengaruhi kestabilan politik. Negara dengan rezim diktator, memiliki pelembagaan yang dipegang oleh presiden. Pelembagaan tersebut juga dapat dikatakan rendah dan sederhana. Hal ini disebabkan rendahnya tuntutan masyarakat, rendahnya pluralisme, serta rendahnya partisipasi politik.

Masa Demokratisasi Rusia 1. Partisipasi Politik

Partisipasi mulai tumbuh saat Rusia membuka ruang partisipasi melalui demokratisasi. Salah satu partisipasi yang terlihat adalah pemilihan gubernur pada masa itu. Selain itu partisipasi membuat masyarakat lebih mengerti tentang politik. Perubahan lain yang dianggap cukup ekstrim adalah beberapa daerah yang memisahkan diri dan membentuk negara sendiri. Hal ini tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang membuat mereka lebih mengetahui tentang politik. Partisipasi politik mampu membuat ketidakstabilan politik di Rusia.

2. Pelembagaan Politik

Demokrasi menyebabkan banyak aspirasi dan tuntutan dari masyarakat. Hal ini juga menumbuhkan kekuatan politik dalam politik Rusia. Berdasarkan tuntutan dari masyarakat serta semakin kompleks masalah yang dihadapi, pelembagaan pun dibuat semakin tinggi. Hal ini juga untuk mengendalikan ketegangan, konflik, dan kekuatan sosial. Pelembagaan politik mampu membuat ketidakstabilan politik di Rusia.

(16)

5.2 Studi Kasus Negara Berkembang

Mengacu pada pendapat Huntington dalam beberapa hal, program pembangunan ekonomi memang dapat lebih memantapkan situasi politik, sedang dalam beberapa hal tertentu malah melemahkannya. Dan sebaliknya, beberapa bentuk kestabilan politik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun yang lainnya dapat menjadi penghalang. Artinya adalah stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi tidak berjalan beriringan. Bagi negara yang pembangunan ekonominya tergolong bagus maka kehidupan masyarakatnya akan aman dan sangat kecil kemungkinan adanya intervensi dan kekerasan politik. Namun sebaliknya, di sini kita berbicara pada konteks negara yang baru merdeka atau sedang berkembang dimana kondisi politiknya masih belum stabil, sebagaimana diilustrasikan oleh Huntington bahwa mobilisasi massa dan partisipasi politik dilakukan secara besar-besaran, namun belum disertai dengan pelembagaan politik.

Oleh karena tidak kondusifnya situasi politik di negara-negara tersebut, maka akan sangat tidak efektif jika pemerintah melakukan pembangunan ekonomi terlebih dahulu, karena sejatinya pembangunan ekonomi akan berjalan dengan lancar jika jumlah konflik atau kekerasan sudah minimal. Maka dari itu, pemerintah perlu “menertibkan” masyarakatnya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan pembangunan ekonomi. Seperti yang dijelaskan Huntington bahwa untuk mengatasi persoalan-persoalan di negara yang baru melakukan modernisasi diperlukan pemerintahan yang kuat dan sentralisasi otoritas dan bukan demokrasi yang justru mendesentralisasi power dan otoritas.

(17)

mungkin benar bahwa model pemerintahan yang patut diimplementasikan terlebih dahulu adalah model otoritarian.

6. Kesimpulan

(18)

Daftar Bacaan

Fuad, Fokky. 2007. Hukum, Demokrasi, dan Pembangunan Ekonomi. Lex Jurnalica vol.5 No.1, Desember 2007

Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Grezia dkk. 2011. Pertumbuhan vs Pemerataan : Sebuah Resume Pertumbuhan Cepat Sebagai Kekuatan Destabilisasi, Mancur Olson. Dikumpulkan pada 2012 mata kuliah perubahan politik JPP UGM

Huntington, S. P., 2003. Tertib Politik di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Huntington, S. P., 2004. Tertib Politik Pada Masyarakat yang Sedang Berubah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Huntington, S. P. & Nelson, J., 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.

Lipset, Seymour Martin. 1959. Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Political Legitimacy. Berkeley: University of California.

Oky dkk. 2011. Mencari Indonesia Meninjau Masa Lalu Menatap Masa Depan (Sebuah Tinjauan Kultural). Bandung: LPPMD UNPAD.

Przeworski, A., & Limongi, F., 1993. Political Regimes and Economic Growth. The Journal of Economic Perspectives, p. 51 - 69.

(19)

Olson, Mancur. 2007. Pertumbuhan Cepat Sebagai Kekuatan Destabilisasi. Cambridge: Polity Press.

Sufianto, Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : Pustaka Setia

Referensi

Dokumen terkait

Aset tetap disebut juga plant asset atau fixed assets dan mendefinisikannya sebagai berikut: Harta berwujud (tangible asset) yang memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari

SAHANI SALEH Diundangkan di Tanjungpandan pada tanggal 2 Mei 2016 SEKRETARIS DAERAH

o Menentukan tinggi curah hujan untuk setiap 15 menit berikutnya merupakan lanjutan dari lima belas menit sebelumnya dengan cara pemenggalan waktu hujan setiap 15

Pada variabel penelitian luas jaringan terinfeksi ini terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan tanaman inang pisang dan diameter batang lebih dari 4 cm (ID3)

1) Gaya Kepemimpinan Otokratik. Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan

Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem- sistem kelistrikan, khususnya bagi sepeda motor yang

Penyusunan Desain Atlas Pertanian Penyusunan atlas pertanian di Kabupaten Kulonprogo ini bertujuan untuk menyajikan informasi pertanian, yang sebelumnya masih berupa data

Penelitian Leonardo et.al, menjelaskan prevalensi disfungsi ereksi ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis untuk pasien yang berumur <