• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi melalui "

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Me Jurusan Pendidi

FAKULTAS

UNIVER

TAHUN AJARAN 2015-2016

SKRIPSI

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat

uk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata-ndidikan Ilmu Sosial, Program Studi Pe(Strata-ndidikan G

Oleh:

ERI PUSPITA DEWI

NPM: 11.87202.019

LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDID

IVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA

PALANGKA RAYA

2016

ata-1) kan Geografi

(2)
(3)
(4)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2015-2016 adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Palangka Raya, Januari 2016

(5)

v

Senior High School in Palangka Raya at 2015/2016 Academic Year. Under direction of TEGUH PRIBADI and KRISMA NATALIA.

Learning media are integral components in learning system. Learning media function as information deliver to increase learning quality. This study was conducted to analyze geographical learning media completeness (GLMC). Eight public senior high school (PSHS) were surveyed from August to September 2015. GLMC questionnaire used to explore those data. Descriptive statistics used to reveal school characteristics and GLMC. Cross tabulation with chi-square analysis applied to measure not only school accreditation (SA) with GLMC but also school quality (SQ) with GLMC. GLMC at PSHA in Palangka Raya were less complete criteria. Software, laboratorial equipments, mock-ups, visual-aids, and specimens were some samples of GLMC found rarely at PSHA in Palangka Raya. SA was not correlated with GLMC (χ2= 8,533;C= 0,718;df= 4;p= 0,074) so it was SC (χ2 = 2,000; C= 0,447;df = 2;p= 0,368). Nevertheless, PSHA in Palangka Raya had higher AS and SQ indicated qualified GLMC than lower AS and SQ. Quality of learning media was enhanced by apply school facilities and infrastructures management. Teachers should to optimize GLMC at school by increasing their information technology literacy and skill.

(6)

vi

SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun Ajaran 2015-2016. Dibimbing oleh TEGUH PRIBADI dan KRISMA NATALIA.

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa informasi materi pelajaran sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelengkapan media pembelajaran geografi. Delapan SMA negeri di Kota Palangkaraya dipilih untuk disigi tentang kelengkapan media pembelajaran geografi dari Agustus – September 2015. Angket tentang kelengkapan media pembelajaran geografi digunakan untuk mengekplorasi data tersebut. Statistika deskriptif digunakan untuk mengungkap karakteristik sekolah dan kelengkapan media pembelajaran geografi. Analisis tabulasi silang digunakan untuk mengukur hubungan masing-masing peubah. Kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA-SMA negeri di Kota Palangkaraya secara umum menunjukan kriteria kurang lengkap. Perangkat lunak, peralatan laboratorioum, maket, peraga, dan spesimen jarang dimiliki oleh SMA Negeri di Palangkaraya. Akreditasi sekolah tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kelengkapan media pembelajaran geografi (χ2= 8,533; C = 0,718; df = 4; p = 0,074), begitu juga dengan kualitas sekolah (χ2 = 2,000; C = 0,447; df = 2; p = 0,368). Meskipun demikian, SMA Negeri yang memiliki akreditasi sekolah sangat baik dan kualitas yang bagus memiliki media pembelajaran geografi yang lebih lengkap dibandingkan dengan SMA negeri yang terakreditasi lebih rendah atau kualitas kurang baik di Palangkaraya. Peningkatan kualitas manajemen pengadaan media pembelajaran perlu diperbaiki. Disamping itu, guru-guru dapat mendayagunakan media pembelajaran geografi yang ada dengan meningkatkan literasi dan keterampilan teknologi informasi.

(7)

vii

SMA Negeri di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2015-2016. Dibimbing oleh TEGUH PRIBADI and KRISMA NATALIA.

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran bukan hanya alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dalam proses belajar pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa informasi materi pelajaran sehingga meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelengkapan media pembelajaran geografi dan hubungan antara akreditasi sekolah serta kualitas sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi SMA.

Delapan SMA negeri di Kota Palangka Raya dipilih untuk disigi tentang kelengkapan media pembelajaran geografi yang dimiliki oleh masing-masing SMA negeri. Sigi ini dilaksanakan dari Bulan Agustus–September 2015. Angket tentang kelengkapan media pembelajaran geografi digunakan untuk mengekplorasi data tersebut. Data sekunder dikumpulkan untuk melengkapi dan menunjang informasi kelengkapan media pembelajaran geografi. Statistika deskriptif digunakan untuk mengungkap karakteristik sekolah dan kelengkapan media pembelajaran geografi. Hubungan antara kualitas dan akreditasi sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi dianalisis dengan tabulasi silang dan analisis khi-kuadrat.

SMA Negeri 1 merupakan sekolah tertua (berdiri tahun 1959) dan terbesar di Kota Palangka Raya. SMA negeri 1 memiliki jumlah guru dan siswa sebanyak 85 guru dan 1.259 siswa. Diikuti oleh SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 dengan jumlah guru dan siswa masing-masing 83 (1.023); 77 (959); dan 74 (1.067). Masing-masing SMA negeri tersebut berdiri sejak > 20 tahun yang lalu. Adapun SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 6 memiliki jumlah guru < 50 guru dan siswa < 400 siswa. Sedangkan, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 10 jumlah guru dan siswanya kurang dari < 50.

Lima SMA Negeri yang pertama memiliki akreditasi yang sangat baik (A) dan sisanya terakreditas B (SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8), serta belum terakreditasi (SMA Negeri 10). SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, dan SMA Negeri 5 yang dikategorikan sebagai sekolah berkualitas di Kota Palangka Raya. Ketiga SMA negeri tersebut memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan prestasi akademik (khususnya, bidang mata pelajaran geografi) yang unggul.

(8)

viii

(χ2 = 2,000; C = 0,447; df = 2; p = 0,368). Meskipun demikian, terdapat kecenderungan SMA Negeri yang memiliki akreditasi sekolah sangat baik dan kualitas yang bagus memiliki media pembelajaran geografi yang lebih lengkap dibandingkan dengan SMA negeri yang terakreditasi lebih rendah dan kualitas kurang baik di Palangka Raya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan media pembelajaran geografi di SMA-SMA negeri di Palangka Raya adalah terkait dengan manajemen pengadaan saran dan prasarana, yang meliputi: pendanaan, ruangan khusus, aksesibilitas, perawatan, tenaga khusus dan literasi guru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan media pembelajaran geografi adalah 1) indikator penilaian akreditasi bukan hanya berdasarkan pada kuantitas dan kualitas media pembelajan; 2) pembiayaan sekolah; 3) kepemimpinan kepala sekolah; dan 4) profesionalisme guru. Sekolah perlu meningkatkan kualitas manajemen pengadaan media pembelajaran sebagai bagian dalam manajemen sekolah. Guru-guru meningkatkan profesionalisme guru dengan mendayagunakan media pembelajaran geografi yang ada dan meningkatakan literasi dan keterampilan teknologi informasi dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolahan.

(9)

ix

(10)

x

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA Negeri Kota Palangka Raya tahun ajaran

2015-2016. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Mei sampai dengan Desember

2015. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palangka Raya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Teguh Pribadi, M. Si. selaku pembimbing pertama, juga kepada Ibu Krisma Natalia, S. Th, M. Pd. selaku pembimbing kedua atas segala bimbingan dan arahannya selama penyusun skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Marni, S.Pd., M.Pd. dan

Ibu Asro’ Laelani Indrayanti, S.P., M.P.atas koreksi dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Palangkaraya, 29 Januari 2016

(11)

xi

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Manfaat Penelitian... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 5

B. Konsep dasar Media Pembelajaran Geografi ... 8

C. Hakikat Pembelajaran Geografi ... 14

D. Pengajaran Geografi di SMA ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Rancangan Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah ... 20

D. Populasi dan Sampel ... 21

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Metode Analisis Data ... 23

IV. HASIL... 25

A Karakteristik Sekolah Contoh ... 25

(12)

xii

V. PEMBAHASAN... 33

A. Kelengkapan Media Pembelajaran... 33

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi ... 35

C. Keterbatasan Penelitian ... 38

D. Implikasi Penelitian... 38

VI. SIMPULAN DAN SARAN... 40

A. Simpulan... 40

B. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(13)

xiii

1. Klasifikasi media pembelajaran (Prasetya, 2014) ... 11

2. Sebaran standard kompetensi dan kompetensi dasar geografi SMA ... 18

3. Sebaran karekteristik SMA negeri di Palangkaraya ... 26

4. Sebaran nilai peubah penentu kualitas SMA negeri contoh ... 28

5. Sebaran jumlah media pembelajaran geografi SMA negeri contoh... 29

6. Tabulasi silang distribusi frekuensi akreditasi sekolah dalam kelengkapan media pembelajarn geografi ... 30

7. Ringkasan analisis khi-kuadrat antara peubah akreditasi sekolah dengan peubah kelengkapan media pembelajaran geografi ... 31

8. Tabulasi silang distribusi frekuensi kualitas sekolah dalam kelengkapan media pembelajarn geografi ... 32

(14)

xiv

1. Hubungan media pembelajarn dan komponen-komponen

Pembelajaran (Prasetya, 2014)... 09

2. Ruang lingkup kajian geografi (Daldjoeni, 2014)... 15

3. Sebaran status akreditasi SMA negeri di Palangka Raya... 26

4. Sebaran status kualitas SMA negeri di Palangka Raya... 27

(15)

xv

1. Angket penelitian ... 44

2. Rekapitulasi data sekolah contoh ... 51

3. Penentuan kualitas sekolah ... 52

4. Daftar prestasi akademik siswa di bidang geografi berdasarkan asal SMA Negeri di Palangka Raya... 58

5. Daftar media pembelajaran geografi yang dimiliki oleh SMA negeri contoh . 61 6. Analisis tabulasi silang... 64

7. Dokumentasi kegiatan penelitian ... 74

8. Permohonan izin penelitian... 80

9. Rekomenasi izin penelitian ... 81

10. Contoh isian angket oleh SMA negeri contoh (SMA Negeri 1) ... 82

11. Bukti pembimbingan ... 88

(16)

1 A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, guru, dan bahan pelajaran. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun visual. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pembelajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu (Widodo, 2014).

Media pembelajaran geografi adalah segala bentuk sesuatu baik barang asli maupun hasil tiruan, manipulasi, modifikasi dan simplikasi yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran geografi agar penyampaian materi ajar dari suatu topik pembelajaran geografi dapat diterima dengan mudah dan diserap oleh peserta didik sehingga dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran geografi sesuai dengan rancangan skenario mengajar pendidik (Widodo, 2014).

Pembelajaran sebagai suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi individu, menyangkut fasilitas-fasilitas fisik, psikologis, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan teknologi. Dengan demikian belajar adalah proses yang melibatkan proses seleksi, pengaturan, penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut. Maka pemilihan media sebaiknya tidak dilepaskan dalam konteks bahwa media merupakan komponen dari sistem pembelajaran secara utuh. Dengan demikian faktor-faktor seperti karakteristik siswa, strategi dan metode pembelajaran, saran dan prasarana, alokasi waktu, dan sumber belajar, serta prosedur penilaian juga perlu dipertimbangkan (Prasetya, 2014).

(17)

geografi. Materi-materi pembelajaran geografi seperti gejala-gejala geosfera dan proses-proses alamiah adalah situasi nyata yang tidak selalu dapat disediakan oleh guru baik di kelas maupun di lingkungannya. Oleh karena itu media pembelajaran geografi dapat memberikan gambaran atau situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian yang representatif. Konsep materi pembelajaraan geografi yang luas (seperti: gunung berapi, gempa bumi, iklim, laut, sungai, dan danau) dapat divisualisasi dalam miniatur, model, maupun gambar yang disajikan secara visual, audio atau bahkan audio-visual (Prasetya, 2014).

Ilmu geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan. Inti kajian geografi adalah analisis spasial fenomena permukaan bumi. Ruang lingkup kajian keruangan fenomena-fenomena permukaan bumi yang harus dipelajari dalam geografi. Maka mata pelajaran geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang idealnya membutuhkan banyak media pembelajaran sebagai penunjang keberhasilan penyampaian materi kepada peserta didik Setiap penjelasan terhadap materi pada kompetensi dasar tertentu diperlukan media pembelajaran yang tertentu dan spesifik. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan baik dalam pembelajaran geografi diharapkan akan membangkitkan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi dalam penyampaian pesan (materi pembelajaran) yang lebih nyata sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu media pembelajaran yang digunakan juga harus konstekstual, interaktif, dan menarik (Utomowati 2002yang dikutip olehPrasetya 2014).

(18)

Namun demikian, berdasarkan sigi yang dilakukan oleh Setianingsing dkk. (2013) di sepuluh SMA Negeri di Kabupaten Jepara menunjukan bahwa hanya tiga SMA Negeri yang memiliki media pembelajaran yang sangat lengkap dan lima SMA Negeri yang dimasukkan dalam kategori lengkap. Media pembelajaran yang tersedia dalam kondisi baik dan tepat penggunaanya. Akan tetapi, kelengkapan media pembelajaran yang tersedia tidak didukung dengan jumlah yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar. Begitu juga dengan hasil penelitian Awaludin (2007) yang menyebutkan bahwa kelengkapan media pembelajaran geografi di SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara kurang memadai. SMA Negeri yang memiliki media pembelajaran yang lengkap tidak lebih dari 40%.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelengkapan media pembelajaran media pembelajaran geografi pada SMA Negeri di kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016. 2. Menganalisis hubungan akreditasi sekolah dengan kelengkapan media

pembelajaran geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016.

3. Menganalisis hubungan kualitas sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi pada SMA Negeri di Kota Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016.

C. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

(19)

2. Manfaat praktis

(20)

5

Belajar adalah suatu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2014). Sedangkan, Sardiman (2014) memaparkan pendidikan merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Jadi belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang berkaitan dengan tingkah laku yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungan.

Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap atau afektif (Sadiman dkk, 2007). Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi pembelajar dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar terjadi bukan karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan, dan penyakit atau pengaruh obat-obatan. Perubahan yang terjadi harus bersifat relatif permanen, tahan lama, dan menetap (Sadiman, 2007).

(21)

Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar (Mulyono, 2012). Sedangkan, Hamalik (2014) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa, guru, laboran dan pustakawan), material (buku-buku, papan tulis, dan media pembelajaran), fasilitas dan perlengkapan (ruangan kelas, sarana dan prasaran sekolah), serta prosedur (jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dan ujian) yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif dan memberikan penekan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yan mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut (Mulyono, 2012).

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

(22)

peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); i) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; j) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);k) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; m) emanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan n) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. (Permendikbud nomor 65 tahun 2013).

Empat pilar belajar yang digagas oleh UNESCO (United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization), yaitu:

a) learning to know (belajar untuk mengetahui). Belajar untuk mengetahui, berkaitan dengan perolehan, pengusaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk mengetahui oleh UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari eksistensi manusia;

b) learning to do (belajar untuk bekerja). adalah belajar atau berlatih mengusai keterampilan dan kompetensi kerja. Jadi menurut konsep UNESCO belajar jenis ini berkaitan dengan pendidikan vokasional;

c) learning to live together (belajar hidup berdampingan dan berkembang bersama). Agar dapat berinteraksi, komunikasi, saling berbagi, bekerja sama dan hidup bersama, saling menghargai dalam kesetaraan, sejak kecil anak-anak sudah harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama. Anak-anak harus banyak belajar dari hidup bersama secara damai; dan

(23)

yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral (Suyuno & Hariyanto, 2014). Prinsip-prinsip belajar itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa (Dimyati & Mudjiono, 2009).

B. Konsep Dasar Media Pembelajaran Geografi

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediumyang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk, 2007). Media merupakan semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga ide atau gagasan tersebut dapat diterima oleh penerima (Rohani, 1997 yang dikutip olehPrasetya, 2014).

Media pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai: a) media dalam pembelajaran yang merupakan segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan

untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada siswa yang bertujuan agar

dapat merangsang pikiran, perasaan, minta, dan perhatian anak didik mengikuti

kegiatan pembelajaran; b) media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang

bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran; c) media merupakan wadah dari

pesan yang oleh sumber atau penyalurnya (guru) ingin diteruskan kepada sasaran

atau penerima pesan (siswa) tersebut; dan d) media pembelajaran merupakan segala

sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana penggunaannya

diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran, sehingga dapat membantu

meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai kompetensi

(24)

Gambar 1. Hubungan media pembelajaran dengan komponen-komponen pembelajaran yang lain (Prasetya, 2014).

Media pembelajaran merupakan komponen penting dan terintegrasi dalam proses belajar mengajar (Gambar 1). Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan tujuan menciptakan situasi belajar yang kondusif. Tujuan utama penggunaannya agar peserta didik mudah memahami materi pembelajaran (Prasetya, 2014).

Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Media pembelajaran berfungsi: a) meningkatkan kualitas proses pembelajaran; b) mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran; c) memperjelas dan mengarahkan penyampaian pesan pembelajaran; d) membuat suasana pembelajaran lebih interaktif; e) meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir pada peserta didik; f) menghindari verbalisme; g) membangkitkan minat dan motivasi peserta didik; h) menarik perhatian siswa; i) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran; j) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar; k) mengefektifkan pemberian rangsangan kepada siswa untuk belajar; l) meningkatkan peranan guru; dan m) memberikan rangsangan, pengalaman, persepsi yang sama antara guru dengan siswa (Prasetya, 2014).

Sedangkan, manfaat-manfaat media pembelajaran antara lain: a) kemampuan fiksatif sehingga obyek dapat ditangkap, disimpan dan ditampilkan kembali ketiak

(25)

diperlukan; b) membuat nyata konsep-konsep yang bersifat abstrak; c) menghadirkan obyek-obyek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat di lingkungan belajar; d) menampilkan obyek-obyek yang terlalu besar atau kecil; e) kemampuan distributif; f) mempelihatkan gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat; dan g) menghasilkan keseragaman pengamatan (Prasetya, 2014).

Namun demikian, pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Tidak ada satu media yang terbaik untuk mencapai sutau tujuan pembelajaran karena masing-masing media pembelajaran memiliki kelebiha dan kekurangan; b) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; c) Penggunaan media pembelajaran harus mempertimbangkan kecocokan ciri-ciri media pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan; d) Penggunaan media harus disesuiakan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan dilaksanakan, apakah akan dilakukan secara klasikal, kelompok kecil atau individu; e) Penggunaan media harus disertai dengan persiapan yang cukup. Sebelum media pembelajaran digunakan maka perlu dilakukan pengecekan awal dan persiapan penggunaan media tersebut dalam proses pengajaran; f) Siswaa-siswa perlu disiapkan sebelum medai pembelajaran digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatiannya mereka pada hal-hal yang penting selama penggunaan media pembelajaran, dan g) Penggunaan media harus diusahakan senantiasa melibatkan partisipasi aktif para siswa (Prasetya, 2014).

(26)

Tabel 1. Klasifikasi media pembelajaran (Prasetya, 2014).

Klasifikasi Bentuk/jenis Contoh Keterangan

Persepsi panca indera

Media audio Radio,tape recoder,

pemutar audio CD

Sasaran pengguna individual Modul pembelajaran,

buku pengajaran terprogram, mesin pengajaran, pembejalaran mandiri berbasis

komputer

Kelompok kecil Slide suara,cassette tape

recorder, video

Pola media pembelajaran secara keseluruhan meliputi:

a) Bahan-bahan cetakan atau bacaan (suplementary materials) seperti: buku, koran, komik, majalah, buletin, folder, periodikal, pamflet. Media pembelajaran ini mengutamakan kegiatan membaca atau menggunakan simbol-simbol kata-kata dan visual;

(27)

iii) media pembelajaran yang menggunakan teknik atau masinal (contohnya: slide, film strip, Over Head Projector (OHP), film, rekaman radio, televisi, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, dan komputer;

c) Sumber-sumber masyarakat berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan, masalah-masalah yang terkait dengan materi geografi manusia yang diperoleh melalui karyawisata, responden, sigi, kunjungan, praktikum lapangan , dan kerja pengalaman;

d) Kumpulan benda-benda (material collections) berupa spesimen batuan, contoh tanah, bibit tanaman, dan lain-lain; dan

e) Contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Hal ini meliputi kelakuan yang dilakukan oleh guru selama mengajar yang merupakan keperagaan guru yang tergantung pada kreatifitas dan inisiatif guru. Media pembelajaran ini hanya bisa dilihat, didengar dan ditiru oleh siswa (Prasetya, 2014).

Media pembelajaran geografi adalah segala bentuk sesuatu baik barang asli maupun hasil tiruan, manipulasi, modifikasi daan simplifikasi yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran geografi agar penyampaian materi ajar dari suatu topik pembelajaran geografi dapat dengan mudah diterima dan diserap oleh peserta didik sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran geografi sesuai dengan rancangan skenario mengajar pendidik. Beberapa contoh media pembelajaran geografi antara lain: globe, peta topografi, atlas, kompas, lingkungan nyata, model, grafik, foto, gambar, dan lain sebagainya. Pemanfaatan media pembelajaran akan membuat proses pembelajaran berjalan optimal sehingga mampu meningkatkan pengetahuan, minat siswa dan juga membantu untuk meningkatkan kualitas presentasi guru (Prasetya, 2014).

Media pembelajaran yang utama dalam pembelajaran geografi adalah berupa model permukaan bumi baik berupa peta, atlas, dan globe. Uraian ketiga media pembelajaran utama pengajaran geografi disajikan sebagai berikut:

(28)

geografis dalam perspektif keruangan. Lebih lanjut, siswa dapat mengetahui kondisi masa dan masa sekarang sehingga dapat memprediksikan kondisi yang akan datang dari peta. Peta juga dapat membantu guru untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala alam yang akan terjadi pada suatu wilayah atau antar wilayah sehingga siswa terbiasa berpikir sebab-akibat dan mampu memcahkan masalah. Peta berfungsi sebagai: i) media komunikasi visual utama dalam pembelajaran geografi dalam rangka internalisasi konsep-konsep geografis oleh guru kepada siswa; ii) peta merupakan hasil pengecilan fenomena geografis yang sangat rumit maka penggunaan peta dapat mempermudah dan mepercepat pemahaman siswa terhadap potensi daerah yang terkandung dalam peta tersebut; iii) sebagai sarana penyampaian ide/fikiran atau usula-usulan; iv) pemanfaatan teknologi informasi untuk penyiapan peta geografis yang lebih konstekstual dan spesifik (peta tematik dan peta statistika); v) meningkatkan kemampuan spasial sehingga siswa memiliki keluasan landasan berpikir, perkembangan etika, estetika, dan moral siswa; vi) menjadi geografi sebagai pelajaran unggulan;

b) Atlas merupakan kumpulan peta-peta yang disusun dalam bentuk buku atau dalam bentuk lepas tetapi dikumpulkan menjadi satu. Pada umumnya peta di dalam atlas dibuat dalam format sama. Beberapa atlas menyajikan informasi dan ilustrasi untuk melengkapi tampilan atlas (yakni gambar-gambar, foto-foto tertentu, tabel statistika, indeks, bahak sering ditampilkan tulisan tertentu untuk mendeskripsikan hal-hal yang dianggap penting;

(29)

C. Hakikat Pembelajaran Geografi

Geografi adalah ilmu yang menelaah bumi dalam hubungannya dengan manusia. Artinya geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafien artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya yakni manusia, dan mahluk hidup selain manusia seperti dunia hewan dan dunia tetumbuhan. Kajian geografi dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu geografis fisik, yaitu geografi yang mengkaji lingkungan alam dan geografi sosial (Gambar 2).

Geografi itu adalah studi mengenai: 1) bentangan alam, 2) pola wilayah, 3) ruang, 4) pengaruh alam atas manusia, 5) kovariasi pola wilayah, 6) lokasi, sebaran saling ketergantungan setempat maupun sedunia, 7) kombinasi gejala di permukaan bumi, 8) sistem alam-manusia dan sistem manusia-alam, 9) relasi dan resiprositas (hubungan timbal balik) di dalam ekosistem, 10) ekologi manusia, 12) perbedaan wilayah dan antarhubungan gejala di permukaan bumi yang penting bagi manusia.

Di belakang definisi semua itu, terasa adanya tekanan pada pentingnya permukaan bumi bagi manusia, baik dalam arti tempat yang konkrit maupun ruang yang abstrak. Adapun dalam tata-kerja para geograf, sehubungan dengan itu ditemukan tujuh tujuan studi geografi: 1) penguraian wilayah yang berlainan, 2) pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia, 3) perencanaan sosial dan ekonomi, 4) pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya, 5) pemahaman atas persebaran di dalam ruang, 6) pembuatan hukum tentang perilaku di dalam ruang, dan 7) penyusunan model-model yang melukiskan susunan dalam ruang.

(30)
(31)

Geografi merupakan jembatan diantara ilmu-ilmu almiah dan ilmu-ilmu sosial. Menurut sejarahnya dulu geografi juga merupakan induk dari berbagai ilmu yang sekarang telah dewasa berdiri sendiri seperti geologi, meteorologi, pedologi (ilmu tanah), oseanologi, demografi dan etnologi (ilmu bangsa-bangsa). Pentingnya geografi tidak hanya terletak pada sumbangannnya yang mendasar bagi lahirnya ilmu-ilmu baru akan tetapi terutama pada isinya yang menelaah relasi antara manusia dan lingkungan alamnya (Daldjoeni, 2014).

Di dalam geografi dikenal empat jenis unsur lingkungan, yaitu: 1) unsur-unsur fisis seperti cuaca, iklim, relief, tanah, mineral, air tanah, jalur pantai, samudra, dan sebagainya; 2) unsur-unsur biotis, misalnya: tetumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (jasad renik); 3) unsur-unsur teknis seperti pergedungan, jaringan jalan, alat transportasi dan komunikasi; dan 4) unsur-unsur abstrak seperti bentuk (persegi, bulat, memanjang) dan luas wilayah, lokasi tempat, jarak antara tempat.

(32)

D. Pengajaran Geografi di SMA

Pengajaran geografi di sekolah sebenarnya mengandung dua tujuan: 1) tujuan material yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat, 2) tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta, latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.

Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis, matematis (ilmu falak), sosial-ekonomis dan kultural. Pembelajaran geografi memberikan sumbangan pedagogis berupa wawasan dalam keruangan, persepsi antar gejala alam dan sosial, rasa keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional.

Mata pelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan keraktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Mata pelajaran Geografi di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; 1) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan; 2) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi; 3) Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat. Selanjutnya tujuan ini dijabarkan dalam standard kompetensi dan kompetensi dasar yang disebarkan tiap semester (Tabel 2).

(33)

Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan peta, sistem informasi geografis (SIG) dan citra penginderaan jauh.

Tabel 2. Sebaran standar kompetensi dan kompetensi dasar geografi SMA.

Kelas

(semester) Standard kompetensi Kompetensi dasar

X (1) 1. Memahami konsep,

pendekatan, prinsip &

2. Mendeskripsikan tata surya dan jagad raya.

X (2) 3. Menganalisis unsur-unsur

geosfer.

XI (1) 1. Menganalisis fenomena

biosfer dan antroposfer.

1. Menjelaskan pengertian fenomena bisofer;

2. Menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan;

XI (2) 3. Menganalisis pemanfaatan

(34)

Tabel 2. Lanjutan.

Kelas

(semester) Standard kompetensi Kompetensi dasar

XII (1) 1. Mempraktikan

3. Menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan memanfaatkan peta.

XII (2) 3. Menganalisis wilayah dan

perwilayahan.

1. Menganalisis pola persebaran, spasial, hubungan, serta interaksi spasial antara desa dan kota;

2. Menganalisis kaitan antara konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan wilayah; 3. Menganalisis wilayah dan

perwilayahan negera maju dan berkembang.

(35)

20

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sigi (survey) atau rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud mendeskripsikan dan mengakumulasikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang diambil sebagai data. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mencari hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Rianse dan Abdi, 2009).

Pendekatan penelitian kuantitatif mendasarkan pada data berupa angka yang diperoleh dari hasil pengukuran peubah yang telah dioperasionalkan. Data yang diperoleh dari instrumen atau skala penelitian yang memiliki validitas dan reliabilitas baik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berupa angket dan tes (Rianse dan Abdi, 2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri se-Kota Palangkaraya. Waktu pelaksanaan penelitian selama sembilan bulan dari Bulan Mei-Desember 2015. Pemilihan SMA Negeri dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (convenince sampling). SMA Negeri dipilih sebagai obyek penelitian ini dengan pertimbangan kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah telah berjalan dengan baik disamping aksesibilitas.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah

(36)

1. Kelengkapan media pembelajaran geografi adalah keberadaan media pembelajar geografi di sekolah yang mendukung materi pembelajaran geografi di SMA. Klasifikasi kelengkapan media belajar geografi dikelompokan menjadi sangat lengkap (4; jika 75% < deskriptif presentase (DP)≤ 100%), lengkap (3; jika 50% < DP≤ 75%), kurang lengkap (2; jika 25% < DP≤ 50%), dan tidak lengkap (1; jika 0% < DP ≤ 25%);

2. Kualitas sekolah adalah ukuran sekolah berdasarkan purata nilai minimum ujian nasional (UN) SMP untuk diterima di SMA tersebut dan tingkat persaingan untuk masuk di SMA Negeri tersebut dan nilai prestasi akademik di bidang geografi. Klasifikasi kualitas sekolah dikelompokan menjadi berkualitas (nilai 2, jika ≥ ̅ + ) dan kurang berkualitas (nilai 1; jika < ̅ + );

3. Tahun berdiri adalah tahun awal sekolah tersebut mulai beroperasi;

4. Jumlah keseluruhan guru adalah jumlah keseluruhan guru yang mengajar di sekolah baik guru tetap maupun guru honorer (orang);

5. Jumlah murid adalah jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta didik di sekolah dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar (orang);

6. Nilai UN SMA adalah nilai total hasil UN SMA sebagai syarat kelulusan siswa;

7. Nilai UN SMP adalah nilai total hasil UN SMP sebagai syarat kelulusan siswa dan syarat untuk masuk SMA;

8. Tingkat persaingan yaitu nilai atau indeks yang menunjukan tingkat persaingan untuk diterima di SMA yang merupakan perbandingan antara daya tampung dengan jumlah pendaftar.

D. Populasi dan Sampel

(37)

Teknik pengambil sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel sensus. Metode sensus digunakan dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi dalam penelitian ini < 50. Rianse & Abdi (2009) menjelaskan bahwa pengambilan sampel secara sensus dilakukan apabila jumlah populasi < 50 unit. Oleh karena itu seluruh populasi diambil sebagai sampel, yaitu sebanyak sepuluh SMA Negeri di Kota Palangkaraya. Namun, hanya delapan SMA Negeri di Kota Palangkaraya dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu dan akses ke lokasi SMA Negeri yang ada. Metode sensus dilakukan agar diperoleh informasi lengkap tentang kelengkapan media pembelajaran geografi dan gambaran yang lengkap serta terpercaya tentang media pembelajaran geografi di lokasi penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sekumpulan informasi yang diperoleh dari mengukur nilai suatu peubah (Kuncoro, 2009). Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Arikunto, 2006). Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya (Widoyoko, 2013). Ada tiga aspek utama yang harus disajikan dalam teknik pengumpulan data yaitu: jenis data yang digunakan, cara pengumpulan data, dan sumber data (Rianse & Abdi, 2009).

(38)

penelitian yang diperoleh dari sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangkaraya dan laman http://arsip-arsip-ppdb.com/kotapalangkaraya.

F. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian sehingga tujuan penyampaian informasi untuk memecahkan masalah dapat dipenuhi (Kuncoro, 2009). Analisis data yang digunakan untuk menjawab penelitian adalah analisis statistik deskriptif berupa analisis persentase dan tabulasi silang.

1. Analisis tabulasi deskriptif

Analisis tabulasi deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan keberadaan ketersediaan media pembelajaran geografi SMA Negeri Palangkaraya. Data yang sama kemudian dikelompokan dan dipersentasekan. Persentase terbesar merupakan jawaban yang dominan dari masing-masing karakter yang dikumpulkan.

= 100%

Dimana:

DP : deskriptif persentase (%)

n : skor empirik atau skor yang diperoleh N : Skor ideal/jumlah total nilai

Tabel 3. Klasifikasi kelengkapan media pembelajaran geografi.

Skor Presentase (%) Kriteria

4 76–100 Sangat lengkap

3 51–75 Lengkap

2 26–50 Kurang lengkap

1 0–25 Tidak lengkap

Sumber: Ali (1993) yang dikutip oleh Awaludin (2007).

Tabel 4. Klasifikasi penentuan kualitas.

Skor Interval Kriteria

2 ≥ ̅ + Bagus

1 < ̅ + Kurang bagus

(39)

Kelengkapan media pembelajaran geografi diklasifikasikan menjadi empat kelas dengan interval kelas sebesar 25% (Tabel 3). Klasifikasi penentuan kualitas UN SLTP, tingkat persaingan, prestasi akademik di bidang geografi, dan sekolah digunakan pengklasifikasian metode purata (Tabel 4). Penentuan kualitas sekolah didasarkan pada purata nilai UN minimum untuk diterima di SMA Negeri bersangkutan dan tingkat persaingan (daya tampung dibagi dengan jumlah peminat), dan prestasi akademik di bidang geografi selama lima tahun terakhir. 2. Tabulasi silang

(40)

20

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sigi (survey) atau rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud mendeskripsikan dan mengakumulasikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang diambil sebagai data. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mencari hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Rianse dan Abdi, 2009).

Pendekatan penelitian kuantitatif mendasarkan pada data berupa angka yang diperoleh dari hasil pengukuran peubah yang telah dioperasionalkan. Data yang diperoleh dari instrumen atau skala penelitian yang memiliki validitas dan reliabilitas baik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berupa angket dan tes (Rianse dan Abdi, 2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri se-Kota Palangka Raya. Waktu pelaksanaan penelitian selama sembilan bulan dari Bulan Mei-Desember 2015. Pemilihan SMA Negeri dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (convenince sampling). SMA Negeri dipilih sebagai obyek penelitian ini dengan pertimbangan kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah telah berjalan dengan baik disamping aksesibilitas.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah

(41)

1. Kelengkapan media pembelajaran geografi adalah keberadaan media pembelajar geografi di sekolah yang mendukung materi pembelajaran geografi di SMA. Klasifikasi kelengkapan media belajar geografi dikelompokan menjadi sangat lengkap (4; jika 75% < deskriptif presentase (DP)≤ 100%), lengkap (3; jika 50% < DP≤ 75%), kurang lengkap (2; jika 25% < DP≤ 50%), dan tidak lengkap (1; jika 0% < DP ≤ 25%);

2. Kualitas sekolah adalah ukuran sekolah berdasarkan purata nilai minimum ujian nasional (UN) SMP untuk diterima di SMA tersebut dan tingkat persaingan untuk masuk di SMA Negeri tersebut dan nilai prestasi akademik di bidang geografi. Klasifikasi kualitas sekolah dikelompokan menjadi berkualitas (nilai 2, jika ≥ ̅ + ) dan kurang berkualitas (nilai 1; jika < ̅ + );

3. Tahun berdiri adalah tahun awal sekolah tersebut mulai beroperasi;

4. Jumlah keseluruhan guru adalah jumlah keseluruhan guru yang mengajar di sekolah baik guru tetap maupun guru honorer (orang);

5. Jumlah murid adalah jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta didik di sekolah dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar (orang);

6. Nilai UN SMA adalah nilai total hasil UN SMA sebagai syarat kelulusan siswa;

7. Nilai UN SMP adalah nilai total hasil UN SMP sebagai syarat kelulusan siswa dan syarat untuk masuk SMA;

8. Tingkat persaingan yaitu nilai atau indeks yang menunjukan tingkat persaingan untuk diterima di SMA yang merupakan perbandingan antara daya tampung dengan jumlah pendaftar.

D. Populasi dan Sampel

(42)

Teknik pengambil sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel sensus. Metode sensus digunakan dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi dalam penelitian ini < 50. Rianse & Abdi (2009) menjelaskan bahwa pengambilan sampel secara sensus dilakukan apabila jumlah populasi < 50 unit. Oleh karena itu seluruh populasi diambil sebagai sampel, yaitu sebanyak sepuluh SMA Negeri di Kota Palangka Raya. Namun, hanya delapan SMA Negeri di Kota Palangka Raya dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu dan akses ke lokasi SMA Negeri yang ada. Metode sensus dilakukan agar diperoleh informasi lengkap tentang kelengkapan media pembelajaran geografi dan gambaran yang lengkap serta terpercaya tentang media pembelajaran geografi di lokasi penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sekumpulan informasi yang diperoleh dari mengukur nilai suatu peubah (Kuncoro, 2009). Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Ada tiga aspek utama yang harus disajikan dalam teknik pengumpulan data yaitu: jenis data yang digunakan, cara pengumpulan data, dan sumber data (Rianse & Abdi, 2009).

(43)

penelitian yang diperoleh dari sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya dan laman http://arsip-arsip-ppdb.com/kotapalangkaraya.

F. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian sehingga tujuan penyampaian informasi untuk memecahkan masalah dapat dipenuhi (Kuncoro, 2009). Analisis data yang digunakan untuk menjawab penelitian adalah analisis statistik deskriptif berupa analisis persentase dan tabulasi silang.

1. Analisis tabulasi deskriptif

Analisis tabulasi deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan keberadaan ketersediaan media pembelajaran geografi SMA Negeri Palangka Raya. Data yang sama kemudian dikelompokan dan dipersentasekan. Persentase terbesar merupakan jawaban yang dominan dari masing-masing karakter yang dikumpulkan.

= 100%

Dimana:

DP : deskriptif persentase (%)

n : skor empirik atau skor yang diperoleh N : Skor ideal/jumlah total nilai

Tabel 3. Klasifikasi kelengkapan media pembelajaran geografi.

Skor Presentase (%) Kriteria

4 76–100 Sangat lengkap

3 51–75 Lengkap

2 26–50 Kurang lengkap

1 0–25 Tidak lengkap

Sumber: Ali (1993) yang dikutip oleh Awaludin (2007).

Tabel 4. Klasifikasi penentuan kualitas.

Skor Interval Kriteria

2 ≥ ̅ + Bagus

1 < ̅ + Kurang bagus

(44)

Kelengkapan media pembelajaran geografi diklasifikasikan menjadi empat kelas dengan interval kelas sebesar 25% (Tabel 3). Klasifikasi penentuan kualitas UN SLTP, tingkat persaingan, prestasi akademik di bidang geografi, dan sekolah digunakan pengklasifikasian metode purata (Tabel 4). Penentuan kualitas sekolah didasarkan pada purata nilai UN minimum untuk diterima di SMA Negeri bersangkutan dan tingkat persaingan (daya tampung dibagi dengan jumlah peminat), dan prestasi akademik di bidang geografi selama lima tahun terakhir. 2. Tabulasi silang

(45)

25

Delapan SMA Negeri di Kota Palangka Raya disigi dari Bulan Agustus sampai September 2015. Rentang usia sekolah berkisar dari 1 – 56 tahun. SMA Negeri 1 merupakan SMA tertua di Kota Palangka Raya sekaligus sekolah terbesar di Kota Palangka Raya (jumlah guru dan jumlah siswa). SMA-SMA Negeri yang telah berusia > 20 tahun memiliki guru > 50 orang (Tabel 3). Sedangkan SMA Negeri 8 adalah SMA dengan jumlah guru paling sedikit. Adapun jumlah guru mata pelajaran geografi yang memenuhi syarat minimal di sekolah adalah SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 (Tabel 3). Sisanya jumlah gurunya < 3. Empat SMA Negeri di Kota Palangka Raya memiliki jumlah siswa hampir 1.000 siswa dan memiliki jurusan yang paling lengkap. Ada dua SMA Negeri di Kota Palangka Raya yang jumlah siswanya < 100 siswa, yaitu SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 10. Ringkasan karakteristik SMA Negeri contoh disajikan pada Tabel 5. Adapun data selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

SMA Negeri di Kota Palangka Raya pada umumnya memiliki akreditasi yang baik (Gambar 3). Bahkan lima SMA Negeri di Kota Palangka Raya memiliki peringkat akreditasi yang sangat baik atau A. Kelima SMA Negeri tersebut merupakan SMA Negeri Negeri tua yang telah lama berdiri (berdiri sebelum tahun 2000) dan memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap. Sedangkan, dua SMA Negeri contoh berikutnya memiliki peringkat akreditasi yang baik atau B. Hanya satu SMA Negeri di Kota Palangka Raya yang belum terakreditasi karena baru dibuka (2014) dan belum meluluskan peserta didiknya.

(46)

yang dikategorikan sebagai sekolah yang berkualitas. Ketiga SMA Negeri itu adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, dan SMA Negeri 5 (Gambar 4).

Tabel 3. Sebaran karakteristik SMA negeri di Palangka Raya1).

Nama

Sekolah NPSN

Tahun berdiri

Jumlah guru

Jumlah guru geografi

Jumlah jurusan

Jumlah siswa2)

SMAN 1 30203479 1959 85 4 3 1.259

SMAN 2 30203478 1983 83 2 3 1.023

SMAN 3 30203477 1986 77 3 3 959

SMAN 4 30203488 1994 74 2 3 1.067

SMAN 5 30203489 1995 38 1 2 367

SMAN 6 30203500 2002 33 2 2 292

SMAN 8 30205406 2010 7 1 2 32

SMAN 10 69888826 2014 21 1 2 20

Keterangan: 1)arsip-arsip-ppdb.com/kotapalangkaraya;2)data sekolah tahun 2014.

(47)

Gambar 4. Sebaran status kualitas SMA negeri di Palangka Raya.

SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 merupakan SMA favorit dan senior di Palangka Raya. Sebagai sekolah favorit dan senior maka kedua sekolah tersebut menjadi tujuan utama siswa-siswa terbaik dari SLTP di Palangka Raya. Kedua SMA tersebut memiliki seleksi yang ketat dan tingkat persaingan yang tinggi (Tabel 4). Sedangkan, SMA Negeri 5 merupakan sekolah yang dikembangkan oleh Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagai sekolah unggulan. SMA Negeri 5 merupakan salah satu sekolah berasrama di Palangka Raya dengan dukungan fasilitas dan pendanaan Provinsi Kalteng. Siswa-siwa yang terdaftar di sekolah ini merupakan siswa-siswa pilihan dengan seleksi yang ketat dan mensyaratkan nilai baku masuk yang tinggi (Tabel 4).

(48)

Tabel 4. Sebaran nilai peubah penentu kualitas SMA Negeri contoh.

Nama

Sekolah Nilai UN masuk 1)

Persaingan

Prestasi akademik di bidang mapel geografi (nilai)2)

SMAN 1 7,88 ± 0,11 (n=4)3) 1 : 4,33 11

SMAN 2 8,20 ± 0,10 (n=3) 1 : 2,45 17

SMAN 3 7,59 ± 0,17 (n=4) 1 : 3,74 TA

SMAN 4 7,32 ± 0,12 (n=3) 1 : 3,28 17

SMAN 5 8,00 ± 0,24 (n=3) 1 : 2,48 47

SMAN 6 6,99 ± 0,41 (n=3) 1 : 0,93 1

SMAN 8 TA TA TA

SMAN 10 TA TA TA

Keterangan: 1) nilai purata nilai UN untuk dapat masuk di SMAN tersebut;2) jumlah

piala yang diperoleh dalam perlombaan pada mata pelajaran (mapel)

geografi dalam empat tahun terakhir; 2) jumlah data tahunan yang

tersedia. TA = tidak ada data.

Gambar 5. Sebaran status kelengkapan media pembelajaran geogarfi sekolah contoh

(49)

di Kota Palangka Raya dalam kondisi kurang lengkap (Gambar 5). SMA Negeri 2 Palangka Raya merupakan SMA negeri dengan kelengkapan media pembelajaran geografi yang paling bagus. SMA tersebut memiliki 29 jenis media pembelajaran geografi dari 55 total jenis media pembelajaran yang diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar mata pelajaran geografi (Tabel 5).

Meskipun secara umum kelengkapan medianya kurang lengkap. Namun demikian, beberapa SMA Negeri di Kota Palangka Raya yang memiliki jumlah media pembelajaran geografi >20 atau lebih dari sepertiga dari keseluruhan media pembelajaran geografi yang diperlukan. Kelengkapan media pembelajaran geografi di masing-masing SMA negeri adalah SMA Negeri 6 (26), SMA Negeri 2 (23), dan SMA Negeri 4 (21). SMA Negeri 10 merupakan SMA negeri dengan kepemilikan media pembelajaran geografi paling sedikit sehingga dikategorikan dalam kepemilikan media pembelajaran geografi yang tidak lengkap.

Media pembelajaran geografi untuk pendukung pembelajaran geografi materi 1 tentang konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi berupa VCD tidak dimiliki oleh seluruh SMA Negeri di Palangka Raya. Secara umum media pembelajaran geografi berupa VCD ataupun perangkat lunak tidak dimiliki oleh SMA-SMA negeri di Palangka Raya, dan peralatan laboratorium (Lampiran 5).

Tabel 5. Sebaran jumlah jenis media pembelajaran geografi SMA Negeri contoh.

materi pembelajaran yang harus disampaikan dalam kurikulum 2010 (KTSP);

2)

(50)

B. Hubungan antara Akreditasi Sekolah dengan Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi

Tabel 6 menunjukan hubungan dua peubah yaitu peubah akreditasi sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi. Akreditasi sekolah memiliki tiga kategori, sedangkan kelengkapan media pembelajaran geografi terdiri dari dua kategori. 100% sekolah yang belum terakreditasi menunjukan kepemilikan media pembelajaran geografi yang sangat rendah (tidak lengkap), sedangkan sekolah yang telah terakreditasi menunjukan kelengkapan media pembelajaran geografi yang lebih bagus. Sekolah yang terakreditasi B sebanyak 100% yang dikategorikan dalam kurang lengkap kemudian persentasenya menurun menjadi 80% pada sekolah yang terekreditasi lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi akreditasi sekolah, semakin lengkap koleksi media pembelajaran geografi. Namun, secara statistika hubungan ini tidak nyata (χ2= 8,533;df= 4;p= 0,074). Persentase sumbangsih akreditasi sekolah terhadap kelengkapan media pembelajaran geografi cukup tinggi meskipun secara statistik tidak bermakna (C = 0,718; p = 0,074). Ringkasan statistik inferensi hubungan antara akreditasi sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi disajikan pada Tabel 7. Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 6. Tabulasi silang distribusi frekuensi akreditasi sekolah dalam kelengkapan media pembelajaran geografi.

(51)

Tabel 7. Ringkasan analisis khi-kuadrat antara peubah akreditasi sekolah dengan peubah kelengkapan media pembelajaran geografi.

Nilai db p

Khi-kuadrat (χ2) 8,533 4 0,074tn

Koefisien Kontijensi (C) 0,718 0,074tn

Keterangan: N= 8;db(derajat bebas) = {(r -1)(c - 1)};tn = tidak nyata; α =0,05.

C. Hubungan antara Kualitas Sekolah dengan Kelengkapan Media pembelajaran Geografi

(52)

Tabel 8. Tabulasi silang distribusi frekuensi kualitas sekolah dalam kelengkapan media pembelajaran geografi (persen dihitung dalam kolom).

Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi

Kualitas Sekolah

Total

KB B

Tidak lengkap 1 (0,5) 0 (0,5) 1 (1,0)

25,0 % 0,0 % 12,5 %

Kurang lengkap 3 (3,0) 3 (3,0) 6 (6,0)

75,0 % 75,0 % 75,0 %

Lengkap 0 (0,5) 1 (0,5) 1 (1,0)

0,0 % 25,0 % 12,5 %

Jumlah contoh 4 (4,0) 4 (4,0) 8 (8,0)

100,0 % 100,0 % 100,0 %

Keterangan: KB (kurang bagus); B (bagus). Angka dalam kurung menunjukan nilai harapan. Persen dihitung dalam kolom.

Tabel 9. Ringkasan analisis khi-kuadrat antara peubah kualitas sekolah dengan peubah kelengkapan media pembelajaran geografi.

nilai db p

Khi-kuadrat (χ2) 2,000 2 0,368tn

Koefisien Kontijensi (C) 0,447 0,368tn

(53)

33

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas SMA Negeri di Kota Palangka Raya belum memiliki media pembelajaran geografi yang memadai (Gambar 5). Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Awaludin (2007) dimana dari > 50% SMA Negeri di Banjarnegara yang disigi menunjukan media pembelajaran geografi yang dimiliki dalam kategori kurang lengkap. Namun, hasil ini berbeda dengan sigi yang dilakukan oleh Setianingsih dkk (2013) di Klaten. Mayoritas SMA Negeri di Klaten memiliki media pembelajaran geografi yang lengkap. Perbedaan hasil penelitian ini diduga disebabkan oleh perbedaan kriteria media pembelajaran geografi yang digunakan dalam penelitian masing-masing. Penelitian ini dan Awaludin (2007) menekankan keberadaan media pembelajaran geografi yang mendukung materi pembelajaran geografi di sekolah. Adapun Setianingsing dkk. (2013) menitikberatkan klasifikasi kelengkapan media berdasarkan jenis medianya (persepsi panca indera). Media pembelajaran secara umum diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) persepsi panca indera: media audio, media visual, dan media audio-visual; 2) sasaran pengguna: individu, kelompok kecil, dan massal; dan 3) cara penggunaan: konvensional/sederhana dan mutahir/kompleks (Prasetya, 2014).

(54)

Di samping itu, media pembelajaran pendukung seperti proyektor, laptop, ruang komputer, perpustakaan, dan buku pendukung pembelajaran geografi secara umum tersedia dengan baik. Media-media ini memiliki penggunaan yang umum dan mudah digunakan. Sehingga keempat media tersebut tersedia di sekolah, akan tetapi jumlahnya belum memadai. Bahkan SMA Negeri 10 belum memiliki perpustakaan dan proyektor. SMA-SMA negeri dengan kategori baik memiliki media tersebut dengan jumlah yang relatif memadai.

Media-media tersimpan di perpustakaan ataupun di ruang guru. Tidak ada ruang khusus (laboratorium geografi) yang digunakan untuk menyimpan media pembelajaran yang ada. Selain itu, inventarisasi dan manajemen media pembelajaran belum tertata dengan baik. Hal ini terkait dengan perencaaan dan pendanaan sekolah. Guru-guru senior biasanya memiliki literasi teknologi yang rendah sehingga mereka jarang menggunakan media pembelajaran geografi yang berbasis teknologi informatika. Guru-guru yang berasal dari lulusan pendidikan geografi lama (sebelum tahun 2000) dan tidak memperbaharui kompetensinya umumnya mengalami kesulitan memahami materi-materi pelajaran geografi terkini (Prismanata dkk, 2013). Kedua hal tersebut merupakan hambatan pengadaan media pembelajaran geografi pada SMA-SMA negeri di Kota Palangka Raya.

Pembangunan laboratorium geografi belum menjadi prioritas utama sekolah. Berbeda dengan laboratorium MIPA ataupun laboratorium bahasa yang sudah menjadi prioritas pembangunan di SMA. Laboratorium geografi dapat digunakan oleh siswa ataupun guru dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran geografi. Selain itu, laboratorium geografi juga dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan media-media pembelajaran geografi yang dimiliki oleh sekolahan. Materi-materi geografi yang bersifat abstrak, teknis, dan padat subtansi (seperti: konsep & aspek geografi, geosfera, biosfera, antrosfera, pemetaan, penginderaan jauh & sistem informasi geografi; dan wilayah & perwilayahan) perlu diimbangi dengan keberadaan media pembelajaran dan laboratorium (Prismanata dkk, 2013).

(55)

menyimpan media pembelajaran (Awaludin, 2007; Prismanata dkk. 2013; Setianingsing dkk. 2013); akses terbuka terhadap media, perawatan media, tenaga khusus yang mengelola media pembelajaran, dan literasi teknologi yang dimiliki oleh guru (Setianingsih dkk. 2013). Padahal pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dapat menggantikan dan mengatasi permasalahan keterbatasan media pembelajaran geografi konvensional (Suprapto, 2006).

Media pembelajaran memiliki jenis dan bentuk yang beragam. Tidak semua media pembelajaran digunakan secara bersama dan serentak dalam proses belajar mengajar. Perlu dipilih media pembelajarn geografi yang paling tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Metode ASSURE dapat diterapkan dalam pemilihan media pembelajaran geografi. Metode ini menekankan pada perencanaan penggunaan media pembelajaran. Tahapan metode ASSURE terdiri dari: 1) Analysis learner (analisis karakteristik siswa); 2) State objectives (tetapkan tujuan pembelajaran); 3) Select methods, media and materials (pemilihan metode, media dan bahan pelajaran); 4) Require learner participants (menyiapkan partisipasi siswa); dan 5) Evalute & review (mengadakan evaluasi dan ulas balik) (Prasetya, 2014).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pengajar dalam menggunakan media pembelajaran antara lain: 1) Tidak ada satu media yang plaing unggul untuk semua tujuan; 2) media merupakan bagaian yang tak terpisahkan dalam proses belajar-mengajar; 3) sasaran utama penggunaan media adalah memudahkan proses pembelajaran; 4) penggunaan media bukan sekedar pengisi waktu atau hiburan; 5) pemilihan media harus obyektif; 6) penggunaan media secara serentak dapat membingungkan peserta belajar; dan 7) kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekongkritan dan keabsatrkannya (Prasetya, 2015).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Media Pembelajaran Geografi

(56)

media pembelajaran pendukung proses belajar mengajar di sekolah umumnya ditentukan oleh skala prioritas yang ditentukan oleh sekolah masing-masing.

Hubungan yang tidak nyata antara akreditasi sekolah dan kualitas sekolah dengan kelengkapan media pembelajaran geografi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Pertama. Penilaian akreditasi sekolah pembobotan utamanya pada aspek sumberdaya manusia dan iklim sekolah. Sedangkan aspek fasilitas dan pemanfaatannya memiliki proporsi yang kecil. Sumarno & Kholis (2002) menjelaskan pembobotan aspek penilaian akreditasi sekolah sebagai berikut: sumberdaya manusia (25 %), iklim sekolah (25 %), arus siswa (20 %), fasilitas dan pemanfaatannya dan orang tua siswa dan masyarakat masing-masing (15 %). Sehingga kelengkapan media pembelajaran bukan faktor utama penilaian akreditasi. Meskipun Namun demikian, kecenderungan secara umum sekolah yang memiliki akreditasi ataupun kualitas yang baik memiliki kelengkapan media pembelajaran yang lebih baik dibandingkan sekolah dengan akreditasi ataupun kualitas yang lebih rendah. Sekolah yang berkualitas umumnya berkorelasi dengan tingkat akreditasi sekolah. Hasil akreditasi merupakan bukti kualitas sekolah (Sumintono. 2013).

Kedua. Pembiayaan sekolah. Sekolah yang berkualitas/terakreditasi baik memiliki potensi dana pengembangan yang besar yang berasal dari masyarakat. Sumber dana yang besar memungkinkan sekolah untuk membelanjakan dana untuk peningkatan kualitas sekolah. Sumintono (2013) menjelaskan program pembangunan sarana dan prasarana, budaya sekolah, kegiatan kesiswaan memerlukan dukungan dana untuk melaksanakannya. Namun demikian, manajemen pendidikan berbasis sekolah yang berkembang sekarang memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan pendidikan secara otonom. Sekolah dapat menyusun program perbaikan kualitas pendidikan di tingkat sekolah (Sumarno & Kholis, 2002).

(57)

seperti proyektor, komputer, buku-buku pelajaran. Hal ini sesui dengan pendapat Yudi (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan peningkatan kualitas sekolah diutamakan untuk membantu peserta didik berkembang secara optimal dengan cara: 1) menyediakan fasilitas yang mendukung peserta didik belajar, seperti fasilitas olahraga, ruang bermain, dan ruang guru yang memadai; 2) memperkaya media pembelajaran; serta 3) membangun perpustakaan dan laboratorium. Fasilitas dan sarana pembelajaran yang kurang memadai dapat menurunkan kualitas pembelajaran sekolah (Suprapto, 2006).

Namun, demikian pembangunan laboratorium geografi belum menjadi prioritas. Hal ini terkait diduga terkait juga dengan faktor ketiga, yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam penentuan kebijakan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk mempengaruhi seluruh pemangku kepentingan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Triyanto dkk, 2013). Kepala sekolah dapat memberikan motivasi kepada guru untuk menggunakan dan melengkapi media pembelajaran. Sistem merit yang diterapkan oleh kepala dapat digunakan meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran.

Faktorkeempat adalah guru. Proses belajar mengajar di kelas dikelola oleh guru. Guru yang kompeten memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola kelas dengan baik sehingga proses pembelajaran berjalan efektif dan tujuan pembelajaran tercapai. Pemberdayaan media pembelajaran di sekolah berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan guru (Triyanto dkk, 2013).

Namun demikian, kualitas sekolah bukan hanya dipengaruhi oleh kekayaan ataupun kelengkapan media pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti: kualitas perilaku pembelajaran guru, kualitas perilaku belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, dan sistem pendidikan (Depdiknas, 2005 yang dikutip oleh Rohman, 2010); sarana-prasarana sekolah dan lingkungan (Karo-Karo, 2013); manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan dan kepemimpinan (Yudi, 2012; Sumintono, 2013); kurikulum dan proses belajar mengajar (Yudi, 2012).

Gambar

Gambar 1.Hubungan
(gambar diam), filmsuara, video cassette,gambar
Gambar 2.Ruang lingkup kajian geografi (Daldjoeni, 2014).
Tabel 2.Sebaran standar kompetensi dan kompetensi dasar geografi SMA.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan dari data yang diperoleh terkait dengan Internalisasi nilai- nilai akhlak pada mata pelajaran Biologi kelas XI SMA

Pada masa sekarang dolmen masih digunakan sebagai medium ritus adat baik yang berhubungan dengan kepemimpinan seperti pelantikan raja, sistem sosial seperti upacara panas pela

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektifitas media pembelajaran berbasis multimedia interaktif model tutorial pada pokok bahasan garis dan sudut di kelas

denganpendekatan rata-rata, rasio, angkaindeks, pembobotan, tabulasisilangdan paired comparison. Sementarauntuk data kualitatifmenggunakanpendekatandeskriptif. Skor BSC SMK

Dari Gambar 2 terlihat bahwa kadar protein tertinggi adalah pada 1,49% dengan suhu 60 O C tanpa fermentasi, fermentasi 4 hari, fermentasi 6 hari dan fermentasi 8

kegiatan membaca, maka minat baca adalah kecenderungan seseorang.. berusaha untuk mencari ataupun mencoba

Menurut Gomes (2009: 177) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan-melakukan kegiatan.. tertentu guna

Dalam penelitian ini, setelah terkumpul data-data dari teknik pengumpulan data berupa hasil tes dan hasil lembar observasi, selanjutnya peneliti mereduksi data dengan cara