• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh :

Fatimah Saidah Savitri Ongko 1815151851

Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

Dosen : Dr. Fahrurrozi, M.Pd

KELAS E 2015 SEMESTER 6 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

URGENSI NILAI MORAL PADA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

Renstra (Rencana Strategis) Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 2010 -2014 telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan Renstra pendidikan karakter di semua jenjang tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program- program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Namun, penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education) Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Menurut para ahli, ada beberapa pengertian yang mengupas tentang definisi dari pendidikan itu sendiri di antaranya menurut John Dewey, pendidikan adalah merupakan salah satu proses pembaharuan makna pengalaman.1

Pendidikan karakter sangatlah penting karena karakter akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan, dan perbuatan seseorang, sehingga menjadi identitas yang menyatu dan mempersonalisasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan identitas yang lainnya. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Mufid (2011:447) bahwa karakter membentuk ciri khusus suatu identitas yang menentukan individu atau identitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi atau entitas

dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap

1 Listyarti Retno. Pendidikan Karakter dalam metode aktif, inovatif dan kreatif.

(3)

dan perilaku individu atau identitas dalam menghadapi setiap permasalahan.

Wiratman (2008:264) menyatakan banyak tokoh yang menggarisbawahi pentingnya pendidikan karakter. Seperti Mahatma Gandi menyatakan salah satu internalisasikan, baik dalam dunia pendidikan formal maupun dalam pendidikan non formal tentu beralasan, karena memiliki manfaat serta tujuan yang cukup mulia bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab. Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru tetapi semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan. Halini sebagaimana dikemukakan Doni (2007:135), dengan

menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insan pendidik seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara memberikan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.

A. Nilai Moral

(4)

mana anak itu hidup. Tentu saja nilai-nilai moral ini tidak sama pada semua masyarakat, karena pada umumnya nilai-nilai moral ini dipengaruhi oleh kebudayaan dan kelompok atau masyarakat itu sendiri. Apa yang dianggap baik oleh suatu kelompok atau masyarakat belum tentu baik oleh kelompok atau masyarakat lainnya. Tetapi apa yang oleh suatu kelompok dianggap tidak baik namun dilakukan juga oleh sescorang dalam kelompok tersebut, maka tingkahlaku orang tersebut dikatakan tidak bermoral.

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia hidup. Tanpa masyarakat (lingkungan), kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Nilai-nilai moral yang dimiliki seorang anak lebih merupakan sesuatu yang diperoleh anak dari luar. Anak belajar dan diajar oleh lingkungannya mengenai bagaimana ia harus bertingkahlaku yang baik dan tingkahlaku yang bagaimana yang dikatakan salah atau tidak baik. Lingkungan ini dapat berarti orangtua, saudara-saudara, teman-teman, guru-guru dan sebagainya.

Namun karena pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak sepenuhnya bergantung pada orang lain, yaitu orangtuanya, maka di sinilah pentingnya peranan orangtua sebagai orang pertama yang dikenal anak dalam hidupnya untuk

(5)

mengarahkan perkem bangan moral anak sejauh mungkin, dengan menyadari akan peranannya yang besar dalam kehidupan anak.

B. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter

Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Seperti dikemukan sebelumnya bahwa inti pendidikan karakter bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan karakter adalah proses menanamkan (internalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat.

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri (8) demokratis (9) rasa ingin tahu (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab

C. Langkah-langkah pendidikan karakter di sekolah

1. Need assesment, mengidentifikasi akar permasalahan yang menimbulkan sikap konsumtif (boros), mengumpulkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengurangi sikap tersebut, dan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh

masyarakat, sikap dan karakteristik masyarakat, adat istiadat. Assesment dilakukan melalui wawancara langsung, observasi dan foccus discusses.

(6)

dengan kondisi moral masyarakat. Hal-hal yang berkaitan dengan sikap, cara pandang, dan perilaku anggota masyarakat 3. Menyusun program kegiatan, dalam menyusun program

dilakukan dengan melibatkan warga masyarakat yang akan menjadi subyek. Program kegiatan pendidikan karakter di sekolah berisi: bentuk kegiatan, materi kegiatan, sasaran, pelaksana, pengelola, waktu, langkah-langkah kegiatan, nara sumber, media pembelajaran, indikator keberhasilan, model evaluasi dan tindak lanjut. Mempersiapkan lingkungan yang mendukung berkembangnya nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pelaksanaan kegiatan, Kegiatan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan (mempersiapkan hal-hal yang

dibutuhkdan untuk menopang kelancaran kegiatan), Tahap kegiatan inti (appersepsi, pelaksanaan, evaluasi) dan tahap akhir/penutup (evaluasi, refleksi dan tindak lanjut). Dalam implementasinya dikondisikan berkembangnya pembiasaan nilai-nilai moral dan sosial untuk membentuk kultur anggota masyarakat yang berkarakter.

5. Pengendalian mutu, dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian dari pelaksanaan program kegiatan dan adanya upaya yang perlu dilakukan untuk perbaikan berdasarkan standar nilai-nilai moral yang berlaku.

6. Tindak lanjut kegiatan. Tindak lanjut dilakukan untuk menjaga kontinyuitas dan kesinambungan kegiata, sehingga

keberhasilan kegiatan diharapkan mampu memberdayakan masyarakat sehingga nilai-nilai moral menajdoi bagian dari kehidupannya.

Secara pragmatis, mencermati perilaku moral yang sedang dianut oleh kaum politisi, teknokrat/ akademisi, dan kaum

(7)

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme yang mendorong munculnya affluent society, maysrakat yang steril dari kerusuhan dan pengungsian, masyarakat yang memiliki “good-governance”, masyarakat yang dapat mengejar ketertinggalan pendidikan, dan masyarakat yang maju dan mandiri. Untuk itu perlu diberdayakan pelayanan pendidikan yang berorienrtasi moral sebagai fondasi pendidikan karakter dalam kehidupan masyarakat.

(8)

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2016. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta. Ar-ruzz Media.

Cahyoto. 2002. Budi Pekerti dalam Perspektif Pendidikan. Malang: Depdiknas-Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah-Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang.

Depdiknas, 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Jakarta. Pertama (draft).

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Drake, Frederick. 2000. Using Alternative Assessment To Improve The

Teaching and Learning History. ERIC: Clearing House for Social Studies/

Social Science Education.

Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta. Gunung Mulia.

Kartasasmita, G., 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta. Cides.

Kusrahmadi, Sigit Dwi. 2008. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah Dasar. Google Cendikia: Pendidikan Moral Anak SD.

Listyarti Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam metode aktif, inovatif dan kreatif. Jakarta. Erlangga.

Otib Satibi Hidayat. 2000. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.

Paulo Freire, Ivan illich, Eric From “Menggugat Pendidikan “ Pustaka Pelajar 2004 Yogyakarta

Suara Pembaruan, 25 September 2015, “Revolusi Mental Butuh Sistem.”

(9)

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta. Prenadamedia Group.

Suriasumantri, J. S., 2000. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Pustaka Sinar harapan.

Syarbini, Amirullah. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter. Jakarta. Prima Pustaka.

Tarumingkeng, R. C., 2001. Moralitas Kaum Terdidik. Bogor: Pascasarjana IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Hal senada juga disampaikan oleh siswa kelas XII. Adapun hasil wawancara tersebut sebagai berkut:“ Perilaku disiplin yang diterapkan di sekolah adalah disiplin

Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai dengan Komitmen Organisasional sebagai Variabel Intervining (Studi pada Kantor Pengawasan dan

Untiy adalah aplikasi untu mengembangkan gim yang berbasis render memiliki banyak fitur yang lengkap sehingga dapat memudahkan pembuatan gim 3DUnity juga mempunyai

Mengingat keluasan pembahasan tentang bacaaan tashahhud dalam salat khususnya yang terkait dengan petunjuk hadis Nabi tentangnya maka permasalahan yang akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas menyusun strategi agar fungsi tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan Universitas Negeri Makassar diantaranya, berusaha

Oleh karena itu, dengan penambahan bahan organik berupa pupuk kandang dan Crotalaria juncea diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta menurunkan

Oleh karena itu rencana selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan pembelajaran melalui sosialisasi terhadap Undang-Undang No.38 tahun 2014, dengan tujuan

Subjek penelitian adalah pasien perempuan sehat yang menderita AV pada berbagai derajat keparahan yang berusia antara 13-30 tahun, dan bersedia menjadi subjek penelitian