• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Hukum Pidana Anak dan Perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Catatan Hukum Pidana Anak dan Perempuan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Pidana Anak dan Perempuan

Dani Krisnawati 9 September 2014

Hukum pidana anak - 3 x pertemuan

Ujian tulis dan paper sekali mengenai anak atau perempuan dan kaitannya dengan hukum pidana.

Formatnya: judul, latar belakang, rumusan masalah, pembahasan, penutup (kesimpulan dan saran), dan daftar pustaka.

Paper dikumpul saat UAS, tidak ada UTS, ada presentasi.

Referensi:

 Goonesekere, Savitri. 1998. Children, Law and Justice a South Asian Perspective. UNICEF and Sage Publications. New Delhi.

 Supeno, Hadi. Kriminalisasi Anak.

 Melly Setyawati dan Supriyadi Widodo Eddyono. Perlindungan Anak dalam Rancangan KUHP.

 Sri Purniati dan Ni Made Martini. Analisa Situasi Sistem Peradilan Anak di Indonesia. FISIP UI.

 Wasiati Soetodjo. Hukum Pidana Anak. Bandung.  Zulfa, Eva Achjani. Pergeseran Paradigma Pemidanaan.

UU Peradilan Anak, diundangkan pada 2012 dan baru berlaku 2014. Pasal 28b (2) UUD 1945

Perlindungan Anak:

 Declaration of Human Rights - 1948  Deklarasi Hak Anak - 1959

 Kongres PBB ke-6 - 1980

 United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice (“The Beijing Rules”) - 1985. Diadopsi oleh Resolusi PBB No. 43/1933.

Tidak ada pidana seumur hidup dan mati untuk anak.

- Konvensi Hak Anak 1989 diratifikasi melalui Keppres No. 36/1990 - UU No. 3/1997 tentang Pengadilan Anak

- UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak

4 prinsip umum perlindungan anak  dasar bagi negara untuk memberikan perlindungan anak:

a. Prinsip nondiskriminasi

b. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak

c. Prinsip hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak

(2)

Dani Krisnawati 23 September 2014 Pasal 153 (3) KUHAP

UU No. 3/1997  diutamakan, menganut lex speciali derogate legi generali.

Pasal 171 (1) butir a KUHAP

UU No. 11/2012 menggantikan UU No. 3/1997  double track system. Dicabut karena dianggap sudah tidak sesuai lagi.

diversi peraturan Mahkamah Agung

Unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak)  tidak ada penyidik anaknya, hanya penyidik biasa. Mengapa perlu ada penyidik anak? Agar lebih memahami karakter si anak.

Batas pertanggungjawaban pidana anak sekarang 12 tahun.

Anak didik pemasyarakatan:

 Anak sipil, maksimal sampai berumur 18 tahun  dasarnya putusan pengadilan menjalani pidana di lapas anak.

 Anak negara

Warga binaan pemasyarakatan:  Anak didik pemasyarakatan  Klien pemasyarakatan

Anak negara: anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di lapas anak paling lama sampai berumur 18 tahun.

Anak sipil: anak yang atas permintaan orang tua / walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di lapas anak paling lama sampai berumur 18 tahun.

UU No. 3/1997  sebenarnya sudah ada perwakilan dari penasehat hukum Asas-asas pengadilan anak:

a. Adanya pembatasan umur anak

b. Permohonan anak lebih singkat daripada orang dewasa c. Ditangani pejabat khusus

d. Pengadilan anak merupakan kompetensi absolut dari peradilan umum e. Pengadilan anak memeriksa anak dalam suasana kekeluargaan

Anak diperiksa oleh hakim tunggal, tapi bisa juga oleh majelis.

Sistem peradilan pidana anak: sistem pengendalian kenakalan anak yang terdiri dari lembaga-lembaga yang menangani penyelidikan anak, penyidikan anak, penuntutan anak, pengadilan anak, dan pemasyarakatan anak. (Yahya Harahap)

(3)

SPPA (sistem peradilan pidana anak): keseluruhan proses penyelarasan perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. (UU No. 11/2012)

Anak HBH  anak yang berkonflik dengan hukum

Anak HBH terdiri dari anak, anak saksi, dan anak korban.

Asas-asas peradilan pidana anak (UU No. 11/2012): a. Perlindungan

b. Keadilan: setiap penyelesaian perkara anak harus mencerminkan rasa keadilan bagi anak

c. Nondiskriminasi: tidak adanya perlakuan berbeda yang didasarkan pada suku, ras, agama, dan lain-lain

d. Kepentingan terbaik bagi anak e. Penghargaan terhadap pendapat anak

f. Kelangsungan hidup (hak mendasar bagi anak) dan tumbuh kembang anak g. Pembinaan dan pembimbingan anak

h. Proporsional: perlakuan terhadap anak harus memperhatikan umur dan kondisi anak i. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan anak merupakan upaya terakhir

j. Penghindaran pembalasan / menjauhkan upaya pembalasan

Hak anak dalam proses peradilan pidana: a. Diperlakukan secara manusiawi b. Dipisahkan dari orang dewasa c. Memperoleh bantuan hukum d. Melakukan kegiatan rekreasional

e. Bebas dari penyiksaan / perlakuan lain yang kejam f. Tidak dijatuhi pidana mati / pidana penjara seumur hidup

g. Tidak ditangkap, ditahan, dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat

h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan yang obyektif dan tidak memihak dan dalam sidang yang tertutup untuk umum

i. Tidak dipublikasikan identitasnya j. Memperoleh pendidikan

k. Memperoleh pelayanan kesehatan

Pihak-pihak dalam peradilan anak: 1. Anak

a. Anak yang berkonflik dengan hukum, yang selajutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 tahun, tapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

b. Anak yang menjadi korban tindak pidana, yang selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

(4)

Keadilan restoratif: penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga perilaku / korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang ada dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.

 masyarakat sebagi pihak yang menyelesaikan konflik.

Diversi: pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana  salah satu bentuk restorative justice.

Hakim bisa dikenakan sanksi pidana bila tidak memutuskan diversi.

Tujuan diversi:

 Mencapai perdamaian antara korban dengan anak.  Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan.  Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan.  Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi.

(5)

Dani Krisnawati 30 September 2014

PK (Petugas Kemasyarakatan)

Hasil kesepakatan diversi dapat berbentuk, antara lain: a. Perdamaian dengan / tanpa ganti kerugian. b. Penyerahan kembali kepada orang tua / wali.

c. Keikutsertaan dalam pendidikan / pelatihan di lembaga pendidikan (LPKS).

Proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal: a. Proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan. b. Kesepakatan diversi tidak dilaksanakan.

Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan proses diversi, tata cara, dan koordinasi pelaksanaan diversi diatur dengan peraturan pemerintah.

- Lembaga pembinaan khusus anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah lembagai / tempat anak menjalani masa pidananya.

- Lembaga penempatan anak sementara yang selanjutnya disingkat LPAS adalah tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung.

- Lembaga penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang selanjutnya disingkat LPKS adalah lembaga / tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak.

- Bala pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat bapas adalah unit pelaksana teknis pemasyarkatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.

Double track system: sanksi pidana + sanksi tindakan.

Pidana pokok terdiri atas: 1. Pidana peringatan

2. Pidana dengan syarat (bukan pidana bersyarat), adalah pembinaan diluar lembaga, pelayanan masyarakat, dan pengawasan (tidak pernah diterapkan karena PP nya belum ada).

3. Pelatihan kerja

4. Pembinaan dalam lembaga 5. Penjara

Pidana tambahan:

 Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana  Pemenuhan kewajiban adat

 Denda diganti menjadi pelatihan kerja

Sanksi tindakan

 Dikembalikan pada orang tua  Penempatan / perawatan di RSJ

(6)
(7)

Niken Subekti

b. UU No. 21/2007 (trafficking) c. UU No. 13/2006 (PSK) d. UU No. 36/2009 (kesehatan)

e. Pasal 356 (1) dan pasal 14c (pidana bersyarat) KUHD f. Abortus, oleh orang lain tanpa persetujuan si perempuan. Perempuan sebagai korban, bukan pelaku.

Bila perempuan yang masih anak di bawah umur, masuk kategori pidana anak. Perempuan dalam arti sudah dewasa.

Kadangkala perempuan perlu mendapat perlakuan khusus ketika ia menjadi pelaku perbuatan pidana  alasan biologis, sosiologis, fisik, psikis, dan ekonomi.

Begitu pula ketika ia menjadi korban perbuatan pidana.

Munculnya UU PKDRT dikarenakan alasan banyaknya perempuan yang menjadi korban atas perbuatan laki-laki.

Tujuan UU PKDRT: menjaga keutuhan rumah tangga, melindungi korban, tidak terbatas bagi perempuan tapi biasa antara suami dan istri serta orang tua dan anak.

Dalam UU trafficking tidak secara spesifik menyebut perempuan sebagai korban atau pelaku, tapi korban secara umum (anak, perempuan, dan laki-laki).

Dalam UU PSK, tidak hanya tertuju pada perempuan tapi juga pada saksi, saksi korban, dan korban.

Dalam UU aborsi bila perempuan itu sendiri yang melakukan aborsi maka masuk kategori sebagai pelaku dan korban.

2. Perempuan sebagai pelaku a. UU PKDRT

b. Pasal 346 - 349 KUHP

Abortus provocatus criminalis

 Oleh pelaku atau menyuruh orang lain

 Oleh orang lain dengan persetujuan perempuan

Mengapa perempuan perlu perlindungan baik sebagai korban ataupun pelaku?  Alasan biologis (lemah fisik dan psikis)

 Alasan sosial (lingkup keluarga dan masyarakat)

Faktor pendorong: a. Sebagai pelaku

Faktor sosial (gaya hidup), ekonomi, biologis (lemah fisik), dan psikologis (misal: aborsi)

b. Sebagai korban

(8)

Niken Subekti 12 Desember 2014

Perlindungan Korban Belum Terpenuhi

Hambatan kuantitas dan kualitas dari penegak hukumnya.

Penyelesaian diluar pengadilan (mediasi) justru lebih menguntungkan, namun hanya berlaku untuk tindak pidana tertentu.

Perhatian terhadap korban kurang terpenuhi bila melalui pengadilan. Fasilitas pendukung sering diabaikan.

Misal:

UU Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga

Banyak korban perempuan yang tidak melapor perkara ke polisi dengan alasan rasa malu karena penyidiknya laki-laki  kurang khusus dan penyidik khusus kurang disediakan ke lembaga-lembaga tertentu.

Masyarakat yang seringkali menganggap bahwa TP KDRT tidak perlu diketahui orang lain / menjadi rahasia rumah tangga.

Tidak semua tindak pidana adalah tindak pidana biasa, ada tindak pidana yang delik aduan seperti kekerasan psikis / fisik.

Bila suami yang menjadi korban kekerasan psikis (diomeli) tapi masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, bisa menjadi delik aduan. Bila menjadi tidak berdaya, bisa menjadi delik biasa / bisa diadu oleh orang lain.

Ada kekhawatiran tuntutan balik (pencemaran nama baik) dari pelaku, selain alasan di atas mengapa korban / pihak lain tidak melapor karena seringkali tidak ada saksi, hanya ada pelaku dan korban.

Selain itu pengeluaran biaya dari korban yang melapor terkesan memberatkan dan ada tekanan dari pihak tertentu bahkan dari penyidik itu sendiri.

Banyak korban yang tidak percaya dengan penyelesaian masalah di lembaga peradlian.

Secara umum, ada 2 model perlindungan pada korban: a. Partisipasi aktif

Korban punya peran terhadap penjatuhan hukum terhadap pelaku. Korban diberi kesempatan untuk memberi keterangan sebanyak-banyaknya. Korban bisa memberi masukan kepada para penegak hukum dalam rangka memberi hukuman kepada pelaku. Dengan adanya partisipasi aktif, korban akan merasa dihargai dan mengembalikan rasa percaya diri.

b. Partisipasi pasif

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil olahan data koefisien regresi dengan menggunakan komputerisasi program SPSS maka diperoleh hasil untuk kelima dimensi kualitas pelayanan semuanya

Yang berarti bahwa dari variabel produk/hasil belum secara signifikan mendukung tercapainya tujuan program BOS SMA dalam mewujudkan Pendidikan Menengah Universal

Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas

5.3.4 UPH harus memiliki daftar nilai konservasi tinggi yang diidentifikasi dalam SPH, beserta bukti yang menunjukkan bahwa tindakan pencegahan telah dilakukan

Hasil dari penelitian ini adalah mengenai tingkat pengetahuan swamedikasi obat nyeri pada masyarakat RW 02 Kelurahan Kebonsari diperoleh hasil pada tingkat

Dampak dari pelesapan dan perubahan fonem pada nyanyian lagu anak usia 5 tahun TK Guppi Bontomanai saat menyanyikan lagu anak-anak, yaitu terjadi perubahan

Wedoro Waru Sidoarjo. a) Pertama yaitu bph atau badan pengurus harian mengingatkan kepada koordinator disetiap departemen apakah bulan ini ada agenda program kerja yang