• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan B.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan B.docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kebudayaan dan Jiwa Keagamaan

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Psikologi Agama

Dosen

: Dra. Diah Nurita

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh

Kelompok 7 (Tujuh )

- Elva Yones

- Jahriatul Jannah

- Riamita

- Muhammad Fauzi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Kebudayaan dan jiwa keagamaan ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Masalah...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan...2

B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan...4

C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan...6

D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan...7

BAB III...11

PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

B. Saran...11

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan dan agama yakni sesuatu hal yang mengatur Norma dan peraturan yang muncul dalam masyarakat sehingga sebagian orang menganggap bahwa antara kebudayaan dan agama adalah sama. Padahal jelas kebudayaan dengan agama adalah sesuatu yang sama sekali tidak dapat disamakan karena kebudayaan adalah ciptaan manusia sedangkan agama adalah mutlak aturan dan norma yang diberikan oleh Allah Swt.

Kebudayaan juga belum tentu semua kebudayaan itu baik karena telah di paparkan diatas bahwa budaya adalah ciptaan manusia sehingga pasti terdapat celah keburukan dengan keadilan yang pasti tidak dapat dipertanggung jawabkan sehingga menguntungkan salah satu pihak saja. Sedangkan agama pasti didalamnya tidaklah ada aturan yang buruk dan kebijaksanaannyapun jelas karena agama diturunkan oleh Allah yang hak akan dibalas dengan sesuatu yang hak juga dan yang batil akan dibalas dengan sesuatu yang batil juga tanpa ada seorangpun yang bias menyangkal karena jelas bahwasanya Allah maha tau.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian budaya dan kebudayaan?

2. Bagaiamana Kebudayaan dan tradisi keagamaan?

3. Apa Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan?

(6)

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahu pengertian budaya dan kebudayaan?

2. Untuk Mengetahui Kebudayaan dan tradisi keagamaan

3. Untuk Mengetahui Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.1

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

(8)

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:2

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

o alat-alat teknologi

(9)

o sistem ekonomi

o keluarga

o kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

o organisasi ekonomi

o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

o organisasi kekuatan (politik)

B. Kebudayaan dan tradisi keagamaan

Herskouits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. Sementara, menurut Andreas Eppink kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain. Sementara itu Corel R. E dan Melvin E. (seorang ahli antropologi – budaya) memberikan konsep kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang selah merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu (yang meliputi) hal – hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan, pekerjaan, larangan-larangan dan sebagainya.3

(10)

Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat sebaga aspek – aspek dar kebudayaan itu sendiri yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku, maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

Tradisi menurut Parsudi Suparlan, merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah mengakar kuat disuatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan kultus setempat sehingga mempengaruhi tradisi.

Dari sudut pandang sosiologi, tradisi merupakan suatu pranata sosial, karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma ini ada yang bersifat sekunder dan primer. Pranata sekunder ini bersifat fleksibel mudah berubah sesuai dengan situasi yang diinginkan, sedangkan pranata primaer berhubungan dengan kehormatan dan harga diri, serta kelestarian masyarakatnya, karena pranata ini merupakan kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah begitu saja.

(11)

masyarakat. Tradisi keagamaan mengadung nilai-nilai yang sangat penting yang berkaitan erat dengan agama yang dianut masyarakat, atau pribadi – pribadi pemeluk agama tersebut.4

Dalam suatu masyarakat yang warganya terdiri atas pemeluk agama, maka secara umum pranata keagamaan menjadi salah satu pranata kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Dalam konteks seperti ini terlihat hubungan antara tradisi keagamaan dengan kebudayaan masyarakat tersebut. Bila kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan masyarakat, maka dalam masyarakat pemeluk agama perangkat – perangkat yang berlaku umum dan menyeluruh sebagai norma – norma kehidupan akan cenderung mengandung muatan keagamaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, hubungan antara kegamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan dalam suatu masyarakat akan makin terlihat peran akan makin dominan pengaruhnya dalam kebudayaan.

C. Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan

Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi, sikap keagamaan mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-norma pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Dengan demikian, tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan bagian dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya. Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berpikir, cita rasa, ataupun penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, tradisi

(12)

keagamaan dalam pandangan Robert C. Monk memiliki dua fungsi utama yang mempunyai peran ganda. Yaitu bagi masyarakat maupun individu. Fungsi yang pertama adalah sebagai kekuatan yang mampu membuat kestabilan dan keterpaduan masyarakat maupun individu. Sedangkan fungsi yang kedua yaitu tradisi keagamaan berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau diri individu, bahkan dalam situasi terjadinya konfilik sekalipun.5[4]

Sikap dan keberagamaan seseorang atau sekelompok orang bisa berubah dan berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dimana agama itu hidup dan berkembang. Demikian pula budaya mengalami perkembangan dan tranformasi. Transformasi budaya merupakan perubahan yang menyangkut nilai-nilai dan struktural sosial. Proses perubahan sturuktur sosial akan menyangkut masalah-masalah disiplin sosial, solidaritas sosial, keadilan sosial, system sosial, mobilitas sosial dan tindakan-tindakan keagamaan. Tranformasi budaya yang tidak berakar pada nilai budya bangsa yang beragam akan mengendorkan disiplin sosial dan solidaritas sosial, dan pada gilirannya unsur keadilan sosial akan sukar diwujudkan.

D. Pengaruh kebudayaan dalam era global terhadap jiwa keagamaan

Era global umumnya digambarkan sebagai kehidupan masyarakat dunia yang menyatu . karena kemajuan teknologi, manusia antar negara menjadi mudah berhubungan baik melalui kunjungan secara fisik, karena lat tranportasi sudah bukan

5Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM Yang

(13)

manusia untuk saling berhubungan. Kehidupan mansia di era global saling pengaruh memengaruhi, sehingga segala sesuatu yang sebelumnya dianggap sebagai milik suatu bangsa tertentu akan terangkat menjadi miik bersama.

Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan, barang kali dampak globalisasi itu dapat dilihat melalui hubungannya dengan perubahan sikap. Menurut teori yang dikemukakan oleh Osgood dan Tannenbaum, perubahan sikap akan terjadi jika terjadi persamaan persepsi pada diri seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu. Hal ini berarti bahwa apabila pengaruh globalisasi dengan segala muatannya di nilai baik oleh individu maupun masyarakat, maka mereka akan menerimanya.

Secara fenomena, kebudayaan dalam era global mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Meskipun dalam sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya. Namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler barangkali akan ada pengaruhnya terhadap pertumbungan jiwa keagamaannya.

(14)

Era global diperkirakan memunculkan tiga kecendrungan utama dalam kesadaran agama dan pengalaman agama. Kecendrungan pertama, berupa arus kembali ke tradisi keagamaan yang liberal. Kedua, kecendrungan ke tradisi keagamaan pada aspek mistis. Sedangkan, kecendrungan ketiga, adalah munculnya gerakan sempalan yang mengatasnamakan agama.6

1. Agama Budaya Dan Budaya Agama

Pakar antropologi budaya, Edward B. Taylor mendefenisikan agama sebagai belive in supernaural being (percaya kepada wujud yang adikodrati). Sedangkan Stanley Hall menilai agama bersumber dari tradisi otemisme. Para agamawan terkesan sepakat dengan pembagian agama menjadi agama samawi (agama langit) dan agama budaya. Agama samawi bersumber dari kitab suci yang ajarannya disamaaikan oleh para rasul (utusan tuhan). Yang dimaksud dengan agama budaya adalah agama yang lahir dari pemukiran atau perkembangan budaya manusia. Kepercayaan kepada “sesuatu “ yang melahirkan sistem kepercayaan yang secara umum disebut dengan” agama “ yang sejauh ini sebgaian besar pengalaman manusia, ebih banyak berdasarkan atau berpusakan legenda dan mitologi.

2. Sentimen Keagamaan

secara etimologis, sentimen diartikan sebagai semacam pendapat atau pandangan yang berdasarkan perasaan ya berlebih-lebihan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan pertimbangan pikiran. Sebagai gejala psikologis, sentimen

(15)

menggambarkan luapan perasaan tidak puas atau benci terhadap sesuatu yang dianggap menyalahi ataupun bertentangnan dengan kondisi yang ada. Ataupun dianggap melecehkan sisitem nilai yang oleh pendukungnya dianggap sebagaisesuatu yang benar dan perlu dipertahankan. Sentimen berpengaruh dalam menimbulkan luapan perasaan yang pada tingkat tertetu dapat menimbulkan reaksi.

3. Kegersangan Spiritual

Eksisensi manusia hanya akan dirasakan bila manusia berada di ingkungnnya. Merasa diterima sebagai anggota. Namun kegersangan spiritual mencabut manusia dari nilai-nilai kemanusiannya yang hakiki. Menyebabkan manusia kehilangan harkat dan martabatnya. Seiring dengan itu maka jati drinya melenyapkan. Ia bagaikan dalam ruang waktu yang “kosong” . kegersangan spiritual dapat menimbulkan cacat “nurani”. Nilai-nilai kemanusiaan terabaikan sama sekali. Mampu mengubah perilaku manusia menjadi kejam. Ingin menunjukkan eksistensi dirinya melalui perbuatan yang tercela.

a. Megalomania

(16)

kepadanya. Ilmu pengetahuan yang semula diperkirakan akan menawarkan prospek baru untuk usaha perbaikan hidup manusia malah justru memproduksi alat-alat yang mengerikan untuk menghacurkannya. Dibalik itu pula berdiri pengidap megalomania.7

b. Keserakahan

Produk iptek menawakan kemewahan materi. Kekayaan materi dijadikan indikator status sosial. Manusia semakain haus. Tak pernah merasa puas, masing-masing saling berebut untuk memiliki sebanyak-banyaknya yang mampu diusahakan. Memperkaya didi dengan cara apapun, sementara nilai-nilai moral diabaikan. Manusia menjadi serakah. Gejolak resesi ekonomi dunia tak dapat dilepaskan dari sifat serakah ini. Demi mengejar kekayaan manusia kehilangan akal sehat.

Ditengah-tengah persaingan kemewahan, tanpa memiliki kekayaan, manusia merasa kehilangan harga diri, perasaan ini yang mendorog seseorang menjadi serakah. Hidup dalam kendali hawa nafsu yang lepas dari kekangan nilai-niai moral.

c. Manusia Robot

Kegersangan spiritual menyebakan manusia ke perilaku robotis. Bentuk perilaku yang robotis. Bentuk perilaku yang terkendali secara mekanisme. Membeo dalam kata, meniru perilaku. Mengidentifikasi diri di popularias sosok idoa.”terhipnotis” jadi sosok “ pak turut” berlomab-lomba, dan tak mau ketinggalan dalam kegiatan bersepeda santai, hanya

(17)

karena pejabat setenpat melakukannya. Meniru dandanan perilaku para artis aau aktor kondang. Perilaku jiplakan seperti ini tak lepas dari pengaruh sikap latah. Menempat diri sebagai robot, manusia yang sudah kehilangan jati diri.

d. Euforia Massal

Kegersangan spiritual menyebabkan manusia merassa dirinya terasing, merasa kesepian ditengah keramaian. Masyarakat manusia sudah berubah jadi masyaakat massa( mass society) masyarakat yang kehilangan solidaritas. Berubah menjadi masyarakat peguyuban ke patemban. Masyarakat yang mengkedepankan kepentingan individu,” lu-lu, gue-gue.”

Sebagai makhluk sosial, perasaan terasig merupakan “derita” batin bagi manusia. Untuk mengenyahkan perasaan ini. Mendorong manusia menemukan teman senasib. Membentuk peer group dengan latar belakng prfesi. Membauru didi bersama teman senasib sepenanggungan, menyat dalam euforia massal. Apaun kegiatannya bukan masalah. Yang penting dapat mengobati kegundahan batin. Tak heran berbagai club bermunculan, teruama dikota-kota yang sudah terlanda peradaban modern.8

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia yang di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat sebagai aspek dari kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat karena kebudayaan merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat.

Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Secara fenomena, kebudayaan dalam era global mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Dalam kaitannya dengan jiwa keagamaan dampak globalisasi dapat dilihat melalui hubungan dengan perubahan sikap, seperti hilangnya pegangan hidup yang bersumber dari tradisi masyarakat dan bersumber dari ajaran agama.

B. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM Yang Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

(20)

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH) Pengujian lebar daerah hambat dengan menggunakan metode difusi cakram ada 5 (lima) perlakuan yang diamati dalam penelitian ini yaitu

set, ATK-käyttöpäälliköt Hanke yhteistyössä SeAMK:n ja EPSHP:n täydennyskoulutusyksikön kanssa 22.9.2010 Hankkeen alueellisen ohjausryhmän

Metode ini dipilih karena sesuai juga dengan harapan peneliti bahwa akan tercapainya tujuan penelitian menggunakan metode survei dengan penggunaan data primer untuk setiap

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pendapatan usaha jagal sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Penggaron Kota Semarang danmengetahui pengaruh jumlah ternak

Hasil penelitian ini terbagi atas empat bagian : kuadran I menjadi prioritas utama Garuda Indonesia dan harus dilaksanakan sesuai dengan harapan konsumen, karena konsumen

Persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Sulawesi Selatan dapat diketahui dengan melihat tanggapan

Sistem Informasi yang menggunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkan.... Pengenalan Teknologi Informasi

Herawati (2008) kayu laminasi glulam umumnya memiliki tebal 33 mm atau 45 mm tetapi laminasi yang lebih kecil mungkin diperlukan jika bagian yang melengkung