• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Ekonomi Kota Pengaruh Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Critical Review Ekonomi Kota Pengaruh Ko"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1 Daftar Isi

Daftar Isi ... 0

BAB I ... 2

Pendahuluan ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II ... 3

Pembahasan ... 3

2.1 Pembahasan ... 3

2.2 Critical review ... 7

BAB III ... 10

Kesimpulan ... 10

(3)

2 BAB I

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Ekonomi perkotaan merupakan suatu disiplin ilmu ekonomi baru yang membahas analisis

ekonomi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kota dalam perkembangannya. Ciri atau

sifat esensial daerah perkotaan adalah konsentrasi basis berbagai kegiatan ekonomi, social, dan

politik pada tata ruang perkotaan. Masalah perkotaan sangat luas dan bervariasi, sehingga untuk

menanganinya diperlukan langkah dan upaya pemecahan dengan menggunakan analisis ekonomi

agar dapat dicapai hasil yang efektif dan efisien.

Pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di Jawa Barat memacu

perkembangan pusat-pusat perekonomian yang baru. Baik pusat industri, permukiman dan

perdagangan. Namun seiring dengan kebutuhan perkembangan kota dan ketersediaan tata guna

llahan yang ada, tidak memungkinkan lagi untuk membangun pusat-pusat kegiatan masyarakat yang

berada di lokasi perkotaan sehingga pembangunan diarahkan untuk pengembangan

kawasan-kawasan yang berada pada daerah di pinggir kota.

Dalam jurnal berjudul Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Jawa Barat, menjelaskan masalah ekonomi perkotaan yang berkaitan dengan infrastrutur

(penyediaan sarana dan prasarana). Dengan mengkaji melalui data empiris dan menggunakan fixed

effect model, sangat mudah untuk mengetahui daerah yang berkembang atau tertinggal

dikarenakan faktor infrastruktur.

1.2 Tujuan Penulisan

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kota dan mengetahui

latar belakang atau kondisi umum suatu kota atau kabupaten dalam lingkup ketersediaan sarana dan

prasarana kota.

1.3 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang penulisan makalah, beserta tujuan dan sistematika

penulisan jurnal itu sendiri.

Bab II : Review Bacaan

Berisi mengenai pembahasan dari jurnal beserta critcial review untuk jurnal.

Bab III : Kesimpulan

(4)

3 BAB II

Pembahasan 2.1 Pembahasan

Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu

indikator untuk melihat pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang

positif menunjukkan adanya peningkatan aktifitas perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi

yang negatif menunjukan adanya penurunan dalam aktifitas perekonomian.

Pembangunan merupakan salah satu fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah

sebagai salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep pembangunan terkandung

makna-makna alokasi sumber-sumber daya, regulasi dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai

metode alokasi sumber-sumber daya, regulasi dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam jurnal ini membahas mengenai Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat yang diteliti dan dianalisa oleh Abdul Maqin.Pada dasarnya

infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi : (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur

fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat,

meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan irigasi, air

bersih dan sanitari serta pembuangan limbah, (2) infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti

kesehatan dan pendidikan.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan

infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang

lebih cepat dan mempunyai dampak kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur juga

berpengaruh penting bagi peningkatan konsumsi, peningkatan produktifitas, tenaga kerja dan akses

kepada lapangan kerja serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilitas makro

ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan pengatuhnya terhadap pasar

tenaga kerja.

Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam membangun

ekonominya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber daya yang dikarenakan

terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur, sehingga menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi

yang rendah dan dapat menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan. Dari sini

(5)

4 Objek dari penelitian adalah pertumbuhan ekonomi, infrastruktur ekonomi dan sosial

(infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan dan listrik), jumlah penduduk dan besarnya pengeluaran

pemerintah. Unit analisisnya meliputi semua kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Dibawah ini merupakan tabel Daya Saing Infrastruktur Indonesia tahun 2008

Teknik pengumpulan data adalah data yang diambil dari data sekunder, dengan teknik

pengumpulan data melalui kegiatan penelitian kepustakaan dari berbagai instansi sebagai sumber

data, seperti BPS Jawa Barat, Bappeda Jawa Barat dan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat. Lalu metode yang digunakan adalah deskriptif dan

verifikatif. Teknik analisis yang digunakan analisis kuantitatif deskriptif maupun kuantitatif induktif.

Teknik kuantitatif deskriptif menggunakan pendekatan tabel, rasio atau presentase, sedangkan

untuk menguji faktor-faktor infrastruktur mempengaruhi pertumbuhan ekonomi digunakan teknis

analisis regresi dengan data panel. Dengan demikian, data yang digunakan adalah data panel.

Kondisi infrastruktur Jawa Barat, berdasarkan data empiris yang diperoleh dari BPS dan dari

berbagai SKPD yang ada di Propinsi Jawa Barat, dilihat dari rasio kuantitas infrastruktur dengan

penggunanya pada umunya menunjukkan angka yang semakin menurun. Untuk lebih jelasnya

mengenai perkembangan infrastruktur di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan tabel 2 tersebut, secara umum perkembangan kondisi infrastruktur di Jawa

Barat tahun 2000 dengan tahun 2007 menunjukkan kondisi semakin memprihatinkan. Indikator ini

dapat dilihat dari besaran rasio infrastruktur dengan penggunanya yang cenderung semakin

besar.

Tabel 1 : tabel Daya Saing Infrastruktur Indonesia tahun 2008

(6)

5 Terlihat pada tabel bahwa panjang jalan dengan volume kendaraan, infrastruktur kesehatan

dengan jumlah penduduk, infrastruktur pendidikan dengan jumlah murid bahwa sarana tidak

sebanding dengan aktivitas pelaku ekonomi, menyebabkan ketidakefisienan aktivitas dan

mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang dihasilkan dari setiap kegiatan ekonomi.

Sedangkan rasio infrastruktur energi (listrik) rasionya menunjukkan semakin baik, artinya

penyediaan energi yang merupakan investasi sosial untuk mendukung pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan semakin baik.

Model pertumbuhan ekonomi yang akan diestimasi menggunakan 8 tahun waktu observasi

yaitu dari tahun 2002-2007. Objek penelitian yang digunakan dalam estimasi model ini hanya 22

daerah dari 25 kabupaten atau kota di Jawa Barat. Ada 3 daerah kota, yaitu Kota Tasikmalaya, Kota

Cimahi, dan Kota Banjar tidak dijadikan sampel dalam observasi ini karena daerah tersebut secara

administratif baru terbentuk beberapa tahun setelah otonomi daerah. Selanjutnya dilakukan

penyusunan model pertumbuhan ekonomi (PDRB) dengan memasukan variabel-variabel makro

ekonomi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Variabel yang digunakan

dalam uji empiris adalah infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan, listrik, tenaga kerja dan

pengeluaran pembangunan. Hasil pengujian empiris panel data dengan menggunakan pendekatan

Fixed Effect Model (FEM).

Dengan menggunakan fixed effect model, maka nilai konstanta atau intersep bagi

masing-masing daerah berbeda seperti terlihat pada Tabel 3

Dari 22 kabupaten dan kota ada 9 daerah yang memiliki koefisien intersep yang positif. Ini

(7)

6 relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi seluruh daerah (Jawa Barat). Tiga

belas daerah lainnya memiliki nilai koefisien intersep negatif, yang berarti pertumbuhan ekonomi

daerah-daerah tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

seluruh daerah (Jawa Barat).

Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa Kabupaten Bekasi mempunyai nilai intersep yang

paling tinggi, relatif terhadap daerah lain. Artinya, bahwa heterogenitas antara Kabupaten Bekasi

dengan daerah-daerah lain dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah lain. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bekasi karena dipicu oleh kegiatan industri skala besar dan tingginya pasokan listrik yang menunjang

kegiatan aktivitas kegiatan ekonomi serta tingginya pengeluaran pembangunan di daerah tersebut.

Daerah lainnya yang juga memiliki koefisien intersep cukup tinggi adalah Kota Bandung , Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten

Garut dan Kota Bekasi.

Struktur ekonomi daerah tersebut didominasi oleh sektor industri dan jasa kecuali

Kabupaten Indramayu yang didominasi oleh sektor pertambangan khususnya migas.

Sebaliknya daerah-daerah yang memiliki koefisien intersep negatif yang paling rendah

adalah Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kota Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan

Kabupaten Sumedang. Yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut adalah karena

struktur ekonomi daerah tersebut didominasi oleh sektor pertanian sedangkan peran sektor industri

masih rendah. Selain itu pula infrastruktur yang ada masih terbatas.

Analisis pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, hasil regresi menunjukkan

nilai koefisien infrastruktur jalan sebesar 0,025526 artinya bahwa infrastruktur jalan mempunyai

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, tetapi tidak signifikan. Tidak

signifikan karena pengaruh infrastruktur jalan di Jawa Barat terhadap pertumbuhan ekonomi diduga

karena kuantitas dan kualitas jalan yang digunakan masyarakat semakin menurun atau tidak

memadai, sehingga tidak mampu mendukung kegiatan perekonomian di Jawa Barat. Kondisi

infrastruktur jalan dapat menentukan kelancaran kegiatan ekonomi di suatu tempat, infrastruktur

jalan yang baik dan memadai akan mengurangi biaya transaksi dan distribusi barang dan jasa, lama

waktu dan bahan bakar yang digunakan akan lebih hemat, sehingga akan lebih efisien.

Lalu pada infrastruktur kesehatan memiliki koefisien regresi -0,1177 artinya pengaruh

infrastruktur kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat memiliki hubungan yang

(8)

7 dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi justru menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Karena mahalnya biaya pengobatan dan rawat inap di rumah sakit, mengakibatkan banyak

penduduk miskin di Jawa Barat tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan rumah sakit. Oleh

karena itu adanya strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Infrastruktur listrik , Jawa Barat termasuk wilayah yang mendapatkan kapasitas yang

besar.Signifikannya pengaruh infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan

bahwa penggunaan listrik terutama di sektor industri merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Dan yang terakhir tentang tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah, dilihat dari koefisien

hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa variabel lain di luar infrastruktur

ekonomi dan sosial, variabel tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.2 Critical review

Jurnal ini membahas mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di

Jawa Barat. Menurut jurnal ini berdasarkan analisis yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi

dipengaruhi dengan infrastruktur meliputi jalan, listrik, kesehatan, pendidikan dan tenaga kerja.

Semua tidak dapat dipungkiri bahwa dari 5 faktor tersebut sangat mempengaruhi meningkatnya

atau menurunnya pertumbuhan ekonomi kota.

Penjelasan mengenai kondisi umum di Jawa Barat sudah cukup lengkap baik meliputi kota

maupun kabupaten yang menjadi objek penelitian. Sehingga pembaca dapat mudah memahami

maksud dari penulis. Dengan menggunakan model fixed effect dapat mengetahui posisi potensi

relatif suatu daerah terhadap daerah lainnya, sehingga dari data yang dihasilkan kita dapat

mengetahui lebih lanjut kondisi infrastruktur setiap kota dan kabupaten yang saling mempengaruhi

satu sama lain.

Dalam hal ini, peneliti kurang melengkapi argumennya mengenai kekurangan dan kelebihan

baik kota maupun kabupaten dan hanya dijelaskan secara garis besarnya saja, karena mungkin

apabila lebih diperlengkap akan membuat pembaca mengerti lebih jauh kondisi segala infrastruktur.

Selain itu dari hasil yang ada sebenarnya kurangnya infrastruktur karena dilatar belakangi oleh

permasalahan penyediaan infrastruktur seperti :

a. Infisiensi pengelolaan infrastruktur

b. Monopoli pemerintah dalam pengelolaan infrastruktur

(9)

8 d. Keterbatasan kemampuan fiskal pemerintah

e. Keterbatasan kemampuan pembiayaan dan pengembangan infrastruktur baik dari sektor

publik maupun swasta

f. Pembayaran hutang luar negeri dan dalam negeri menguras cadangan dana pemerintah

Dari enam tersebut tidak dijelaskan dalam jurnal alasan mengenai keterbatasan infrastruktur yang

membuat menurunnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Dalam rangka meningkatkan koordinasi pembangunan prasarana dan sarana daerah

perkotaan, beberapa tahun yang lalu pemerintah Indonesia pernah melakukan upaya yang cukup

penting dan intensif yang dinamakan sebagai Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu

(P3KT). Namun demikian sejak beberapa tahun terakhir program ini tidak lagi dilakukan secara

intensif disebabkan beberapa kendala yang masih belum dapat diatasi secara tuntas. Sebagaimana

juga diungkapkan oleh Adisasmita (2005) prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan program antara

lain :

a. Perencanaan dilakukan dari bawah ke atas (bottom-up planning)

b. Formulasi rencana investasi dilakukan untuk jangka panjang

c. Menitikberatkan pada pemanfaatan dana pemerintah, baik pusat maupun daerah

d. Lebih menitikberatkan pada kebutuhan prasarana yang benar-benar dibutuhkan oleh

masyarakat setempat.

Jadi latar belakang dari suatu permasalahan sangat penting untuk dijelaskan dalam jurnal ini.

Sehingga keadaan sekarnag dapat diperbaiki dengan cara meninjau faktor yang mengakibatkan

permasalahan ini ada.

Dari jurnal ini dapat diketahui kenapa pentingnya kualitas infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi kota. Pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak

baik. Setiap aspek kehidupan sosial maupun ekonomi mempunyai prasarana sendiri, yang

merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Oleh karena itu, dalam

mengsukseskan pembangunan setiap lembaga sosial dan sektor kehidupan ekonomi harus

memperhatikan infrastrukturnya.

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang

erat dan saling ketergantungan satu sama lain. perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada

umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman

barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan

(10)

9 agenda penting untuk dibenahi pemerintah daerah, karena infrastruktur merupakan penentu utama

keberlangsungan kegiatan pembangunan, diantaranya untuk mencapai target pembanguan ekonomi

secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur akan

menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi dalam jangka menengah dan panjang akan

mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor-sektor ekonomi terkait. Sehingga

pembangunan infrastruktur dapat dianggap sebagai strategi untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, peningkatan mobilitas barang dan

(11)

10 BAB III

Kesimpulan

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi . Termasuk dalam hal

pembangunan yang merupakan salah satu fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah

sebagai salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep pembangunan terkandung

makna-makna alokasi sumber-sumber daya, regulasi dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai

metode alokasi sumber-sumber daya, regulasi dan pemberdayaan masyarakat.

Kondisi infrastruktur Jawa Barat, berdasarkan data empiris yang diperoleh dari BPS dan dari

berbagai SKPD yang ada di Propinsi Jawa Barat, dilihat dari rasio kuantitas infrastruktur dengan

penggunanya pada umumnya menunjukkan angka yang semakin menurun.

Analisa yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), untuk

mengetahui nilai rasio dari setiap kondisi infrastruktur wilayah Jawa Barat. Dan variabel yang

digunakan dalam uji empiris adalah infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan, listrik, tenaga kerja

(12)

11 Daftar Pusaka

http://share.its.ac.id/pluginfile.php/562/mod_resource/content/1/03_Permasalahan_Pengelolaan_

Pemahaman.pdf

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=158924&val=5913&title=Pengaruh%20Kondisi

%20Infrastruktur%20terhadap%20Pertumbuhan%20Ekonomi%20di%20Jawa%20Barat

Gambar

Tabel 2 : Rasio Infrastruktur dengan Pengguna di Jawa Barat tahun 2000 dan 2007

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini penulis mencoba membuat sistem informasi yang terkomputerisasi yang akan diterapkan pada CV Tao Toba Indah, sehingga diharapkan

Sebagaimana pembahasan pada fungsi transfer untuk tumpuan sederhana, jepit-jepit, dan kantilever memperlihatkan bahwa variabel ketebalan mempengaruhi karakteristik getaran

Dalam peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 22 Tahun 2008 tentang “Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas

Berdasarkan (21), LQR dapat digunakan untuk meranacang desain struktur kendali POD untuk menghasilkan sinyal kendali tambahan [14]. Proses perhitungan untuk mencari

Menimbang kuantitas dan sebarannya yang meluas di seluruh Pulau Masela, serta konsistensi dengan pemukiman serupa dalam kawasan Kepulauan Maluku Tenggara, kiranya

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa

Bab III Metode Penelitian, bab ini menguraikan metodologi penelitian yang dilakukan peneliti sebagai tahapan serta langkah-langkah untuk mencari dan mengumpulkan

Pada metode Short End Interest bunga dihitung dengan mengalikan tingkat bunga dengan periode pembayaran yang bersangkutan dan angsuran atas pokok piutang yang tetap jumlahnya. Dan