• Tidak ada hasil yang ditemukan

APA YANG DIKATAKAN AL QURAN TENTANG ALKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APA YANG DIKATAKAN AL QURAN TENTANG ALKI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

APA YANG DIKATAKAN AL-QURAN TENTANG ALKITAB?

Oleh:

Syed Bahadar Shah

Disadur dan diterjemahkan oleh:

Pdt. Yosep Surahman Situmeang

CONTENT

Hal 10 Apa yang dipercayai umat Islam sehubungan dengan Kitab-kitab Suci Allah?

Hal 10 Apa pandangan umat Islam mula-mula mengenai kitab suci yang sebelumnya?

Hal 12 Mengapa Kitab Suci yang sebelumnya diduga telah diganti?

Hal 13 Apakah Nabi Isa Al Masih (pbuh) menghapuskan Taurat?

Hal 15 Apakah bangsa dari kitab tersebut mengikutinya dengan tepat?

Hal 15 Apakah bangsa dari kitab tersebut mengubah kitab suci sebelumnya atau mereka hanya tidak setia menguikuti kitab sucinya?

(2)

Hal 19 Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menduga bahwa kitab suci yang sebelumnya telah diganti?

Hal 22 Apakah Al-Quran atau doktrin dasar Islam membatalkan kitab suci yang sebelumya?

Hal 23 Apakah Allah memberikan Taurat kepada Nabi Musa (pbuh)?

Hal 24 Apakah Allah memberikan zabur kepada Nabi Daud (pbuh)?

Hal 24 Apakah Allah menunjukkan Injil (Perjanjian Baru) kepada Nabi Isa al Masih (pbuh)?

Hal 25 Menurut Al-Quran wahyu-wahyu yang mana yang Allah kirimkan kepada umat manusia?

Hal 26 Apakah Quran dimana saja menginstruksikan kepada umat-umat percaya untuk mempercayai kitab-kitab suci sebelumnya?

Hal 26 Apakah yang dikatakan Quran mengenai mereka yang menolak keempat kitab suci Allah? Apa yang akan menjadi konsekuensi atas penolakan wahyu-wahyu sebelumnya?

Hal 29 Mengapa Quran dimunculkan?

Hal 29 Apa saja yang dikatakan Quran terkait kitab-kitab sebelumnya? Hal 30 Mampukah Allah melindungi wahyu-Nya sendiri dari perubahan?

(3)

Hal 32 Apakah Quran menyatakan bahwa umat-umat yang di dalam kitab harus berhenti membaca Alkitab ketika Quran telah dinyatakan?

Hal 35 Haruskah umat-umat Islam yang percaya menghakimi umat-umat yang di dalam kitab berdasarka wahyu Quran?

Hal 37 Apa yang menjadi nasihat dari Nabi Muhammad (pbuh) sehubungan dengan Alkitab (kitab-kitab sebelumnya)?

Hal 41 KESIMPULAN

Hal 43 [Appendix I] – Apa pandangan sarjana Islam mula-mula sehubungan dengan Alkitab?

Hal 47 [Appendix II] – Apa ayat-ayat Quran yang lain dirasakan seperti mengatakan bahwa ayat-ayat Alkitab lainnya itu dirusak? (tetapi juga berbicara lain)

Hal 49 [Appendix III] – Daftar ayat-ayat lain dimana Allah berbicara mengenai Taurat dan Injil.

“Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang di wahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Quran). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada

Nya.”

(4)

“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan

yang agung.”

Surah Al-Yunus 10:64

Page 9

Apa yang dikatakan Al-Quran tentang Alkitab?

Beberapa orang berpendapat “Alkitab adalah Firman TUHAN dan masih valid untuk umat Muslim,” sedangkan yang lain berkata “Alkitab telah dirubah.” Buku ini ditetapkan untuk menunjukkan dengan jelas perkataan-perkataan Al-Quran akan Alkitab. Banyak orang Kristen yang terkejut mengetahui bahwa Qur’an telah banyak berkata mengenai Alkitab (kitab-kitab

sebelumnya).

Page 10

Apa yang dipercayai oleh Islam mengenai Kitab-kitab

Allah?

Kepercayaan didalam kitab-kitab Allah (kitab-kitab sorga) bahwa Allah

menurunkan prinsip dasar Islam. Keempat kitab-kitab itu ialah; taurat, zabur, injil, dan quran. Taurat, adalah Perjanjian Lama atau hukum sang nabi Musa (pbuh). Zabur, adalah mazmur-mazmur Daud (pbuh). Injil, adalah Perjanjian Baru atau pekabaran nabi Isa Al Masih (pbuh). Agar menjadi muslim yang sejati, seseorang harus mengimani semua Kitab-kitab Suci (Kitab-kitab Allah) dan kepercayaan ini dikuatkan oleh Al-Quran sendiri.

(5)

(Alkitab) telah dirusak (diubah), sehingga tidak perlu lagi untuk

membacanya. Kedua, dugaan yang kemudian menyatakan bahwa Al-Quran adalah wahyu yang lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya; sehingga cukuplah hanya mengikuti yang baru ini saja. Argument yang baru-baru ini adalah bahwa ‘Allah mengungkapkan Perjanjian Lama (Taurat), kemudian Perjanjian Baru (Injil), lalu kemudian Perjanjian Terakhir (Al-Quran), sehingga tidak perlu lagi mengikuti ataupun membaca perjanjian-perjanjian

sebelumnya.

Apa pandangan Islam mula-mula mengenai Kitab Suci

sebelumnya?

Dugaan-dugaan ini menentang Alkitab tidak ada ketika Islam ditemukan atau pada masa-masa awal setelah Nabi Muhammad (pbuh). Umat Islam mula-mula, hanya sebagaimana ajaran Quran, memiliki rasa hormat yang besar terhadap kitab-kitab sebelumnya. Sejak Quran sendiri yang mengangkat nama baik kitab-kitab suci sebelumnya, maka para umat percaya tidak memiliki hak untuk mendiskualifikasi mereka. Bagaimanapun, kemudian datanglah seorang sarjana yang menginginkan agar umat Islam membatasi diri dengan hanya membaca Quran saja dan mencoba menghindari

membaca Alkitab (kitab suci sebelumnya). Bagaimanapun dugaan-dugaan melawan Alkitab telah dipaparkan dengan maksud untuk membenarkan umat percaya, supaya Alkitab, yang merupakan kalimat-kalimat Allah tidak dibaca.

Page 12

Mengapa Kitab-kitab sebelumnya diduga telah dirubah?

Pada masa itu alasan lain datang kepada latar depan permasalahan. Ketika umat Muslim mencari sekeliling mereka yang mengikuti ajaran Alkitab,

(6)

Alkitab tuliskan itu berbeda. Juga pada waktu-waktu dekat ini, alasan terbesar untuk sarjana muslim untuk menyalahkan Alkitab telah diubah, adalah menunjuk kepada suatu pola hidup orang-orang Barat (yang umumnya Kristen di mata mereka).

Ketika dunia Muslim melihat kehidupan Barat yang kacau, biasanya mereka mengkonsumsi daging babi dan meminum alkhohol, yang juga mereka mengaku adalah orang Kristen (karena itu merupakan agama leluhur mereka), Muslim menyimpulkan bahwa “inilah kekristenan itu dan ini membuktikan bahwa mereka telah merubah Alkitab.” Faktanya adalah, banyak orang-orang Barat bukan hanya memanggil mereka Kristen atau menyebutkan Kristen dalam nama mereka (Christian), dan Kristen sejati yang hidup di Barat menjadi kecewa dengan kehidupan immoral yang ada di Barat.

Ketika Orang-orang yang ada di dalam Kitab ditanyai mengapa mereka memakan daging Babia tau meminum anggur, Umat yang di dalam Kitab (spesifiknya Kristen) menjawab bahwa itu dari Alkitab. Mereka mengatakan bahwa Isa al Masih (pbuh) berkata, “bukan apa yang masuk kedalam tubuh yang menajiskan, tetapi apa yang keluar dari dalam tubuh itulah yang

menajiskan seseorang” (Injil Matius 15:11). Mereka mengklaim statemen ini untuk menunjukkan bahwa semua jenis-jenis makanan itu bisa dimakan. Perlu kita ketahui bahwa ini adalah interpretasi dari kalimat Isa al Masih (pbuh) yang disalah artikan. Dia tidak menyatakan bahwa makanan yang haram kemudian menjadi halal melalui statemen ini; dia juga tidak

membuat suatu ajaran baru bahwa Perjanjian Lama dibatalkan hanya karena satu ayat ini, sebagaimana yang akan kita lihat berikut ini.

Page 13

(7)

Faktanya Nabi Isa al Masih (pbuh) telah memberikan pernyataan dalam Injil, Matius 5:17, “jangan berpikir Aku datang untuk menghancurkan Hukum atau ajaran Para Nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan

menggenapinya.” Dalam Taurat (Hukum Nabi Musa (pbuh)), Buku ketiga, Imamat, pasal 11 telah menuliskan dengan detail binatang yang haram dan yang tidak haram, dimana itu merupakan undang-undang penting bagi Umat yang ada di Kitab. Oleh karena itu berdasarkan statement ini jelas bahwa Ia tidak menghapus atau mengubah hukum dari Nabi-nabi. Lebih lagi, ketika Nabi Isa al Masih (pbuh) menjawab orang Yahudi bahwa “bukan apa yang masuk ke mulut yang menajiskan orang, tetapi yang keluar dari dalam mulut yang menajiskannya” (Injil Matius 15:11), diskusinya bukanlah mengenai makanan. Ingat bahwa ketika Ia berbicara dengan orang Yahudi yang tidak memakan makanan haram dan mengetahui hukum haram dan halal, tentu yang dibahas oleh mereka bukanlah masalah apa yang dapat saya makan atau apa yang tidak dapat saya makan. Masalahnya adalah ini: Orang-orang Yahudi mengkritik Dia karena murid-murid-Nya tidak tidak mencuci tangan mereka dalam hal ritual sebelum mereka memakan makanan. Nabi Isa al Masih (pbuh) disini menjelaskan kepada orang-orang Farisi bahwa Ia mengetahui maksud jahat dari pikiran mereka dan mengumandangkan bahwa mereka butuh untuk melihat apa yang keluar dari dalam mulut dan kata-kata yang mereka keluarkan dari mulut dapat merusak reputasi orang lain juga membahayakan diri mereka sendiri.

Page 14

Orang-orang dalam Kitab (Kristen) yang menjaga hari Minggu sebagai hari peribadatan, tidak dapat membuktikan melalui Alkitab bahwa itu merupakan

hari perhentian karena khususnya dalam bahasa Arab kata Sabtu adalah Sabt (yang artinya, ‘hari peristirahatan’) dan Minggu yang adalah Yom

Al-Ahad (yang artinya, ‘hari pertama’).

(8)

Apakah Umat yang ada di Kitab mengikuti kitab-kitab itu

dengan sepenuhnya?

Umat-umat Islam yang percaya juga memulai untuk menemukan bahwa hari beribadah berdasarkan Alkitab adalah Sabtu (Sabat atau Sabt dalam Arab); banyak Umat yang di Kitab (Kristen), menjaga hari Minggu sebagai hari beribadah kepada TUHAN. Namun, orang-orang Yahudi yang juga diberikan hukum Allah melalui Musa (pbuh), tetap setia menuruti dan menjaga hari Sabat sebagai hari perbaktian kepada-Nya, dimana yang tertulis juga dalam Al-Quran di dalam beberapa ayat yang merujuk seperti di ayat 65 Surah al Baqara.

‘dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakana kepada

mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!’

Umat yang di Kitab (Kristen) yang menjaga Minggu sebagai hari

peristirahatan, tidak dapat menunjukkan dari Alkitab yang menyatakan pemeliharaan hari Minggu khususnya berdasarkan kata Arab saja yang

menuliskan Sabat sebagai perhentian atau ketujuh, sementara Al-Ahad yang berarti hari pertama.

Apakah Umat yang di Kitab mengubah Kitab sucinya atau

mereka hanya tetap tidak setia mengikutinya?

Ketika Umat yang di Kitab (Kristen khususnya), merespon dengan percaya diri, kemudian Muslim menyimpulkan bahwa pastilah Kristen telah

mengubah Alkitabnya untuk mengubahnya sesuai dengan yang mereka ingin lakukan. Bagaimanapun tuduhan dikemukakan, bahwa Alkitab (kitab

sebelumnya) telah dirusak. Faktanya adalah Alkitab tidak dirubah;

(9)

Diskusi ini telah dihasilkan oleh beberapa tahun setelah Qur’an ditulis. Di dalam Qur’an perbedaan ini cukup jelas; Qur’an tidak menuduh mereka mengubah Alkitabnya tetapi malah menuduh mereka tidak melakukan apa yang di ajarkan Alkitab. Terlebih lagi, ada observasi yang penting ketika belajar Qur’an, bahwa itu berbicara umumnya kepada orang-orang Yahudi di banyak ayat Qur’an, meskipun kita dapat sepakat berkata bahwa orang-orang Yahudi dan juga Orang Kristen tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh Alkitab. Disini, poin yang ditekankan adalah, Qur’an tidak menuduh bahwa Alkitab (Taurat, Zabur, dan Injil) telah diubah atau dirusak, tetapi Umat yang di Kitab itu sendiri yang tidak mengikuti apa yang Kitab itu ajarkan.

Sekarang setelah beberapa waktu yang lalu, hal yang sama juga dapat dikatakan bahwa semua pengikut kepercayaan Abraham – mereka tidak selalu mengikuti apa yang diajarkan oleh kitab suci mereka sendiri dan kemungkinan juga mereka salah dalam mengartikan atau menginterpretasi apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Page 16

(10)

“…sekiranya Ahli Kitab (People of the Book/Umat yang di Kitab) beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman,

namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Surah Al-Imran 3.110)

Page 17

Pada poin apa saja dalam sejarah, kemungkinan Yahudi

dan Kristen menggabungkan usaha mereka untuk

mengubah Alkitab, sementara Qur’an menyatakan hal

yang kontras terhadapnya?

Qur’an mengkonfirmasi keaslian dari penulisan naskah Taurat, Zabur, dan Injil (Alkitab) dan sepakat dengan fakta yang terjadi di tahun awal dari kitab-kitab itu sendiri tidak pernah diganti atau dirusak. Namun, apakah mungkin perubahan ini terjadi mengingat kaum Yahudi dan Kristen adalah dua

kelompok yang berbeda keyakinan? Bagi Yahudi, Taurat dan Zabur

(11)

Page 18

Faktanya adalah, sebuah tokoh Yahudi-Kristen yang mengubah Alkitab tidak pernah terjadi dalam sejarah. Atau beberapa poin dari kitab mereka sendiri tidak mungkin diubah mengingat akan kekudusan kitab suci itu sendiri bagi mereka – wahyu Ilahi. Meskipun mereka menginginkannya, mereka tidak akan sanggup mengubahnya secara keseluruhan karena sudah sangat banyak salinan dari naskah asli Alkitab yang tersebar dan dipegang oleh umat manusia di seluruh dunia.

Hal yang menarik adalah, sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, Qur’an tidak menuduh Umat yang di Kitab (Kristen dan Yahudi) mengubah kitab suci sebelumnya; tetapi menuduh mereka tidak mengikuti ajaran yang diberikan kitab suci mereka (Taurat, Zabur, dan Injil). Dugaan bahwa naskah Alkitab telah diubah didalam Al-Quran tidaklah ada. Malahan Al-Quran

menghukum mereka yang tidak mengikuti ajaran Alkitab terlebih yang menyalah artinkannya. Meskipun beberapa konfirmasi telah nyata dalam Qur’an, namun ada beberapa sarjana yang mengajarkan bahwa Alkitab telah dirubah dan dirusak dan karenanya dibutuhkanlah wahyu yang tebaru yaitu Qur’an. Pandangan seperti itu adalah diluar Qur’an, tetapi berdasarkan asumsi manusia, filsafat seorang sarjana, dan tidak terbukti berdasarkan fakta.

Page 19

Ayat-ayat Al-Quran yang mana yang menuduh bahwa

Alkitab telah dirubah?

Biasanya ada lima ayat Qur’an yang dipresentasikan kaum cendekiawan muslim sebagai bukti bahwa Alkitab telah dirubah: Surah al Imran (3):78; Al-Baqara (2):75; An-Nisa (4):46; Al-Maida (5):13 dan Al-Maida (5):41.

(12)

Ayat #1: Al Imran (3):78

“dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang

memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka (yang mereka baca) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari Kitab dan mereka berkata,”itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.

Apa yang benar-benar dikatakan ayat ini?

Bahwa beberapa orang “memutarbalikkan” Kitab itu dengan lidah mereka. Artinya adalah mereka mengubah artinya.

Ini bukan berarti bahwa mereka mengubah naskah asli dari Kitab, tetapi mereka memutarbalikkan atau berdusta untuk menipu orang lain dari naskah asli Kitab.

Ini artinya mereka mengucapkan kalimat yang salah, atau tipuan lidah, yang mereka katakana mereka mengenal Allah tetapi mereka

sebenarnya berdusta.

Tetapi pengertian yang lebih dalam, mereka bukan merubah naskah dari Kitab.

Page 20

Ayat #2: Al-Baqara (2):75

“maka apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka akan

percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengeahuinya?

(13)

Apa yang dirusak oleh orang Yahudi disini adalah ayat-ayat yang mereka sudah dengar dan mengerti; tetapi bukan Kitab itu sendiri. Mereka mendengar firman Allah dan mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya.

Ayat #3: An-Nisa (4):46

“(yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Ra’ina” dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.”

Apa yang ayat ini katakan?

Orang-orang Yahudi dalam ayat ini mengambil firman itu diluar konteks dan berkata-kata lain dengan lidah mereka.

Orang Yahudi memutarbalikkannya dengan lidah mereka dan memfitnah apa yang tuliskan dalam Kitab.

Ayat #4: Al-Maida (5):13

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan

sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau

(Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan, dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka

(14)

Apa yang dikatakan ayat ini?

Disini kita melihat bahwa Orang Yahudi secara lisan mengubah artinya, tetapi tidak merubah Kitab itu sendiri.

Disini Allah berkata bahwa Yahudi mengubah firman tanpa

memperhatikan konteksnya dan sengaja lupa bagian mana yang Allah ingatkan kepada mereka.

Ayat #5: Al-Maida (5):41

“wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka mengatakan, “jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah) terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.”

Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka dapat kehinaan dan di akhirat akan mendapat azab yang besar.”

Apa yang dikatakan oleh ayat tersebut?

Disini kita juga melihat bahwa orang Yahudi mengatakan

(15)

Di dalam ayat-ayat yang tertera di atas kita telah melihat, delapan kata kerja yang digunakan.

Ahfa, menolak untuk mengatakan: Al-Maidah 5:5; Al-An^am 6:91

Ishtara, untuk membuat tiruan murahan: Al-Baqarah 2:79

Albasa, untuk menyamarkan kebenaran dengan kebohongan: Al-Baqarah 2:42; Ali-Imran

Baddala, untuk menggantikan, untuk mengubah dengan kata-kata lain: Al-Baqarah 2:58; Al-A’raf 7:162

Karama, untuk menyembunyikan. Kata kerja ini digunakan lebih sering dari yang lain: Al-Baqarah 2:42, 140, 146, 159, 174; Ali-Imran 3:71, 187

Lawa, menggulung lidah: Ali-Imran 3:78; An-Nisa 4:46Nasa, melupakan: Al-Maida 5:13; Al-A’raf 7:165.

Kata-kata kerja ini bukan berarti bahwa orang Yahudi telah memalsukan Taurat, tetapi mereka telah mengkhotbahkannya secara tidak benar atau mengucapkannya dengan berbeda.

Apakah Qur’an atau doktrin dasar Islam membatalkan

kitab-kitab sebelumnya?

Sejak dinyatakan bahwa kepercayaan dasar Islam adalah percaya kepada Kitab-kitab Suci, itu artinya termasuk Alkitab (Taurat, Zabur, Injil)

sebagaimana Qur’an, seorang yang percaya tidak dapat menolak keaslian dari Alkitab mengingqat bahwa itu merupakan doktrin dasar Islam.

(16)

membaca Alkitab lagi meskipun mereka tahu bahwa dari Qur’an sendiri Allah lah yang menginspirasikan para penulis-Nya.

Ketiga, ada pandangan yang diberikan oleh sarjanawan, dan diterima oleh banyak umat percaya, bahwa Qur’an membatalkan Alkitab. Itu dipercaya oleh banyak umat Islam yang percaya dan telah diajarkan oleh banyak sarjana. Pandangannya adalah, bahwa sebagai Injil (Kabar Baik)

membatalkan Taurat, dan Qur’an membatalkan Injil. Pembatalan maksudnya adalah, mendeklarasikan bahwa yang sebelumnya itu kosong, batal, dan tidak dibutuhkan lagi. Oleh karena itu, klaim yang di buat adalah meskipun ada banyak salinan yang berasal dari yang asli, itupun tidak perlu lagi untuk di baca karena Al-Qur’an telah turun untuk menyempurnakan semuanya sebagai wahyu yang lebih baik. Qur’an itu sendiri tidak mendukung pandangan seperti itu. Oleh karena itu bukanlah klaim Al-Qur’an yang seperti itu tetapi pemikiran yang diutarakan dari logika para sarjanawan yang mencoba berargumen untuk membatalkan kitab sebelumnya. Keaslian dari Al-Qur’an tidak harus bersandar pada pembatalan kitab-kitab suci

sebelumnya semenjak Firman Allah tidak pernah berubah, dan wahyu yang lebih baru sesuai dengan wahyu yang dahulu atau kitab suci daripada mencelanya.

Yang terakhir, beberapa sarjanawan mengatakan bahwa Qur’an harus di baca hanya dalam bahasa Arab. Jika Asia Selatan, Tenggara, Afrika dan umat percaya Barat, yang pada mereka bahasa Arab bukanlah bahasa ibu,

(17)

Sebagaimana yang dinyatakan diatas, pandangan Qur’an terhadap Alkitab sebagai kitab suci yang asli dari Allah, dimana itu masih valid ketika Qur’an turun. Dalam wacana berikut kita akan melihat apa lagi yang Al-Qur’an katakana tentang kitab suci yang sebelumnya (Alkitab).

Apakah Allah memberikan Taurat kepada nabi Musa

(pbuh)?

Dibawah ini adalah ayat dari Qur’an, dimana poinnya adalah memberikan fakta bahwa Taurat diberikan oleh Allah sendiri.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan

janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah

diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir.” – (Surah Maidah 5:44)

Ayat diatas dengan jelas menyatakan bahwa Allah memberikan Taurat kepada Musa (pbuh). Ini bukanlah satu-satunya ayat yang merujuk kepada Taurat (PL) diberikan oleh Allah tetapi ada beberapa ayat-ayat yang

(18)

penuntun dan terang di dalam Taurat dan oleh standartnya orang Yahudi dihakimi.

Apakah Allah memberikan Zabur kepada Nabi Daud

(pbuh)?

Qur’an juga mengkonfirmasi bahwa Allah menunjukkan Zabur

(Mazmur-mazmur) kepada Nabi Daud (Surah 4:163; 17:55); dan itu adalah buku berkat yang diturunkan kepadanya (Surah 38:29). Karena ia adalah keturunan dari Abraham (Surah 6:84), Allah memberikannya kitab suci, kebijaksanaan dan nubuatan. Komentator Yusuf Ali, seorang penerjemah Qur’an ke dalam bahasa Inggris, penulis, ‘Daud telah diberikan Zabur, Seorang pemazmur, kemudian menyanyikan musik ibadah kepada Allah dan pujian selebrasi kepada Allah.’

“Dan Tuhanmu (wahai Muhammad) lebih mengetahui akan sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi; dan sesungguhnya Kami telah melebihkan setengah Nabi-nabi atas setengahnya yang lain; dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Nabi Daud.” – (Surah Al-Isra 17:55)

Apakah Allah menunjukkan Injil kepada nabi Isa al Masih

(pbuh)?

Al-Qur’an menyatakan bahwa setelah Allah memberikan Perjanjian Lama, Ia juga memberikan Injil (Perjanjian Baru).

“Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Maryam mengikuti jejak langkah mereka (Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya; dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang

mengandungi petunjuk hidayah dan cahaya yang menerangi, sambil

(19)

serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa.” – (Surah Maidah 5:46)

Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa Alkitab (kitab suci sebelumnya) yang ada pada tangan mereka telah di tunjukan oleh Allah. Isa al Masih (pbuh), Sama seperti Nabi Muhammad (pbuh) tidak menulis Injil. Ia tidak butuh melakukan itu untuk menunjukkan keaslian wahyu yang ia terima sebagaimana halnya Nabi Muhammad tidak melakukan hal yang sama dengan Al-Qur’an. Murid-murid Isa al Masih (pbuh) yang mendengarkan kata-katanya menuliskannya kedalam kertas yang menjadi sejarah mengenai apa saja yang ia lakukan sebagai firman yang menginstruksikan.

Berdasarkan Qur’an wahyu yang mana yang Allah berikan

kepada umat manusia?

Al-Qur’an dengan jelas menyatakan seperti dibawah ini bahwa wahyu Allah termasuk kitab-kitab sebelum Al-Qur’an semuanya itu diberikan oleh-Nya.

“Ia menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci (Al-Quran) dengan mengandungi kebenaran, yang mengesahkan isi Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan dahulu daripadanya, dan Ia juga yang menurunkan Kitab-kitab Taurat dan Injil.” – (Surah Al-Imran 3:3)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan Qur’an tetapi Ia juga memberikan Kitab-kitab yang datang sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur) sebagai penuntun bagi umat manusia karena wahyu-wahyu ini menyediakan sistem moral tentang yang baik dan yang jahat dan merupakan suatu ukuran bagi penghakiman umat manusia. Jadi berdasarkan artikel-artikel iman ada 4 kitab yang diberikan oleh Allah; Taurat, Zabur, Injil dan Qur’an.

(20)

Jelasnya, ada banyak sekali sekarang yang berkata untuk meniadakan kitab-kitab sebelumnya, membaca kitab-kitab sebelumnya bukan hanya patah hati tetapi di sebagian tempat, beberapa umat percaya berpikir bahwa hanya menyentuh Alkitab maka akan membawa beberapa konsekuensi dan bahkan mendatangkan hukuman dari Allah. Ini artinya kebanyakan umat percaya, yang berkata “kami percaya kepada semua 4 kitab suci, tetapi tidak

semuanya di baca hanya 1 saja, berarti tidak memenuhi standard iman Islam.

Apakah Qur’an dimana saja menginstruksikan umat

percaya untuk beriman juga kepada kitab-kitab

sebelumnya?

Semenjak Qur’an menerima bahwa semua kitab suci (keempat buku suci) diberikan oleh Allah, maka pengetahuan akan yang benar dan sistem moral yang sempurna akan yang baik dan yang jahat dan rencana Allah yang hebat kepada manusia tidak akan dapat dipahami jika tidak membaca semua

wahyu yang Ia berikan. Wahyu ini tidak terpisah tetapi koheren dan progresif; wahyu berikutnya membangun/meneguhkan wahyu yang sebelumnya. Oleh sebab itu Qur’an menarik orang-orang untuk percaya kepadanya dan kepada wahyu-wahyu yang datang sebelumnya dengan maksud agar wahyu Allah dapat dipahami dengan sempurna.

“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Surah Al-Baqarah 2:4)

(21)

Bukan hanya Surah an-Nisa 4:136 yang menegaskan hal yang sama

sebagaimana pada ayat sebelumnya, tetapi justru 1 langkah lebih jauh lagi menyatakan akan apa yang akan diterima oleh orang-orang yang menolak salah satu dari wahyu-Nya, yang tentu saja adalah kitab-kitab sebelumnya juga.

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (Surah Al-Nisa 136)

Qur’an tidak mengatakan bahwa ia turun oleh sebab Alkitab telah dirusak. Malah hal yang bertentangan, ia mengatakan bahwa meskipun Qur’an telah turun, umat-umat muslim percaya harus beriman juga kepada kitab-kitab yang datang sebelumnya. Umat percaya muslim adalah umat yang percaya kepada seluruh (keempat) kitab suci Allah. Konsep ini kelihatannya baru bagi banyak umat islam percaya. Banyak yang terkagum bahwa Qur’an telah melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa siapapun yang menolak doktrin bahwa seorang muslim harus “percaya kepada keempat kitab suci Allah,” telah “sesat sejauh-jauhnya.” Qur’an bukan hanya berkata “sesat jauh”, tetapi “sesat sejauh-jauhnya”. Ini menyimpulkan bahwa ini merupakan hal yang sangat serius sehingga Qur’an menuliskannya. Maka siapakah ia yang telah sesat jauh sejauhnya? Jawabannya adalah tentu saja mereka yang bukan umat percaya. Berdasarkan ayat ini, seorang percaya harus tidak menolak Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya (PLURAL), nabi-nabi-Nya, dan hari penghakiman-Nya. Maka jika seorang mengaku percaya kepada Allah, ia juga harus mengakui malaikat-malaikat-Nya, hari

(22)

yang artinya percaya juga kepada kitab-kitab sebelum Qur’an. Ini juga termasuk sebagai kepercayaan dasar yang penting bagi iman islam.

Mengapa Qur’an diturunkan?

Daripada mendengarkan asumsi atau interpretasi dari para sarjanawan yang juga adalah manusia sama seperti kita, kita harus membaca apa yang

Qur’an katakana dan apa tujuan dari wahyu Ilahi. Apa yang Allah katakan itu lebih penting dari apa yang engkau atau saya katakan. Mari kita lihat apa yang Qur’an katakan tentang tujuan dari wahyu ini:

“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil…” (Surah Al-Imran 3:3)

Ayat ini membuat lebih jelas bahwa Qur’an bukan datang karena Alkitab telah diubah atau karena tidak valid lagi. Sebaliknya, Qur’an malah

mengkonfirmasi tentang kebenarannya (Alkitab) yang masih valid. Sangat sulit untuk dipahami mengapa orang-orang sekarang memiliki keberanian untuk mengatakan yang bukan berasal dari firman Allah sedangkan yang dikatakan Qur’an sangat jelas. Terkadang hal yang membuat kita sulit adalah, kita membatasi akal sehat kita dengan pikiran yang kaku, sehingga garis merah yang Allah berikan melalui wahyu-wahyu-Nya tidak dapat kita pahami dengan baik. Kita butuh untuk merendahkan hati kita untuk

mendengar firman Allah diatas dari kata-kata teman-teman kita, atau pendapat para sarjanawan.

Apa lagi yang Qur’an katakan mengenai kitab-kitab

sebelumnya?

(23)

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa

kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu (Eng: and guarding it in safety); maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu” – (Surah Al-Maidah 5:48)

Ayat ini kembali lagi melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa Qur’an datang bukan hanya mensahkan Alkitab tetapi juga menjaminnya dengan keamanan. Jadi tuduhan yang mengatakan bahwa Alkitab telah diubah atau dirusak tidak sah karena Qur’an sendiri yang mensahkan bahwa Wahyu Alkitab itu asli adanya. Anda lihat, bukan hanya umat percaya saja yang mengklaim bahwa Alkitab telah diubah, tetapi umat non-muslim di seluruh dunia banyak yang menuduh bahwa Alkitab telah diubah selama berabad-abad. Qur’an sekarang diturunkan untuk menunjukkan bahwa Alkitab, sebagai kitab terdahulu, adalah firman Allah tetapi juga Qur’an sebagai penjaga dari kitab-kitab itu sendiri (atau katakanlah, bahwa Allah sendiri yang menjaga kitab-kitab-Nya). Jadi klaim yang menyatakan bahwa Alkitab telah diubah itu semuanya keliru sejak Qur’an sendiri yang

menyatakan bahwa keabsahan dari kitab terdahulu masih autentik hingga sekarang ini sebagai pesan yang tidak berubah.

(24)

Kita telah melihat pada ayat-ayat yang diutarakan diatas bahwa Qur’an tidak pernah menyatakan bahwa Alkitab telah dirubah atau dengan kata lain Qur’an ada untuk menggantikannya; tetapi Qur’an malah menyatakan bahwa ia ada sebagai penjaga dari keaslian Alkitab. Sejak Alkitab, yang adalah kitab terdahulu, berdasarkan Qur’an, adalah firman Allah, kemudian Allah sendirilah yang harus menjaga firman-Nya. Itulah mengapa dalam ayat-ayat yang kita bahas berikut ini dengan tepat dinyatakan bahwa tiada yang mampu mengubah (merusak) firman Allah.

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang

dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (Surat Al-Anam 6:34)

“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-Anam 6:115)

“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam

kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Surah Yunus 10:64)

(25)

menjaganya sehingga mendapatkan kemenangan atau pencapaian yang besar. Jadi kalau ada yang membawa suatu tuduhan yang mengklaim bahwa Alkitab telah diubah, itu bukan pandangan Qur’an melainkan dirinya sendiri. Mereka mempertanyakan kekuatan Allah dengan cara berpendapat bahwa Alkitab (yang adalah firman Allah) telah diubah, dan berkesimpulan bahwa Ia tidak mampu menjaga kitab-Nya sendiri. Qur’an bukan hanya mensahkan bahwa kitab-kitab sebelumnya telah diturunkan oleh Allah tetapi juga

keaslian dari kitab itu. Itu artinya adalah umat percaya bukan hanya dituntut untuk membaca Qur’an tetapi juga membaca Alkitab (kitab terdahulu).

Apakah Qur’an menyatakan bahwa Umat yang di Kitab

untuk berhenti membaca Alkitab (kitab terdahulu)

semenjak Qur’an diturunkan?

Meskipun setelah Qur’an diturunkan, masih tertera dalam setiap halamannya, bahwa Alkitab itu masih valid dan orang-orang harus

membacanya karena itu merupakan firman Allah. Kita melihat disini bahwa Qur’an menghimbau kepada semua umat Muslim yang percaya untuk

percaya kepada Alkitab dan kita juga tahu bahwa tidak ada kalimat perintah untuk Umat yang di Kitab berhenti membaca Taurat dan Injil. Disamping meminta mereka untuk membaca Al-Qur’an, melainkan menguatkan mereka umat Kristiani untuk mereka dihakimi dengan apa yang Allah telah tunjukkan kepada mereka apapun yang di dalam kitab terdahulu, khususnya Injil

(dimana kitab ini merupakan kitab Isa al Masih (pbuh)) dalam ayat berikut:

(26)

Jika Qur’an telah datang untuk menggantikan Alkitab karena itu telah diubah; maka Qur’an tentu tidak akan mengizinkan mereka Umat yang di Kitab untuk ‘di hakimi oleh Allah dari apa yang telah diturunkan kepada mereka’ lagi. Ini mengindikasikan bahwa ribuan salinan Alkitab masih berlaku sejak Qur’an diturunkan pada abad ke tujuh dan keakuratan dari firman Allah itu lah yang menyebabkan mereka (Umat yang di Kitab) akan dihakimi dari apa yang mereka telah terima. Ayat diatas secara jelas menunjukkan bahwa jika Umat yang di Kitab tidak mengikuti Injil dan apapun yang diperintahkan Alkitab maka mereka adalah orang-orang fasik.

Dalam ayat berikut ini Umat yang di Kitab (Yahudi dan Kristen) dikatakan bahwa iman mereka akan menjadi sia-sia apabila mereka tidak mengikuti seluruh ajaran dari Kitab yang Allah telah turunkan kepada mereka. Jika memang benar bahwa Alkitab itu telah dirusak/diubah maka mustahil Al-Qur’an akan mencatat ayat ini:

“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran (eng: all the revelation) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan

menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.” (Surah al-Maidah 5:68)

(27)

keabsahan dari Alkitab. Sebuah klarifikasi telah diberikan juga oleh ayat berikut;

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”

Tuduhan ini tentu saja ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang tentu saja paham isi firman Allah, kemudian menyuruh orang lain untuk beribadah, sedangkan mereka sendiri tidak beribadah sesuatu yang di ajarkan Alkitab. Ayat ini tidak menuduh bahwa mereka salah dalam membaca ayatnya, atau ayatnya yang salah, tetapi mereka tidak mengikutinya. Itu artinya sejak Qur’an diturunkan pada abad ke 7 Masehi, Alkitab masih berlaku bahkan sejak masa hidupnya nabi Muhammad (pbuh).

Haruskah umat Muslim menghakimi Umat di Kitab

berdasarkan kepada Wahyu Al-Qur’an?

Bukan hanya kepada Umat di Kitab bahwa Kitab terdahulu itu masih berlaku, tetapi sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kepada umat Muslim itu juga berlaku. Itulah sebabnya umat Muslim diajarkan untuk mengikuti ajaran/instruksi dari Alkitab/Kitab terdahulu. Namun ada banyak sekali sarjanawan dan umat Muslim yang menjauhkan atau berargumen dengan Umat yang di Kitab. Qur’an tidak ingin umat Muslim untuk melakukan hal yang demikian tetapi memperlakukan mereka dengan kasih dan hormat sebagai sesama umat percaya…

(28)

Sebagaimana yang telah kita lihat di atas; Qur’an tidak hanya menegur orang-orang Kristen karena tidak teguh terhadap ajaran Alkitab tetapi juga menegur hal yang sama kepada umat Muslim. Faktanya, umat Muslim selama masa sang Nabi dan segera setelah masa itu berakhir mereka tetap mengikuti ajaran Alkitab (lihat di akhir buku tentang kepercayaan umat Islam mula-mula). Mereka ada bukan untuk berselisih dengan Umat di Kitab

sehubungan dengan rusaknya Alkitab lalu berkata ‘kitab kami lebih baik dari kitab kalian’. Tetapi Qur’an datang untuk mensahkan kitab yang terdahulu (Alkitab). Oleh karena itu, umat percaya yang taat Qur’an disarankan untuk berkata ‘kami percaya kepada semua wahyu yang diturunkan kepada kami sebagaimana yang telah diturunkan kepadamu; Allah kami dan Allah mu adalah Esa.’ Sejak Qur’an sendiri yang tidak pernah berkata bahwa Alkitab itu sudah rusak atau tidak berlaku lagi, maka sebagai sarjanawan yang setia kita tidak bisa menyimpulkan seperti itu.

Apa yang disarankan Nabi Muhammad (pbuh) sehubungan

Alkitab (Kitab terdahulu)?

Dalam semua ayat-ayat yang di atas kita telah menemukan apa yang Qur’an katakan kepada umat-umat peraya sehubungan kitab-kitab terdahulu. Lebih dari pada itu, Qur’an menuduh bahwa Umat di Kitab tidak mengikuti ajaran-ajarannya, yang artinya bahwa Al-Qur’an mensahkan bahwa Alkitab masih benar dan berlaku. Sekarang dalam ayat ini kita butuh untuk temukan apa yang Allah instruksikan kepada Nabi-nabi-Nya sehubungan Alkitab

(29)

dalam ayat berikut akan ditunjukkan apa yang Nabi harus jawab atau ketika pertanyaan timbul ketika sedang membaca Qur’an yang telah diturunkan kepadanya.

“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.” – (Surah Yunus 10:94)

Ayat ini secara spesifik ditujukan kepada Nabi itu sendiri, meskipun penerjemahan dari Yusuf Ali tidak memberikan kejelasan apakah kata

“kamu” dalam bentuk singular atau plural. Itu juga tidak jelas menyatakan apakah “kamu” menunjuk kepada seseorang saja atau suatu kelompok, atau menunjuk kepada golongan pria atau wanita. Penerjemahan Sahih

Internasional mengklarifikasi ayat ini dengan memberikan terjemahan yang benar dari bahasa Arab untuk penggunaan kata “kamu”:

“So if you are in doubt, [O Muhammad], about that which We have revealed to you, then ask those who have been reading the Scripture before you. The truth has certainly come to you from your Lord, so never be among the doubters.” (Surah Yunus 10:94) – Saheeh International Translation

Bagaimanapun, sang Nabi yang telah menerima wahyu terakhir ini diminta untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang membaca Alkitab. Ketika sang Nabi mempunyai pertanyaan sehubungan dengan Al-Qur’an, ia diinstruksikan oleh Allah untuk pergi kepada Umat di Kitab yang telah

membaca kitab-kitab sebelumnya (Alkitab). Jadi untuk itu, maka tidak salah jika umat Muslim percaya yang lainnya untuk mengikuti jejak ini yaitu

(30)

Dari penjelasan ini menjadi sebuah bukti bahwa Qur’an telah mengkonfirmasi para pembacanya untuk membaca hubungan

keterkaitannya dengan Alkitab oleh karena cerita yang ada di dalam Al-Qur’an semuanya sudah di jelaskan secara detail di dalam Alkitab. Wahyu Qur’an tidak akan menjadi jelas apabila kita tidak membaca hubungannya dengan Alkitab. Terlebih lagi, jika sebagai umat percaya, artikel iman

meneguhkan seorang untuk berkata bahwa ‘kami percaya kepada keempat kitab suci’ maka, bukan hanya satu tetapi empat-empatnya dibaca karena semua itu adalah penuntun untuk mendapatkan wahyu Allah secara penuh.

KESIMPULAN

Dari analisa di atas kita telah melihat bahwa Al-Qur’an tidak hanya mengkonfirmasi kitab-kitab terdahulu tetapi meminta para pembacanya untuk membaca mereka juga sebagaimana yang telah kita dapatkan bahwa:

 Qur’an menyatakan bahwa kitab-kitab terdahulu (Alkitab, yang adalah Taurat, Zabur, dan Injil) telah diberikan oleh Allah

 Qur’an tidak menolak wahyu sebelumnya, tetapi malah

mengkonfirmasi mereka dan memberikan kepastian bahwa Al-Qur’an menjaga keabsahannya

 Qur’an tidak berkata bahwa wahyu-wahyu sebelumnya telah diubah

atau dirusak

 Umat di Kitab membaca kitab-kitab sebelumnya telah mengingatkan kita untuk mengikuti Alkiab atau “mereka tidak akan memiliki tanah untuk bertumpu”, atau mereka akan dihakimi berdasarkan apa yang telah diturunkan kepada mereka.

 Umat percaya (Muslim) tidak hanya percaya kepada Al-Qur’an saja tetapi juga kepada wahyu-wahyu Illahi yang turun sebelumnya.

 Qur’an datang bukan untuk menggantikan Alkitab karena telah dirusak, tetapi datang untuk mengkonfirmasi keabsahannya dan melanjutkan keasliannya

 Akhirnya, sang Nabi sendiri diinstuksikan apabila ia bingung, ia harus

(31)

 Umat percaya juga diinstruksikan untuk kembali kepada Alkitab apabila mereka menemukan kejanggalan atau kebingungan dalam Al-Qur’an, karena Alkitab adalah wahyu dari Allah.

Semuanya ini menunjukkan bahwa kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil yang adalah Alkitab) adalah wahyu dari Allah, dimana orang Yahudi dan Kristen telah membacanya. Qur’an mengkonfirmasi keaslian dan kemurnian dari Alkitab itu sendiri. Al-Qur’an sendiri juga telah menyatakan bahwa membaca Alkitab adalah juga bagian dari iman seorang yang percaya, jadi bukan hanya membaca Al-Qur’an tetapi Alkitab juga. Maka sebagai umat percaya yang setia kita harus menolak pandangan yang menyatakan bahwa Alkitab telah dirusak karena itu adalah ide-ide dari manusia yang memiliki batas pemahamannya, sebaliknya kita harus membaca semua wahyu dari Allah untuk mendapatkan penerangan yang sempurna.

Argumen yang mempertentangkan Alkitab muncul ketika teks dari Al-Qur’an menyebukan bahwa Umat di Kitab tidak mengikutinya (Alkitab). Padahal Qur’an malah menghardik mereka oleh karena tidak mengikuti apa yang dikatakan Alkitab. Beberapa sarjanawan menginterpretasikan ayat ini bahwa Alkitab itu sudah tidak valid lagi. Oleh menghardik Umat di Kitab bukan berarti menyatakan bahwa Alkitab itu sendiri sudah tidak valid. Maka yang terpenting dari semua adalah, Alkitab bukan hanya untuk orang Yahudi, Kristen, tetapi juga kepada umat Muslim.

Referensi

Dokumen terkait

Al-Quran sebagai salah satu bukti nyata tentang adanya hubungan antara Tuhan dan manusia merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada umat

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian [421]

menurunkan Kitab Taurat di dalamnya(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itudiputuskan perkara orang- orang Yahudi oleh nabi-nabi yangmenyerah diri

Agama Nashrani atai yang lebih sering disebut agama Kristen adalah agama yang dibawa oleh Nabi Isa AS yang dikenal oleh umat Kristen dengan nama Yesus Kristus. Kitab suci agama ini

Perkembangan ilmu matematika tidak terlepas dari peran kitab-kitab yang diwahyukan kepada rasul-rasul Allah SWT terutama kita suci Al-Qur‟an. Munculnya Al- Qur‟an telah

Hal paling fundamental yang membedakan Al- Quran dengan semua kitab samawi sebelumnya adalah Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun ke muka bumi.

Al-Qur‟an sebagai kitab suci (kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al-Qur‟an

adalah duplikasi dari teori Yahudi- Kristen.13 Selain itu al-Qur’an disusun sekitar 150 tahun setelah wafatnya Nabi yang kemudian dinaikkan derajatnya menjadi kitab suci yang sifatnya