PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI MELALUI LITERASI
Iswi Apsari1 , Dadan Suryana2
[email protected] , [email protected] Program Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
ABSTRAK
Pengembangan kurikulum Anak Usia dini melalui literasi, merupakan hal yang sangat membatu bisa meningkatakan minat baca anak-anak dari usia dini. Sebagaimana diketahui bahwa disaat kita dewasa banyak minat bacanya sangat kurang. Sehingga hal ini bisa menjadi penghambat dalam meningkatkan produtifitas kerja. Oleh karena itu, lembaga PAUD dan orang tua harus memberi motivasi kepada anak untuk berliterasi. Untuk menanggapi hal tersebut lembaga PAUD harus menyediakan bahan literasi yang cukup, sesuai dengan usia anak (dini). Rumusan masalah makalah ini; (1) bagaimanakah bahan literasi yang sesuai dengan PAUD , (2) bagaimanakah motivasi yang harus diberikan oleh lembaga PAUD dan orang tua kepada anak usia dini. Tujuannya agar PAUD dapat memberi motivasi kepada anak untuk berliterasi. Literasi akan melatih anak (1) melatih kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan menghitung, (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) mempersiapkan anak untuk memasuki dunia sekolah. Hal ini sangat penting karena dengan berliterasi sejak dini anak akan termotivasi untuk baca-tulis.
Kata Kunci : Anak Usia Dini, Kurikulum, Literasi
ABSTRACT
Development of early childhood curriculum through literacy, is a very petrified thing can increase interest in reading children from an early age. As we know that when we mature a lot of reading interest is very less. So this can be an obstacle in improving the productivity of work. Therefore, early childhood and parent institutions should motivate children to be literate. In response, PAUD institutions should provide sufficient literacy materials, appropriate to the age of the child (early). The formulation of this paper issue; (1) how is the literacy material appropriate to the early childhood, (2) how the motivation should be given by early childhood institutions and parents to early childhood. The goal is that early childhood can motivate children to be literate. Literacy will train children (1) train children's basic skills for reading, writing, and computing, (2) developing critical thinking skills, (3) preparing children to enter the school world. This is very important because with literacy from an early age the child will be motivated to read and write.
A.PENDAHULUAN
Persoalan kurikulum bukan hanya
persoalan guru dan tenaga
kependidikan, tetapi merupakan
persoalan seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan, setiap terjadi perubahan kurikulum, maka komentar-komentar tentang perubahan itu tidak hanya berasal dari guru saja namun juga berasal dari semua kalangan lapisan masyarakat. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat wajar karena
kurikulum itu merupakan suatu
kompenen yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Kurikulum anak usai dini tidak terlepas
dari perkembangan anak. Pada
dasarnya semua tempat adalah lokasi belajar buat anak, karena anak selalu mengasosiasikan bahwa pendidikan adalah rumah mereka, jadi apapun yang dilakukan dengan pendidikan maka disitulah kurikulum mereka yang susungguhnya.
Perlu kiranya pendidikan merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan semua aspek perkembangan anak usia dini. Kurikulum anak usia dini meiputi aktivitas-aktivitas yang mendukung anak secara emosi, sosial dan akedemik di pelajaran literasi dan membaca, matematika, sains, studi-studi sosial
dan seni. Ketika kita berfikir bagaimana cara mengimplementasikan kurikulum dan aktivitas intruksi, camkan dibenak kita terkait dengan kemampuan anak usia dini yang kita ajar dan keinginan mereka untuk bermain sambil belajar.
Anak usia dini menurut (Suryana, 2005) adalah Usia kritis dalam arti
periode keemasan menentukan
perkembangan berikutnya sebagai
tahap untuk perkembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak dan
menentukan tahap perkembangan
selanjutnya. Namun apabila tidak maksimal dan tidak optimal dalam
stimulasinya, maka anak akan
mendapatkan kesulitan perkembangan dalam kehidupan berikutnya.
Anak membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang berkesinambungan dan mendapatkan
pengalaman yang baru untuk
menambah kemampuannya (Suryana, 2014). Dengan demikian dibutuhkan rancangan pembelajaran yang dapat
memberikan stimulus sehingga
pengetahuan dan pengalamannya dapat
berkembang. Pembelajaran yang
didisain sebaik mungkin dengan
Dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD, menguraikan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitik beratkan
pada peletakkan dasar arah
pertumbuhan dan enam perkembangan : agama dan moral, fisik motorik, kognitif, Bahasa, social emosional dan seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangannya. Yang
menjadi tujuan diselenggarakan
pendidikan anak usia dini adalah :
1. Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangnya sehingga siap
untuk memesuki pendidikan dasar dan melalu kehidupan pada masa dewasa nanti.
2. Tujuan penyerta : untuk membantu
menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akedemik)
disekolah, sehingg anak usia putus sekolah dapat dikurangu dan siap untuk bersaing secara sehat di level pendidikan berikutnya.
B.Kurikulum Anak Usia Dini
Menurut (Suryana, 2016), kurikulum
adalah : seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Lebih lanjut Suryana menyatakan bahwa semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Menurut (Ismail, 2012): Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pendidikan.
Kurikulum mencerminkan
falsafah/pandangan hidup bangsa ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu. Hal ini akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sampai sekarang. Nilai
sosial, kebutuhan dan tuntutan
masyarakat cenderung mengalami
perubahan antara lain akibat dari
kemajuan ilmu pengatahuan dan
teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk
mengimbangi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut.
UU.SISDIKNAS No.20 Tahun 2003,
Nasional pasal 1 ayat 19, Kurikulum
diartikan seperangkat rencana
danpengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang
digunakansebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai
tujuanpendidikan tertentu. Lebih lanjut
pada pada ayat 3 disebutkan bahwa
kurikulumdisusun sesuai dengan jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan dalam
kerangka Negara kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan
peningkatan iman dantaqwa,
peningkatan akhlak mulia, peningkatan
potensi, kecerdasan dan minatpeserta
didik, keragaman potensi daerah dan
lingkungan, tuntunan
pembangunandaerah dan nasional,
tuntutan dunia kerja, perkembangan
ilmu pengetahuanteknologi dan seni,
agama, dinamika perkembangan global,
persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
Menurut (Suryana, 2016) PAUD
merupakan pendidikan yang paling
fundamental karena perkembangan
anak dimasa selanjutnya sangat
ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang diberikan sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini harus dipersiapkan secara terencana dan bersipfat holistic agar dimasa emas
perkembangan anak mendapatkan
distimulasi yang utuh, sehingga mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan dalm
perkembanganpotensi tersebut adalah dengan program pendidikan yang terstruktur. Salah satu komponen untuk pendidikan yang terstruktur adalah kurikulum.
C.Literasi Untuk Anak Usia Dini
Menurut (Hapsari,2017) Pengajaran
pada anak tentunya harus
menyenangkan, karena pembelajaran yang tidak menggunakan media atau
metode bermain kurang dapat
mengoptimalkan fungsi psikis, fisik
dan sensoris anak yang tengah
berkembang pesat.
Lebih lanjut (Hapsari,2017)
Kemampuan literasi awal adalah
pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang anak usia dini yang berkaitan dengan membaca dan menulis sebelum menguasai kemampuan formal pada usia sekolah.
Menurut (Basyiroh, 2017) literasi berhubungan erat dengan kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan menulis dan kemampuan berbahasa
berbahasa dimulai sejak bayi dilahirkan. Cara bayi berkomunikasi dengan menangis kemudian merespon orang terdekat dengan cara tersenyum dan mengoceh. Dari ocehan itu kemudian berkembang menjadi kata dan kalimat selanjutnya bercerita atau mendengarkan cerita di usia 2-3 tahun. Sejak itu mulailah kemampuan literasi berkembang. Kemampuan literasi atau kemampuan berbahasa pada anak – anak secara bertahap berkembang dari
melakukan ekspresi menjadi
berekspresi dengan berkomunikasi. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog dan bernyanyi.
Menurut (Morrison, 2016) literasi artinya kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara dan mendengar, dengan penekanan terhadap membaca dan menulis yang baik, di dalam konteks lingkup budaya dan sosial anak. Lebih lanjut (Morrison, 2016) mengemukan pendidikan literasi
menjadi peroritas utama karena
beberapa alasan berikut :
Pertama, terlalu banyak anak dan orang dewasa tidak dapat membaca. Lebih dari 90 ribu juta orang di
Amerika Serikat tidak memiliki
keterampilan literasi yang cukup untuk menciptakan kehidupan yang produktif.
Kedua, keterampilan membaca dan
menulis konvensional yang
berkembang di tahun-tahun sejak lahir
hingga usia 5 tahun memeiliki
hubungan kuat yang gambalang dan konsisten dengan keterampilan literasi kovensional berikutnya.
Ketiga, dunia bisnis dan indrustri terpukul saat mendapati banyak tenaga kerja nasional tidak siap untuk memenuhi tuntutan tempat kerja. Para pengkritik pendidikan menyinggung bahwa banyaknya pendidikan lulusan SMU yang tidak punya keterampialan literasi yang dibutuhkan bagi pekerjaan yang sarat teknologi tinggi dewasa ini. Karean itu, guru-guru dan sekolah-sekolah, khususnya di TK dan SD,
merasakan tekanan besar untuk
mengajarkan semua anak mampu membaca sesuai dengan dituntut dari
standar kelas bahkan mampu
melampauinya. Keterampilan ini jelas mereka butuhkan antinya bagi kerja produktif dan menciptakan sebuah
fondasi yang kuat bagi sukses
disekolah dan dikehidupan.
membaca dengan baik, dan bahwa mereka sudah bisa membaca dan menulis dengan benar dalam Bahasa inggris dikelas 3. Tidak mengejutkan karenanaya, jika tujuan belajara di Tk jauh lebih tinggi ketimbang dimasa lalu.
Menurut (Armia dan Zuriana, 2017), Literasi untuk anak usia dini harus dimotivasi dengan berbagai cara, baik oleh lembaga dan orang tua. Literasi untuk anak usia dini juga harus disesuiakan dengan prinsip-prinsip literasi anak usia dini.
Khusus untuk anak PAUD, pendidikan literasi penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Menurut (Armia dan Zuriana, 2017) Berikut
adalah beberapa alasan mengapa
pendidikan literasi perlu diterapkan sejak dini.
1. Melatih kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.
Pendidikan literasi untuk anak PAUD dapat dilakukan dengan
kebiasaan. membacakan buku
cerita atau dongeng pada anak secara rutin. Meski terkesan seperti kegiatan sederhana, membacakan buku pada anak adalah tahap awal mengenalkan mereka pada dunia
literasi. Sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu divisi Kementerian Pendidikan Amerika Serikat menunjukkan bahwa balita yang terbiasa dibacakan buku oleh orang tua mereka bisa lebih cepat mengenal abjad. Survei lainnya
memperlihatkan keberhasilan
balita dalam tahapan literasi awal, seperti menulis namanya sendiri, membaca atau berinteraksi dengan buku. Dalam kegiatan membaca itu anak hendaknya juga diajak berhitung.
2. Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis.
Kemampuan literasi yang tinggi akan berbanding lurus dengan kemampuan anak untuk menerima, mengolah, dan menyikapi setiap informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan literasi yang diterapkan pada anak PAUD berperan sebagai fondasi untuk
anak agar bisa memiliki
kemampuan berpikir kritis dan
logis. Hal tersebut perlu
dipersiapkan agar anak ketika
dihadapkan dengan berbagai
memasuki dunia masyarakat yang sebenarnya di masa mendatang.
3. Mempersiapkan anak untuk
memasuki dunia sekolah.
Mengenalkan poin-poin utama
dalam pendidikan literasi pada
anak prasekolah/PAUD akan
sangat membantu anak
mempersiapkan diri saat memasuki
dunia sekolah. Perkembangan
sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan literasi merupakan aspek-aspek penting yang harus dimiliki anak. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Tahapan literasi awal yang
meliputi bahasa lisan dan tulisan serta pengetahuan mengenai angka
dan huruf menjadi kunci
keberhasilan anak PAUD dalam baca-tulis. Kemampuan tersebut akan menjadi andalan mereka ketika memasuki sekolah dasar. Perkembangan literasi yang baik sangat berkolerasi dengan prestasi anak pada masa yang akan datang. Berdasarkan hal-hal tersebut, anak yang telah terbiasa dikenalkan dengan dunia literasi memiliki
kemampuan belajar dan
berkomunikasi yang lebih baik. Kebiasaan literasi itu juga akan mempengaruhi kemampuan anak pada saat belajar di sekolah dasar.
Kemampuan tersebut akan lebih baik apabila ditambahkan dengan kemampuan memecahkan masalah logis seperti dalam hal berhitung.
Melihat begitu banyaknya manfaat yang bisa didapatkan anak ketika mereka diberi literasi sejak awal, orang tua sudah saatnya menerapkan literasi sedini mungkin. Orang tua dapat menambahkan buku bacaan kepada
anak, memotivasi anak dan
mengevaluasi kemampuan literasi anak di rumah. Praktiknya bisa dimulai ketika anak sedang berada dalam tahap eksplorasi atau ketika mereka sudah
mulai berbicara dan mulai
mengekspresikan diri melalui bahasa dan berhitung.
Pendekatan-Pendekatan Terhadap Literasi Dan Membaca Pada Kurikulum Paud
Menurut (Morrison, 2016) ada
beberapa hal pendekatan-pendekatan dalam literasi pada kurikulum PAUD. 1. Seluruh Kata
Salah satu metode paling
popular yang digunakan bagi
pengembangan literasi dan membaca
adalah “pendekatan kata yang
look-say approach) . Didalamnya anak belajar seluruh kata sekaligus dan menegembangkan sebuah kosa
kata “ sekali Lihat” yang
memampukan merekan memeulai baca tulis. Para pembelajar secara visual-spasial sangat terbantu oleh pendekatan seluruh kata ini.
2. Implikasi-implikasi bagi pengajaran.
Menurut (Morrison, 2016) beberapa hal yang dapat di ajarkan kepada anak-anak untuk mulai
membaca lewat “pendekatan
seluruh kata” :
a. Labeli semua benda didalam kelas (seperti buku, Lemari, Rak, bangku dan lain-lain) sebagai cara mengajar kosa kata lewat melihat.
b. Buatlah dinding kata (word wall). Dinding kata adalah
kumpulan kata yang
ditampilakan di dindidng atau tempat lain untuk display seperti papan khusus yang dirancang untuk memejukan pembelajaran literasi. Kata-kata yang di letakkan di dinding kata yang bersal dari cerita yang dibacakan, daftar kosa kata khusus dan tulisan anak-anak.
c. Buatlah Dinding kata
Interaktif (interactive word
wall). Dindidng kata interaktif mengembangkan pembelajaran kosakata ketika anak terlibat secara interaktif didalam aktivitas-aktivitas terstruktur disekitar kata-kata yang tertera di dinding kata. Selain itu, anak-anak dapat melepaskan
kata-kata dari dinding dan
menggunakannya untuk
membeantu mereka mengeja.
d. Menggunakan kamus-kamus
bergambar dan kamus-kamus lain. Anak suka sekali mendangi kata-kata, dan ini mendukung keahlian riset mereka.
e. Meminta anak memasangkan
kata dengan gambar dan objek. Pendekatan ini digunakan di program Montesorian.
f. Minta anak mebuat buku
mereka sendiri dan menulis
jurnal. Mereka dapat
menggunakan seluruh kata
untuk menuliskan cerita, puisis dan apapun. Setipa anak dapat
memiliki box/file mereka
sendiri untuk menyimpan kata-kata bagi kegiatan baca tulis mereka. Setiap kali anak-anak belajar/menggunakan satu kata
bar, mereka dapat
g. Mengguakan teknologi untuk mendukung pembelajaran baca tulis anak, contohnya apps iPad seperti Sight Word bingo, Word Wall HD, dan The Electric Company.
3. Fonik
Pendekatan popular lain dari literasi dan mebaca adalah “
intruksi fonik” (phonics
instruction) yang menekankan
korespodensi huruf dengan
bunyinya. Dengan mempelajari
kaitan-kaitan ini, anak jadi mampu memadukan bunyi menjadi kata. Para pendukung intruksi fonik berpendapat bahwa korespondensi bunyi-bunyi memampukan anak untuk membuat koneksi-koneksi otomatis antara kata dan bunyi, dan sebagai akibatnya, membunyikan kata-kata dan mebacanya sendiri. 4. Pengalaman Bahasa
Metode ini pengembangan literasi dan mebaca, pendekatan pengalaman Bahasa, mengikuti filsafat dan saran yang inheren di
dalam filsafat pendidikan
progresif. Pendekatan ini berpusat nak dan yakin pada pendidikan literasi mestinya bermaksa bagi
anak-anak, tumbuh dari
pengalaman-pengalaman yang
menarik minat mereka.
Menggunakan pengalaman anak
sendiri bagi tujuan-tujuan
intruksionaladalah unsur kunci di dalam pendekatan berpusat anak ini. Banyak guru menerjemahkan
cerita-cerita anak tentang
pengalaman mereka dan
mengunakannya sebgai basisi
untuk mebuat intruksi menulis dan membaca mereka.
5. Bahasa Seutuhnya
Pendekatan Bahasa
seutuhnya (whole-language
approach) terhadap literasi
mendukung penggunaan semua
aspek Bahasa yaitu membaca,
menulis, mendengarkan dan
berbicara, sebgai basis untuk mengembangkan literasi. Anak-anak belajar tentang membaca dan menulis lewat bercakap-cakap dean
mendengarkan, mereka belajar
membaca lewat menulis dan belajar menulis lewat membaca. Ciri lain pendektan Bahasa seutuhnya adalah :
a. Pendekatan seluruh kata : merupakan bagian penting dari pendekatan bahasa sepenuhnya. b. Membaca, menulis, berbicara
c. Menulis dimulai sejak awal,
anak-anak menulis sejak
memasuki program
d. Pendekatan Bahasa sepenuhnya berbasis literatur : Anak belajar
kata-kata dengan membaca
mereka dan meminta guru
membacakan untuk dan
bersama mereka. Selain itu tulisan anak digunakan sebgai bahan bacaan. Umumnya paling baik, dan banyak pendidik anak usia dini mendukungpendekatan literasi yang meneyediakan keseimbangan di antara banyak metode untuk mengajarkan anak literasi dan membaca disebuah
lingkungan kaya tulisan.
Lingkungan ini meliputi
pelabelan semua benda didalam kelas dan sekolah , membuat papan bulutin berisi jurnal-jurnal, cerita dana pa pn yang dibuat anak sendiri, dinding kata, bergam buku dan majalah disemua genre, menggunakan teknologi untuk mendukung
pengembangan literasi dan
membaca, memanfaatkan pusat-pusat literasi didalm kelas,
menggunakan perpustakaan
kelas, dan memperkaya bahan-bahan untuk menulis.
Menurut (Morrison, 2016) Ciri-ciri lain pendekatan yang seimbang memiliki hal-hal sebagai berikut :
a. Intrusi intensional bagi
keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan untuk belajar
membaca: fonik, pengenalan kata dan lain-lain.
b. Bengkel membaca, strategi
mengajar yang memberikan
murid-murid kesempatan untuk memilih buku-buku yang ingin dibaca dan mendiskusikannya dengan murid-murid lain di kelompok-kelompok kecil. c. Bengkel menulis, strategi
mengajar yang membuat tulisan
bagi kurikulum yang
terintregasikan dengan
memberikan murid-murid
kesempatan untuk membuat draf, menulis dan mengedit
cerita-cerita mereka dan
komposisinya. d. Membaca bersama
e. Membaca terpadu, yaitu
pendekatan yang diarahkan guru untuk membantu semua anak belajar keterampilan membaca yang esensial.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), masih rendah minat literasi. Oleh karena itu, sangat perlu disediakan bahan literasi yang memadai dan sesuai dengan usia anak (menyenangkan). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) harus dimotivasi dengan berbagai cara, baik dengan berbagai lomba, hadiah dan pujian yang dapat memotivasi anak untuk berliterasi. Berdasarkan teori Thorndike, prinsipnya
literasi untuk PAUD harus
menyenangkan/belajar sambil bermain. Dengan latihan literasi akan terbentuk hal-hal berikut; (1) melatih kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan
menghitung, (2) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, (3)
mempersiapkan anak untuk memasuki dunia sekolah. Hal ini sangat penting karena dengan berliterasi anak akan yang sesuai dengan PAUD akan memotivasi anak untuk mulai baca-tulis. Dengan tingginya minat literasi anak usia dini , akan terbentuklah genarasi-generasi yang cerdas dan berkarakter islami.
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu motivasi untuk berliterasi
karena dengan literasi akan
membentuk kecerdasan dan karakter anak dari awal.
2) Literasi dari majalah/buku yang ditawalkan kepada Anak Usia Dini harus melalui badan yang menyeleksi
bahan literasi, yang menerapkan syariat Islam.
3) Literasi hendaknya dapat untuk menumbuhkan minat baca-tulis.
4) Literasi anak usia dini hendaknya
menjadi stimulus yang
menyenangkan.
Daftar Rujukan
Armia dan Zuriana. (2017). Pentingnya Literasi Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Langgam Bahasa, 11(2), 161–167.
Basyiroh, I. (2017). PROGRAM PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN LITERASI ANAK USIA DINI. Tunas Siliwangi, 3(2).
Hapsari, W., Ruhaena, L., & Pratisti, W. D. (2017). Peningkatan Kemampuan Literasi Awal Anak Prasekolah Melalui Program Stimulasi. Jurnal Psikologi, 44(3), 177.
https://doi.org/10.22146/jpsi.16929
Ismail. (2012). Kurikulum Pendidikan Islam Perspektif Ibnu Khaldun, 7(2).
Morrison, G. S. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini (13th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryana, D. (2014). KURIKULUM PENDlDIKAN ANAK USIA DIN1
BERBABASIS PERKEMBANGAN
ANAK. PESONA DASAR (Vol. 1 No.3).
Suryana, D. (2016). Stimulasi dan Aspek Perkembangan AUD (Pertama). Jakarta: Kencana.