• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN KALIANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DETERMINAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN KALIANDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

357

Sumardi Rahardjo 1) Riyanti Imron 1)

1)

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Abstrak: Determinants of Early Marriage In District Kalianda. Early marriage is a marriage by women under the age of 19 years, and men under the age of 20 years (BKKBN, 2008). Currently the number of early marriages in the district of South Lampung Kalianda still very high. Pre survey results that researchers do in VAT / KUA Kalianda South Lampung District 1 September 2012, it is known that the number of early marriages in 2010 as many as 186 weddings, (18.9) of 983 marriages, the number of marriages increased to 201 (21%) of 953 marriages, whereas in 2012 (January-August) the number of early marriages as marriages 192 (21.84). This study is an analytical study with nested case-control approach, which aims to determine the determinants of early marriage in the District of South Lampung regency Kalianda 2012. Whole population is 879 people whereas a sample taken with the 214 control cases numbered 107 and 107 are taken. Secondary data is taken directly from the respondents, sampling using Simple Random Sampling and collection tool was a questionnaire with interview techniques . The analysis is univariate, bivariate statistics using Chi square test. The research concludes with 214 respondents, of the nine variables in meticulous in getting results: education (p value = 0.006), knowledge (p value = 0.000), behavior (p value = 0.000), occupation (p value = 0.273), quality family environment (p value = 0.005), the quality of the public environment (p value = 0.038), medium (p value = 0.299), socio-cultural (p value = 0.331), and economic (p value = 0.487). Expected to health care workers in order to cooperate with other agencies to improve education about reproductive health, religion, and improve the skills of people, especially teenagers who drop out of school, both formal and informal.

Keywords: Determinants, Early Marriage

Abstrak: Determinan Pernikahan Dini di Kecamatan Kalianda. Pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan oleh perempuan yang berusia di bawah 19 tahun, dan laki-laki yang berusia di bawah 20 tahun (BKKBN, 2008). Saat ini jumlah pernikahan dini di kecamatan Kalianda Lampung Selatan masih sangat tinggi. Hasil pre survei yang peneliti lakukan di PPN/KUA Kecamatan Kalianda Lampung Selatan pada 1 September 2012, diketahui bahwa jumlah pernikahan dini pada tahun 2010 sebanyak 186 pernikahan, (18,9) dari 983 pernikahan, jumlah tersebut meningkat menjadi 201 pernikahan (21%) dari 953 pernikahan, sedangkan pada tahun 2012 (Januari-Agustus) jumlah pernikahan dini sebanyak 192 pernikahan (21,84). Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan Case Control, yang bertujuan untuk mengetahui determinan pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Populasi seluruhnya adalah, 879 orang sedangkan yang diambil menjadi sampel sebanyak 214 dengan kasus berjumlah 107 dan kontrol 107 orang.data yang diambil adalah data skunder yang di ambil langsung dari responden, pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dan alat pengumpulan data adalah kuesioner dengan tehnik wawancara. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji statistik menggunakan Chi square. Hasil penelitian menyimpulkan dengan 214 responden, dari sembilan variabel yang di teliti di dapatkan hasil: pendidikan (p value=0,006), pengetahuan (p value=0,000), perilaku (p value=0,000), pekerjaan (p value=0,273), kualitas lingkungan keluarga (p value=0,005), kualitas lingkungan masyarakat (p value=0,038), media (p value=0,299), sosial budaya (p value=0,331), dan ekonomi (p value=0,487). Diharapkan petugas kesehatan dapat bekerjasama dengan instansi lain untuk meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, agama dan meningkatkan keterampilan masyarakat khususnya remaja yang putus sekolah baik formal maupun informal.

(2)

Di Indonesia kasus pernikahan dini berkisar 12-20% yang dilakukan pasangan baru, biasanya pernikahan dini dilakukan pada pasangan usia muda rata-rata umurnya 16-20 tahun. Berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19,1 tahun. Data Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Lampung Selatan bulan Juni 2011 mencatat tahun 2010, jumlah pasangan usia subur (PUS) 187.916 dan terdapat 3.591 PUS (2,01%) yang menikah usia < 20 tahun, jumlah tersebut meningkat menjadi 4.007 PUS (2,20%) pada tahun 2011 dari jumlah PUS 187.916 PUS.

Hasil pre survei yang peneliti lakukan di PPN/KUA Kecamatan Kalianda Lampung Selatan pada 1 September 2012, diketahui bahwa jumlah pernikahan dini pada tahun 2010 sebanyak 186 pernikahan, (18,9) dari 983 pernikahan, jumlah tersebut meningkat menjadi 201 pernikahan(21%) dari 953 pernikahan, sedangkan pada tahun 2012 (Januari-Agustus) jumlah pernikahan dini sebanyak 192 pernikahan (21,84) dari 874 pernikahan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Determinan pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Lampung Selatan”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik Case Control. dengan pendekatan

retrospektif”. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Kalianda Lampung Selatan, Populasi sebanyak 879 wanita usia subur (WUS), yang telah menikah. Besar sampel 214 responden yang terdiri dari 107 wanita usia subur yang menikah dini (kasus), dan 107 tidak menikah dini. Perbandingan kelompok kasus dan kontrol 1:1.

Data yang diambil primer dan skunder, dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan tehnik wawancara. Pengolahan data melalui 4 tahap, editing,coding, processing dan cleaning. Analisis data dengan persentase, Bivariat denganChi-Square

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik.

Variabel f %

Pendidikan

Rendah 97 45,3

Menengah 117 54,7

Total 214 100

Pengetahuan

Kurang 91 42,5

Baik 123 57,5

Total 214 100

Prilaku

Negatif 104 48,6

positif 110 51,4

Total 214 100

Pekerjaan

Tdk bkerja 113 52,8

Bekerja 101 47,2

Total 214 100

Kualitas lingkungan keluarga

Mendukung 83 38,8

Tidak Mendukung 131 61,2

Total 214 100

Kualitas lingkungan masyarakat

Mendukung 90 42,1

Tidak Mendukung 124 57,9

Total 214 100

Pengaruh media

Negatif 101 47,2

Positif 113 52,8

Total 214 100

Sosial- budaya

Ada 88 41,1

Tidak Ada 126 58,9

Total 214 100

Ekonomi keluarga

Rendah 126 58,9

Tinggi 88 41,1

Total 214 100

(3)

Analisis Bivariat

Tabel 2. Pendidikan Dengan Pernikahan

Pdidikan

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa, pada responden yang menikah dini terdapat 59 orang (55,1%) berpendidikan rendah dan pada responden yang tidak menikah dini terdapat 38 orang (35,5%) berpendidikan rendah. Hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,006 dan OR 2,23 (95% CI 1,29-3,87).

Tabel 3. Pengetahuan Dengan Pernikahan Dini responden yang menikah dini terdapat 62 orang (57,9%) berpengetahuan kurang sedangkan pada responden yang tidak menikah dini terdapat 29 orang (27,1%) berpengetahuan kurang. Hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,000 dan OR =. 3,71 (95% CI: 2,09-6,58).

Tabel 4. Prilaku Dengan Pernikahan Dini

Prilaku berprilaku negatif dan pada responden yang tidak menikah dini terdapat 34 orang (31,8%). Hasil uji statistik diperoleh P-value=0,000 dan OR = 4,06 ( 95% CI: 2,30-7,18).

Tabel 5. Pekerjaan Dengan Pernikahan Dini

Pekejaan

Memperhatikan tabel 5, diketahui bahwa pada responden yang menikah dini terdapat 61 orang (57%) yang tidak bekerja dan pada responden yang tidak menikah dini terdapat 52 orang (48,6%) yang tidak bekerja, dan hasil uji statistik di peroleh P-value = 0,27.

Tabel 6. Kualitas Lingk Keluarga Dengan

Tabel 6 memperlihatkan,pada responden yang menikah dini terdapat 52 orang (48,6%) mempunyai kualitas lingkungan keluarga tidak mendukung dan pada responden yang tidak menikah dini hanya terdapat 31 orang (29%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,005.

Tabel 7. Kualitas Lingkungan Masyarakat dengan Pernikahan Dini

Kualitas

(4)

Tabel 8. Media Dengan pernikahan Dini

Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa responden yang menikah dini terdapat 72 orang (67,3%) yang mengunakan media untuk melihat hal negatif dan pada responden yang tidak menikah dini 29 orang (27,1%) yang mengunakan media untuk melihat hal negatif. Hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,000.

Tabel 9. Sosial Budaya Dengan Pernikahan Dini menggambarkan, bahwa pada responden yang menikah dini terdapat 48 orang (44,9%) yang ada pengaruh sosial budaya dan pada responden yang tidak menikah dini 40 orang (37,4%) menyatakan ada pengaruh sosial budaya. Hasil uji statistik diperoleh P-value=0,331.

Tabel 10. Ekonomi dengan Pernikahan Dini responden yang menikah dini terdapat 66 orang (61,7%) ekonomi rendah dan pada responden yang tidak menikah dini 60 orang (56,1%) yang ekonomi rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,487.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan dengan Pernikahan Dini

Memperhatikan hasil uji statistik pada tabel 2, diperoleh adanya hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 (P-value=0,006) dan OR 2,23 (95% CI: 1,29-3,87).

Dengan demikian berdasarkan hasil uji statistik penelitian ini diketahui bahwa responden yang berpendidikan rendah memiliki risiko melakukan pernikahan dini 2,23 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berpendidikan menengah.

Dlori,M, (2005) mengemukakan bahwa pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan materi. Dalam hal ini penulis menilai bahwa pendidikan merupakan salah satu determinan pernikahan dini yang sangat erat kaitannya dengan tingginya angka pernikahan di masyarakat Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam hal ini diharapkan bagi instansi terkait yang ada di Kecamatan Kalianda yaitu petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya yang dapat ditimbulkan dari menikah dini, serta bila pasangan menikah dini sudah terlanjur hamil maka dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur pada petugas kesehatan, sedangkan bagi remaja dianjurkan untuk mencari tahu dan bertanya tentang kesehatan reproduksi dan bagi pasangan menikah dini diharapkan dapat mempersiapkan mental dan fisik untuk menjadi orang tua.

2. Pengetahuan dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian dan uji statistik ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pernikahan dini (P value = 0,000) dan OR =. 3,71 (95% CI: 2,09-6,58).

(5)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Sebuah

penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang dampak pernikahan dini terhadap kehamilan adalah baik yaitu sebanyak 80 orang (52,3%). Pengetahuan responden tentang dampak pernikahan dini terhadap persalinan adalah kurang baik yaitu 79 orang (51,6%).

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa pengetahuan seseorang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan dini. Dalam hal ini diharapkan bagi instansi terkait yang ada di Kecamatan Kalianda yaitu petugas kesehatan dapat memberikan informasi kesehatan tentang reproduksi sehat. Pemberian ini bisa melalui penyuluhan disekolah-sekolah, penyebaran pamphlet, brosur dan lain-lain.

3. Prilaku dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian ditemukan dan hasil uji statistik ada hubungan signifikan antara prilaku dengan pernikahan dini , P-value=0,000 dan OR = 4,06 ( 95% CI: 2,30-7,18). Dengan demikian secara statistik responden yang memiliki prilaku negatif memiliki risiko melakukan pernikahan dini 4,06 kali lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki prilaku positif..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2006) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor pendorong dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga (studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) menyimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia muda di lokasi penelitian antara lain : faktor ekonomi, faktor orang tua, faktor pendidikan, faktor diri sendiri (prilaku) dan faktor adat setempat.

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa prilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan dini. Dalam hal ini diharapkan bagi instansi terkait yang ada di Kecamatan Kalianda yaitu petugas kesehatan dapat memberikan informasi kesehatan tentang reproduksi sehat di sekolah, penyebaran pamphlet, brosur. Selain itu juga dapat bekerjasama dengan aparat desa/kecamatan di segala bidang untuk mengadakan atau meningkatkan kegiatan positif seperti

mengadakan kursus-kursus di kecamatan setempat seperti kursus menjahit, pengajian/RISMA, kerajinan dan lain-lain.

4. Pekerjaan dengan Pernikahan Dini

Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang siknifikan antara pekerjaan dengan pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010, dimana nilai P-value = 0,273.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pekerjaan bukan merupakan salah satu determinan yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

Pekerjaan ibu yang menikah dini adalah pekerjaan yang dilakukan saat baru dan akan menikah, baik pekerjaan halus maupun pekerjaan kasar, Bahwa pekerjaan adalah suatu aktivitas manusia berdasarkan pada keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya, dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki seseorang

Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi meningkatnya pernikahan dini adalah kerjasama lintas sektoral untuk pemberian kursus-kursus kepada masyarakat khususnya remaja putus sekolah seperti memasak, menjahit, otomotif dan lain-lain, sehingga mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

5. Kualitas Lingkungan Keluarga dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian dan secara statistik diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan pernikahan dini, P value = 0,005 dan OR = 2,32 (95% CI: 1,32-4,07), dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara statistik responden yang memiliki linkungan kurang mendukung memiliki risiko melakukan pernikahan dini 2,32 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki keluarga mendukung.

(6)

dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga (studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) menyim-pulkan bahwa faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia muda di lokasi penelitian antara lain : faktor ekonomi, faktor orang tua, faktor pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor adat setempat.

Setelah menelaah hasil di atas, maka penulis menilai bahwa lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan dini pada sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi mening-katnya pernikahan dini adalah menjalin hubungan yang harmonis dalam keluarga. Orang tua sebagai pemeran utama agar memberikan nilai-nilai yang positif bagi anak-anaknya.

6. Kualitas Lingkungan Masyarakat dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian dan secara statistik diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan masyarakat dengan pernikahan dini, P value = 0,038 dan OR = 1,86 (95% CI: 1,07-3,22), dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara statistik responden yang memiliki linkungan masyarakat kurang mendukung memiliki risiko melakukan pernikahan dini 2,32 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki lingkungan masyarakat mendukung.

Hasil penelitian tentang Faktor-faktor Pendorong dan Dampaknya terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus di desa Mandalagiri kecamatan Leuwisari kabupaten Tasikmalaya), lingkungan di mana rata-rata masyarakatnya banyak yang menikah muda maka akan mempengaruhi seseorang untuk menikah muda pula, begitu pula dengan lingkungan pertemanan yang sama.

Mereka yang menikah muda rata-rata merasa nyaman karena lingkungan sekitarnya tidak ada penolakan dan komunikasi tetap baik. Dengan keadaan lingkungan yang demikian maka jumlah pernikahan dinipun menjadi meningkat. Setelah menelaah hasil di atas, maka penulis menilai bahwa lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terjadinya

pernikahan dini pada sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi meningkatnya pernikahan dini adalah kerja sama lintas sektoral. Kegiatan karang taruna, risma dan lainya dapat dikembangkan lagi untuk memberikan pengaruh yang postif bagi remaja.

7. Media dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian menunjukkan bawahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara media dengan pernikahan dini, P value = 0,000 dan OR = 5,53 (95% CI: 3,08-9,95), dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara statistik responden yang menggunakan media untuk melihat hal-hal negatif memiliki risiko melakukan pernikahan dini 5,53 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang menggu-nakan media untuk melihat hal-hal positif.

Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton film porno/blue film yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi negatif dan perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya. Dengan demikian akan berakibat terjadi kehamilan, sehingga untuk menutupi rasa malu tersebut salah satunya adalah menikahkan anaknya yang masih di bawah umur. Semua kondisi diatas harusnya dapat dihindari dengan benteng agama yang kuat di sertai dengan pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

8. Sosial Budaya dengan Pernikahan Dini

Hasil uji statistik diperoleh P-value = 0,331 sehingga p >  = 0,05, maka Ho diterima, dengan demikian berarti tidak ada hubungan siknifikan antara sosial budaya dengan pernikahan dini di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010.

(7)

Hal ini dikarenakan lebih 75% suku di Kecamatan Kalianda Lampung Selatan adalah suku Lampung, dimana suku tersebut tidak ada kebiasaan menikah dini tetapi karena Kecamatan Kalianda terdiri dari 23 desa dan 3 kelurahan, jika remaja sudah tidak sekolah dan bekerja akhirnya mereka menikah dini sebelum mereka dewasa.

9. Ekonomi dengan Pernikahan Dini

Hasil penelitian ditemukan responden yang menikah dini 61,7% yang status ekonominya rendah dan pada responden yang tidak menikah dini 56,1% yang ekonominya juga rendah. Hasil uji statistik P-value = 0,487, maka Ho gagal ditolak, dengan demikian secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara status ekonomi dengan pernikahan dini.

Puspitasari (2006) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mendorong terjadinya kawin muda adalah ekonomi. Dalam penelitiannya tentang faktor-faktor pendorong dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga (studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) menyimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong terjadinya perkawinan pada usia muda di lokasi penelitian antara lain: faktor ekonomi, faktor orang tua, faktor pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor adat setempat.

Setelah menelaah, ekonomi orang tua tidak berpengaruh terhadap menikah dini pada sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.Hal ini disebabkan karena jika anak perempuan sudah menikah maka akan menjadi tanggung jawab suaminya dan berharap jika sudah menikah dapat membantu kehidupan orang tuanya.

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan distribusi frekuensi responden

dengan pendidikan menengah 54,7%, Pengetahuan baik 57,5%, prilaku positif 51,4%, tidak bekerja 52,8%, kualitas lingkungan keluarga tidak mendukung pernikahan dini 61,2%, kualitas lingkungan masyarakat tidak mendukung pernikahan dini 57,9%, menggunakan media untuk hal positif 52,8%, tidak ada faktor sosial budaya yang mempengaruhi 58,9%, dan ekonomi rendah 58,9%.

2. Terdapat hubungan signifikan antara pendidikan, pengetahun, perilaku, kualitas lingkungan keluarga, kualitas lingkungan masyarakat, penggjunaan media dengan pernikahan dini.

3. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan, sosial budaya, dan status ekonomi dengan pernikahan dini. .

DAFTAR PUSTAKA

Mohammad, M. Dlori. 2005. Jeratan Nikah

Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta : Media Abadi.

Puspitasari, F. 2006. Perkawinan Usia Muda:

Faktor-Faktor Pendorong Dan

Dampaknya Terhadap Pola Asuh

Keluarga (Studi Kasus Di Desa

Mandalagiri Kecamatan Leuwisari

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut
Tabel 6. Kualitas Lingk Keluarga Dengan  Pernikahan Dini
tabel 9

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan kualitas produk atau mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan disebut sebagai biaya kualitas. Biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya

Flight controller adalah suatu pengendali terbang dalam quadcopter yang berfungsi untuk melakukan pengolahan data yang didapat dari berbagai jenis sensor pada quadcopter

Supervisi ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi supervisi akademik dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan pada matakuliah

(Remember, we're talking about the days before Windows 2000 with its improved integration with DNS.) So a Microsoft DNS Server can be configured to ask a WINS server when it

Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. LQ-45 adalah daftar indeks saham yang terdiri dari 45 perusahaan

Ideologi yang tampak dalam penelitian ini adalah cantik adalah perempuan dengan wajah yang berkulit putih, model rambut pendek; curly; kecoklatan, tubuh kurus, penggunaan

1). Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Meningkatkan motivasi siswa akan terdorong untuk

Pendekatan aspek gizi, kesehatan secara biologis dalam penanggulangan KVA Kuliah dan diskusi, small group discussion (TM;2x(2x50”)  Presentasi dan diskusi  Dosen memberikan