Faktors Affecting the Exchange Rate of Fisherman Konawe District Southeast Sulawesi
Irdam Riani1, Ashar Bafadal2, dan Rahmat Sofyan Patadjai3
1,3
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo. 2
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu Kendari. Sulawesi Tenggara. 1e-mail : irdamriani@yahoo.co.id
ABSTRAK
Nilai Tukar Nelayan (NTN) dapat menggambarkan daya tukar nelyan dari suatu usaha budidaya terhadap kebutuhan faktor produksi dan kebutuhan konsumsi barang dan jasa sehingga perubahan NTN dipengaruhi oleh perubahan dari jumlah dan atau harga faktor produksi dan konsumsi rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi NTN dan elastisitasnya. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah BBM, jumlah tali bentangan, jumlah konsumsi gula, jumlah konsumsi rokok, jumlah tanggungan nelayan yang sedang sekolah, musim dan suku berpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut di Kabupaten Konawe. Secara parsial faktor yang berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut adalah produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah tali bentangan sedangkan yang berhubungan negetif dan perpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut adalah jumlah BBM dan jumlah konsumsi gula. Variabel yang berpengaruh tidak nyata terhadap NTN adalah konsumsi rokok, jumlah tanggungan yang sedang sekolah, musim dan suku. Berdasarkan analisis elastisitas, NTN akan meningkat 62% jika nelayan dapat meningkatkan produksi sebesar 100%, NTN akan meningkat sebesar 15% jika bobot bibit/rumpun ditingkatkan sebesar 100% dan NTN akan meningkat 11,6% jika jumlah bentangan ditingkatkan sebesar 110%. Selanjutnya NTN akan menurun sebesar 23% jika penggunaan BBM meningkat 100% dan menurun sebesar 12% jika konsumsi gula meningkat sebesar 100%.
Kata Kunci : Nilai Tukar Nelayan, Nelayan Rumput Laut, Signifikan, Elastisitas
ABSTRACT
Exchange rate of farmers (NTN) can depict term of trade of the farmers from a farming conserning the need of produktion faktors and consumption on products or services. This research aims to studi same faktors significantly influencing end studi elasticity the NTN of farmers in Konawe District. The regretiossion analysis result show that production, seeds weight, the amount of fuels, stretch of ropes, the amount of sugar and cigarette consumptionnymber of dependents, weather and tribes are all obviously influencing the NTN of seaweed in Konawe. Partially faktors that correlate positively and influence signifikcantly with the NTN of seaweed are production, seeds wiight, and streatch of ropes, whereas the amount of fuels and comsumption of sugar are negetifly correlated but obviously influential. Some variabeles seem not real influencing to the NTN such as cigarette comsumption, the number of dependents, weather and the tribes. Based on elasticity analysis, the NTN will increase as 62% if the farmers can increase 100% of production, then in increase as 15% if the seeds weight are lifted to 100%, and will increase as 11,6% if the stretch of ropes is added to 100%. Additionaly, the NTN wil decrease as 23% if the use fuels rises 100% and will decrease as 12% if the sugar consumption increase as much as 100%
PENDAHULUAN
Nontji (2005) menyatakan bahwa hampir di seluruh perairan Indonesia dapat ditumbuhi oleh rumput laut. Daerah yang mempunyai potensi sebagai penghasil rumput laut bernilai ekonomis. Kabupaten Konawe dengan panjang garis pantai 495 km dengan satu pulau besar dan tujuh pulau kecil (BPS, 2010) merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah pengembangan usaha budidaya rumput laut, khususnya di Kecamatan Wawonii Barat, Wawonii Selatan, Soropia dan Lalonggasummeeto
Pengembangan usaha budidaya rumput laut akan cepat berkembang jika dari hasil usaha budidaya rumput laut dapat dijadikan sebagai mata penca-harian utama yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan dapat ditingkatkan. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan dapat dilihat dari Nilai Tukar Nelayan (NTN) dari hasil usaha budidayanya.
Hendayana, (2001) mengemuka-kan bahwa secara konsepsional nilai tukar nelayan adalah mengukur kemam-puan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan nelayan dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga nelayan dan keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian. Di sini nelayan dalam kapasitas sebagai produsen dan konsumen. Nilai Tukar Nelayan dipe-ngaruhi oleh besarnya penerimaan dan pengeluaran nelayan.
Dalam usaha budidaya rumput laut, besarnya penerimaan dipengaruhi
oleh jumlah produksi dan harga produksi. Jumlah produksi dominan dipengaruhi oleh produktivitas (jumlah produksi/100 kg bibit) dan musim. Berdasarkan survei yang pernah dilakukan penulis bahwa Kecamatan Wawonii Barat dan Wawonii Selatan dengan penggunaan bibit 100kg akan mampu memproduksi 2–6 kali peng-gunaan bibit dan dapat melakukan produksi enam kali setahun. Sedangkan di Kecamatan Soropia dan Kecamatan Lalonggasumeeto penggunaan bibit 100kg hanya mampu melakukan produksi maksimal empat kali penggunaan bibit dengan produksi maksimal empat kali setahun.
Umumnya nelayan dapat melakukan produksi secara maksimal pada Musim Timur. Pada Musim Barat, umumnya nelayan di Kecamatan Wawonii Barat dan Wawonii Selatan masih dapat melakukan produksi sedangkan nelayan di Kecamatan Soropia dan Lalonggasumeeto hanya mampu melakukan pemeliharaan untuk mempertahankan ketersediaan bibit.
Berdasarkan data BPS 2008-2010, serta hasil survei penulis Tahun 2010, harga faktor produksi di empat kecamatan pengembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe tersebut terdapat perbedaan harga faktor produksi rumput laut dan harga barang konsumsi. Harga faktor produksi dan konsumsi rumah tangga di Kecamatan Wawonii Barat dan Wawonii Selatan relatif lebih tinggi. Pengeluaran nelayan untuk barang konsumsi tergantung pada jumlah tanggungan dalam keluarga sedangkan pengeluaran untuk faktor produksi tergantung pada skala usaha.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor kebiasaan masyarakat juga mempengaruhi penerimaan dan penge-luaran nelayan. Kebiasaan nelayan dalam usaha di perairan laut seperti usaha budidaya rumput laut serta kebiasaan konsumsi nelayan terdapat perbedaan di antara suku yang berbeda. Di wilayah Kabupaten Konawe, usaha budidaya rumput laut didominasi oleh Suku Bajo, Bugis dan Tolaki.
Berdasarkan hasil survei, Suku Bajo dalam usaha budidaya rumput laut, usaha dilakukan secara turun temurun. Sementara itu Suku Bugis/Tolaki di Kabupaten Konawe, mulai melakukan usaha budidaya rumput laut pada Tahun 2003. Dalam hal pola konsumsi, terdapat perbedaan pola konsumsi diantara Suku Bajo dengan Suku Bugis atau tolaki dan yang paling nampak adalah konsumsi snack yang lebih tinggi pada Suku Bajo.
Dengan melihat kondisi bahwa di lokasi pengembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe
terjadi perbedaan penerimaan nelayan akibat perbedaan dalam jumlah dan harga produksi. Pada sisi lain, juga terjadi perbedaan pengeluaran nelayan yang dipengaruhi oleh jumlah dan harga faktor produksi rumput laut serta jumlah dan harga konsumsi pangan dan non pangan. NTN rumput laut dikatakan baik jika harga yang diterima nelayan rumput laut lebih besar daripada harga yang harus dikeluarkan, baik untuk pengeluaran barang konsumsi maupun untuk pengeluaran faktor produksi. Semakin tinggi NTN, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/ daya beli nelayan.
Nilai Tukar Nelayan yang rendah dapat mengindikasikan bahwa pene-rimaan nelayan dari hasil rumput laut tidak dapat memenuhi kebutuhan pengadaan faktor-faktor produksi untuk keberlanjutan usaha dan pengem-bangannya. Selain itu NTN yang rendah mengindikasikan bahwa penerimaan nelayan dari hasil usaha tani rumput laut tidak dapat mencukupi untuk pemenuhan konsumsi nelayan. NTN yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya kemampuan manajemen nelayan dalam upaya peningkatan produksi, harga pasar yang tidak berpihak ke nelayan atau pola konsumsi nelayan.
budidaya rumput laut. Selain itu juga dianalsiis seberapa besar elastisitas Nilai Tukar Nelayan budidaya rumput laut.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Soropia, Kecamatan Lalonggasumeeto dan Kecamatan Wawonii Barat. Bulan Agustus pada Tahun 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan di lokasi penelitian pada tahun 2010 yang telah melakukan produksi rumput laut berjumlah 251 nelayan.
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin (Rianse dan abdi, 2008):
Penentuan jumlah sampel pada masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
xn
Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel penelitian pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian No Lokasi
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Jenis penelitian adalah survey dengan pendekatan kuantitatif yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi NTN budidaya rumput laut dan pendekatan kualitatif untuk memberikan gambaran umum tentang penghasilan pengganti nelayan budidaya rumput laut dilokasi penelitian.
Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulam data dilakukan dengan cara wawancara ke responden mencatat data yang tersedia di kantor-kantor yang relevan .
Untuk mengetahui hubungan antara nilai tukar nelayan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilakukan dengan menggunakan uji pendugaan koefisien regresi berganda
Y=β0+ β1X1 +β2X2 +β3X3+β4X4+β5X5+
β6X6 +β7X7 + Dd1 + Dd2 +e …..(3)
(Walpole 1988), (Steel dan Torrie, 1989)
dalam Tiro (2000) : Keterangan :
Y = Nilai Tukar Nelayan rumput laut X1 = Produksi (kg)
X2 = Bobot bibit/rumpun (kg/rumpun) X3 = Jumlah Pengunaan bahan bakar (liter)
X6 = Jumlah konsumsi rokok (bungkus)
X7 = Jumlah tanggungan yang sedang pendidikan (jiwa)
Dd1 = Dummy ( nelayan yang produksi musim barat dan timur = 1 dan nelayan yang produksi musim timur = 0)
Dd2 = Dummy ( Bajo = 1 dan bugis/ tolaki = 0)
β0 = Konstanta
βi = Besaran Parameter koefisien Regresi
i = 1,2,…7
Nilai Tukar Nelayan adalah rasio antara penerimaan nelayan dengan pengeluaran faktor produksi dan konsumsi keluarga nelayan budidaya rumput laut. Dalam pengolahan análisis regresi tersebut dilakukan dengan estimasi model dengan menggunakan software komputer program SAS versi 6.12. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap produksi rumput laut dilakukan uji F pada taraf kepercayaan 95% (
α
= 0,05), dengan kriteria sebagai berikut :- Jika signifikansi F-hitung > taraf nyata yang digunakan (
α
= 0,05) berarti secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh tidak nyata terhadap NTN rumput laut.- Jika signifikansi F-hitung < taraf nyata yang digunakan (
α
= 0,05) berarti secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut.Berdasarkan kriteria tersebut, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan H0 : βi = 0 dan
H1 : βi≠ 0
Jika H0 diterima maka H1 di
tolak, menunjukkan bahwa hipótesis dalam penelitian ini ditolak sedangkan jika H0 diditolak dan H1 diterima,
menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (parsial) terhadap NTN rumput laut dilakukan uji t, dengan kriteria sebagai berikut :
- Jika signifikansi t-hitung > taraf nyata yang digunakan (
α
= 0,05), maka H0diterima dan H1 di tolak yang
menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri variabel bebas berpengaruh tidak nyata terhadap NTN rumput laut.
- Jika signifikansi t-hitung < taraf nyata yang digunakan (
α
= 0,05), maka H0ditolak dan H1 diterima yang
menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri variabel bebas berpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut
HASIL
Persamaan fungsi regresi linear berganda yang diperoleh dari hasil estimasi model sebagai berikut :
Y = 0,731137 + 0,000816 X1 +
1,179641 X2 - 0,040460 X3 +
0,010733 X4 - 0,001920 X5 –
0,000095 X6 + 0,011246 X7 +
Tabel 2. Analisis Varians Regresi Linear Berganda, Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Keterangan :
n = Nyata pada taraf 5% (0,05)
Tabel 3. Nilai Parameter Regresi Linear Berganda, Pengaruh Vaeriabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Peubah Penjelas (X)
Koefisien
Regresi (b) t hitung Probabilitas>T
Intercep 0,731137 3,855 0,0003
Produksi (kg) 0,000816 8,626n 0,0001
Bobot bibit/rumpun (kg) 1,179641 2,851n 0,0059 Jumlah penggunaan bahan bakar (L) -0,040460 -2,351n 0,0219 Jumlah Penggunaan Tali No.4 (kg) 0,010733 2,075n 0,0422 Jumlah konsumsi gula(kg) -0,001920 -2,388n 0,0200 Jumlah konsumsi rokok (bungkus) -0,000095 -1,075tn 0,2865 Jumlah tanggungan yang sedang
sekolah(jiwa) 0,011246 0.784tn 0,6147
Dummy musim 0,065145 0,091tn 0,4278
Dummy suku 0,077554 0,712tn 0,3098
Koefisien Determinasi (R2) 0,8341 Keterangan
n = nyata pada taraf 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata pada taraf 5% (α=0,05)
PEMBAHASAN
Hasil estimasi model maka model yang dianggap paling baik adalah dengan memasukkan jumlah produksi yang menggambarkan skala usaha, jumlah penggunaan bibit/rumpun, jumlah penggunaan bahan bakar, jumlah penggunaaan tali bentangan (tali nilon No.4), jumlah konsumsi gula, jumlah
konsumsi rokok, jumlah tanggungan yang sedang sekolah, musim dan suku sehingga dapat dilakukan pengujian terhadap model yang digunakan dan terhadap variabel bebas.
a. Pengujian Model
Berdasarkan hasil analisis dimana Fhit sebesar 34,642 dengan tingkat
probabilitas > 0,0001 lebih kecil dari α Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung Prof>F
Bebas
Kuadrat (JK)
Tengah
(KT)
Regresi 9 12,97900 1,44211 34,642 n 0.0001
Residu 62 2,58096 0,04163
Total 71 15,55997
R2 0,8341
0,05. Berdasarkan hal tersebut, jika disesuaikan dengan kriteria pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1
diterima yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan variebel bebas digunakan dalam penelitian ini secara bersama sama memberikan pengaruh nyata terhadap variabel terikat (Tabel 2).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa sacara simultan produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah penggunaan bahan bakar, jumlah tali nilon no. 4, jumlah konsumsi gula dan rokok, jumlah tanggungan yang sedang pendidikan, musim dan suku mempengaruhi NTN.
Nilai Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8341 yang menunjukkan bahwa 83,41% keragaman variebel bebas dapat menjelaskan keragaman variabel terikat dan sisanya sebesar 17,59% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Nilai R2 tersebut juga menunjukkan bahwa model regresi linear berganda dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar varibel bebas dengan variabel terikat sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebut layak digunakan dalam penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,9311. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang erat dan kuat antara variabel Y dengan variabel X yaitu nilai mendekati 1 dan tanda positif.
b. Pengujian Variabel Bebas
Berdasarkan hasil uji t dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada NTN dilokasi penelitian adalah jumlah produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah penggunaan bahan bakar, jumlah tali nilon no. 4 dan jumlah konsumsi gula. Sedangkan yang
menunjukkan pengaruh tidak nyata adalah jumlah konsumsi rokok, jumlah tanggungan yang sedang sekolah serta variabel dummy yaitu musim dan suku.
1. Jumlah Produksi
Variabel jumlah produksi (X1)
mempunyai koefisien regresi (β1) =
0,000816 dengan thitung sebesar 8,626.
Nilai probabilitas thitung yaitu 0,0001
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan hubungan positif dan berpengaruh nyata yang mengindikasikan bahwa jika nelayan meningkatkan jumlah produksinya maka NTN nelayan tersebut juga akan meningkat. Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa NTN akan meningkat sebesar 61% jika produksi dapat ditingkatkan 100%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, nampak bahwa jika nelayan mampu meningkatkan skala usahanya pertahun sehingga produksi dapat ditingkatkan maka sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan NTN, sehingga dapat dikatakan bahwa kesejahteraan nelayan tersebut semakin meningkat. Dengan asumsi bahwa harga produk tetap atau meningkat lebih besar dari peningkatan harga kebutuhan faktor produksi dan konsumsi keluarga nelayan.
nelayan mengembangkan usaha budidayanya.
Tingkat pendidikan nelayan yang sebagian besar hanya memiliki pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar menyebabkan sebagian nelayan memiliki kemampuan rendah dalam manajemen usaha budidayanya. Berdasarkan data dan laporan penyuluh lapangan dan tenaga pendamping bahwa skala usaha nelayan rumput laut dari tahun 2008 – 2010 tidak menunjukkan peningkatan skala usaha yang berarti yang dapat dilihat dari jumlah bentangan tali rumput laut nelayan yang umumnya tidak meningkat setiap tahunnya. Tidak ada upaya yang cukup berarti yang dilakukan oleh nelayan untuk meningkatkan atau menambah modal usaha dalam setiap tahun dari pendapatan yang dimilikinya dari hasil usaha budidaya rumput laut.
2. Bobot Bibit / Rumpun.
Variabel bobot bibit/rumpun (X2)
mempunyai koefisien regresi (β2)=1,179641 dengan thitung 2,851. Nilai
probabilitas thitung 0,0059 yaitu lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut hubungan positif dan berpengaruh nyata yang mengindikasikan bahwa setiap penambahan bobot bibit/rumpun akan mengakibatkan peningkatan NTN. Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa NTN akan meningkat sebesar 15% jika bobot/ rumpun dapat ditingkatkan 100%.
Dalam hal penggunaan bibit, selain bobot bibit/rumpun, produksi rumput laut sangat ditentukan oleh kualitas bibitnya yang diantaranya memiliki ciri warna yang segar dan memiliki percabangan yang banyak.
Bobot bibit yang digunakan oleh nelayan rumput laut di lokasi penelitian umumnya jauh lebih tinggi yaitu berkisar 0,06–0,25kg/rumpun dibandingkan dengan penggunaan bibit yang direkomendasikan yaitu berkisar antara 0,05–0,15kg/rumpun. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas bibit yang mulai menurun atau kondisi kualitas perairan yang pada musim tertentu tidak mendukung sehingga nelayan cenderung lebih banyak menggunakan bibit/ rumpun.
Penggunaan jumlah bibit sangat penting untuk diperhatikan oleh nelayan, mengingat pengeluaran untuk pengadaan bibit cukup besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk faktor produksi lainnya. Salah satu contoh data penelitian ini, dengan penggunaan jumlah bibit yang hampir sama, memperlihatkan jumlah produksi yang berbeda, misalnya di Kecamatan Wawonii Barat dengan jumlah bibit 0,14 kg/rumpun memiliki produksi antara 1150–3500 kg/tahun. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kualitas bibit dan juga produktivitas lahan yang berbeda. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kemampuan nelayan dalam melaksanakan usaha budidaya rumput laut terutama dalam proses pemeliharaan/pembesaran. Sebagain nelayan lebih rutin dalam melakukan pembersihan rumput laut dari kotoran atau benda asing yang melekat yang dapat menghambat pertumbuhan rumput laut.
melihat pengaruh bobot bibit terhadap pertumbuhan rumput laut, dengan menggunakan kisaran bobot bibit/rumpun yang direkomendasikan yaitu 0,05 kg/rumpun, 0,10 kg/rumpun dan 0,15 kg/rumpun. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan adalah penggunaan jumlah bibit yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan rumput laut. Namun hal lain yang dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut adalah dengan proses pemeliharaan yang lebih intensif dengan metode budidaya secara vertikultur, produksi akhir jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produksi yang umumnya didapatkan oleh nelayan pada lokasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa selain jumlah bibit/rumpun, yang paling penting diperhatikan oleh nelayan adalah kualitas bibit, proses pemeliharaan serta metode budidaya.
3. Bahan Bakar
Variabel jumlah penggunaan bahan bakar (X3) mempunyai koefisien
regresi (β3=-0,0405) dengan
thitung=2,351. Nilai probabilitas thitung
yaitu 0,0219 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan hubungan negatif dan berpengaruh nyata yang mengindikasi-kan bahwa jika nelayan meningkatmengindikasi-kan jumlah penggunaan bahan bakarnya maka NTN menurun. Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa NTN akan menurun sebesar 23% jika penggunaan bahan bakar meningkat 100%.
Nelayan rumput laut di Kabupaten Konawe berupaya meminimalkan penggunaan bahan bakar
dengan hanya menggunakan perahu motor pada saat penanaman dan saat panen. Masa pemeliharaan umumnya nelayan menggunakan perahu tanpa motor dengan ukuran yang kecil yang juga bertujuan memudahkan dalam proses pembersihan rumput laut diantara bentangan yang satu dengan yang lainnya yang hanya berjarak satu meter setiap bentangan.
4. Jumlah Penggunaan Tali Bentangan Variabel jumlah penggunaan tali bentangan (X4) mempunyai koefisien
regresi (β4=0.01073) dengan thitung
2,075. Nilai probabilitas thitung yaitu
0,0422 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan hubungan positif dan berpengaruh nyata yang mengindika-sikan bahwa jika nelayan meningkatkan jumlah tali bentangan maka NTN meningkat. Berdasarkan hasil perhi-tungan elastisitas menunjukkan bahwa NTN akan menurun sebesar 12% jika nelayan meningkatkan jumlah tali bentangannya sebesar 100%.
Jumlah penggunaan tali ben-tangan, jika dilihat dari segi penggunaan biaya maka penambahan tali bentangan akan menyebabkan peningkatan biaya produksi. Secara teori, peningkatan biaya produksi akan menyebabkan penurunan NTN, namun demikian peningkatan tali bentangan akan menyebabkan peningkatan produksi sehingga akan meningkatkan penerimaan dan pendapatan nelayan rumput laut yang berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap NTN.
tergantung pada daya dukung lahan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa nelayan dengan jumlah tali bentangan yang relatif sama pada lokasi budidaya yang berbeda, dapat memproduksi rumput laut dengan jumlah yang berbeda. Sebagai contoh, di Kecamatan Wawonii Barat dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi, penggunaan tali bentangan sebanyak 8– 11 kg masih dapat diproduksi sebanyak 1000–1500 kg/tahun. Dibandingkan dengan 2 kecamatan lainnya, dengan jumlah tali bentangan relatif sama, nelayan hanya dapat memperoduksi 300–700 kg/tahun
Selain itu juga dapat disebabkan oleh kemampuan nelayan dalam menggunakan faktor produksi seperti penggunaan tali bentangan secara efektif dan efisien. Sebagai contoh, nelayan pada lokasi yang sama yaitu di Kecamatan Wawonii Barat dengan jumlah penggunaan tali bentangan yang relatif sama yaitu 17 kg, menunjukkan kemampuan produksi nelayan yang berbeda, sebagian nelayan hanya dapat berproduksi 1350–1500 kg/tahun, namun juga terdapat nelayan yang mempu melakukan produksi sebesar 2000 kg/tahun.
5. Konsumsi Gula
Variabel konsumsi gula (X5)
mempunyai koefisien regresi (β4
=-0.00192 dengan thitung=-2,388. Nilai
probabilitas thitung yaitu 0,0200 lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan hubungan negatif dan berpengaruh nyata yang mengindikasikan bahwa jika nelayan meningkatkan konsumsi gulanya maka NTN tersebut akan menurun.
Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa NTN akan menurun sebesar 12% jika konsumsi gula naik sebesar 100%.
Konsumsi gula nelayan rumput laut di Kabupaten Konawe berkisar antara 1–4 kg/minggu, dimana konsumsi tersebut tidak termasuk kandungan gula dalam konsumsi makanan camilan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijadikan pertimbangan bagi nelayan untuk mengatur konsumsi gula sehari- hari sesuai dengan kebutuhan dan juga kesehatan. Kebijakan pemerintah dalam mengatur dan mengontrol harga bahan makanan pokok seperti gula di pasaran sangat berperan.
6. Konsumsi Rokok
Variabel konsumsi Rokok (X6)
mempunyai koefisien regresi (β4=
-0.000095) dengan thitung=-1,075. Nilai
probabilitas thitung yaitu 0,2865 lebih
besar dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan hubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata yang mengindikasikan bahwa peningkatan konsumsi rokok oleh keluarga nelayan tidak menyebabkan penurunan NTN di Kabupaten Konawe. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar nelayan mengkonsumsi rokok dengan jumlah yang tinggi, sehingga data konsusmi rokok relatif seragam. Tidak ada perbedaan mencolok antara jumlah konsumsi rokok nelayan pada lokasi penelitian yang berbeda. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil analisis bahwa jumlah konsumsi rokok berpengaruh tidak nyata terhadap penurunan NTN di Kabupaten Konawe.
mengkonsumsi rokok, namun sebagai besar mengkonsumsi dengan kisaran 1–4 bungkus perhari dengan kisaran harga Rp4000,- – Rp11.000,- Konsumsi rokok rata-rata 1,4 bungkus perhari dengan harga rata-rata Rp5.841/bungkus. Pengeluaran konsumsi rokok bagi nelayan yang mengkonsumsinya mencapai 20% dari jumlah pengeluaran rutin sehari-hari untuk konsumsi keluarga nelayan. Oleh karenanya meskipun dalam penelitian ini jumlah konsumsi rokok berpengaruh tidak nyata bagi penurunan NTN, namun tetap dapat menjadi bahan pertimbangan penting bagi nelayan.
7. Jumlah Tanggungan yang Sekolah Variabe jumlah tanggungan yang sedang sekolah (X7) mempunyai
koefisien regresi (β7) = 0.011246
dengan thitung 0,506. Nilai probabilitas
thitung yaitu 0,6147 lebih besar dari taraf
nyata yang digunakan (α = 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa antara variabel jumlah tanggungan yang sedang sekolah (X7) memiliki hubungan positif
dan berpengaruh tidak nyata terhadap NTN di Kabupaten Konawe.
Jumlah tanggungan yang sedang sekolah dan jenjang pendidikan dapat mengindikasikan besarnya biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh nelayan. Semakin banyak dan semakin tinggi jenjang pendidikan tanggungan nelayan maka pengeluaran nelayan akan semakin besar. Berdasarkan teori bahwa semakin besar pengeluaran nelayan maka NTN akan semakin menurun. Namun hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif meskipun berpengaruh tidak nyata.
Hubungan yang positif antara variabel jumlah tanggungan nelayan yang sedang sekolah dengan NTN disebabkan karena tanggungan nelayan yang sedang sekolah terutama pada jenjang pendidikan SLTP–Perguruan Tinggi, akan memberikan motivasi bagi nelayan untuk meningkatkan usaha budidayanya. Selain itu tanggungan yang sedang sekolah terutama pada jenjang pendidikan SLTP–Perguruan Tinggi dapat menjadi tenaga kerja keluarga dalam usaha budidaya rumput laut.
Variabel jumlah tanggungan nelayan yang sedang sekolah berpengaruh tidak nyata terhadap NTN, dapat disebabkan oleh kondisi di lapangan dimana jumlah tanggungan keluarga nelayan yang sedang sekolah relative seragam yaitu rata-rata 2 orang. Selain itu, tanggungan nelayan yang sedang sekolah umumnya masih pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pada jenjang pendidikan SD, biaya pendidikan masih relatif rendah karena adanya program penyelenggaraan sekolah gratis. Biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh nelayan uumumnya hanya untuk jajan serta pengadaan buku dan baju seragam yang dikeluarkan sekali dalam setahun.
8. Variabel Dummy (Musim dan Suku) Variabe Dummy musim dan suku masing-masing mempunyai koefisien regresi (Dd1) = - 0.065145 dengan thitung
-0,7798, nilai probabilitas thitung yaitu
0,4278 untuk variabel musim dan untuk variabel suku koeefisien regresi (Dd2= -
0.0077554) dengan thitung -1,024, nilai
probabilitas thitung yaitu 0,3098. Nilai
lebih besar dari dari taraf nyata yang digunakan (α=0,05), yang berarti bahwa kedua variabel Dummy tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap NTN di Kabupaten Konawe.
Nelayan pada usaha budidaya rumput laut memiliki produksi yang lebih tinggi pada saat Musim Timur dan sangat minimal pada Musim Barat dan bahkan di lokasi budidaya rumput laut di Kecamatan Soropia, pada Musim Barat umumnya hanya mempertahankan bibit. Musim tidak berpengaruh nyata pada NTN. Meskipun pada Musim Barat produksi rendah, namun jika nelayan mampu melaksanakan produksi secara maksimal dan berupaya meningkatkan skala usahanya pada saat Musim Timur maka secara produksi/tahun dapat dimaksimalkan.
Perbedaan suku nelayan dapat menyebabkan adanya perbedaan dalam hal produksi dan konsumsi sehingga akan dapat mempengaruhi NTN, namun dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi di lapangan menunjukkan bahwa nelayan yang menjalankan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe dominan bersuku Bajo yaitu 61% adalah suku bajo. Selebihnya adalah suku Tolaki dan Bugis.
Suku Bajo memiliki kebiasaan dalam melakukan usaha di perairan laut seperti usaha budidaya rumput laut dan penangkapan. Meskipun demikian, kemampuan produksi nelayan rumput laut dengan suku yang berbeda adalah relatif sama tergantung produktivitas, pengalaman dan keuletan nelayan. Sebagai contoh di Kecamatan Soropia
dengan nelayan Suku Bajo dan Bugis/Tolaki, tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam hal kemampuan produksi karena perbedaan suku tersebut. Terdapat nelayan dengan Suku Bajo melakukan produksi yang rendah dan juga ada yang mampu melakukan produksi yang lebih tinggi, demikian halnya dengan suku Bugis/Tolaki.
Dalam hal pengeluaran faktor produksi dan konsumsi, relatif sama antara suku yang berbeda. Pengeluaran yang mencolok hanya pada pengeluaran konsumsi makanan ringan, dimana jumlah konsumsi makanan ringan di Kecamatan Lalonggasumeeto dan Kecamatan Soropia dengan suku Bugis/Tolaki memperlihatkan jumlah yang lebih rendah yaitu berkisar anatara 4–14 buah/hari. Dibandingkan dengan jumlah konsumsi makanan ringan di Kecamatan Wawonii Barat dan Kecamatan Soropia dengan Suku Bajo yaitu berkisar 10 – 20 buah/hari.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi NTN di Kabupaten Konawe adalah skala usaha yaitu jumlah produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah penggunaan bahan bakar, jumlah tali bentangan (Nilon no.4) dan jumlah konsumsi gula.
NTN akan meningkat sebesar 61% jika nelayan dapat meningkatkan produksi 100%. Selanjutnya secara berturut-turut adalah jumlah penggunaan bahan bakar (elastisitas = 0,23), jumlah bibit/rumpun (elastisitas = 0,15), jumlah konsumsi gula (elastisitas = 0,121) dan jumlah tali bentangan (elastisitas = 0,116).
SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Agar NTN meningkat maka harus ada
upaya bersama antara pemerintah dan nelayan terutama dalam upaya peningkatan skala usaha setiap tahun serta penggunaan faktor produksi yang efisien khususnya penggunaan bobot bibit dalam setiap rumpun . Dalam hal pengeluaran perlu pengaturan konsumsi secara bijaksana.
2. Perlunya kebijakan-kebijakan peme-rintah untuk menumbuhkan usaha produktif lain di wilayah pesisir kabupaten Konawe.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2010. Perkembangan Nilai Tukar Nelayan. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara. Kendari.
______, 2010. Kabupaten Konawe
dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Sulawesi Tenggara. Kendari
DKP, 2007. Pengembangan usaha Perikanan Di Kabupaten Konawe.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Konawe. Unaaha.
Hendayana, R., 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Nelayan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Indraningsih., K.S., 2004 Analisis Nilai Tukar Komoditas Cabai Merah (Kasus Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
DKP Konawe. Laporan PPTK Budidaya
Kabupaten Konawe, 2008-2010.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Konawe. Konawe
Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Padangaran, A.M., 2009. Statistik Ekonomi (Ekonometrika). Program Pasca Sarjana Universitas Haluoleo. Kendari.
______., 2010. Pembiayaan Agribisnis. Univrsitas Haluoleo. Kendari. Rachmat, M. dkk., 2000. Studi Nilai
Tukar Nelayan dan Nilai Tukar
Komoditas Pertanian. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Rianse, U dan Abdi. 2008. Metode
Penelitian Sosial dan Ekonomi
(Teori dan Aplikasi). CV.
Alfabeta. Bandung.
Pertumbuhan dan Kadar Karagenan Rumput Laut Variatea
Coklat dengan Menggunakan
Metode Vertikultur. Universitas Haluoleo. Kendari.
Simatupang, P., dan M. Maulana, 2006.
Kaji Ulang Konsep dan
Perkembangan Nilai Tukar
Nelayan Tahun 2003–2006. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Susilowati, S.H., 2010. Indikator
Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan (Karakteristik Sosial
Ekonomi Nelayan Padi). Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Tiro, M.A., 2000. Analisis Korelasi dan
Regresi. Makassar State