• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAHYUDI 15.3200.040. Peran Pustakawan Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "WAHYUDI 15.3200.040. Peran Pustakawan Pe"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Ilmiah

PERAN PUSTAKAWAN PERGURUAN TINGGI UNTUK

MEMBANGUN PERPUSTAKAAN YANG IDEAL

Oleh

WAHYUDI

15.3200.040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI DAN DAKWAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PAREPARE

(2)

LEMBAR ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : WAHYUDI

Tempat/Tanggal lahir : Orobatu, 28, February 1997

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

NIM : 15.3200.040

Universitas : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Parepare

Nomor Telepon/Hp : 081242876658

Judul Artikel : PERAN PUSTAKAWAN PERGURUAN TINGGI UNTUK MEMBANGUN PERPUSTAKAAN YANG IDEAL

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya ajukan

dalam lomba karya tulis ilmiah tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Unit

perpustakaan STAIN Parepare. adalah betul-betul karya saya, tidak menjiplak atau

plagiat, belum pernah dipublikasikan sebelumnya dimedia manapun, dan belum

pernah diikutsertakan dalam perlombaan sejenis. Apabila pernyataan saya tersebut

diatas dikemudian hari tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Parepare 26, April 2017

Yang membuat pernyataan,

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

2.1 Pustakawan dan Tugas Pokoknya... 3

2.2 Peranan Pustakawan dan Sikap Pustakawan... 9

2.3 Kendala yang dihapi Pustawan Perguruan Tinggi... 4

2.4 Pengertian Perpustakaan... 2.5 Peran dan Fungsi Perpustakaan ... 2.6 Perpustakaan perguruan Tinggi ... 2.7 Perpustakaan yang Ideal ... BAB III PENUTUP ……...…………. ...20

3.1 Kesimpulan ... ...20

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pengetahuan dan kehidupan manusia semakin maju dengan

kehadiran teknologi komunikasi dan informasi. Semakin canggih teknologi di bidang

komputasi, informasi dan komunikasi saat ini menyebabkan informasi semakin

banyak dan beragam. Informasi dapat berupa dokumen, berita, data keuangan,

laporan peneletian, data statistic dan lain-lain.1

Perpustakaan sebagai salah satu sarana penyedia informasi memegang peran

penting dalam pembentukan masyarakat berdaya saing. Karena untuk membentuk

masyarakat berdaya saing, tentu harus diawali dengan pemberian infomasi yang

memadai.2 Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai salah satu pusat sumber belajar

bagi mahasiswa memainkan peran yang sangat strategis dalam upaya perguruan

tinggi mencapai tujuannya. Dimana perpustakaan dapat dijadikan salah satu sarana

belajar dalam menunjang pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.3

Akan tetapi peran penting perpustakaan seolah mengalami kemandulan. Karena saat

ini, perpustakaan menjadi salah satu tempat yang anti dikunjungi oleh sebagian besar

masyarakat atau mahasiswa Indonesia. Perkembangan dunia informasi dan teknologi

komunikasi telah membawa hawa baru bagi dunia perpustakaan kita.

1Sitti Husaebah Pattah, “Litarasi Informasi: Peningkatan kompetensi Informasi Dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 2, no.2,(Juli-Desember 2014), h. 117.

2 Isti Mawaddah, ” Menuju Perpustakaan Ideal,” Libraria. 2, no.1,(Januari-Juni 2014) h.151.

(5)

Menjalankan fungsi-fungsi utama perpustakaan seperti menghimpun

informasi, mengelola informasi dan memberdayakan serta memberikan layanan

optimal. Namun belumlah cukup dikatakan sebagai perpustakaan ideal.4

Maka dari itu, diperlukan Peningkatan kualitas kinerja pustakawan

berdasarkan karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan

sanksi, telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 43 Tahun

1999 Tentang pokok-pokok kepegawaian, dan ketentuan pelaksanaannya di atur

dalam keputusan Menteri pendayagunaan aparatur Negara Nomor:

132/KEP/M.PAN/12/2002. Tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka

kreditnya. Tuntunan tersebut diharapkan akan menghasilkan Pustakawan yang

berkualitas, professional dan bertanggung jawab, jujur dan lebih mampu serta

akunbel dalam pemberian pelayanan public.5

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana peran pustakawan.?

1.2.2 Apa saja yang harus di lakukan dalam membangun perpustakaan yang ideal.?

II. PEMBAHASAN

4 Isti Mawaddah, “Menuju Perpustakaan Ideal.” Libraria 2 no.1,(Januari-Juni 2014), h.151.

(6)

2.1 Pustakawan dan Tugas Pokoknya

Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka” dengan demikian penambahan

kata “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat

dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Dalam arti tradisional, pustakawan adalah

kurator koleksi buku dan materi informasi lainnya., menata akese pemakai pada

koleksi tersebut dengan berbagai syarat6. Dalam arti modern, pustakawan adalah

menejer dan mediator akses ke informasi untuk kelompok pemakai berbagai jenis,

awalnya di mulai dari koleksi perpustakaan kemudian meluas ke sumber lain yang

terdapat di dunia.7 Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang

menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa “pustakawan”

adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan

pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasrkan

ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Sejak tahun 1988 pemerintah Indonesia menagakui profesi pustakawan sebagai

jabatan fungsional. Berdasarkan SK MENAN No.18 Tahun 1988.8

Pustakawan dalam unsur di perguruan tinggi termasuk tenaga kependidikan .

hal ini sesuai dengan Undang-undang SisDikNas yang baru (UU RI Nomor 20 Tahun

2003) pada pasal 39 ayat (1) bahwa tenga kependidikan salah satunya meliputi

pustakawan.9

6Rachman Hermawan & Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan, Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia, (Cet.2: Jakarta: CV. Sagung Seto, 2010). h. 45

7Yusniah, “Information Literacy of Library Science” h. 22.

8Rachman Hermawan & Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan, Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia, h. 45-47.

9Endang Fatmawati, Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari Servqual ke LibQual+TM,

(7)

2.2 Peranan Pustakawan

Peranan pustakawan dalam melayani penggunnya sangat beragam. Misalnya

pada lembaga pendidikan/perpustakaan perguruaan tinggi di samping berperan

sebagai pustakawan dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Dalam banayk

hal pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda) yang dapat disingkat

dengan akronim EMAS dengan rincian sebagai berikut:

2.2.1 Edukator: Sebagai educator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan

tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Oleh karena itu

pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan

mengembangkan, baik para pegawai maupun pengguna jasa yang dilayaninya.

2.2.2 Manajer: Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer Informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi dengan informasi pada sisi lain. Sebagai

manajer itu harus mempunyai jiwa pemimpin,

2.2.3 Administrator: Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,

melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan,. Oleh karena itu,

seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas dibidang

organisasi, sistem dan prosedur kerja.

2.2.4 Supervisor: Sebagai supervisor pustakawan harus (a). Dapat melaksanakan

pembinaan professional,; (b). Dapat meningkatkan prestasi; (c). Mempunyai

wawasan yang luas, (d). Mampu berkoordinasi, dengan baik.10

(8)

2.3 Sikap Pustakawan

Perpustakaan akan selalu menjadi organisasi informasi yang dinamis,

mengikuti arah peradaban. Jika pustakawan tidak mengikuti perkembangannya, maka

tinggal menunggu saatnya perpustakaan tersebut akan di tinggal pemustakanya. Maka

dari itu Sikap pustakawan seharusnya :

2.3.1 Sikap legawa: Sikap legawa ini merupakan bentuk sikap pustakawan dalam

menerima kritik dan saran, serta memahami kondisi masa lalu dan sekarang

sebagai titik balik perkembangan di masa yang akan datang.

2.3.2 Terbuka untuk maju : Sikap terbuka dan berkeinginan untuk maju merupakan

bentuk sikap pustakawan yang melihat kemajuan sebagai motivasi untuk

mengembangkan diri, tidak mudah puas denagn keadaan yang ada sekarang,

Studi Banding

2.3.3 Studi Banding: Studi banding merupakan bentuk follow up dari sikap legawa dan berkeinginan untuk maju. Dengan studi banding ini pustakwan melihat

secara langsung perkembanagn ditempat lain dan menganalisa hal-hal mana

yang perlu di lakukan untuk perpustakaannya, bagaimana manajemen

perpusyakaannya, dan lain-lain sehingga semakain memanfaatkan program

perpustakaan yang akan dilakukan.11

2.4 Kendala yang dihapi Pustawan Perguruan Tinggi

(9)

Menurut UU No. 43/2007 dan Standart Nasional Indonesia (SNI 7330:

2009), untuk menjadi pustakawan, seorang harus memiliki pendidikan minimal

“Sarjana di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau yang disetarakan, dan diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawan pada unit-unit perpustakaan.”

Ini menunjukkan bahwa untuk menjadi pustakawan tidak bisa hanya melalui training

atau tingkat pendidikan diploma.12

Mirwansyah (1999:10-11) menyatakan bahwa secara umum perpustakaan

belum memiliki sumber daya manusia yang baik dan memadai. Kenyataan di

lapangan menunjukkan sebagian besar perpustakaan masih kurang memiliki

karyawan yang berlatar belakang pendidikan perputakaan, dukumentasi dan

informasi (pusdokoinfo). Sedangkan menurut Iskandar Sulaiman (2002:48)

menyatakan bahwa kurangnya kemampuan /keahlian pustakawan, dan lemahnya

prosedur serta metode kerja merupakan kendala bagi pustakawan dan

mendayagunakan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pada khusunya.

2.5 Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata latinliber atau libriyang artinya buku. Dari kata

latin tersebut terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku. Di dalam

bahasa Inggris dikenal dengan istilah library, (Jerman) bibliothek, (Perancis)

(10)

bibliotheque, dan (Belanda) bibliotheek. Semua istilah ini berasal dari bahasa Yunani

biblia, artinya tentang buku. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia: pustaka artinya

kitab. Kata dasar dari perpustakaan adalah pustaka. Menurut kamus “The Oxford

English Dictionary”, kata library atau perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa

Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “suatu tempat buku-buku yang diatur untuk

dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan” (Gunarso, 2009). 13

Lasa (2007:24) menjelasakan bahwa perpustakaan adalah: “kumpulan

buku-buku yang tersedia dan dimaksudkan untuk dibaca. Oleh karena itu, perpustakaan

merupakan tempat untuk menambah ilmu pengetahuan, mendapatkan keterangan,

atau tempat mencari hiburan.14

2.6 Peran dan Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang dipergunakan

sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi,

pelestarian khazanah budaya bangsa, serta berbagai layanan jasa lainnya, telah ada

sejak zaman dulu kala. Sebuah perpustakaan pada prinsipnya mempunyai tiga

kegiatan pokok, yaityu yang pertama mengumpulkan (to collect) semua informasi

yang sesuai dengan bidang kegiatan dan misi lembaganya dan masayarakat yang

dilayaninya. Kedua, melesatarikan, memelihara, dan merawat seluruh koleksi

perpustakaan, agar tetap dalam keadaan baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak,

baik karena pemakaian maupun karena usianya (to preserve). Ketiga, adalah

13 Ulin Nuha. “Meningkatkan Kualitas pelayanan Perpustakaan Dengan Pendekatana Bilingual,” Libraria 2,no.1,(Januari-Juni 2014), h. 62-63.

(11)

menyediakan untuk siap dipergubakan dan diberdayakan (to make available) atas

seluruh sumber informasi dan koleksi yang dimiliki perpustakaan bagi pemakainya.15

2.7 Perpustakaan perguruan Tinggi

Undang-undang 43 tahun 2007 memang tidak secara tegas mendefinisikan

perpustakaan perguruan tinggi. Namun definisi perpustakaan perguruan tinggi dapat

diturungkan dari definisi perpustakaan sebagimana disebutkan pada pasal ayat 1 UU

43 tahun 2007 yaitu institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau

karya rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi

kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para

pemustaka. Jadi perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan sebagaimana

definisi undang-undang tadi dan diselenggarakan oleh perguruan tinggi (pasal 24 UU

43 tahun 2007).16

2.8 Perpustakaan yang Ideal

Perpustakaan ideal adalah yang mampu menciptakan inovasi baru di tengah

arus perubahan yang terjadi. Bukan saja perubahan zaman yang terus berjalan tanpa

ampun, namun juga perubahan nilai informasi dan perilaku para pencari informasi itu

sendiri. Perpustakaan ideal bukan saja terus meningkatkan layanan primanya, namun

juga mampu menjadi fasilitator informasi bagi masyarakat atau mahasiswa.

Menciptakan perpustakaan ideal melalui delapan tahapan : Awareness

(pengenalan), Knowledge (pengetahuan), Understanding (pemahaman),Perception

15Lis Yulianti Syafrida Siregar, “Perpustakaan Dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi,”

Al-Kuttab 1, no.2 ( Juli-Desember 2013), h. 121-122.

(12)

(persepsi/cara pandang), Belief (keyakinan), Attitude (sikap), Behavior (perilaku).

Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bahwa tahapan-tahapan tersebut apabila

dilaksanakan dengan baik maka citra ideal perpustakaan dapat tercipta. Pengenalan

perpustakaan dapat dilakukan melalui promosi, setelah masyarakat kenal maka dia

akan paham apa yang bisa di dapat di perpustakaan. Masyarakat kemudian akan

memiliki persepsi yang baik terhadap perpustakaan, selanjutnya dia akan yakin bila

butuh sesuatu akan mencari ke perpustakaan. Hal-hal tersebut akan menimbulkan

sikap yang menghargai perpustakaan dan kemudian dia akan berperilaku baik

terhadap perpustakaan dan pustakawannya, dengan demikian citra positip dan ideal

akan didapat ( Hary Saputra, 2012)17

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(13)

Dari uraian serba ringkas diatas maka ditarik benang merah bahwa peran

pustakawan perguruan tinggi untuk membangun perpustakaan yang ideal yaitu.

3.1.1 Pustakawan harus memainkan berbagai peran yang disingkat dengan akronim

EMAS dengan rincian Sebagai Berikut: Edukator (Pendidik), Manajer,

Administrator, dan Supervisor

3.1.2 Pustawan harus memiliki sikap legawa, Sikap terbuka untuk maju. Sikap studi

banding

Dengan mengamalkan kedua poin diatas maka Insya Allah pustakawan akan

akan mudah membangun atau mewujudkan cita-cita atau harapannya akan

perpustakaan yang ideal.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Daud, Murtala, Yusrizal, Khairuddin. 2016. “Pengelolaan Buku Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Baca di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh,” Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4, no. 1.

Fatmawati, Endang. 2013. Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari Servqual ke LibQual+TM,. Jakarta: CV Sagung Seto.

Hermawan, Rachman & Zulfikar Zen. 2010. Etika Kepustakawanan, Suatu

Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Ibrahim, Andi. 2014. “Manajemen Pengembangan kinerja Pustakawan Perguruan Tinggi di Era Globalisasi Informasiuntuk Meningkatkan Mutu Layanan di Perpustakaan,” Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 2 no. 1.

Lis Yulianti Syafrida Siregar. 2013. “Perpustakaan Dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi,” Al-Kuttab 1, no.2.

Made Hery Wihardika Griadhi, I ade Putra Subagia Antara, Made Darmawan. 2016. “Sosialisasi dan Pelatihaan Pemanfaatan Perpustakaan (Literasi Informasi ) Berbasis Teknologi Informasi Pada Mahasiswa Undiksha”Laporan P2M Universitas Pendidikan Ganesha: Singaraja.

Mawaddah, Isti. 2014. “Menuju Perpustakaan Ideal,” Libraria 2, no.1. h.151-164

MLS, Kosam Rimbawa, dkk. 2013. Peran IPI Dalam Meningkatkan Kompertensi Pustakawan Menuju sertifikasi. Jakarta: CV. Agung Seto.

Pattah, Sitti Husaebah. 2014. “Litarasi Informasi: Peningkatan kompetensi Informasi Dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah 2, no.2.

Saleh, Abdur Rahman. 2011. Percikan Pemikiran di Bidang Kepustakawanan. Cet. 1: Jakarta: CV Sagung Seto.

Suwarno,Wiji. 2010 Pengetahuan Dasar Kepustakaan, Sisi Penting Perpustakaan dan Pustakawan. Cet. 1: Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Marimas Putera Kencana mengenai apakah mereka terbeban dengan pekerjaan yang diberikan mereka selama ini, ditilik dari empat macam sub variabel, yaitu tugas- tugas, organisasi

Dengan demikian petani sudah menggunakan pupuk organik pada usahataninya sesuai dengan anjuran penyuluh baik dari segi jenis, dosis, waktu dan cara

Penyelesaian bipartit dilakukan agar perselisihan dapat dilaksanakan secara kekeluargaan, yang diharapkan masing-masing pihak tidak merasa ada yang dikalahkan dan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul:

Selain gangguan reseptor di sauar darah otak penumpukan Aβ bisa juga diakibatkan pembentukan yang berlebihan akibat gangguan mutasi secara genetik dari peptida

Sesungguhnya keuntungan maupun kerugian dalam produk mudharabah telah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yakni keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan

2.730.000,00 JUMLAH (Rp) Jombang, 30 October 2017 Pelaksana Kegiatan, ABDULLOH AFANDI JOHANES PAMUNGKAS Telah Diverifikasi Mengesahkan, BAMBANG SUIRMAN. KEPALA DESA

Lapisan Aspal Beton (laston) adalah suatu lapisan konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar