• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH

Nadya Valentine Mangera nadyavallentine@gmail.com

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi Universitas Atma Jaya Makassar Tahun 2017

Abstract

Law No 32 year on 2004 about Regional Government and Law No 33 years on 2004 about Fiscal Balance between the Central Government and Regional Government are a new regulation relating to the implementation of regional autonomy in Indonesia. Giving the

authority to manage its own region required an internal control system that can monitor of all by central government. Internal control system is applied by the government include accounting controls and reporting system, budget control system, and the weakness of the internal control structure. The problem in this study: is there any influence Size, PAD, Complexity, and Capital Expenditure to Regional Government Internal Controls Weakness. The population in this

research is annual report and regency examine report in Central Indonesia area that amounted to 104 sample. The examined variable in this research is Size, PAD, Complexity, Capital

Expenditure, and Internal Control Weakness. The data resource that used is secondary data and the data collection in done by documentation method. The anlysis instrument that used in this research is double regression. The research analysis result come by partial trial that show the Size, PAD, Complexity, and Capital Expenditure in influential significanly toward Internal Control Weakness. The simultan trial show that there is no significan influential betwen

independent variable toward dependent variable. The experiment result determination coefficient simultanly in the amount of 0,4% Internal Control Weakness that influenced by Size, PAD, Complexity, and Capital Expenditure, and the residu of 99,6% influenced by the other factors outside this research. The study is expected to provide a review and suggestion to the central government to increase the ability of local governments in Indonesia in implementing internal control mechanisms estabilished by the central government in order to create a good government and the achievement of the objectives of regional autonomy.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak era reformasi di Indonesia pada tahun 1998 berbagai perubahan telah terjadi di Indonesia. Perubahan tersebut terjadi pada pemerintahan yang ada di pusat maupun yang berada di tingkat daerah. Setelah terjadinya masa reformasi di Indonesia, sistem pemerintahan yang semula memakai sistem sentralisasi atau terpusat kini mengalami perubahan menjadi sistem desentralisasi. Munculnya sistem desentralisasi menjadikan pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten/kota mempunyai wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri. Adanya wewenang yang dilimpahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ini menunjukkan adanya kepercayaan dari pemerintah pusat bahwa pemerintah daerah dapat mengembangkan potensi yang ada di daerahnya masingmasing

Otonomi daerah yang dijalankan oleh pemerintah daerah mengharuskan seorang kepada daerah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan yang berada di bawah

naungannya secara adil, rasional, transparan, partisipatif dan bertanggungjawab. Pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan dari otonomi daerah perlu memperhatikan berbagai aspek sesuai dengan kemampuan dari daerahnya masingmasing dalam penyusunan rencana anggaran belanja daerah. Adanya otonomi daerah di Indonesia menjadikan perlunya pengawasan atau pengendalian dalam menjalankan otonomi daerah agar tidak terjadi kecurangan (fraud). Maka dari itu untuk mencegah terjadinya kecurangan yang terjadi dalam sebuah organisasi khususnya pada pemerintah daerah dilakukanlah penelitian ini.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 pasal 56 ayat 4 tentang

Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus didukung dengan sistem pengendalian intern yang bagus dan memadai. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 pasal 58 ayat 1 menjelaskan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang

selanjutnya disingkat SPIP, harus diselenggarakan secara menyeluruh baik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP menjelaskan bahwa, pengendalian intern adalah sebuah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan yang memadai atau tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab kelemahan pengendalian internal. Doyle et al (2007) meneliti hubungan ukuran perusahaan, umur

(3)

dan jumlah penduduk terhadap pengendalian intern pemerintah daerah. Kristanto (2009) meneliti hubungan ukuran, PAD dan belanja modal terhadap kelemahan pengendalian intern. Sari dkk (2008) meneliti hubungan umur perusahaan, profitabilitas, ukuran dan pertumbuhan terhadap kelemahan pengendalian intern. Hartono (2014) meneliti hubungan pertumbuhan, ukuran, PAD dan kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern. Sedangkan Puspitasari (2013) meneliti hubungan antara pertumbuhan, PAD dan kompleksitas daerah terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengadopsi sistem pengendalian intern dengan kerangka dari Commitee of Sponsoring Organizations of the Trethway Commissions (COSO) ini berbeda dengan internal control versi sebelumnya dari Government Accountability Office (GAO). COSO lebih menekankan pengendalian intern dalam bentuk pelaku sebagai inti daripada pengendalian intern hard control. Pengendalian intern menurut COSO merupakan suatu kerangka kontrol internal dengan mengintegrasikan semua aspek operasi dan keuangan

perusahaan, termasuk antara pimpinan puncak maupun tenaga kerja, tujuan dan risiko usaha, serta meliputi semua unit kegiatan perusahaan. Penerapan pengendalian intern versi COSO ini diharapkan dapat mengurangi berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi (Riandari 2013).

Berdasarkan dari latar belakang, perbedaan proksi dan perbedaan hasil penelitian

sebelumnya, dan berbagai permasalahan yang ada terkait dengan pengendalian intern yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap

Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah” perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

3. Apakah kompleksitas daerah berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

4. Apakah belanja modal berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

5. Apakah ukuran pemerintah daerah, PAD, kompleksitas daerah, dan belanja modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

(4)

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji dan menganalisis apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah

2. Untuk menguji dan menganalisis apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

3. Untuk menguji dan menganalisis apakah kompleksitas daerah berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah

4. Untuk menguji dan menganalisis apakah belanja modal berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

5. Untuk menguji dan mengalisis apakah ukuran pemerintah daerah, PAD, kompleksitas daerah, dan belanja modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah ?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat praktis bagi pemerintah daerah adalah dapat memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan pengendalian intern pada pemerintahan daerah, agar potensi yang dimiliki oleh daerah dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan rakyat dan untuk memajukan daerah 15 tersebut. Selain itu manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi terkait dengan topik penelitian ini kepada pihak yang membutuhkannya. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang pengaruh ukuran, PAD, kompleksitas, dan belanja modal terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah. Bagi pemerintah daerah, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur pada bidang akuntansi sektor publik khususnya pada masalah kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian berikutnya.

BAB 2

(5)

2.1 Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah,otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diharapkan pemberian otonomi kepada pemerintah daerah dapat melaksanakan prinsip transparansi danakuntabilitas yang baik, dapat meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada pemerintah daerah, dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing antar daerah dengan tetap memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi pada pemerintah daerah perlu ditingkatkan dengan cara lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maupun antar pemerintah daerah. Selain itu juga pemerintah daerah harus lebih memperhatikan potensi dan

keanekaragaman yang dimiliki oleh daerahnya, peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan system penyelenggaraan pemerintahan negara.

2.2 Teori Keagenan ( Agency Theory)

Teori ini menjelaskan mengenai hubungan antara pihak yang memberi wewenang yang disebut sebagai principal dengan pihak yang menerima wewenang yang disebut dengan agent dalam sebuah kontrak untuk melakukan jasa (service) atas nama principal. Hubungan

antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi

(asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasiyang lebih banyak tentang instansi/organisasi dibandingkan dengan principal. Adanya asimetri informasi ini menyebabkan kemungkinan munculnya konflik antara pihak principal dan agent. Dalam kondisi yang tidak seimbang/asimetri tersebut, agent dapat melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour. Seperti halnya di perusahaan, teori keagenan juga dapat terjadi pada instansi atauentitas publik. Dalam teori keagenan di sektor publik, yang menjadi principal adalah masyarakat dan pemerintah daerah bertindak sebagai

agent. Pemerintah daerah sebagai agent tentu memiliki informasi yang lebih banyak dan terperinci dibandingkan dengan pihak masyarakat sebagai principal. Keberadaan asymmetrical information ini dapat memungkinkan terjadinya penyelewengan yang dilakukan oleh agent. Maka dari itu, dalam pelaksanaan kegiatannya pemerintah daerah harus lebih meningkatkan pengendalian internalnya sehingga kemungkinan penyelewengan yang terjadi tersebut dapat berkurang.

(6)

PCAOB (dalam Hartono et. al, 2014) mengatakan bahwa kelemahan pengendalian intern adalah kelemahan yang signifikan yang hasilnya jauh dari kondisi salah saji materialpada laporan keuangan tahunan yang tidak dapat dicegah atau dideteksi. Badan PengawasKeuangan (BPK) sebagai lembaga pemerintah memiliki tugas untuk mengawasi dan mengaudit laporan-laporan dari pemerintah daerah. Selain mengawasi dan mengaudit,

BPK juga mempunyai tugas untuk mengawasi jalannya sistem pengendalian intern dalam instansi atau organisasi pemerintah.Menurut BPK, kelemahan sistem pengendalian intern atas laporan keuangan daerah dapat dilihat dari tiga kelompok, yaitu: (1) Kelemahan sistem

pengendalian akuntansi danpelaporan; (2) Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan danbelanja; dan (3) Kelemahan struktur pengendalian intern. Dengan adanya

indikator untuk mengetahui tingkat kelemahan pengendalian internal yang terjadi, maka pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan dan memperbaiki kualitas pengendalian internalnya agar lebih baik lagi.

2.4 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuncoro (2004), suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa

sebelumnya.Sedangkan menurut Todaro (1995) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang lebih besar. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pada pemerintah daerah dapat menggunakan nilai PDRB.Menurut BPS, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negarayang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan faktor produksinya. Angka-angka PDRB disajikan atas dasar harga berlakudan harga konstan (riil). PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Maka, dalam penelitian ini digunakan PDRB dengan harga konstan untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi di

pemerintah daerah kabupaten/kota

2.5 Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran adalah suatu tolok ukur atau acuan untuk mengetahui seberapa besar, sedang,atau kecil suatu objek tertentu. Dalam teorinya pada entitas bisnis (sektor swasta),perusahaan menilai ukurannya dengan menggunakan total aktiva/aset yang dimilikinya.Teori tersebut menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu entitas, maka kelemahan pengendalian internal akan semakin kecil. Doyle, et al. (2007) menjelaskan perusahaan besar cenderung lebih mampu menerapkan pengendalian internal yang memadai karena perusahaan tersebut memiliki sumber daya yang mencukupi. Sedangkan pada sektorpemerintahan, Larassati, et. al dalam Nurwati dan Trisnawati (2015) menyatakan bahwa ukuran pemerintahan berpengaruh secara signifikan terhadap

(7)

pula kelemahan pengendalian internal yang ditemukan. Hal ini dikarenakan ukuran pemerintah daerah yang semakin besar cenderung memiliki pengawasan yang longgar, sehingga memerlukan pengendalian internal yang lebih memadai dan terinci.

2.6 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan KeuanganAntara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, PAD didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Di dalamUndang-Undang tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah

adalahmemberikan kewenangan kepada pemerintah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerahsesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

Sumber-sumberPendapatan Asli Daerah, antara lain: (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi Daerah; (3) HasilPengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan (4) Lain-lain PAD yang Sah.

2.7 Kompleksitas Daerah

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengendalian internal adalah kompleksitassuatu daerah. Kompleksitas merupakan tingkatan yang ada dalam sebuah organisasi,diantaranya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalamhirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi bersebar secara geografisuntuk mencapai

tujuannya (Hartono, et al., 2014). Semakin kompleks suatu daerah dalammenjalankan kegiatan dan mempunyai area kerja yang tersebar luas, maka akan semakinsulit pengendalian internal tersebut untuk dijalankan.Menurut penelitian terdahulu, terdapat beberapa proksi untuk mengetahuikompleksitas daerah, antara lain jumlah kecamatan, jumlah SKPD, dan jumlah penduduk.Dan di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah kecamatan untuk

mengukurkompleksitas suatu daerah. Apabila sebuah daerah memiliki kecamatan yang banyak, makadiperkirakan akan menimbulkan beberapa masalah seperti sulit

mengimplementasikansistem pengendalian intern pada lingkungan kecamatan yang

berbeda, masalah pengawasandari pemerintah daerah, atau masalah saat pelaporan laporan keuangan

.

(8)

Menurut PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),

pengertianbelanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnyayang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. yang dilakukan dalam rangkapembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang

memberikanmanfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untukbiaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

sertameningkatkan kapasitas dan kualitas aset.Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), belanja modal dapatdikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori utama, antara lain: (1) Belanja Modal Tanah; (2)Belanja Modal Peralatan dan Mesin; (3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan; (4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan; serta (5) Belanja Modal Fisik Lainnya.

BAB 3

(9)

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan kelemahan pengendalian internal sebagaivariabel dependen. Dan untuk variabel independennya digunakan pertumbuhan ekonomi,ukuran pemerintah daerah, Pendapatan Asli daerah (PAD), kompleksitas daerah, danbelanja modal. Sehingga jika digambarkan, rerangka pemikirannya adalah sebagai berikut:

Setelah penjelasan yang diuraikan di atas sebelumnya, maka dapat disimpulkanbeberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Pertumbuhan, Size, PAD dan Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Ha2 : Pertumbuhan Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern

Ha3 : Size Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Ha4 : PAD Berpengaruh Positif terhadap Kelemahan Pengendalian Intern.

Ha5 : Kompleksitas Berpengaruh terhadap Kelemahan Pengendalian Internal

BAB 4

PENUTUP

Kelemahan Pengendalian Internal KPI

Pertumbuhan Ekonomi (PE)

Ukuran Pemerintah Daerah (UPD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kompleksitas Daerah (KD)

(10)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil simpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara simultan variabel ukuran, PAD, kompleksitas, dan belanja modal tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

2. Secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel ukuran terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

3. Secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel PAD terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

4. Secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel kompleksitas terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

5. Secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel belanja modal terhadap kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka saran dalam penelitian ini adalah:

1. Pemerintah daerah diharapkan memperbaiki prosedur pengendalian yang ada di daerahnya dan meningkatkan pemantauan pengendalian untuk mencegah terjadinya kasus

kecurangan, dikarenakan kedua komponen ini menjadi faktor 97 98 penyebab terbesar kasus kecurangan akibat kelemahan pengendalian intern yang ada di daerah.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan cakupan jumlah sampel dan periode pengamatan yang lebih panjang, sehingga hasil yang diperoleh akan memberikan gambaran kondisi yang sesungguhnya.

3. Penelitian selanjutnya apabila menggunakan PAD dan belanja modal, diharapkan menggunakan banyaknya pos-pos penyusun PAD maupun belanja modal sebagai

pengukurnya agar diperoleh data yang lebih menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain sebagai faktor yang dapat

mempengaruhi keberadaan pengendalian intern pemerintah daerah, seperti jumlah aset, jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pertumbuhan, dan tingkat pendapatan yang diperoleh dari pemerintah pusat (DAU).

5. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data primer, seperti kuesioner maupun interview ke kantor pemerintah atau institusi pemerintah lain untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai keberadaan pengendalian intern pemerintah daerah

(11)

https://id.scribd.com/document/346722056/FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-

KELEMAHAN-PENGENDALIAN-INTERNAL-PEMERINTAH-DAERAH-KABUPATENKOTA-pdf

http://lib.unnes.ac.id/22584/1/7211411102-s.pdf https://www.academia.edu/

Referensi

Dokumen terkait

Kepekaan kulit Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Kepekaan pernafasan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal Death By Chocolate & Spageti Restaurant , peluang yang dimilikinya meliputi perubahan pola dan gaya hidup masyarakat, pasar

Berdasarkan simulasi menggunakan IE3D dan melakukan pengukuran antena tersebut, dapat diketahui nilai frekuensi kerja antena mikrostrip Aperture Coupled Feed seperti

Selaku guru mata pelajaran melihat proses belajar mengajar pelajaran matematika di kelas ternyata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas yang diberikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, disimpulkan bahwa PT Bank Sulut telah menerapkan cara restrukturisasi terhadap kredit bermasalah dengan benar dan mengacu

/RDQ $JUHHPHQW %HUEDKDVD $VLQJ DQWDUD 1LQH $0 /WG GDQ 37 %DQJXQ .DU\D 3UDWDPD /HVWDULLWX WLGDN PHPHQXKL V\DUDW VDK Q\D SHUMDQMLDQ \DQJ WHUFDQWXP GDODP 3DVDO .LWDE 8QGDQJ 8QGDQJ

In order to apply the sediment transport formula appro- priately in the scour hole with a sloping bed, the gravitational component along the bed surface is considered here as a part

Penelitian ini didasari pada perubahan sikap Turki yang semula memiliki hubungan yang baik dengan Suriah, namun ketika gelombang Arab Spring melanda Suriah telah membawa