• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Lahan Basah dalam Ar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Lahan Basah dalam Ar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Lingkungan Lahan Basah dalam

Arsitektur Masyarakat Banjar

Naimatul Aufa

1

, Bani Noor M

2

, & Ira Mentayani

3

1, 2, 3

Staf pengajar, Fakultas Teknik, Prodi Arsitektur, Universitas Lambung Mangkurat

naimatulaufa@unlam.ac.id

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menjelaskan pengaruh lingkungan lahan basah pada arsitektur masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Dari berbagai unsur yang terdapat pada lingkungan lahan basah, tulisan ini difokuskan pada pengaruh unsur flora dan fauna endemik. Berdasar hasil penelitian diketahui bahwa unsur flora dan fauna sangat besar pengaruhnya dalam budaya (pengetahuan) membangun masyarakat Banjar. Hal ini dapat dilihat dari perwujudan unsur flora dan fauna dalam arsitektur, khususnya melalui elemen dekoratif (ukiran). Untuk mendapatkan gambaran lebih luas, selain menggali dan menunjukkan simbol dan media pengungkapan dalam arsitektur, tulisan ini juga membandingkan simbol flora dan fauna yang ada dengan simbol pada kebudayaan lainnya. Perbandingan ini dimaksudkan untuk memperkuat argumentasi adanya pengaruh lingkungan dalam budaya membangun selama ini. Berdasar hal itu, pengetahuan terkait flora dan fauna dan penerapannya pada arsitektur menjadi bagian dari arsitektur vernakular lahan basah. Bahkan, keberadaan unsur flora dan fauna endemik dalam budaya membangun masyarakat Banjar merupakan bagian dari keyakinan masyarakat Banjar.

Kata kunci:lahan basah; budaya membangun; flora; fauna; masyarakat Banjar.

PENDAHULUAN

Tulisan ini merupakan bagian dari payung penelitianKonseptualisasi Pengetahuan Lokal Masyarakat Banjar dalam Membangun di Lingkungan Lahan Basah (2016). Secara khusus, tulisan ini menjelaskan bagaimana pengaruh unsur penting yang ada di lingkungan lahan basah, yaitu flora dan fauna pada wujud arsitektur vernakular lahan basah yang dibangun masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Dilihat dari konteks Elemen pembentuk & struktur definisi konsep, maka flora dan fauna tersebut merupakan fenomena empiri yang dikandung dalam muatan makna dan diberikan simbol komensalisme-arsitektur. Secara diagramatik, konsep komensalisme-arsitekturdapat ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 1. Elemen pembentuk & struktur definisi konsep komensalisme-arsitektur

SIMBOL:

Komensalisme-arsitektur

MUATAN MAKNA:

Hubungan antara arsitektur sebagai hasil budaya/ pengetahuan membangun masyarakat Banjar yang tidak menimbulkan kerugian pada lingkungan lahan basah.

Ranah abstrak Ranah empiris

FENOMENA: FLORA dan FAUNA yang terdapat di lingkungan lahan basah

diberikan

(2)

Substansi konsep arsitektur vernakular lahan basah yang dibangun oleh masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan adalah adanya hubungan (simbiosis) antara wujud fisik arsitektur dengan unsur-unsur yang terdapat pada lingkungan lahan basah. Hubungan yang terjadi pada dasarnya adalah hubungan yang harmonis, dimana arsitektur sebagai unsur luar dari lingkungan alam lahan basah tidak menimbulkan kerugian pada lingkungan atau dikonsepsikan sebagaikomensalisme-arsitektur. Konsep ini mampu menjelaskan:

1. Adanya makna hubungan dalam konteks lingkungan (alam) sungai / rawa / air.

2. Hubungan terjadi antara dua pihak, baik antar makhluk hidup, maupun antara makhluk hidup dan tak hidup dalam suatu lingkungan alam (ekosistem).

3. Hubungan tersebut berdasar hubungan saling menguntungkan (simbiosis), dimana salah satu pihak diuntungkan dan pihak lainnya tidak dirugikan. Dalam konsep membangun, pihak yang diuntungkan adalah arsitektur, sementara pihak yang tidak dirugikan adalah lingkungan alam, khususnya air.

4. Lebih jauh lagi, hubungan dengan air juga terlihat dari berbagai relik yang dimiliki masyarakat Banjar yang sangat erat kaitannya dengan air, seperti perahu, sistem dermaga, dan berbagai peralatan sehari-hari.

Selanjutnya, untuk melihat sejauhmana hubungan (simbiosis) antara fenomena empiri flora dan fauna endemik lingkungan lahan basah dengan arsitektur dijelaskan pada bagian pembahasan berikut.

PEMBAHASAN

Secara umum, masyarakat (Melayu) Banjar hidup di wilayah pesisir Pulau Kalimantan (Sellato, 1987) yang merupakan wilayah sebaran lahan basah. Simbiosis antara wujud fisik arsitektur dan lingkungan alam lahan basah sangat jelas terlihat, khususnya pada elemen dekoratif.

Selain berpengaruh langsung membentuk perilaku masyarakat Banjar, lingkungan alam (habitat) juga menginspirasi berbagai simbol budaya dalam kehidupan. Konsep-konsep tersebut umumnya mengambil unsur flora dan fauna yang ada di lingkungan sekitar. Berbagai flora dan fauna yang hidup dan banyak ditemukan di lingkungan alam sekitar diyakini memiliki khasiat untuk mengatasi berbagai masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari maupun permasalahan yang diduga bersumber dari alam ghaib. Berbagai gangguan yang sering dialami, semisal sakit, bencana, dll, dipercaya dipengaruhi oleh gangguan dari makhluk halus. Untuk membangun kepercayaan diri, masyarakat Banjar selanjutnya mengembangkan berbagai keyakinan yang diinspirasi oleh unsur-unsur lingkungan yang ada di sekeliling mereka tersebut. Penggunaan unsur flora dan fauna yang diyakini memiliki khasiat menangkal berbagai gangguan dan memberi rasa kepercayaan diri selanjutnya dikembangkan dalam kebudayaan masyarakat Banjar. Khusus unsur fauna, mengacu pada ajaran agama Islam, maka dilarang disimbolisasikan secara langsung, sehingga dalam arsitektur vernakular lahan basah unsur fauna ini diolah sedemikian sehingga memiliki makna dan cara/media pengungkapan tersendiri.

Gambar 2. Salah satu arsitektur masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan

a. UNSUR FAUNA.

(3)

Berikut beberapa unsur fauna lingkungan lahan basah yang menjadi pengetahuan masyarakat Banjar sebagai simbol budaya dan diwujudkan dalam arsitektur melalui media pengungkapan tertentu.

Tabel 1. Unsur Fauna, Simbol Budaya, dan Media Pengungkapannya

No Fauna Simbol Budaya Media Pengungkapan

1 Babulungan

Hayam jagau Kegagahan.Bersifat kelelakian. Melindungi yang lemah.

Ditempatkan padajamangdi puncak bubungan rumah. Terdapat pada rumah tipe Palimbangan, Balai Laki atau Anjung surung [cacak burung].

Ornamen ini dibentuk dengantatah surut[ukiran yang berupa relief].

2 Cacak Burung Memiliki idealisme. Terhindar dari bala. Menuju kesejahteraan hidup bagi

penghuninya.

Diaplikasikan pada denah tradisional rumah Banjar pada umumnya.

Merupakan lambang tolak bala dari bahaya musibah, penyakit,kecelakaan dan lain-lain yang dari segenap penjuru dalam ampat buncu [paksina,dasina,masrik, & maghrib].

3 Gigi Haruan Lambang ketajaman berpikir.

Kebangsawan.

Diaplikasikan pada pilis banturan dalam posisi runcing ke bawah.

Biasanya terdapat pada rumah tipe Bubungan Tinggi. Dibentuk dengantatah baluang[ukiran bakurawang]. Motif ornamen in juga terdapat pada motif kain sasirangandan ornamendinding guci.

4 Halilipan Rajin dalam bekerja Dapat ditemukan pada bagianjamangdi puncak bubungan depan rumah Banjar tipe Palimbangan dengan komposisi simetris dengan 2 ekorhalilipan yang masing-masing menghadap sungkul.

Dibentuk dengantatah babuku[ukiran dalam bentuk 3 dimensi].

Motif halilipanyang lebih sempurna secara alami ditemukan dalam ornamen tapih [sarung ] pengantin wanita adat Banjar.

5 Kumbang

Bagantung Kerapian.Kedamaiaan bagi orang yang melihatnya.

Motif ini terdapat padacucuranatap [pilis banturan]. Merupakan ornamentatah babuku.

6 I-itikan Kerukunan dalam

kehidupan. Terdapat padakomposisi berbaris/beriring-iringan juga berhadap-pilisbanturan[cucuran atap] dalam hadapan. Ornamen ini dibentuk dengantatah babuku. 7 Sarang Wanyi Keberanian.

Bermanfaat. Terdapat pada ornamensemua tipe atap rumah Banjar.pilisbanturan hampir pada Lambang keberanian karena binatang ini tanpa kompromi akan sangat ganas menyerang siapa saja yang mengganggu sarangnya.

Merupakan ornamentatah babuku.

8 Burung Enggang Kebangsawanan. Terdapat padajamangpada ujung atap sidang langit. Dibentuk dengantatah surut[ukiran relief].

9 Naga Kebangsawanan. Ornamen ini dapat ditemukan padajamangpada ujung atapsindang langit.

Merupakan ornamentatah surut.

(4)

Untuk menghindari larangan terhadap ajaran agama, maka perwujudan fauna dalam ukiran menggunakan elemen flora. Elemen flora digubah sedemikian rupa hingga mampu membentuk image atau citra dari fauna yang ingin disimbolkan. Salah satu contohnya adalah motif fauna (babulungan hayam jagau)pada bagian ujung atap (jamang).Jamangpada arsitektur Banjar diketahui mengadopsi ornamen hiasan atap pada rumah Dayak, namun motif dan bentuk ukirannya mengalami perubahan. Motif ornamen atap Dayak lebih didominasi oleh sulur-sulur langsing yang membentuk pola pola melingkar dan memanjang ke arah horisontal. Pada jamang arsitektur Banjar motif yang digunakan adalah motif flora (daun, bunga dan batang) yang didominasi oleh daun-daun dengan beberapa pola rangkaian, bentuk jamang cenderung pendek dan mengarah naik.

A

B

Gambar 3. A. Motif Dayak (disketsa ulang dari Jones (1956); B. Motif arsitektur Banjar yang disamarkan dengan bentuk flora

b. UNSUR FLORA.

Selain unsur fauna yang memang banyak ditemukan di lingkungan sekitar, unsur flora juga digunakan dalam wujud arsitektur vernakular lahan basah. Sebagaimana unsur fauna, unsur-unsur flora yang digunakan dalam konsep berarsitektur vernakular lahan basah juga didasarkan pada keyakinan, sifat, dan manfaat flora (tanaman) tersebut dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai masalah yang timbul. Beberapa unsur flora yang digunakan dan memiliki makna serta diungkapkan dalam media elemen bangunan rumah masyarakat Banjar adalah:

Tabel 2. Unsur Flora, Simbol Budaya, dan Media Pengungkapannya

No Flora Simbol Budaya Media Pengungkapan

1. Cengkih Sebagai bahan rempah masakan (soto Banjar), obat untuk penyakit kolera dan campak, dan untuk men ghitam kan alis mata.

Motifkambang cengkehini biasanya diaplikasikan padapilissemua tipe rumah rumah Banjar. Motif ini termasuk dalamtatah baluangyaitu ukiran dalam bentukbakurawang (ukiran tembus). 2. Cempaka Putih Sebagai lambang kehormatan, karena

bunga ini biasanya banyak tumbuh subur di tanah tinggi dan berbau harum.

Motif cempaka putih ini biasanya diaplikasikan padapilis danjamang. Motif ini diaplikasikan pada semua tipe rumah adat Banjar dan termasuk dalam tatah baluang.

3. Nenas Melambangkan undangan

silaturrahmi. Untuk membersihkan karat dalam hati yaitu merupakan lambang suatu keharusan bagi setiap orang untuk berupaya membersihkan batin dari sifat sombong, dengki, ria, dan sifat jelek lainnya.

(5)

No Flora Simbol Budaya Media Pengungkapan

4. Kangkung Kaum

bahan Tumbuhan ini bermakna simbolik,tahanhuas-huas(tahan ujian/ tahan godaan), karena dilihat dari batangnya yang merambat dan melancar, menunjukkan hidup yang subur meskipun batang kangkung yang panjang tersebut kena ombak air, batangnya tetap bertahan, tidak putus.

Motif ini diaplikasikan pada daun pintu. Motif ini terdapat pada rumah adat Banjar tipePalimasandan biasanya diaplikasikan pada semua tipe rumah adat Banjar. Motif ini termasuktatah surutyaitu ukiran berupa relief.

5. Jaruju Daunjarujuini lambang menolak bala karena pada pinggirannya memiliki duri-duri yang tajam, sehingga dimanfaatkan oleh orang Banjar pada waktu dulu untuk mencegah

masuknya tikus ke dalam rumah.

Motif jaruju ini diaplikasikan padapilis bangunan.Motif ini biasanya

diaplikasikan pada semua tipe rumah adat Banjar dan Motif ini termasuktatah baluangyaitu ukiran dalam bentuk bakurawang.

6. Manggis Bermakna keterusterangan dan bekerja keras guna mendapatkan hasil yang baik (isi buah manggis yang putih dan rasa yang manis diperoleh setelah melalui kupasan kulit manggis yang hitam dan rsa pahit, hal ini bermakna bahwa untuk mencapai sesuatu harus melalui kerja keras).

Motif ini diaplikasikan padasungkul tiang tangga. Motif ini terdapat pada rumah adat semua tipe dan termasuk dalamtatah babukuyaitu ukiran berbentuk tiga dimensi.

7. Mawar mengandung lambang percintaan dan lebih dikenal dengan warnanya yang merah sebagai lambang cinta sejati.

Motif bunga mawar diaplikasikan bersama-sama dengan bunga melati dalam ornamenBogamyang terdapat padakandang rasi palatardantangga hadapanpada rumah rumah

Masyarakat Banjar semua tipe. Motif ini termasuktatah baluangyaitu ukiran bakurawang.

8. Melati Perlambang kesucian, baik lahir maupun batin, karena bunga melati memiliki daun bunga yang putih serta memiliki bau yang sedap dan harum.

Motif melati ini diaplikasikan dengan motif mawar yang biasa disebutbogam, dan juga biasanya penggunaannya dikombinasikan dengan ornamen dedaunan, dan bunga-bunga lain. 9. Mengkudu mempunyai makna menolak bala,

karena mengkudu bermanfaat untuk mengobati penyakit

Motif ini diaplikasikan pada ukirandahi lalungkang. Motif ini diaplikasikan pada semua tipe rumah rumah Masyarakat Banjar dan termasuktatah baluang yaitu ukiranbakurawang

10. Sirih Sebagai penolak bala, karena sirih dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, seperti mimisan dan

keputihan

Motif ini biasanya diaplikasikan pada pilisdan terdapat pada semua tipe rumah rumah Masyarakat Banjar dan termasuk tatahbaluang(ukiran bakurawang).

11. Sulur-suluran Perlambangkada pagat bawarga (tidak putus bakeluarga), karena dilihat dari bentuk tumbuhan yang panjang dan kuat

Motif ini diaplikasikan padakandang rasi. Termasuk tatah baluang (ukiran bakurawang) dan diaplikasikan pada semua tipe rumah rumah Masyarakat Banjar.

12. Teratai Bermakna kesucian, karena bunga teratai bagi pemeluk agama Budha dianggap sebagai tempat duduk bersemedi Sang Budha.

(6)

Berdasar hasil pengkajian terhadap pustaka dan data di lapangan, berikut hasil perbandingan antara motif ukiran arsitektur Banjar dan kebudayaan lain.

a. Bunga Matahari

Motif bunga matahari dan daun ditampilkan secara tunggal dalam bingkai garis tebal. Model seperti ini juga ditemui pada motif ornamen Hindu, tetapi bunga yang digunakan adalah bunga teratai.

A B

Gambar 4. A. Motif Hindu (disketsa ulang dari Jones (1956)) B. Motif Ukiran Banjar

b. Bunga (kuncup) Melati. Motif bunga melati bergantung serupa dengan motif ornamen dari Persia, sama-sama berupa kuncup yang menggantung dan berulang, dengan titik atau lingkaran kecil di tengah kuncup. Pada motif Persia rangkaian motif kuncupnya merupakan pencerminan background dan foreground. Pada motif dari Arab bentuk flora tidak terlalu jelas. Posisi daun bagian tengah terbalik (mengarah ke bawah). Pada motif Banjar, kuncup-kuncup berderet dihubungkan oleh tangkai yang melengkung.

A B

Gambar 5. A. Motif Persia (disketsa ulang dari Jones (1956)), B. Motif Ukiran Banjar

c. Daun sirih. Motif daun sirih tegak ini serupa dengan motif dari Arab yang merupakan perkembangan motif bungaHoneysuckledari Yunani. Pada motif arab ujung bunga mengarah ke atas dan terdapat perbedaan tinggi rendah secara berselang seling pada ujung-ujungnya. Pada motif ukiran Banjar, objek yang digunakan adalah daun sirih. Ujung daun mengarah ke bawah dan panjang ujung daun semuanya sama.

A B

Gambar 6. A. Motif Arab (disketsa ulang dari Jones (1956)), B. Motif Ukiran Banjar

KESIMPULAN

Dari hasil temuan diperoleh kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terdapat pada lingkungan lahan basah, khususnya unsur flora dan fauna sudah sangat dipahami oleh masyarakat Banjar. Selanjutnya pemahaman tersebut diungkapkan ke dalam wujud fisik arsitektur. Dikaitkan dengan pengetahuan membangun, masyarakat Banjar sangat memahami dan menguasai manfaat dan cara memanfaatkan dari flora dan fauna yang ada. Selain itu, keberadaan flora dan fauna yang hidup di lingkungan lahan basah merupakan bagian kepercayaan dan memiliki pengaruh terhadap keselamatan hidup.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) yang telah mendukung terlaksananya penelitian tentang Konseptualisasi Pengetahuan Lokal Masyarakat Banjar dalam Membangun di Lingkungan Lahan Basahtahun 2016. Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari hasil penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

DAUD, ALFANI.1997.Islam dan Masyarakat Banjar : Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

JONES, OWEN. 1856.The Grammar of Ornament. Bernard Quaritch. London.

MUCHAMAD, BANI NOOR, dkk. 2008.Anatomi Ukiran Tradisional Banjar.Surabaya: Wastu Lanas Grafika. SELLATO, BERNARD. 1989.Naga dan Burung Enggang. terj. Winarsih Arifin.

Gambar

Gambar 1. Elemen pembentuk & struktur definisi konsep komensalisme-arsitektur
Gambar 2. Salah satu arsitektur masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan
Tabel 1. Unsur Fauna, Simbol Budaya, dan Media Pengungkapannya
Gambar 3. A. Motif Dayak (disketsa ulang dari Jones (1956); B. Motif arsitektur Banjar yang disamarkan dengan bentuk flora
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, bukan kebetulan Unlam memilih lingkungan lahan-basah sebagai arena ilmiah utama untuk penelitian dan pengembangan atau center of excellence Unlam yang

PIP (Pola ilmiah Pokok). Kehadiran kita bersama di sini untuk membicarakan berbagai isu strategis di bidang lahan-basah dalam seminar kali ini dengan tema

Lahan-basah adalah salah satu sumber daya alam di dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber daya alam ini rentan terhadap perubahan, padahal keberadaannya harus lestari

Dengan demikian, bukan kebetulan Unlam memilih lingkungan lahan-basah sebagai arena ilmiah utama untuk penelitian dan pengembangan atau center of excellence Unlam yang

PIP (Pola ilmiah Pokok). Kehadiran kita bersama di sini untuk membicarakan berbagai isu strategis di bidang lahan-basah dalam seminar kali ini dengan tema

Lahan-basah adalah salah satu sumber daya alam di dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber daya alam ini rentan terhadap perubahan, padahal keberadaannya harus

Dengan demikian, bukan kebetulan Unlam memilih lingkungan lahan-basah sebagai arena ilmiah utama untuk penelitian dan pengembangan atau center of excellence Unlam yang

Lahan-basah adalah salah satu sumber daya alam di dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber daya alam ini rentan terhadap perubahan, padahal keberadaannya harus