• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Konsep Perkotaan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan Konsep Perkotaan di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan Konsep Perkotaan di Indonesia dan Implikasinya Terhadap Analisis berarti urbanisasi adalah sebuah proses bertambahnya suatu penduduk perkotaan. Yang mana bertambahnya ini disebabkan beberapa hal antara lain migrasi penduduk dari desa ke kota atau migrasi antar negara, kelahiran di perkotaan, dan adannya ekspansi wilayah perkotaan. Pengertian Urbanisasi ini berbeda sekali dengan pengertian migrasi desa-kota. Dewasa ini istilah urbanisasi semakin berubah, yang mana semakin banyak orang awam yang menganggap urbanisasi sebagai migrasi desa – kota. Padahal dalam artian sebenarnya tidak hanya migrasi desa – kota saja tapi juga adanya ekspansi kelahiran di kota. Adanya perubahan desa menjadi kota (secara yuridis administratif) juga merupakan salah satu indikasi terjadi urbanisasi. Urbanisasi juga memiliki definisi yang berbeda dalam setiap negara, sehingga melakukan perbandingan urbanisasi antar negara juga merupakan masalah yang sering ditemui ketika melakukan analisis urbanisasi. Di indonesia, pada tahun 1961 – 2000 juga mengalami perubahan konsep perkotaan. Perubahan konsep perkotaan juga memiliki pengaruh terhadap analisis urbanisasi, karena hal ini akan menyebabkan analisis menjadi kurang bermakna dan bahkan menjadi salah. Dengan memahami konsep perkotaan akan menyebabkan hasil analisis yang baik dan kebijakan (yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang) akan menjadi lebih baik pula.

(2)

sosial-ekonomi penduduk serta aksesibilitas terhadap infrastruktur. Sebuah desa dinamakan sebagai perkotaan apabila memenuhi salah satu dari tiga kriteria ini yaitu :

1. Desa tersebut terdapat di kota madya;

2. Desa tersebut terdapat di ibu kota kabupaten, dan;

3. Desa tersebut 80 persen atau lebih penduduknya bekerja pada selain sektor pertanian, meskipun lokasinya tidak terdapat pada kotamadya ataupun ibu kota kabupaten

Pada tahun 1961 kategori desa dan perkotaan hanya menggunakan posisi kewilayahan dan sektor pekerjaan, sedangkan untuk masalah fasilitas dan juga aksesibilitas belum di pertimbangkan sebagai kriteria dalam mendefinisikan desa maupun kota.

Konsep pada tahun 1971 telah mengalami penyempuranaan konsep perkotaan. Dengan ciri telah memasukan keberadaan fasilitas perkotaan di desa seperti rumah sakit, sekolah, dan listrik mulai masuk dalam pertimbangan apakah wilayah tersebut merupakan desa atau kota. Tetapi batasannya relatif sederhana. Terdapat empat kriteria dalam menentukan wilayah tersebut adalah desa atau kota, apabila memenuhi salah satu kriteria tersebut maka dikatakan wilayah tersebut adalah perdesaan, yaitu :

1. Desa tersebut terdapat di kota madya;

2. Desa tersebut terdapat di ibu kota kabupaten;

3. Desa tersebut 80 persen atau lebih penduduknya bekerja pada selain sektor pertanian, dan;

4. Desa tersebut 50 persen atau lebih penduduknya bekerja pada selain sektor pertanian dan memiliki tiga fasilitas perkotaan ( Rumah sakit, Sekolah, dan Listrik).

(3)

perbanyak menjadi 18 macam. Sistem skoring untuk menentukan sebuah desa atau pun kota menggunakan tiga variabel, yaitu Kepadatan penduduk, persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan jumlah fasilitas perkotaan.

Terdapat beberapa kriteria pula yang digunakan dalam membedakan desa dan kota pula, apabila memenuhi salah satu maka dianggap sebagai kota, yaitu :

1. Desa tersebut memiliki akumulasi skor dari tiga variabel (KPD+PRT +JFU) sebesar 21 atau lebih.

2. Desa tersebut memiliki akumulasi skor dari variabel KPD+PRT+JFU antara 19 – 21, asal memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Jarak dari desa ke desa terdekat yang tergolong perkotaan kurang dari 5 km, berdasarkan penilaian tim lapangan kondisi desa adalah perkotaan, dan prospek perkembangan desanya sedang.

b. Jarak dari desa ke desa terdekat yang tergolong perkotaan kurang dari 5 km, berdasarkan penilaian tim lapangan kondisi desa mendekati kondisi perkotaan, dan prospek perkembangan desanya cepat.

(4)

Konsep perkotaan pada tahun 2000 hampir sama didalam menetukan desa atau kota. Perubahan yang mendasar dilakukan pada variabel jumlah fasilitas perkotaan menjadi keberadaan dan akses terhadap fasilitas perkotaan. Penentukan jarak yang dianggap mudah untuk mengakses fasilitas perkotaan tidak sama antar jenis fasilitas, tergantung dari jumlah keberadaan jenis fasilitas tersebut. Sistem skoring juga di lakukan seperti tiga variabel pada tahun 19980 tetapi memiliki penilaian yang berbeda.

Sebuah desa di kategorikan sebagai perkotaan apabila bisa memenuhi poin minimal 10.

(5)

perbedaan konsep konsep setiap tahun sensus dilakukan. Apabila ingin mengetahui tingkat urbanisasi yang terjadi maka perlu dimiliki data lengkap mengenai desa-desa atau kota yang terklasifikasi pada setiap sensus penduduk yang berbeda. Sebagai contoh apabila ingin mengetahui tingkat urbanisasi pada tahun 1990 – 2000 maka perlu diketahui bagian mana saja pada tahun 2000 yang tidak termasuk desa didalam tahun 1990 begitu pula untuk perkotaan, sehingga penduduk perkotaan hasil dari tahun 2000 bisa dikurangi dengan penduduk perkotaan yang baru terklasifikasi pada tahun 2000.

Beragamnya konsep perkotaan pada tahun tahun yang berbeda menyebabkan analisis urbanisasi secara spasial maupun waktu menjadi sedikit susah. Konsep perkotaan yang sama ialah hanya pada tahun 1980 dan 1990. Apabila melakukan analisis secara regional perubahan konsep perkotaan tidak terlalu memberikan dampak yang besar. Tetapi dalam analisis terhadap waktu memberikan dampak yang besar karena konsep yang berbeda beda.

Artikel ini melakukan pembahasan di dalam pengertian kota menurut waktu. Dibuktikan dengan melakukan analisis terhadap pengertian pengertian yang dilakukan pada setiap waktu sensus dilaksanakan. Terlihat pula setiap tahunnya konsep dari perkotaan hampir pasti berubah. Tetapi dari pengertian urbanisasi tidak mengalami sebuah perubahan (dalam hal pemaknaan) sehingga dalam melakukan kajian urbanisasi pada setiap tahunnya akan memiliki kesulitan dalam melakukan analisis.

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

ANGGLENI, A., Rini Rachmawati, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). KINERJA PELAYANAN PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-el) DI KECAMATAN RAMBANG DANGKU KABUPATEN MUARA ENIM (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

DWIHATMOJO, R., Luthfi Muta'ali, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). Kajian Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Febriyanti, A. D., & Ariastita, P. G. (2013). Optimasi Penggunaan Lahan Perkotaan di Kawasan Perkotaan Mejayan Kabupaten Madiun. Jurnal Teknik ITS, 2(2), C123-C128.

Giyarsih, S. R. (1999). Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi Indonesia, 13(1999). Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 12(1), 39-45.

Giyarsih, S. R. (2015). DAMPAK TRANSMIGRASI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN WARGA TRANSMIGRAN DI DESA TANJUNG KUKUH KECAMATAN SEMENDAWAI BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Giyarsih, S. R. (2015). Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Sains&Teknologi Lingkungan, 2(2).

Giyarsih, S. R. (2016). Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian Geografi Yang Semakin Penting. TATALOKA, 14(2), 90-97.

(8)

Giyarsih, S.R. 2010a. Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta-Surakarta dimuat dalam Jurnal Forum Geografi, Fakultas Geografi UMS, 24(1) : 28-38.

Giyarsih, Sri Rum, and Muhammad Arif Fahrudin Alfana. (2013). "The Role of Urban Area as the Determinant Factor of Population Growth." Indonesian Journal of Geography 45.1.

Harini, R., Giyarsih, S. R., & Budiani, S. R. (2005). Analisis Sektor Unggulan dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 19(2005).

Hidayat, O., & Giyarsih, S. R. (2012). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tentang Bahaya Penyakit AIDS. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2). Pristiani, Y. D., & Giyarsih, S. R. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Program Business

Coaching Bagi Pemuda Wirausaha Baru Bank Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Ekonomi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi di Bank Indonesia Cabang Yogyakarta) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Setiawan, Nugraha, 2005, Perubahan Konsep Perkotaan di Indonesia, Universitas Padjajaran Tahun 2005,

Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). THE SPATIAL PATTERN OF URBANIZATION AND SMALL CITIES DEVELOPMENT IN CENTRAL JAVA: A CASE STUDY OF SEMARANG-YOGYAKARTA-SURAKARTA REGION. Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53-66.

Sriartha, I. Putu, and Sri Rum Giyarsih. (2015). "Spatial Zonation Model of Local Irrigation System Sustainability (A Case of Subak System in Bali)." The Indonesian Journal of Geography 47.2: 142.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

karyawan sebagai bukti pembayaran gaji serta menyetorkan cek gaji yang telah diterbitkan fungsi akuntansi kepada fungsi bank. Fungsi ini bertanggung jawab

Dalam beberapa studi klinis, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung lidah buaya tidak menunjukkan efek penambahan pada kontrol plak dan gingivitis dibandingkan dengan obat kumur

Dengan menggunakan teknik metode penelitian observasi, wawancara dan angket, diharapkan mendapatkan hasil data yang akurat sehingga tidak salah langkah dalam menentukan strategi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Aldissain Jurizat 2014 Universitas

Sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari :. Lain-lain usaha daerah

Tabel 3 dapat diketahui nilai koefisien regresi variabel independensisebesar 0,006 dengan nilai signifikan sebesar 0,921 > 0,05, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan

MIM Gading 2 Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015 ”. Dengan strategi pembelajaran IODE, diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, membantu siswa

Hasil wawancara denganBapak Imam, selaku guru metode an-nahdliyah kelas Di MTs Syekh Subakir 2 Sumberasri Nglegok, pada hari Jum‟at , 15 Oktober 2016.. Dalam satu minggu itu yang