• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori belajar dan Teori pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori belajar dan Teori pendidikan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2. Pembahasan

2.1 Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dsb).”

b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1997) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, dalam buku Introduction to Psychologi (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington, dalam buku Educational Psychologi mengemukakan, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.1

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman yang artinya perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti,

(2)

tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.2

2.2 Macam-Macam Teori Belajar

Teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain ialah:

a. Teori Conditioning

1) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)

Pelopor dari teori Conditioning ini adalah Pavlov seorang ahli psikologi-refleksologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing. Dari hasil percobaan dengan anjing, Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar

(unconditioned reflex) yaitu keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (conditioned reflex) yaitu keluar air liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu,atau terhadap bunyi tertentu.

Watson mengadakan eksperimen-eksperimen tentang perasaan takut pada anak dengan menggunakan tikus dan kelici. Dari hasil percobaannya dapat ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Anak percobaan Watson yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat menjadi takut kepada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatihnya pula sehingga tidak menjadi takut lagi kepada kelinci.

Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang terus menerus. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis. Kelemahan dari teori ini ialah menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis. Keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar.

2) Teori Conditioning dari Guthrie

(3)

Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi/respons dari perangsang/stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus yang kemudian menimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga merupakan deretan-deretan unit tingkah laku yang terus menerus.

Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku satu sama lain yang berurutan. Ulangan-ulangan/latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya.3

Metode-metode Guthrie

Beberapa metode yang digunakan Guthrie dalam mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan pada hewan maupun pada manusia ialah:

a) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Manusia itu adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada perangsang-perangsang tertentu.

Contoh:

Umpamanya seorang anak takut kepada kelinci. Waktu anak takut pada kelinci, berilah anak itu makanan yang disukainya supaya anak itu merasa senang. Lakukanlah usaha ini berkali-kali, akhirnya anak tersebut tidak takut lagi kepada kelinci.

b) Metode Membosankan (Exchaustion Method)

Hubungan antara asosiasi antara perangsang dan reaksi pada tingkah laku yang buruk itu dibiarkan saja sampai lama mengalami keburukan itu, sehingga menjadi bosan.

Contoh:

Umpamakan seorang anak yang berumur 3 tahun bermain-main dengan korek api. Pada waktu itu disuruh menghabiskan kepala korek api satu pak sehingga menjadi bosan.

c) Metode Mengubah Lingkungan ( Change of Environment Method) Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara perangsang dan reaksi yang buruk yang akan dihilangkannya. Yakni menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang dengan mengubah perangsangnya itu sendiri.

(4)

Contoh:

Umpamanya kita akan mengubah tingkah laku /kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah yang lain.

3) Teori Operan Conditioning ( Skinner)

Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons. Hanya perbedaannya, Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

a. Respondent response (reflexive response)

Respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.

b. Operant Response ( instrumental response)

yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi yang demikian itu mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan.

Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning secara sederhana adalah sebagai berikut:

(a) Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.

(b) Menganalisis, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud.

(c) Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.

4) Teori Systematic Behavior ( Hull)

Seperti halnya dengan Skinner, maka Clark C. Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakan mirip dengan apa yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan adanya reinforcement.

(5)

Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu.

Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut:

a. Teori belajar didasarkan pada drive-reduction atau drive stimulus reduction.

b. Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.

c. Ruangan kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar.

d. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/mudah menuju kepada yang lebih kompleks/sulit.

e. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.

f. Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibasi. Dengan perkataan lain, kelelahan tidak boleh mengganggu belajar.

g. Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.4

b. Teori Conectionism ( Thorndike )

Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta.

Sebagai contoh percobaan Thorndike dengan seekor kucing yang dibuat lapar dimasukkan ke dalam kandang. Pada kandang itu dibuat lubang pintu yang tertutup yang dapat terbuka jika suatu pasak di pintu itu tersentuh. Di luar kandang diletakkan sepiring makanan. Bagaimana reaksi kucing itu? Mula-mula kucing itu bergerak ke sana-ke mari mencoba-coba hendak keluar melalui berbagai jeruji kandang itu. Lama kelamaan pada suatu ketika secara kebetulan tersentuhlah pasak lubang pintu oleh salah satu kakinya. Pintu kandang terbuka, dan kucing itupun keluarlah menuju makanan.

Percobaan diulang lagi . Tingkah laku kucing itupun pada mulanya sama seperti pada percobaan pertama. Namun waktu yang diperlukan untuk bergerak kesana-kemari sampai dapat terbuka lubang pintu, menjadi semakin singkat. Setelah diadakan percobaan berkali-kali, akhirnya kucing itu tidak perlu lagi kian kemari mencoba-coba, tetapi langsung menyentuh pasak pintu dan terus keluar mendapatkan makanan.

Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

1) trial and error ( mencoba-coba dan mengalami kegagalan),dan

(6)

2) law of effect yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan ( cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

Kelemahan dari teori ini ialah:

a. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan.

b. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respons. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan , atau ulangan-ulangan yang terus-menerus.

c. Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka “ pengertian” tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar.

c. Teori Belajar Menurut Psikologi Gestalt

Teori ini sering kali disebut field theory atau insight full learning. Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.

Manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani-rohani. Sebagai individu manusia bereaksi atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap obyek atau realita yang sama.

Dengan singkat, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut. Pertama dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami / mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.5

2.3 Klasifikasi Teori Pendidikan

a. Teori Umum Pendidikan

1) Teori Pendidikan Preskriptif

Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan yaitu bagaimana sebaiknya pendidikan itu dilaksanakan. Teori yang termasuk dalam kelompok ini adalah Filsafat Pendidikan.

2) Teori Umum Pendidikan Deskriptif

(7)

Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana pendidikan telah sedang terjadi dalam masyarakat.

b. Teori Khusus Pendidikan

1) Teori Khusus Pendidikan Preskriptif

Teori ini adalah konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya suatu kegiatan pendidikan dilakukan. Yang termasuk dalam teori ini adalah teknologi pendidikan.

2) Teori Khusus Pendidikan Deskriptif

Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang menyajikan konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah, sedang, dan diperkirakan terjadi dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan. 6

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

a) Kematangan/Pertumbuhan

Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan. Andaipun kita paksa, tetap anak itutidak akan dapat atau sanggup melakukannya,karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniahnya.

b) Kecerdasan/intelijensi

Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan, intelijensi pun turut memegang peranan.

c) Latihan dan Ulangan

Karena terlatih, karen sering kali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin

(8)

mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

d) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.

e) Sifat-sifat Pribadi Seseorang

Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai.

f) Keadaan Keluarga

Ada keluarga yang miskin, kaya, ada yang diliputi rasa tenteram dan damai, ada keluarga yang terdiri dari ayah-ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan, dll. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak.

g) Guru dan Cara Mengajar

Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak-anak.

h) Alat-alat Pelajaran

Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-ala itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

i) Motivasi Sosial

Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak-anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dariorang lain di sekitarnya, seperti tetangga, saudara, dan teman sepermainan/teman sekolahnya.

(9)

Umpamanya karena jarak antara rumah dan sekolah terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya.7

2.5 Faktor-faktor yang mempeengaruhi proses dan hasil belajar

Dalam memahami kegiatan yang disebut dengan “belajar”, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Kita tahu bahwa belajar merupakan suatu proses. Proses itu harus ada yang di proses (masukan atau input), dan hasil pemrosesan (keluaran atau output)dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem ini kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar di atas menunjukan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching – learning process). Di dalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan massukan lingkungan ( environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.

Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksudkan masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan

7 Ibit, 106

TEACHING _ LEARNING PROCESS RAW

INPUT OUTPUT

(10)

dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku disekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar.8

2.6 Cara-Cara Belajar Yang Baik

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. Dari urian yang lalu kita telah mengetahui adanya bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhi cara dan keberhasialan belajar. Di samping faktor yang ada didalam diri orang itu sendiri, banyak pula faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri.

Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode didalam belajar, seperti berikut:

a. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method)

Didalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut, urutan bab-babnya dan subab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokokbuku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gastalt.

b. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part mentod)

Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya.

c. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (medhiating method) Metodi ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau yang sukar-sukar, seperti miasalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.

d. Metode resitasi (recitation method)

Restisai dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucap kembali (sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal. Di dalam

(11)

mata kuliah Metodologi pengajran metode resitasi ini disebut”metode pemberian tugas”.

e. Jangka waktu belajar (length of practice periods)

Dari-dari eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitung, dsb. Antara 20-30 menit . jangka waktu yang lebih 30 menit untuk belajar yang benar-benar memperlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif.

Jangka waktu diatas tidak berlaku bagi mata pelajar yang memprlukan “pemanasan” pada pemulaan belajar sejarah, geografi, ilmu filsafat, dsb.

f. Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods)

Dari berbagai percobaan telah dapat dibuktikan, bahwa belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirhat tidak efesian dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini” hukum jost” masih tetap diakui kebenerannya.

g. Membatasi kelupaan ( counteract forgetting)

Bahan pelajran yang telah kita pelajari sering kali mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali, dalam belajar perlu adanya “ulangan” atau riview pada waktu-waktu tertentu atau setelah/pada akhir suatu tahap pelajaran diseleseikan. Guna riview atau ulangan ini ialah untuk meninjau kembali atau mengiangatan kembali bahan yang pernah dipelajari.

h. Menghafal (cramming)

Metode ini berguna terutama jik a tujuannya untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat misalnya belajar untuk menghadapi ujian-ujian semester atau ujian akhir.

i. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan

Kita mengenal ungkapan quick learning means quick for getting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh atau pengetahuan dengan daya ingtan terhadap pengetauan itu. Hasil-hasil eksperimen yang pernah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak atau membenarkan generalisasi tersebut. Untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. j. Retroactive inhibitioan

(12)

teroganisasi di dalam diri kita. Pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain pada waktu terjadi proses berfikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain. Sehingga terjadi kesalahan dalam befikir. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar tidak mencampur-aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran di pelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.9

Gambar

Gambar di atas  menunjukan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pemenuhan salah satu hak sipil anak dan untuk mewujudkan Depok sebagai Kota Layak Anak sesuai ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf f Peraturan Daerah Kota Depok Nomor

CORE lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari: (a). keseluruhan siswa; dan (b) pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui untuk mengetahui apakah variable komunikasi interpersonal yang terdiri dari kepercayaan diri, keakraban, manajemen interaksi,

The impact of the ‘Dutch disease’ is to contract the traded goods sectors, expand or contract the non-traded goods sectors, and appreciate the exchange rates both in nominal and

• Bila itu tercipta maka kehidupan sosial akan tertata dengan baik, bila tidak maka manusia akan terjebak pada hukum alam (Yang Kuat.. Itulah yang Menang) HOMO HOMINI LUPUS (Manusia

Bahan baku berupa nikel laterit sebagai umpan ke dalam kupola sebelumnya dilakukan sinter, selama proses sinter terjadi oksida nikel mengalamai reduksi sempurna

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir yang bertempat tinggal di lokasi penelitian yaitu diwilayah Kawasan Konservasi Laut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 177. Salinan sesuai