• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG PADA USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG PADA USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG PADA USAHA

SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI

Susi Susanti,

Aminuyati, F.Y.Khosmas

Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNTAN Pontianak

Email: sesiliasusi95@gmail.com

Abstract:

The purpose of this research is to know Accounting Receivables Accounting Analysis on Savings and Loans at Primary Cooperative of West Kalimantan Regional Police. This research is a type of descriptive evaluative research. The subject of this research is Primary Cooperative of Regional Police of Kalimantan. From the analysis obtained through interviews with the chairman of the cooperative (board) cooperatives show that: 1) Accounting Savings and Loans already in accordance with the provisions of SAK. 2) The absence of an allowance account for allowance for doubtful accounts should be presented for the purpose of deleting the special receivables on the balance sheets and special accounts receivable account on the balance sheet should be presented separately from current assets and presented on other assets items. Depreciation value presented in the balance sheet exceeds the asset's acquisition value and must be adjusted. Unpaid tax liability. Payment of rent on the occupied premises. No reports of changes in equity and notes to the financial statements.

Keyword : Accounting Receivables Treatment, Savings and Loans.

Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan tingginya tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai macam kebijakan dalam melaksanakan aktivitas laba. Begitu juga dengan Koperasi yang merupakan salah satu bentuk badan usaha yang perkembangannya kurang lebih sama dengan bentuk badan usaha lainnya. Dalam UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasian dijelaskan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Adapun tujuan dari Koperasi bukan hanya untuk mendapatkan atau meningkatkan laba, tetapi lebih ditekankan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional. Menurut Stantar Akuntansi Keuangan (SAK) No 27 tahun 2007

“Koperasi adalah badan usaha yang

mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prisnsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha

ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”. Dan tujuan dari koperasi yaitu sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) Manyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Bentuk badan usaha atau perusahaan yang sesuai dengan maksud tersebut adalah Koperasi.

(2)

2

memiliki jenis menurut bidang usahanya salah

satunya adalah Koperasi kredit (simpan pinjam). Koperasi simpan pinjam adalah Koperasi yang kegiatan atau usaha utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Koperasi simpan pinjam memberikan pelayanan kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman dan dibayarkan kembali secara angsuran dengan bunga serendah mungkin sehingga tidak memberatkan anggota (si peminjam). Oleh sebab itu, dalam kegiatan usaha Koperasi muncul piutang usaha dari kegiatan simpan pinjam.

Piutang merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar, piutang terdiri dari piutang usaha, piutang dagang, piutang tak tertagih, wesel bayar dan piutang lain- lain. Piutang biasanya timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit ataupun karena adanya penundaan pembayaran oleh pelanggan, dan menerima janji bahwa pelanggan akan memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang, piutang ini nantinya akan menjadi kas apabila telah jatuh tempo dan dilakukan penagihan.

Semakin besar jumlah penjualan barang atau jasa secara kredit maka semakin besar jumlah piutang yang akan menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang tersebut. Piutang yang terlalu besar dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya resiko yang harus dihadapi perusahaan yaitu kegagalan dalam penagihan, piutang juga merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Semakin besar jumlah penjualan barang atau jasa secara kredit maka semakin besar jumlah piutang yang akan menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang tersebut menjadi lebih besar, oleh karena itu, hal ini merupakan aktivitas usaha yang berisiko tinggi, dan kemungkinan menjadi piutang tak tertagih akan semakin besar serta menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Dengan bertambah besarnya jumlah piutang menyebabkan jumlah kas yang tertanam dalam piutang menjadi besar. Oleh karena itu maka piutang merupakan aktivitas usaha yang beresiko tinggi.

Dalam praktiknya Koperasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat telah

menerapkan akuntansi terhadap piutang usaha yang dimilikinya. Namun penerapan terhadap piutang usahanya belum dipraktikan secara utuh. Pihak Koperasi belum membuat pos penyisihan piutang tidak tertagih (dana cadangan resiko) terhadap piutang usaha yang dimilikinya, sehingga dalam neraca terlihat jumlah piutang usaha pada akhir periode disajikan sebesar nilai kotornya. Hal ini dikarenakan pengurus berkeyakinan bahwa semua piutang tersebut dapat ditagih. Tetapi kenyataannya, pihak operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat mengalami kesulitan dalam hal penagihan piutang, khususnya pada pegawai atau anggota operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yang dimutasi, pensiun ataupun yang sedang mengalami musibah sehingga tidak mampu untuk mewujudkan pembayaran atas piutang. Dengan demikian perlakuan akuntansi untuk piutang usaha operasi Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

(3)

3

Pada kegiatan usaha simpan pinjam

diperuntukan bagi anggota Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Usaha simpan pinjam merupakan unit usaha yang memiliki tingkat intensitas yang tinggi, dan dalam pemberian pinjaman perlu adanya suatu peraturan yang tepat terhadap perlakuan akuntansi simpan pinjam. Dengan adanya perlakuan akuntansi simpan pinjam tersebut dapat membantu ketua koperasi mengambil suatu keputusan tentang kelayakan pemberian pinjaman kepada anggotanya. Mengingat Piutang pinjaman merupakan modal kerja yang diharapkan dapat memperoleh tambahan penghasilan dan laba, maka kehadiran piutang pinjaman dapat menimbulkan suatu resiko kerugian yang cukup besar untuk koperasi. Dalam hal ini tentunya diperlukan pengelolaan piutang dari prosedur, pencatatan piutang dan penyajian piutang dalam laporan keuangan pada Koperasi. Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya perlakuan akuntansi piutang simpan pinjam, penulis tertarik untuk membahas dan menyusunnya kedalam sebuah penelitian lanjut “Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat”.

Adapun permasalahan yang timbul berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka yang menjadi permasalahan

utamanya adalah “Bagaimana Perlakuan

Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat?. Dengan sub-sub masalahanya adalah sebagai berikut: 1) Apakah perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP? 2) Bagaimana perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasarkan masalah sub-sub masalah adalah sebagai berikut untuk mengetahui: 1) Perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sesuai dengan SAK ETAP. 2) Bagaimana perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi

Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sesuai dengan SAK ETAP.

(4)

4

ditentukan sebagai piutang tak tertagih

merupakan suatu kerugian yang harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense) dalam laporan laba rugi, semua penghapusan ini harus dicatat dengan tepat dan teliti karena berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan. 1) Pengertian Perlakuan Akuntansi Piutang

Menurut Poerwadarminta (2005:651) pengertian perlakuan adalah “perbuatan yang dikenakan kepada atau terhadap sesuatu atau orang”. Maksudnya adalah perbuatan atau tindakan yang dikenakan kepada sesuatu yang bukan orang maupun terhadap orang itu sendiri. Kaitannya dalam laporan keuangan adalah bagaimana unsur-unsur laporan keuangan itu dicatat dan disajikan.

Sedangkan Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang “meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu”. Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut: ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.Sedangkan menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo”.

Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas,dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.2) Klasifikasi Piutang. Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan. Warren Reeve dan Fess (2004:54) mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel, tagih, dan

piutang lain-lain sebagai berikut :1) Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.2) Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade

receivable.3) Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang.

(5)

5

pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat

atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit. Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil. d) Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang. Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan.

Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.e) Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas. 4) Perputaran Piutang \; Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini : Menurut S.Munawir (2002:75) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat

(6)

6

terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang

yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif. Menurut Suyanto dan Nurhadi. (2003:43) simpan pinjam adalah simpanan yang dikumpulkan bersama dan pinjamkan kepada anggota yang memerlukan pinjaman dalam berbagai usaha dimana anggota mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus dengan mencantumkan jumlah uang yang diperlukan, kemudian pengurus mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pinjaman sesuai dengan kemampuan koperasi, pada saat itu dimana pengurus berhak menentukan besarnya jumlah pinjaman, syarat-syarat pengembalian, dan bentuk nilai.Koperasi Simpan Pinjam adalah didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan. Koperasi simpan pinjam juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya, Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan akuntansi koperasi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, pelaporan dan penafsiran laporan keuangan koperasi dalam satu periode tertentu. Periode tersebut mungkin bulanan, tiga bulanan, enam bulanan atau tahunan. Biasanya periode pelaporan di koperasi adalah satu tahun. Sesuai dengan perkembangan koperasi di dalam melaporkan laporan keuangannya, kini dalam penyusunannya telah dikeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang akuntansi perkoperasian yang telah mendapat revisi pada tahun 1998. PSAK No. 27 ini berisikan tentang karakteristik koperasi, struktur pengorganisasian koperasi, usaha dan jenis

koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, definisi–definisi koperasi, standar penyajian laporan keuangan koperasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 ini, laporan keuangan koperasi itu terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan.

METODE

Metode penelitian merupakan cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah, terutama dalam penelitian ini adalah dalam bidang pendidikan. Menurut Sugiyono (2013:6) Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Deskriptif. Menurut Usman Rianse dan Abdi (2008:30), “Metode penelitian Deskriptif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi dan kejadian-kejadian”. Jadi metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Adapun bentuk penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey (Survey Studies), yang bertujuan untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Piutang Pada Usaha Simpan Pinjam Pada Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : 1) Teknik komunikasi langsung, 2) Teknik Studi Dokumenter Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah : 1) Pedoman Wawancara 2.

(7)

7

maka langkah-langkah yang dilakuakn peneliti

antara lain: 1. Mengumpulkan data melalui wawancara, dan catatan-catatan/dokumen. 2. Memeriksa kembali angket yang sudah disebarkan. 3. Mengeolah dan menganalisis data serta menarik kesimpulan Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data yang akan dianalisis adalah partisipasi anggota. Rumusan persentase menurut Mardalis (2007:81-82) adalah: Pesentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Dari analisis yang diperoleh melalui wawancara dengan ketua koperasi (pengurus) koperasi menunjukkan bahwa: 1) Akuntansi Piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Berdasarkan hasil penelitian untuk masalah akuntansi piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Pihak pengurus koperasi dalam menyajikan laporan keuangannya tidak mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Akuntansi Perkoperasian karena hanya menyajikan Neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU), yang seharusnya terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penyajian neraca koperasi masih terdapat kekeliruan dalam penulisan nama akun pada penulisan juga tidak sesuai dengan tata urutan dalam standar akuntansi keuangan. 2) Penerapan perlakukan akuntansi di Primkop Polda Kalbar ditinjau berdasarkan SAK ETAP, yaitu sebagai berikut: Tidak adanya akun cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya disajikan untuk menghapus piutang khusus pada neraca dan akun piutang khusus tersebut pada neraca seharusnya disajikan terpisah dari dari pos aktiva lancar dan disajikan pada pos aktiva lain-lain. Nilai penyusutan yang tersaji pada neraca melebihi nilai perolehan aset dan harus disesuaikan. Kewajiban membayar pajak yang belum diterapkan. pembayaran sewa atas gedung yang ditempati tersebut. Tidak adanya laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.

Pembahasan

Perlakuan akuntansi piutang pada usaha simpan pinjam Primer Koperasi Kepolisian

Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat berkaitan dengan perlakukan akuntansi piutang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh pengurus koperasi. Perlakuan akuntansi berdasarkan SAK-ETAP akuntansi yang terdapat dalam Primkop Polda Kalbar Pontianak yaitu: Pengakuan: Dalam laporan keuangan neraca yang telah dibuat Primkop Polda Kalbar menggunakan dasar akrual basis yaitu mencatat transaksi-transaksi atau mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya dan bukan pada saat pendapatan tersebut diterima ataupun biaya tersebut dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual mencatat transaksi pengeluaran dan penerimaan kas, dan juga mencatat jumlah hutang dan piutang perusahaan.

(8)

8

Laporan keuangan disusun atas dasar akrual

menggunakan konsep biaya historis. Laporan keuangan tersebut disajikan secara relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai dan andal. Penggunaan biaya historis dipilih karena: 1) Biaya dapat ditelusuri atau diverifikasi kembali dan merupakan harga transaksi yang sudah direalisasi. 2) Biaya timbul dari transaksi yang wajar, yang disepakati bersama oleh pembeli dan penjual dalam suatu perekonomian bebas, yang merupakan nilai minimum aset bagi pembeli. 3) MNilai minimum merupakan biaya yang mencerminkan nilai aktual aset bagi koperasi pada saat diperoleh. Perlakuan akuntansi piutang tak tertagih dan perlakuan akuntansinya yang diterapkan koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat sudah sesuai dengan SAK ETAP.

Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan Penyajian Laporan Keuangan Primkop Polda Kalbar berdasarkan perlakuan akuntansi piutang serta penerapan yang dilakukan oleh pengurus koperasi sebagai berikut: Neraca: Dalam Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) laporan neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dimana pos-pos minimal mencakup kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain, persediaan, properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, dan ekuitas. Namun urutan dan format pos tidak ditentukan oleh Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntanbilitas Publik SAK ETAP. Dalam neraca Primkop Polda Kalbar tidak terdapat pos properti investasi, aset tidak berwujud, aset dan kewajiban pajak, dan kewajiban diestimasi. Tidak adanya pos properti investasi, dikarenakan Primkop Polda Kalbar tidak melakukan sewa gedung untuk untuk unit-unit yang ada pada koperasi, melainkan hanya menjalankan usahanya di yang telah disediakan Primkop Polda Kalbar, dan tidak memiliki aset tidak berwujud. Pos aset dan kewajiban pajak tidak juga tersaji pada neraca yang menunjukkan bahwa Primkop Polda Kalbar belum melakukan pembayaran pajak. Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti sehingga memerlukan estimasi dan koperasi Primkop Polda Kalbar tidak memiliki kewajiban

diestimasi tersebut. Penyajian neraca terdiri dari beberapa klasifikasi, yaitu: 1. Klasifikasi aset lancar dan aset tetap. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar apabila: a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; b) Dimiliki untuk diperdagangkan; c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau d) Berupa .kas .atau .setara .kas, .kecuali .jika .dibatasi .penggunaannya .dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Neraca

Primkop Polda Kalbar dalam penyajian pos aset lancar, tidak sesuai dengan klasifikasi SAK ETAP karena ada akun piutang khusus yang yang tersaji pada pos aset lancar dan seharusnya akun tersebut disajikan pada pos aktiva lain-lain dan untuk menghapus akun piutang khusus tersebut harus dibentuk akun cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya akun tersebut disajikan untuk menghapus piutang tak tertagih.

Sedangkan adanya penayjian nilai gedung dalam aset lainnya sebagai aset tetap tidak sesuai dengan SAK ETAP karena gedung yang disajikan dalam neraca tersebut bukan hak milik koperasi.2) Klasifikasi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek apabila:a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas;b) Dimiliki untuk diperdagangkan; c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau d) Entitas .tidak .memiliki .hak .tanpa .syarat .untuk .menunda .penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan Primkop Polda Kalbar telah menyajikan pos kewajiban lancar sesuai dengan klasifikasikan kewajiban lancar yang diatur dalam SAK ETAP dimana kewajiban lancar tersebut akan diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

(9)

9

penyajian laporan laba rugi. Penyajian pos atau

judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi, telah sesuai dengan SAK ETAP yang bertujuan untuk memahami kinerja keuangan dan juga entitas tidak menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa, dalam laporan laba rugi.

Akun beban pajak juga tidak terdapat dalam laporan laba rugi yang menunjukkan bahwa Primkop Polda Kalbar belum memenuhi kewajiban membayar pajak sebagaimana yang telah diwajibkan dalam SAK ETAP. SAK ETAP juga mewajibkan format laporan keuangan laba rugi entitas dengan menggunakan analisa sifat beban dan analisa fungsi beban.

Di dalam kedua metode analisa tersebut, tidak diperkenankan untuk membandingkan pendapatan dengan piutang usaha dan selisih persediaan akhir bulan lalu dengan bulan berjalan. Dalam penyajian laporan laba rugi, Primkop Polda Kalbar menggunakan analisa sifat beban. Analisa sifat beban dipilih karena tidak memerlukan pengungkapan tambahan seperti pada analisa fungsi beban yang dapat dilihat pada laporan laba ruginya. Laporan Arus Kas: Laporan arus kas menyajikan informasi perub ahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.

Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan, dan

Primkop Polda Kalbar telah menyajikan sesuai dengan pengklasifikasian tersebut.Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena

itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain; c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan; e. Pembayaran.. kas.. atau ..restitusi.. pajak.. penghasilan.. kecuali.. jika.. dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; f.Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi. Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari aktivitas investasi. Dalam penyajian laporan arus kas Primkop Polda Kalbar, pada pos arus kas aktifitas operasi telah sesuai dengan ketentuan SAK ETAP dimana akun-akun yang terdapat pada pos arus kas aktifitas operasi telah sesuai dengan kriteria SAK ETAP. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

(10)

10

kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

Dalam penyajian laporan arus kas Primkop Polda Kalbar, pada pos arus kas aktifitas investasi telah sesuai dengan SAK ETAP, yaitu akun-akun yang tersaji dalam pos arus kas aktifitas investasi merupakan akun-akun yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Adanya penyusutan secara terus-menerus sehingga melebihi nilai dari pada aset, tidaklah dibenarkan. Adanya penyajian gedung yang merupakan bukan aset koperasi seharusnya tidak disajikan pada daftar aset koperasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengungkapan aset tetap yang dimilik Primkop Polda Kalbar kurang sesuai dengan SAK ETAP.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Akuntansi Piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Berdasarkan hasil penelitian untuk masalah akuntansi piutang simpan pinjam sudah sesuai dengan ketentuan SAK. Pihak pengurus koperasi dalam menyajikan laporan keuangannya tidak mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Akuntansi Perkoperasian karena hanya menyajikan Neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU), yang seharusnya terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penyajian neraca koperasi masih terdapat kekeliruan dalam penulisan nama akun pada penulisan juga tidak sesuai dengan tata urutan dalam standar akuntansi keuangan. 2. Penerapan perlakukan akuntansi di Primkop Polda Kalbar ditinjau berdasarkan SAK ETAP, yaitu sebagai berikut: Tidak adanya akun cadangan penyisihan piutang tak tertagih yang seharusnya disajikan untuk menghapus piutang khusus pada neraca dan akun piutang khusus tersebut pada neraca seharusnya disajikan terpisah dari dari pos aktiva lancar dan disajikan pada pos aktiva lain-lain. Nilai penyusutan yang tersaji pada neraca melebihi nilai perolehan aset dan harus disesuaikan. Kewajiban membayar pajak yang belum diterapkan. pembayaran sewa atas gedung yang ditempati tersebut. Tidak

adanya laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk pihak manajemen koperasi sebaiknya dalam melakukan proses penyajian laporan keuangan harus mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Perkoperasian (PSAK No. 27) Akuntansi Perkoperasian karena dengan adanya laporan keuangan yang lengkap dan memadai maka dapat digunakan sebagai alat analisa dalam menyusun proses perencanaan dan pengambilan keputusan pada periode berikutnya. 2) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, koperasi merupakan sokoguru dan tulang punggung perekonomian maka sudah seharusnya koperasi di kelola dengan baik, yaitu dengan mengacu pada aturan-aturan yang ada yang sesuai dengan ketentuan pemerintah dan perundang-undangan termasuk dalam kewajiban sebagai obyek pajak. 3) Dengan perkembangan koperasi selama ini sangat disayangkan sekali apabila Koperasi Primer Kepolisian Daerah Kalimantan Barat tidak didukung dengan penyusunan laporan keuangan yang baik maka pihak manajemen koperasi sebaiknya lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan pada kegiatan administrasi koperasi (pembukuan).

DAFTAR RUJUKAN

Bambang Riyanto (2001). Manajemen Koperasi, Penerbit BPFE-UGM,Yoyakarta FKIP Untan. (2013). Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Pontianak: Edukasi press FKIP Untan.

Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999: 27 .1, Prinsip Koperasi, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta. Lexy J. Moleong. (2013). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(11)

11

Mohammad Muslich (2003). Koperasi Di

Indonesia, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

PSAK 27. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian. Rusdi Akbar (2004). Prinsip Koperasi,

Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta

S.Munawir (2002). Perkoperasian, Bina Aksara Jakarta

Sadili Samsudin. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukanto Reksohadiprodjo. (2010). Manajemen

Koperasi (Edisi Kelima). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Suyanto dan Nurhadi. (2003). Badan Hukum Koperasi, Andi Offset, Yogyakarta

T. Hani Handoko. (2001). Manajemen Personalia dan SDM edisi 2. Yogyakarta: BPEF Yogyakarta.

Tim Penyusun, pusat pembinaan dan Pengembangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Indonesia.

Undang-Undang No. 33 Tahun 1945 Tentang Perekonomian Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Aspek penting dari berbagai hubungan dan pengaruh terhadap pelayanan publik, dapat dilihat dari alur atau jalur variabel komunikasi berhubungan dan berpengaruh

jukkan variabel kompensasi, ling- kungan kerja, komitmen organisasi dan keyakinan diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ke- puasan kerja pegawai Sekretariat

Pemberian insentif yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan untuk mencapai kinerja

Pendekatankontekstual mempunyai tujuh komponen utama, yakni konstruktivisme (constructivism) , penemuan (inquiry) , bertanya (questioning) , masyarakatbelajar

Lembaga Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berdiri sesuai dengan usulan suatu panitia terdiri dari para ahli minyak dan gas bumi yang dikoordinir oleh Biro Minyak dan Gas

Hasil pendugaan keterdapatan air tanah pada lintasan geolistrik G-2 di desa Nagsri, berada pada lapisan yang sama dengan pengukuran geolistrik di titik G-1 di desa Bendan yaitu

Berdasarkan hasil Penelitian pengetahuan Siswa Kelas 5 MI Al Fahmi Surabaya , dapat disimpulkan: 1) Pengetahuan tentang indikasi penambalan gigi siswa kelas 5 MI Al Fahmi

(1) Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya