PENGARUH IMPLEMENTASI TAX AMNESTY
, PENGETAHUAN PERPAJAKAN
DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DI WILAYAH KOTA JAKARTA PUSAT
Soeprijadi dan Efri Andini
Program Studi Akuntansi Kosenterasi Perpajakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I Jakarta
ABSTRACT
This research aims to know (1) the influence of The Implementation of Tax Amnesty against the level of compliance of Taxpayers in the city area of Central Jakarta, (2) Knowledge of Taxation against the influence of the level of compliance by Taxpayers in the city area of Central Jakarta, (4) Tax Sanctions against influence of the level of compliance by Taxpayers in the city area of Central Jakarta, as well as (4) influence the implementation of Tax Amnesty, knowledge of taxation, Taxation and witnesses together against the level of compliance of Taxpayers in the city area of Central Jakarta. The population in this research is the whole of the tax services office in the region of Jakarta City Retail Center. The number of samples takenas many as four of the tax services office in the region of Jakarta City Retail Centre, the number of respondents in this study as many as 150 people personal taxpayers spread over four Tax Services Office Pratama, Central Jakarta. Data collection techniques used in this research is purposive sampling. A data analysis method used in this research is descriptive statistics, test data quality, analysis of multiple linear regression, classic assumption test, and a test of the hypothesis. The results showed that there is influence between the implementation of Tax Amnesty (X 1) against level of Taxpayer Compliance (Y) and p-value 0.000 < 0.05. Knowledge of taxation (X 2) against the level of Taxpayer Compliance (Y) and p-value 0.001 < 0.05. And taxation (X 3) Sanctions against the Taxpayer Compliance Rate (Y) and p-value of 0.049 < 0.05.
Keywords: Tax Amnesty, Knowledge Of Taxation, Tax Sanctions
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Dengan upaya pemerintah mengejar target pajak dalam rangka pembiayaan pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan anggaran pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk mewujudkan
peningkatan penerimaan untuk pembangunan tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu pajak. (Modul Pajak Ikatan Akuntan Indonesia, 2016).
memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik, hinga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai Wajib Pajak.
(http://www.pajak.go.id/content/article/refleksi -tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, diakses pada tanggal 07 Desember 2016).
Perlu upaya berbeda dan luar biasa untuk mencapai target penerimaan pajak tahun 2016. Namun demikian, tugas pengumpulan penerimaan pajak pada prinsipnya tidak hanya berada di pundak Direktorat Jenderal Pajak. Seluruh elemen negeri ini, mulai dari Presiden, Parlemen, Kementerian/Lembaga, penegak hukum, orgaisasi sosial kemasyarakatan, konsultan pajak, Wajib Pajak, dan masyarakat memainkan peran penting dalam mewujudkan kemandirian negara dalam bentuk pengumpulan penerimaan pajak yang optimal. (Asrul Hidayat, 2016).
Pajak telah menyatu dengan peradaban manusia sejak sangat lama, ia menjadi semacam pemecah permasalahan khususnya dalam tata kenegaraan, dari zaman sebelum munculnya sistem kerajaan hingga masa kini, dimana sistem ketatanegaraan sudah sangat komplek, modern dan terintegrasi. Pajak menjadi satu-satunya solusi bagi negara yang tidak memiliki kekayaan yang cukup untuk membiayai segala macam kebutuhan dalam menjalankan pemerintahannya, sehingga seluruh rakyatnya sepakat, untuk menyisihkan sedikit kekayaan, digunakan bersama-sama, demi menjamin keamanan, pembangunan, kesehatan, pendidikan dan berbagai macam kebutuhan bersama lainnya. (Budi Muliyono, 2008)
Oleh karena itu, Prof. Dr. P.J.A. Andriani (Pernah menjabat guru besar hukum pajak di Universitas Amsterdam, pemimpin
International Bureau of Fiscal Documentation
di Amsterdam), menyatakan pajak merupakan
iuran (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Agar tujuan pemungutan pajak dapat tercapai, dalam memilih alternatif pemungutan pajak harus memegang teguh dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia yang didasarkan atas ketentuan umum dan tata cara perpajakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang. Pendapatan Negara dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, namun demikian peluang untuk terus ditingkatkan di masa yang akan datang terbuka lebar karena potensinya belum digali secara optimal.
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; ayat (2) Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk tahun pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar. Penjelasan dari pasal tersebut menyatakan bahwa dimana kebijakan ini merupakan versi mini dari program pengampunan pajak yang banyak diminta kalangan usaha. Meskipun belum mampu memuaskan semua pihak tetapi kebijakan yang lebih dikenal dengan nama tax amnesty ini telah menimbulkan kelegaan bagi banyak pihak. (Budi Muliyono, 2008)
Direktorat Jenderal Pajak mencatat penerimaan pajak hingga akhir September lalu meningkat 15% dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan ini disokong oleh penerimaan dari program pengampunan pajak (tax amnesty). Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal mengungkapkan, total penerimaan pajak mencapai Rp 791,9 triliun per Senin, 03 Oktober 2016, atau pasca berakhirnya periode pertama tax amnesty. Jumlahnya lebih tinggi sekitar 15% dibandingkan penerimaan pajak per akhir September tahun lalu yang sebesar 687,7 triliun. Beliau menyatakan, besarnya kontribusi tax amnesty terlibat dari perolehan Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas yang melesat hingga 97%.
Sebagai informasi, pada periode pertama program tax amnesty. Direktorat Jenderal Pajak berhasil meraup dana tebusan sebesar 97,2 triliun dari total 367.464 peserta program yang dimulai 18 Juli lalu hingga 30 September 2016. Dana tersebut merupakan akumulasi uang
tebusan, pembayaran tunggakan, dan
penghentian bukti permulaan.
(http://www.liputan 6.com/tag/tax-amnesty, diakses pada tanggal 07 Desember 2016).
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tio Fanny Aritonang, 2016 berdasarkan hasil penelitiannya yang berjudul Review Implementasi Tax Amnesty (Studi Literatur Implementasi Tax Amnesty di Indonesia dan di Beberapa Negara Lainnya) mengambil kesimpulan bahwa dalam Pengampunan Pajak Nasional 2015, Indonesia memiliki potensi untuk melaksanakannya. Akan tetapi dibutuhkan dasar dan perangkat hukum yang jelas serta kesiapan pemerintah dalam melaksanakan pengampunan agar manfaat pelaksanaan tax amnesty dapat dicapai secara maksimal.
Pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang pajak mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Masyarakat kurang tertarik akan membayar pajak karena tidak adanya insentif atau timbal balik secara langsung dari negara untuk mereka. Menurut Rahayu (2010:141) kualitas pengetahuan pajak yang baik akan sangat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak, maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan dan semakin mudah pula untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Namuntu, 2005:32).
Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro sudah menyiapkan sanksi tegas bagi Wajib Pajak yang tidak melaporkan harta dan asetnya secara benar saat mendaftarkan diri dalam pengampunan pajak (tax amnesty). Bambang mengungkapkan, jika ada harta atau aset yang sengaja tidak dilaporkan dalam proses pendaftaran tax amnesty, akan dikenakan sanksi sebesar 200 persen dari pajak penghasilan (PPh) yang harus dibayar. Sedangkan jika Wajib Pajak tersebut tidak ikut
atau aset yang belum dilaporkan dalam SPT, Kemenkeu juga telah menyiapkan sanksi. “Kalau tidak ikut tax amnesty, dikenakan PPh dengan sanksi administrasi sesuai dengan Undang-Undang Pajak,” ujar beliau.
Bambang mengatakan sebagian aset warga negara Indonesia di luar negeri. Dan itu hanya dilakukan secara sukarela karena kita tidak memiliki UU yang memaksa. Kedua, tax based yang lebih jelas supaya tahu siapa yang belum bayar pajak dan laporannya belum lengkap. Itu dilaporkan secara sukarela,” tandasnya. (liputan6.com, Jakarta 29 Juni 2016)
Penelitian lainnya yang menguatkan fenomena sanksi perpajakan dilakukan oleh Ngadiman dan Daniel Huslin (2015) mengenai Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan) menemukan bahwa sunset policy berpengaruh negative dan tidak signifikan, sedangkan tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
KAJIAN PUSTAKA
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Agus Budiatmanto (1999) sebagaimana dikutip dalam Ratriana Dyah Safri (2013) kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Muliari dan Setiawan (2011) sebagaimana dikutip dalam penelitian
Mir’atusholihah (2014), mendefinisikan
kepatuhan wajib pajak sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dalam penelitian Sri Rustiyaningsih (2011) kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Norman D. Nowak sebagaimana dikutip dalam penelitian Sri Rustiyaningsih (2011) mengemukakan kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai berikut: (1) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas (3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar (4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Implementasi Tax Amnesty.Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016. Pajak yang menjadi objek amnesti pajak berdasarkan UU No. 11 Tahun 2016 dibatasi untuk kewajiban Pajak Penghasilan dan PPN/PPnBM. Wajib Pajak bisa meneliti kembali apakah kewajiban pajaknya selama ini telah dijalankan dengan benar. Jika belum benar, maka melalui Undang-undang amnesti pajak ini Wajib Pajak diberi kesempatan untuk diampuni dengan cara membayar uang tebusan, serta syarat dan tata caranya diatur melalui Undang-undang tersebut dan peraturan terkait lainnya.
meningkatkan kepatuhan membayar pajak. Meningkatnya kepatuhan tersebut juga merupakan dampak dari makin efektifnya pengawasan karena semakin akuratnya informasi mengenai daftar kekayaan Wajib Pajak.
Dengan demikian, itu sebelum menerapkan pengampunan pajak, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Melakukan sosialisasi rencana pengampunan pajak, yang didukungoleh perangkat administrasi perpajakan modern menggunakan sistem komputer, untuk mendukung penegakkan hukum pasca amnesti pajak (Erwin Silitonga, 2006). Kampanye tax amnesty
mampu menjelaskan kepada masyarakat secara jelas dan konkret mengenai tujuan dan manfaat program tax amnesty. Kampanye harus dapat menciptakan gambaran bahwa program ini merupakan kesempatan akhir bagi Wajib Pajak yang ingin menjadi Wajib Pajak patuh (John Hutagaol, 2004). (2) Tunggakan pajak negara, yaitu utang pajak yang telah pasti dan ditetapkan dengan surat ketetapan pajak, yang merupakan objek penagihan pajak dengan Undang-Undang Penagihan dengan Surat Paksa. Tunggakan pajak, tidak termasuk dalam paket proggram pengampunan, bahkan merupakan prasyarat harus dilunasi sebelum Wajib Pajak dapat mengkuti program pengampunan pajak. Khusus mengenai tunggakan ini perlu disosialisasikan lebih awal untuk mencegah jangan sampai isu pengampunan pajak menjadi counter productive, karena masyarakat salah mengerti dan beramai-ramai menunda pembayaran pajaknya degan harapan kelak mendapat pengampunan (Erwin Silitonga, 2006). (3) Perlunya program pendukung berupa penegakkan hukum secara tegas dan konsisten terhadap pelanggar hukum. Undang-Undang amnesti Pajak harus harus didukung seperangkat Undang-Undang lainnyaantara lain jaminan mengalirnya data secara sistemik (by computer) ke pusat basis data perpajakan nasional melalui program SIN (Single
Identification Number). RUU yang mendukung hal ini adalah RUU informasi dan transaksi elektronis (ITE). Juga diperlukan amandemen UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan menambahkan asas pembuktian terbalik. Perlunya perangkat hukum, tingkat produk hukum yang melandasi kebijakan tax amesty sangat tergantung pada political will
Perbaikan struktural pasca tax amnesty.
Perbaikan struktural yang harus dilakukan pemerintah pasca program tax amnesty
mencakup kebijakan ekonomi yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap usaha Wajib Pajak, sistem perpajakan dan efektifitas monitoring terhadap kepatuhan Wajib Pajak, serta penerapan tax eforcement.
Perbaikan sistem perpajakan meliputi
administrative and policy reforms (John Hutagaol, 2004).
Pengetahuan Perpajakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1.377), pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan dikaitkan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Misalnya seperti pengetahuan yang ada dalam mata pelajaran suatu kurikulum di sekolah.
Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam (Soemarso, 2010: 2) adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pegeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Secara umum, pajak merupakan sumbangan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang. Definisi lain dari pajak dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2003: 1) bahwa pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteran umum.
Sanksi Perpajakan. Sanksi perpajakan yaitu jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 1997: 42).
Menurut Resmi (2008) sebagaimana dikemukakan dalam penelitian Bayu Caroko (2015), sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan dan Undang-Undang Perpajakan. Sebagaiamana dimaklumi suatu kebijakan berupa pengenaan sanksi dapat dipergunakan untuk 2 (dua) maksud, yang pertama adalah untuk mendidik dan yang kedua adalah untuk menghukum. Mendidik dimaksudkan agar mereka yang dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih mengetahui hak dan kewajibannya sehingga tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Maksud yang kedua adalah untuk menghukum sehingga pihak yang terhukum akan menjadi jera dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama (Zahidah, 2010 dalam Bayu Caroko, 2015).
Peraturan atau Undang-Undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-Undang tidak dilanggar. Jatmiko (2006) dalam Siti Masruroh (2013) mengatakan bahwa wajib pajak akan patuh membayar pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh positif Implementasi Tax Amnesty terhadapTingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah kota Jakarta Pusat. (2) Terdapat pengaruh positif Pengetahuan Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah kota Jakarta Pusat. (3) Terdapat pengaruh positif Sanksi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah kota Jakarta Pusat. (4) Terdapat pengaruh Implementasi Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan secara bersama-sama terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah kota Jakarta Pusat.
METODE PENELITIAN
Poulasi adalah keseluruhan objek penelitian baik dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarrumidi, 2006: 47). Populasi untuk penelitian ini adalah 15 (lima belas) Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berada di wilayah kota Jakarta Pusat, yang terdiri dari: (1) KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih, (2) KPP Pratama Jakarta Gambir Satu, (3) KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, (4) KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga, (5) KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, (6) KPP Pratama Jakarta Kemayoran, (7) KPP Pratama Jakarta Menteng Satu, (8) KPP Pratama Jakarta Menteng Dua, (9) KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga, (10) KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu, (11) KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua, (12) KPP Pratama Jakarta Senen, (13) KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, (14) KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua, (15) KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu seperti yang dijelaskan oleh Nanang Martono (2014: 81). Dengan kriteria pengambilan sampel adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pusat yang bersedia untuk di survey, serta yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan dan wajib pajak orang pribadi tetapi bukan pensiunan.
Dalam penelitian ini sampel minimal yang digunakan sebanyak 7 sampel dari total sampel yang digunakan dalam penelittian ini 4 sampel diantaranya adalah: (1) KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih, (2) KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga, (3) KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua, (4) KPP Pratama Jakarta Kemayoran. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang berada di KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih, KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga, KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua, KPP Pratama Jakarta Kemayoran
Metode Analisis Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) atau survey dengan teknik kuesioner (questionnaires). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013: 136). Skala Likert mempunyai dua bentuk pernyataan, yaitu: pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1. Sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5. Bentuk jawaban Skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Syofian Siregar, 2011: 138).
Responden dalam penelitian ini yaitu wajib pajak orang pribadi yang tersebar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cempaka Putih, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Menteng Tiga, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebanyak 150 responden.
Statistik Deskriptif. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana data yang berlaku umum (Sugiyono, 2007: 29). Analisis deskripsi ini meliputi tabel rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, dan jumlah penelitian. Berikut ini adalah hasil analisis deskripsi dengan program SPSS versi 23 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif
Statistics
Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak
Implemen tasi Tax Amnesty
Pengetah uan Perpajaka
n
Sanksi Perpajakan
N Valid 150 150 150 150 Missin
g 0 0 0 0
Mean 45.78 24.32 27.07 23.71 Median 45.00 24.00 27.00 24.00
Mode 40 24 30 25
Std. Deviation 4.576 3.226 2.413 1.377
Minimum 40 11 20 16
Maximum 55 30 30 25
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Uji normalitas data dilakukan untuk meyakinkan bahwa sampel yang diujikan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, teknik uji normalitas data yang digunakan adalah uji statistik non parametik one sample kolmogrov smirnov test, yaitu pengujian dua sisi yang dilakukan dengan membandingkan signifikansi hasil uji dengan taraf signifikan 5%.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data One Sample Kolmogrov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 150
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .98988170 Most Extreme
Differences
Absolute .063 Positive .063 Negative -.031 Test Statistic .063 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 2. Hasil uji One Sample Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan bahwa nilai probabilitas asymp. Sig. bernilai 0,20 atau lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil uji normalitas menunjukkan nilai
Unstandardized Residual yang berdistribusi normal, yang menunjukkan data baik layak untuk digunakan dalam model regresi. Selain menggunakan uji statistik non parametik one sampel kolmogrov smirnov test, pengujian normalitas data didukung dengan menggunakan analisis grafik normal
probability plot. Berikut hasil dari pengolahan uji normalitas data dengan program SPSS versi 23 yang dapat dilihat sebagai berikut:
Dengan melihat tampilan pada grafik normal plot di atas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normal.
Analisis Pengujian Asumsi Klasik. Untuk memperoleh hasil pengujian baik, maka semua data yang dibutuhkan dalam penelitian harus diuji terlebih dahhulu agar tidak melanggar asumsi klasik yang ada, dapat memperoleh hasil pengujian hipotesis yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan serta menghasilkan model regresi yang signifikan dan representatif. Asumsi klasik yang diuji yaitu Linearitas, Heteroskedastisitas, dan Multikolinearitas.
Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Implementasi
Tax Amnesty Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Tabel 22 di atas menjelaskan bahwa terdapat nilai yang signifikan antara pengaruh Implementasi Tax Amnesty (X1) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 0,065, dimana 0,065 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antar variabel Implementasi Tax Amnesty
(X1) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Tabel 23 di atas menjelaskan bahwa terdapat nilai yang signifikan antara pengaruh Pengetahuan Perpajakan (X2) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebesar 0,425, dimana 0,425 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antar variabel Pengetahuan Perpajakan (X2) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Tabel 24. Hasil Uji Linearitas Sanksi Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Sanksi Perpajakan (X3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai yang signifikan antara implementasi tax amnesty terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 0,266, dimana 0,266 > 0,05. Terdapat nilai signifikansi antara pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 0,102, dimana 0,102 > 0,05. Terdapat nilai signifikansi antara sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 0,515 dimana 0,515 > 0,05. Kesimpulan dari pengujian tersebut adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Implementasi Tax Amnesty (X1) .831 1.203 Pengetahuan Perpajakan (X2) .828 1.208 Sanksi Perpajakan (X3) .979 1.021 a. Dependent Variable: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 5. Diketahui bahwa nilai
Tolerance semua variabel independen (implementasi tax amnesty, pengetahuan perpajakan, dan sanksi perpajakan) lebih besar dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen. Nilai VIF semua variabel independen lebih kecil (kurang) dari 10,00. Berdasarkan nilai di atas, disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel.
Analisis Pengujian Hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi linear berganda dimana pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Model regresi pada penelitian ini adalah .
Tabel 6. Hasil Uji Parsial (t-test)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std.
Error Beta
1 (Constant) 2.192 4.170 .526 .600 Implementa
si Tax Amnesty (X1)
1.081 .104 .623 10.416 .000
Pengetahua n Perpajakan (X2)
.380 .112 .203 3.386 .001
Sanksi Perpajakan (X3)
.360 .181 .110 1.987 .049
a. Dependent Variable: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Dari Tabel 6. Pertama. Variabel Implementasi
Tax Amnesty (X1) menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000 yang bernilai lebih kecil dari α = 0,05, oleh karena itu keputusan adalah tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Implementasi
kecil dari α = 0,05, oleh karena itu keputusan adalah tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Sanksi Perpajakan (X3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Tabel 7. Hasil Uji Simultan (F -test)
ANOVAa
Model Sum of Squares df
Mean Square F
Si g. 1 Regression 1721.939 3 573.980 63.342 .000b
Residual 1323.001 146 9.062 Total 3044.940 149
a. Dependent Variable: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) b. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan (X3), Implementasi Tax
Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2)
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Dari Tabel 7. Menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000 yang bernilai kurang dari α = 0,05, oleh karena itu keputusan adalah Tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Implementasi Tax Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), dan Sanksi Perpajakan (X3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
.
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Kd)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .752a .566 .557 3.010
a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan (X3), Implementasi Tax
Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2)
b. Dependent Variable: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Sumber: data primer yang diolah (2017)
Dari Tabel 8. Diperoleh koefisien determinasi atau Adjusted R Square adalah 0,557 artinya 55,7% variabel terikat yaitu Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) variasinya dapat dijelaskan oleh variabel Implementasi Tax Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), dan Sanksi Perpajakan (X3) dan sisanya sebesar 44,3% dijelaskan oleh variabel diluar variabel yang digunakan.
KESIMPULAN
Kesimpulan. (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Implementasi Tax Amnesty (X1)
terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Dalam hal ini pengaruh dari variabel independen Implementasi Tax Amnesty (X1) adalah berbanding lurus dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y), artinya semakin meningkat Implementasi Tax Amnesty (X1), maka nilai Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian H1 terbukti. (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pengetahuan Perpajakan (X2) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Dalam hal ini pengaruh dari variabel independen Pengetahuan Perpajakan (X2) adalah berbanding lurus dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y), artinya semakin meningkat Pengetahuan Perpajakan (X2), maka nilai Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian H2 terbukti. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan Sanksi Perpajakan (X3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Dalam hal ini pengaruh dari variabel independen Sanksi Perpajakan (X3) adalah berbanding lurus dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y), artinya semakin meningkat Sanksi Perpajakan (X3), maka nilai Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian H3 terbukti. (4) Terdapat pengaruh Implementasi Tax Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), dan Sanksi Perpajakan (X3) secara bersama-sama terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Dalam hal ini pengaruh dari variabel Implementasi
variabel terikat yaitu Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y) variasinya dapat dijelaskan oleh variabel Implementasi Tax Amnesty (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), dan Sanksi Perpajakan (X3) sedangkan sisanya sebesar 44,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
REFERENSI
__________. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Berita Tax Amnesty. (2016, Desember 07). Retrieved from liputan6.com, Jakarta 29 Juni 2016
Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. (2016, Desember 07). Retrieved from Article:
http://www.pajak.go.id/content/article/refle ksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak
Tax Amnesty. (2016, Desember 07). Retrieved from http://www.liputan 6.com/tag/tax-amnesty
(2017, Februari 22). Retrieved from www.ortax.org/ortax/?mod=kpp&page=list &hlm=5
Aji, A. C. (2014). Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Pegetahuan Peraturan Perpajakan, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Akuntansi. Daerah Istimewa Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Aritonang, T. F. (2016). Review Implementasi Tax Amnesty (Studi Literatur Implementasi Tax Amnesty di Indonesia dan di Beberapa Negara Lainnya). Jurnal Ilmiah. Malang, Jawa Timur: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Brotodiharjo, R. S. (1991). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Eresco NV.
Carolina, V. (n.d.). Pengetahuan Pajak.
Retrieved Oktober 26, 2006, from http://krjogja.com/read/143620/page/tentan g_kami
Chaerunnisa. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Penghasilan dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah Kembangan Jakarta Barat. Skripsi. Jakarta: Jurusan Akuntansi/Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Chaizi, N. (2004, April). Pengaruh Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Keuangan Publik, 1.
Ghozali, I. (2006). Statistik Nonparametik.
Daerah Istimewa Yogyakarta: Badan Penerbit Undio.
Harjanti Puspa Arum, Z. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Diponegoro Journal of Accounting, 1, 1-8. Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Husein, A. T. (2000). Perpajakan (Revisi Cetakan Kedua ed.). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Huslin, N. d. (2015). Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan). Jurnal Akuntansi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara.
Hutagaol, J. (2004). Sekilas tentang Tax Amnesty. Berita Pajak No. 1529, Tahun XXXVII.
Ilyas, W. d. (2013). Perpajakan Indonesia.
Indonesia, I. A. (2015). Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet AB Terpadu (30 ed.). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Indonesia, I. A. (2015). Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang (29 ed.). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Judisseno, R. K. (2002). Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta : Gramedia.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 Tanggal 3 Juni 2003 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak. (n.d.). Kerlinger, F. N. (2004). Asas-Asas Penelitian
Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ketut Evi Susilawati, K. B. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi . Universitas Udayana.
Khasanah, S. N. (2013). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Moderenisasi Sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Skripsi. Daerah Istimewa Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta.
Kusuma, K. C. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun 2014 (Studi Empiris pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsul. Skripsi. Daerah Istimewa Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Malherbe, J. (2010, Mei XII). Tax Amnesties in the 2009 Landscape. Dalam Inside Tax. Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Yogyakarta:
Andi.
Martono, N. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder
(Revisi 2 ed.). Jakarta: Rajawali Pers. Meleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mir'atusholihah, S. K. (2014). Pengaruh
Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus, dan Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara). Jurnal, 1-10. Program Studi Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.
Mulyono, B. (2008). Sunset Policy di Indonesia: Beberapa Manfaat dan Kelemahan Dalam Implementasinya. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Nasucha, C. (2004). Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi . Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pajak, D. J. (n.d.). Direktorat Jenderal Pajak.
Retrieved Oktober 21, 2016, from http://www.pajak.go.id/content/article/me mbangun-kepatuhan-menuju-masyarakat-sadar-pajak
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (n.d.).
Pasal 23A Undang-Undang 1945 tentang Pajak dan Pungutan Lain. (n.d.).
Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (n.d.).
Perez, W. (n.d.). Tentang Pajak. Retrieved
Oktober 27, 2016, from
www.taxes.about.com
Pertiwi, D. A. (2016). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independendensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi.
dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Survey pada Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega). Skripsi. Universitas Pasundan Bandung.
Ragiman. (2011). Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat.
Rahayu, S. D. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Pranada Media Group.
Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep & Aspek Formal . Yogyakarta: Graha Ilmu .
Rahmanto, B. W. (2015). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak, Sanksi Denda, dan Kesadaan Wajib Pajak, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta Pada Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sakaran, U. (2011). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Santoso, S. (2015). Menguasai SPSS From
Basic To Expert Skills. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Silitonga, E. (2006, Februari 11). Ekonomi Bawah Tanah, Pengampunan Pajak dan Referendum. makalah disampaikan pada Dies Natalis Universitas Parahyangan ke 31. Bandung: Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Parahyangan.
Simbolon, H. (2009). Statistika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, S. (2011). Statistika Deskriptif untuk Penelitian Edisi Ketiga. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sunyoto, D. (2010). Uji KHI Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supomo, N. I. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen .
Yogyakarta: BPFE.
Susanto, N. A. (2011). Analisis Perilaku Wajib Pajak Terhadap Penerapan Sistem E-Filing Direktorat Jenderal Pajak. Tesis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik. Umi Chulsum, S. d. (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Cetakan 1 ed.). Surabaya: Kashiko.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pegampunan Pajak. (n.d.).
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (n.d.).
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang. (n.d.).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diambil dari www.dpr.go.id pada tanggal 07 Desember 2016. (n.d.).