• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kritik buku Sastra dan Religiositas Y. B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kritik buku Sastra dan Religiositas Y. B"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 9

ANALISIS BUKU SASTRA DAN RELIGIOSITAS

KARYA : Y. B MANGUNWIJAYA

Oleh : Fahrul Rozi

1. Poin-Poin Penting

Pengantar

Menurut seorang Y. B Mangunwijaya bahwa sastra yang baik adalah asastra yang mengandung religiositas. ia mengatakan ““Semua sastra yang baik selalu religius”, namun ia membahas religiositas ini dalam sudut pandang yang sangat unik, dia menungkan pemikirannya tentang apa itu religiositas dalam bab-bab yang panjang.

Religoiositas dan Agama

Menurut Mangunwajaya ada perbedaan mendasar antara religius atau religiositas dengan agama, Mangunwijaya mengatakan bahwa agama hanya sebuah simbol kelembagaan, sedangkan religius lebih pada tataran isi hati, riak getaran jiwa manusia; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena sedikit menapaskan intimitasi jiwa dalam arti pascal yaitu cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman si Pribadi manusia. Sebagai contoh, sikap A. A Navis dalam memberikan jalan keluar bagi tokoh ayah yang mendapati anaknya menikah dengan saudara sedarah karena tidak tahu yang berbeda antara tahun 1956 dan 1967, pada karyanya yang terbit 1 tahun 56 Navis lebih memilih membiarkan keduanya tetap berada dalam ikatan pernikahan karena menganggap akan terjadi kekacauan rumah tangga antara anaknya – ia

berpegang pada religiositas—sedangkan pada tahun 67 –dalam novel Kemarau—ia

memilih sikap ayah yang (Sutan Duano) yang memilih memberitahukan keduanya tentang hubungan darah mereka, supaya keduanya berpisah dari ikatan pernikahan—tidak memandang apakah akan mengacaukan kehidupan keduanya ataukah tidak yang penting adalah norma agama. Sikap Navis yang pada tahun 56 itu adalah sikap religiositasnya, sedangkan pada tahun 67 adalah sikap keagamaan.

Mangunwijaya lebih memilih sikap ayah yang pertama sebab ia lebih mencerminkan religiositas, tidak terpaku pada “formalisme agama” yang hanya kumpulan huruf. Dia mengatakan :

(2)

Page 2 of 9

Sebuah karya sastra yang baik tidak melulu harus bermuatan religiositas dalam artian mementingkan kemanusiaan mereka sebut sebagai perhitungan rasa nurani yang berasal dari roh manusia yang suci—yang memberi kehidupan.

Dia memandang bahwa religiositas diukur dengan hati nurani seseorang, tapi tidak semua orang mampu mencapai keadaan yang sejati, keadaan dimana hati nuraninya hidup untuk menentukan kedewasaannya bersikap mengukur baik atau buruk sesuatu.

Dalam buku ini dengan tajam ia juga mengkritik bahwa agama hanyalah sebagai sarana untuk memudahkan mendekatkan diri manusia kepada kepada Tuhan, dia tidak mutlak adanya, tidak wajib bagi seseorang untuk mengerjakan apa yang ada di dalamnya, lelaku batinlah yang menjadi landasan manusia, kedewasaannya sendiri dalam memandang baik dan buruk akan sesuatu :

“Agama hanya sarana belaka, agar manusia lebih mudah untuk menemukan jalan ke Tuhan Agama selaku lembaga yang berunsur manusiawi juga tidak dapat menklaim ketaatan mutlak dari warga, karena agama tidak pernah identik dengan Allah. Maka pertanyaan religius yang terungkap dalam sastra seperti cerpen “Sepotong Kayu untuk Tuhan” di atas memang mengandung tanya : sanggupkah agama (apa pun) mengakui, bahwa ia bukan Tuhan, tetapi hanya penolong saja, agar manusia sendirilah dengan bakat-bakat dan kekurangannya, dengan keyakinan yang eksistensial berusaha bertanggung jawab sendiri menuju kedewasaannya.sehingga manusia konkret mendapatkan kesempatan yang cukup lapang untuk mencari sendiri dan menemukan sendiri Rahmat yang khas personal ditawarkan kepada seseorang yang tergolong serius?” (hal : 60)

Lebih lanjut berselang beberapa halaman (hal 79) Mangunwijaya mengatakan :

“Dan Akhirnya Agama hanya sarana bukan tujuan, dan karena itu hanya Iman yang langsung intim dan faktual menghadap Allah dalam aspek kualitasnya jauh lebih menentukan daripada agama.”

Maka tak herana Mangunwijaya mengkritik tajam terjadap sikap A. A Navis dalam membuat tokoh Sutan Duano yang mendukung ajaran agama secara tekstual, dan memilih meninggalkannya atas pertimbangan “kedewasaan hati nurani”.

Agama dan Adat

Tentang adat dan agama Mangunwijaya cenderung mempersamakan antara kedudukan agama dan adat, seperti terliahat dalam tulisannya, di satu kesempatan dia mengupas tentang novel tengelamnya kapal van der Wick yang mengkritisi budaya Padang yang tentang pernikahan di sisi lain dia mengutip pendapat Pramudya anantatoer dalam

novel Bukan Pasar Malam. dari pembacaannya itu Manugunwijawa mengemukan satu

(3)

Page 3 of 9

“Sudah adapat dipradugai, menyerang adat biasanya hampir selalu akan bermuara pada penyerangan

melawan agama formal, paling tidak mempertanyakan dan meragukan efisiensi atau makna agama selaku institusi yang sering menampakkan diri kuno, reaksioner dan Cuma omong tentang akhirat tanpa sedikitpun mengulurkan tangan untuk memberantas ketidak adilan secara konsekue...selain itu memang bagaimanapun unsur agama, adat seks dan segala ihwal tentang masyarakat, merupakan

satu perkara yang tidak dapat dipisahkan.”

Mangunwijaya tidak mau ambil pusing dengan sumber, baginya mau bersumber dari

al-Qur’an atau Sunnah Rasul sama artinya dengan aturan adat baduy yang membelenggu,

sama artinya dengan aturan adat suku Aztek, Maya dan lain-lain. Yang pada intinya bisa didrop manakala bertentangan dengan hati nurani manusia yang luhur. Itulah makna sebuah religiositas.

Mencapai Jiwa sejati

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa semua religiositas selalu berkisar pada pertanyaan-pertanyaan dasar yang sama: dari mana datangku, dan dunia semesta ini?, dan melalui jalan mana dan bagaimana? Mana yang sejati mana yang palsu? yang biasanya diawali oleh ungkapan pendek “siapakah aku?”.

Dari pertanyaan pendek itu Mangunwijya mulai menjawab dengan mengutip beberapa pendapat ahli, diantaranya adalah Karl Jaspers. dia mengatakan :

Saya adalah manusia yang konkret di sana-sini-saat ini ... saya memiliki sebuah kedaulatan dan kemerdekaan...”

Maksud dari unkapan itu manusia memiliki kedaulatan mutlak untuk menentukan keputusan yang berkaitan dengan dirinya saat situasi apa pun, terlepas dari apakah orang lain akan berbuat sama dengan apa yang ia lakukan.

Lebih jauh ia mengutip pendapat –hanya pendapat manusia—Heiddeger, dia

mengatakan bahwa ada dua keadaan. “Ada yang tidak sejati, yaitu selaku data terlempar dalam massa (dalam bahasa Inggris : man , atau seperti orang Indonesia mengatakan, orang bilang, kata orang begini, negeri orang begitu.)”, ia mengatakan jiwa yang tidak sejati masih bergantung terhadap kata seseorang di luar diri dalam menentukan sikap, saya kira ini yang dinilai sebagai jiwa yang belum dewasa yang sering disebut sebut dalam buku ini. “Ada juga keadaan yang Sejati, keadaan sejati hanya dapat dihayati hanya ketika kita sedang terkena sesuatu...mengikuti Jaspers, dalam keadaan puncak atau jurang krisis tadi; pada saat kita sendang terharu, takut, hancur, gembira, bergelora, kersang hati, muak dan sebgainya.”.

(4)

Page 4 of 9

dan menemukan Tuhan (lebih tepatnya kesejatian) mahagaib”. Yang pada kenyataannya dilakukan dalam meditasi-meditasi, seperti yang diadakan oleh Anand Krisna di Indonesia.

Feminisme sebagai bagian dari Religiositas

Romo Mangun mengatakan religiositas yang menyeruak di dunia Islam modern paling banyak adalah apa yang berkaitan dengan nasib sang wanita. Mangun memiliki perspektif yang cukup unik, dimana ia memandang bahwa pada masa dahulu kedudukan wanita sudah dianggap tinggi ia mengatakan bahwa menurut para paleontolog bahwa pemujaan pertama kali yang dilakukan oleh manusia adalah kepada wanita, oleh karena itu dalam banyak bahasa bumi, bulan, pohon, rumah, danau, mata air dan sebagainya bergender perempuan. Bahkan ada istilah bunda Bumi (Bunda Mater), Alma mater (bunda tersayang) dan lain-lain.

Tema-tema tentang wanita dianggap sebagai bagian dari religiositas karena menyinggung tentang soal semesta ada, tentang kesejatian ada serta pengadaan, kelahiran,hidup, mati, kefaanaan, kebakaan dan sebagainya.ia juga mengatakan bahwa wanita sebelum datangnya Islam di arab sudah sangat dihormati, jika memang wanita direndahkan bagaimana hubungan seorang Nabi Muhammad dengan Khadijah. Juga banyak cerita-cerita yang mengagungkan wanita dari Mesir, Ibrani dan lain sebagainya.

Dengan demikian secara otomatis kita dapat berasumsi bahwa Romo ingin mengatakan, tidak benar adanya jika apa yang disyari’atkan dalam Islam adalah untuk bertujuan untuk meninggikan derajat wanita, karena wanita sudah tinggi derajatnya sebelum aturan Islam itu muncul.

Oleh karena itu, dalam kalimat-kalimat selanjutnya Dia banyak mengangkat karya-karya sastra di dunia Islam yang banyak mengkritisi kebudayaan sekitar yang katanya berakar pada Islam. Ia mengutip cerita Najib Mahfudz yang menggambarkan bagaimana penentangannya terhadap budaya superior suami terhadap Isteri—dimana seorang istri harus selalu taat, diam selalu di rumah tidak boleh keluar.

Dalam penulisan buku ini, Mangunwijaya banyak mengutip dalil-dalil dari banyak agama, baik Ardhi maupun samawi, termasuk Islam. Dalam pengutipannya menurut pandangan Penulis dia kurang memahami Islam sampai ke dasarnya, dia tak tahu konsep tabayyun dalam mencari mana yang benar-benar termasuk dalam agama dan mana yang tidak dia keburu termakan oleh ucapan seorang Harun Nasutian yang mengatakan bahwa hanya sedikit aturan agama yang bersifat Absolut, karena sisanya berasal dari penafsiran manusia yang berbeda-beda. Wajar memang karena ia bukan seorang Muslim, ia adalah seorang Pastur, dan Romo yang sangat terkenal.

(5)

Page 5 of 9

Agama, ya Agama

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa religi adalah kepercayaan kepada Tuhan atau kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia; atau terkadang dipersamakan dengan agama. Religiositas sendiri diartikan sebagai pengabdian kepada agama. Sedangkan agama adalah ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepad Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Singkatnya religi, religiostas sama dengan iman dalam dalam Istilah Islam (esoteris dalam istilah populer), yang mencakup kepercayaan, ikrar, hingga amal, bedanya religi adalah bendanya sedangkan religiositas adalah dayanya. Sendangkan agama adalah sebuah aturan yang mencakup aturan keyakinan (religi) hingga amal yang mengatur cara hubungan antar manusia.

Menurut penulis, bangunan gagasan yang ia tuangkan dalam buku sastra dan religiositas ini dibangun di atas dasar agama, karena agama merupakan sebauh tata aturan. Bedanya aturan yang ia ajarkan berasal dari diri manusia itu sendiri. Maka jika Romo mengatakan bahwa jika kita taat pada agama berarti agama adalah menjelma jadi tuhan, maka dapatkan dia menjamin manusia tidak menjadi tuhan untuk dirinya sendiri karena manusia sendiri bebas menentukan sikapnya tanpa aturan pasti dari Tuhan?. Anda bisa melihat argumen yang lebih lengkap dalam buku Indonesia tanta Liberal karya Artawijaya.

Hal yang paling menyolok adalah tata cara yang diajarkannya untuk mencapai derajat jiwa sejati yang dewasa. Dengan cara pengheningan diri yang diperkaya dengan ungkapan yang berbelit-belit dari Karl jaspers dan Hiedegger. Dengan jelas ia mengatakan bahwa ini adalah ritual yang sudah dipraktekkan oleh orang-orang India ribuan tahun yang lalu. Yang ia maksud dengan orang-orang India ini tentu saja siapa lagi kalau bukan para penganut Agama Brahmana, Hindu, Budha yang mempraktekkan meditasi-meditasi untuk mencapai derajat Kundalini atau Moksa (Romo Mangun menyebutnya dengan Mokswa). Jelas meditasi ini adalah agama, karena merupakan sebuah aturan.

Pernyataannya yang mengatakan bahwa hanya Iman yang langsung intim dan faktual menghadap Allah dalam aspek kualitasnya jauh lebih menentukan daripada agama menjadi tidak konsisten adanya, sebab ia sendiri mensyaratkan adanya proses pembentukan jiwa sejati lewat “keheningan”.

(6)

Page 6 of 9

berbeda-beda, Menurut Fouz A. Kurdi,1 gerakan yang pertama kali muncul adalah gerakan

Transendentalisme ia mengajarkan empat hal inti, pertama, hubungan antara tuhan, manusia, dan alam semesta adalah hubungan kesatuan yang satu (wihdatul wujud), kedua, Pengetahuan intuitif dari dalam diri, yang datang dari luar penalaran, pancainra, dan kekuatan akal, yang datang dari irfan gnosistik dan ilham langsung, adalah hal yang suci karena merupakan limpahan dari akal suci, ketiga, manusia memiliki tersembunyi yang tak terbatas, yang membuat manusia mampu berinteraksi dengan alam metafisik yang gaib dan tanpa batas, keempat, serta menjadi harmonis dengan alam adalah hal hidup yang terbaik.

Itu sebabnya dalam bab yang mengkaji tentang kedudukan wanita Romo berusaha menampilkan wajah indah dari agama kuno yang sudah melembaga di timur, termasuk mesir, Ibrani, dan Arab.

Dengan demikian jika kita mengikuti religiositas yang ditawarkan Romo, berarti kita sedang menganut agama baru, hasil kompilasi dari agama-agama timur Kuno. Maka jangan heran jika ia mengatakan bahwa hukum agama yang sudah tidak relevan lagi dengan nilai-nilai kemanusiaan bisa didrop begitu saja, karena agama kemanusiaan—yang menuhankan manusia sendiri— telah mengalahkan agama lama yang dianutnya.

Bukan Nurani

Romo mengatakan bahwa keputusan-keputuran itu datang dari dalam nurani manusia, namun dalam pandangan penulis ia justru berasal dari akal budi bukan nurani. Sebagai gambaran, apa yang harus dilakukan oleh seorang ayah ketika mendapati anaknya menikah dengan saudara yang semahram? Apakah memilih memberi tahu keduanya agar bercerai ataukah membiarkannya? Jika jawaban biarkanlah mereka tetap dalam ikatan pernikahan, karena jika mereka bercarai mereka akan mendapatkan penderitaan, kakacauan hidup dan sebagainya. Itu adalah hubungan sebab akibat yang dihasilkan dari pola pikir manusia, yang dibungkus seolah berasal dari jiwa karena merasa diri telah mencapai keadaan jiwa sejati.

Haruskah Sastra yang baik Selalu mengandung Unsur Kemanusiaan?

Yang terpenting adalah karya sastra itu mencerminkan ide tertentu dari pengaranya dalam muatan apapun seperti kata Putu Arya Titawirya :

“...memang sesungguhnya mereka mengabaikan plot itu—sesuai dengan efek-efek yang ingin dicapainya yaitu memberikan suatu penekanan atau menggarisbawahi ide-ide atau segi perwatakan dari pelaku cerita. Pengarang bermaksud menyoroti suatu aspek tertentu dari kehidupan, pada cerita-ide adalah aspek sosiologis yang sering dikemukakan lewat satire novel

“1984”- Orwell atau Kappa-nya. Rynosuke Akutagawa. Begitu juga aspek aspek psikologis dari manusia, pengarang ingin mengadakan penelanjangan total dari watak-watak seseorang yang biasanyadalam

1

(7)

Page 7 of 9

kehidupan sehari-hari manusia lajim memasang topeng-topeng demi etik atau tradisi yang melingkupinya sejak dari masa kecil. Membaca karya-karya Dostojevski kita bakal menyadari betapa manusia itu sebenarnya lengkap dengan nuansa-nuansa, tidak nampak seperti dalam pergaulan keseharian yang cenderung pada pengkotakan warna hitam dan putih semata tanpa nuansa, dalam arti adanya warna kelabu atau keabuan antara kedua warna tadi.”

Itulah yang ingin dicapai lewat sastra

Putu Arya Tirtawirya tidak membatasi sifat ide itu dalam satu bentuk ide yang bermuatan religiositas, tapi mencakup pada hal yang umum yang ingin disampaikan seorang pengarang. Hal ini banyak terdapat dalam cerita-cerita populer klasik yang bertahan selama ratusan tahun dibaca oleh banyak orang, diapresiasi dan tak pernah mati. Tapi penuh dengan muatan keagamaan, bukan religiositas—menurut Mangunwijaya.

Coba bandingkan dengan cerita al-Qur’an tentang Ibu Musa yang diperintahkan untuk menghanyutkan bayi Musa kecil ke sungai nil, padahal secara kemanusiaan, adalah sikap yang tidak wajar jika Ibu musa menghanyutkannya ke sungai karena itu sama saja ia berusaha membunuh anaknya, itu sikap yang tidak berperikemanusiaan, itu bukan sikap religius (menurut Mangunwijaya). Sikap keagaamaan Ibu musa telah membuat anaknya selamat dari segala marabahaya, hingga ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Fir’aun yang berusaha membunuhnya. Tapi cerita ini tidak membuatnya menjadi kering malah dianggap berkualitas dari masa ke masa oleh banyak orang, bahkan difilmkan!.

Dan masih banyak cerita-cerita lainnya yang mencerminkan sikap keagamaan tetapi sangat berkualitas, seperti kisah Ibrahim, Hajar, dan Ismail.

Arti Feminisme Sebenarnya

Istilah “feminisme“mempunyai definisi beragam, di antaranya sebagai berikut:2

1) Menurut Elinor Burkett, feminisme adalah suatu aktivitas terorganisir yang mengatasnamakan kepentingan dan hak perempuan. Keyakinan terhadap kesetaraan dalam bidang-bidang sosial, ekonomi, dan politik ini membuat paham feminisme Barat dimanifestasikan di seluruh dunia dan diwakili oleh berbagai institusi yang berkomitmen untuk aktivitas atas nama hak dan kepentingan perempuan.

2) Madeleine Pelletier melihat feminisme sebagai paham yang beragam, tidak tunggal dan senantiasa berkembang. Ia mengatakan bahwa setiap feminis memiliki pandangan pribadi sendiri tentang feminisme. Keberagaman feminisme bisa dilihat dengan adanya perbedaan internal di kalangan tokoh-tokoh feminis. Pada umumnya feminis kelas menengah menolak kecenderungan feminis kulit putih yang melibatkan semua wanita ketika mereka

2

(8)

Page 8 of 9

menguraikan tentang feminisme dengan kata-kata “kita”. Bagaimana seorang feminis kulit putih bisa memberikan bobot yang cukup dari sebuah pengalamannya untuk mengatakan bahwa wanita memiliki kesamaan, dan tetap menghormati mereka yang telah mengelompokkan wanita ke dalam kelas dan warna kulit?

3) Cara melihat dunia dari perspektif perempuan. Feminisme memusatkan perhatiannya kepada konsep patriarki yang dimaknai sebagai sistem kekuasaan laki-laki yang menindas perempuan melalui lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi.[3]Maka tidak mengherankan ketika aktivis Prancis, NellyRoussel, mengasumsikan bahwa semua perempuan memiliki pengalaman yang sama di bawah sistem patriarkis. Pada tahun 1904, beliau menyerukan bahwa tidak ada lagi kelas istimewa atau penguasa kelas di antara kaum wanita.

4) Sebagian kalangan feminis mengartikan bahwa feminisme merupakan perjuangan melawan seksisme sebagai sebuah paradigma penindasan. Sebagian lainnya mengartikan sebagai komitmen untuk mengakhiri supremasi kulit putih, dominasi laki-laki dan eksploitasi ekonomi. Sementara itu ada pula yang memaknai bahwa feminisme adalah penciptaan sikap untuk merangkul kebersamaan, yang meliputi perjuangan melawan apa yang disebut “trinitas”, yakni seksisme, rasisme dan kelas. Namun ada pengamat yang mengartikan bahwa feminisme berawal dari pernyataan seorang perempuan tentang kekuatannya. Di mana pada awalnya ia bukanlah sesuatu teori melainkan tindak personal itu sendiri.

Dari keberagaman definisi di atas, sejatinya tidak mudah untuk menyimpulkan feminisme sebagai suatu pemahaman dan teori yang komprehensif (jami’-mani’). Karena feminisme merupakan paham yang sangat relatif, beragam dan masing-masing perempuan mempunyai definisi berbeda sesuai dengan pengalaman dan tindak personalnya sendiri. Namun, makna yang palingmendasar daripaham iniadalah keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari manusia, dan bukan spesies yang terpisah. Definisi ini seringkali dijadikan slogan dan diabadikan dalam bentuk tulisan di T-shirt: Feminisme adalah proposisi radikal bahwa perempuan adalah manusia (“Feminism is the radical proposition that women are human being”).

(9)

Referensi

Dokumen terkait

V.L Ratumbuysang, dapat di simpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang kepatuhan minum obat paling tinggi berada pada kategori kurang dan kepatuhan minum obat

7 Ketika saya membuat rencana tentang masa depan, saya dengan hati-hati mempertimbangkan dampak dari keputusan saya tersebut terhadap hubungan kami. 8 Saya menghabiskan banyak

Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan “leukorea” sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusu atau rutin sehingga dapat

Ada beberapa hal yang dijelaskan dalam hukum kewarisan ini, diantaranya adalah: hak-hak yang terkait dengan tirkah atau harta warisan secara umum, urutan ahli waris,

Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa PjBL merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas,

Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana yang diakibatkan oleh penggunaan minuman keras di wilayah hukum Kota Semarang

(2) Duta CSR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas sebagai representasi Daerah dalam mengembangkan, merundingkan/negosiasi, menelaah, mempromosikan, melaporkan

Pembangunan itu sendiri merupakan proses pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi