BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam membangun daerah yang baru, terutama bagi daerah hasil pemekaran, perlu dirancang suatu perencanaan strategis dan terarah dalam mewujudkan visi pemerintahan yaitu masyarakat yang adil dan makmur serta pemerataan keesempatan, namun untuk mewujudkan hal ini bukanlah suatu hal yang gampang seperti yang diucapkan, tapi perlu adanya pendekatan-pendekatan dan strategi yang tepat agar pembangunan tepat sasaran dan memiliki Multiplier effect yang juga dapat membangitkan sektor-sektor lain yang berhubungan langsung bagi pendapatan masyarakat. Kabupaten Karimun merupakan daerah hasil pemekaran dari terbentuknya Propinsi Kepulauan Riau yang dipisahkan dari Propinsi Riau,yang merupakan daerah yang sangat kaya atas Sumber Daya Alam jika dibandingkan dengan Kepulauan Riau yang baru mekar maka hal ini akan berimbas terhadap pendapatan daerah yang akan berimplikasi terhadap biaya pembangunan daerah. Kurangnya pemberdayaan Sumber Daya yang ada di Kabupaten Karimun serta masih rendahnya investasi terhadap pengembangan sumber daya local dan Belem tersusunnya pengembangan perekonomian berdasarkan keunggulan lokal yang dimiliki ,maka permasalahan tersebut menyebabkan pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun berjalan lambat,hal ini tercermin dari perhitungan PDRB Kabupaten Karimun di peroleh laja pertumbuhan ekonomi Karimun pada tahun 2001 sebesar 7,85 persen, pada tahun 2002 turun menjadi 5,79 persen, pada tahun 2003 turun lagi menjadi 5,42 persen, pada tahun 2004 semakin turun menjadi 5,05 persen, baru pada tahun 2005 naik menjadi 5,61 persen . Sebagai daerah laut yang sangat strategis yang langsung berbatasan dengan Negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia,serta kota-kota strategis seperti Batam,dan Bengkalis,maka perlu adanya perencanaan pembangunan yang terarah serta menggali berbagai potensi lokal yang bisa dijadikan sebagai andalan bagi penerimaan daerah (PAD).
2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan di bahas adalah:
1. Bagaimana gambaran singkat profil Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau? 2. Problematika Apa Saja yang Terjadi dalam pembangunan di Kabupaten Karimun Propinsi
BAB II PEMBAHASAN
10 (SEPULUH) PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PEMBANGUNAN KABUPATEN KARIMUN
2.1 Profil Kabupaten Karimun a. Wilayah
Kabupaten Karimun dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 53 tahun 1999. Pada awal terbentuknya wilayah Kabupaten karimun terdiri dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Karimun, Moro dan Kundur. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 16 tahun 2001, maka wilayah Kabupaten karimun dimekarkan menjadi 8 kecamatan, dan akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 10 tahun 2004 dimekarkan lagi menjadi 9 kecamatan yaitu Kecamatan Karimun, Meral, Tebing, Kundur Kota, Kundur Utara, Kundur Barat, Durai, Moro dan Buru. Sementara jumlah kelurahan sebanyak 22 Kelurahan dan 32 Desa dengna 327 RW dan 945 RT.
Berdasarrkan luasan wilayahnya, Kabupaten Karimun merupakan Daerah kepulauan yang mempunyai luas 7.984 kilometer persegi yang terdiri dari wilayah daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan wilayah perairan seluas 6.460 kilometer persegi. Secara astronomis terletak antara 0 derjat 35 detik lintang utara sampai dengan 1 derjat 10 detik Lingtang Utara dan 1103 derjat 30 detik Bujur Timur sampai dengan 104 derjat Bujur Timur .
Kabupaten Karimun Berbatasan Langsung Dengan: Utara : Selat Malaka dan Singapura
Selatan: Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir
Barat : Kecamatan Rangsang, Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan.
Timur : Kota Batam dan Kepulauan Riau.
b. Tentang Daratan dan Perairan
Kabupaten Karimun merupakan wilayah yang relative datar dan landai dengan ketinggian 2-500 meter diatas permukaan laut. Sebagian wilayah Kabupaten Karimun merupakan pegunungan/ perbukitan dengan kemiringan 40 dan ketinggian 20-500 meter diatas permukaan laut, yang terdapat di Utara Pulau Karimun.
Disamping itu pada beberapa pulau diwilayah Kabupaten karimun terdapat rawa-rawa. Kemudian, dilihat dari keberadaan potensi wilayahnya maka wilayah laut Kabupaten Karimun merupakan perairan yang subur karena sebagian wilayahnya berada pada Selat Malaka.
c. Tentang Iklim
Sebagaiman daerah Tropis lainnya, Kabupaten Karimun hanya mengenal dua musim yaitu musim Kemaru dan musim Hujan. Temperatur udara rata-rata mencapai 27.2 derjat, kelembatan udara 85 persen.
Musim kemaru pada umumnya terjadi di Kabupaten karimun sepanjang bulan Pebruari sampai dengan bulan Juni. Sedangkan bulan Januari mengalami curah hujan rata-rata pertahun mencapai 238.6 milimeter. Kecepatan angin maksimun terjadi pada musim hujan dengan rata-rata kecepatan perhari 4 knot.
2.2 10 (Sepuluh) Problematika Pembangunan dan Solusi di Kabupaten Karimun 1. Pembangunan Tanggul Urung Teluk Radang Karimun
Pembangunan tanggul penahan ombak sepanjang 23 kilometer, dari Urung Teluk Radang ke Gading, Tanjungbatu Kundur, Kabupaten Karimun, mulai menuai masalah. Hal itu ditandai dari adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pelaksanaan megaproyek pembangunan tanggul sepanjang 23 km di Kabupaten Karimun sejak 2013, yang menelan dana Rp8,9 miliar. Kemudian ditambah temuan BPK pada pelaksanaan pekerjaan tahun 2014 yang menelan dana Rp16 miliar.
Sementara itu, dari pelaksanaan peninjauan yang dilaksanakan DPRD Kepri dan Kabid Bina Marga Dinas PU Kepri, selain pelaksanaan pembangunan, lokasi lahan proyek didapati juga bermasalah. Salah seorang warga pemilik lahan di kawasan 23 km pembangunan tanggul itu, mematok kawasan lahannya karena keberatan dengan pelaksanaan pembangunan tersebut.
Sekretaris Komisi III DPRD Kepri, Sofiyan Samsir, yang turun dan ikut melaksanakan peninjauan, mengatakan pemilik lahan masih memagar lokasi proyek dengan sejumlah kayu, hingga alat berat proyek tidak dapat masuk dan melakukan pengerjaan di lokasi proyek.
Sangat prihatin melihat kondisi ini, karena alokasi dana dan pelaksanaan pembangunan sudah dari 2013 dilaksanakan, dan pada 2015 ini Pemprov Kepri kembali mengalokasikan dana pembangunan Rp 30 miliar tapi kalau masalah lahan belum selesai, hal ini sangat memprihatinkan.
Sofiyan Samsir juga meminta, pada Kepala Dinas PU Kepri, agar dapat menyelesaikan permasalahan lahan warga, agar tidak menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan megaproyek yang menelan dana Rp 54 miliar tersebut.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan megaproyek Tanggul Urung Teluk Radang-Gading di Kecamatan Kundur Utara Kabupaten Karimun akan menelan dana Rp 94 miliar lebih APBD Kepri. Sebab pelaksanaannya telah dilaksanakan sejak 2013 dengan alokasi dana Rp 8,9 miliar. Kemudian pada 2014, Pemprov Kepri kembali mengalokasikan dana Rp 16 miliar untuk proyek lanjutan, dan pada 2015 ini, kembali dialokasikan Rp 30 miliar.
Dalam Musrenbang Daerah Provinsi Kepri untuk APBD 2016, Pemprov Kepri juga berencana mengalokasikan dana Rp 45 miliar guna kelanjutkan pelaksanaan megaproyek penahan ombak dan akses darat menuju Sumatera dan bahkan ke daerah Kukup, Johor Baru, Malaysia itu.
Solusi dari permasalahan pembangunan Tanggul Urung Teluk Radang Karimun adalah diantaranya seperti guna penyesaiaan masalah ini, agar bisa mengundang Kepala Bappeda, Kepala Dinas PU Karimun, serta Camat Kundur Utara untuk duduk bersama dengan Dinas PU Kepri, dalam penyelesaian kasus ini.
Pembangunan Jembatan Leho di Kecamatan Tebing yang dikerjakan dengan sistem kontrak tahun jamak APBD Karimun sejak tahun 2012 sebesar Rp 21 miliar ternyata masih meninggalkan masalah bagi warga pemilik lahan.
Raja Atan, salah satu pemilik lahan mengungkapkan bahwa lahan miliknya seluas 1 hektar lebih yang digunakan untuk pembangunan jembatan yang menghubungkan Coastal Are ke Bandara Sei Bati tersebut hingga kini belum diganti rugi oleh Pemerintah Kabupaten Karimun
“Dari tahun 2013 saya dijanjikan akan dibayar, tapi sampai sekarang belum dibayar juga. Ini sudah penipuan!! Dalam waktu dekat ini, saya akan melakukan somasi kepada Pemda Karimun,” ujar Raja Atan kepada swarakepri.com, Kamis, (21/1/2016).
Kesal karena tak kunjung diganti rugi, Raja Atan mengaku telah menutup lahannya dengan cara membuat parit disepanjang jalan menuju Jembatan Leho.
Sementara itu, Sekretaris Dinas PU Karimun, Yusrizal Mahyudin ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa untuk ganti rugi lahan Raja Atan tidak ada.
Namun kemudian, ia menarik pernyataannya tersebut dan mengaku tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan permasalah lahan Raja Atan tersebut.
Untuk diketahui dalam penjelasan Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, disebutkan bahwa sebelum pekerjaan dilaksanakan, penyelenggara jalan harus terlebih dahulu melaksanakan pengadaan tanah.
Selain itu dalam Peraturan Presiden RI No 30 tahun 2015 tentang perubahan ketiga atas peraturan presiden No 71 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum disebutkan bahwa sebelum pekerjaan jalan di mulai, tanah masyarakat harus dibebaskan terlebih dahulu.
Dari masalah yang terjadi terhadap pembangunan jembatan Leho di Kabupaten Karimun yang melibatkan warga pemilik lahan, Pemerintahan Kabupaten Karimun harus duduk bersama warga yang terlibat agar lahan warga yang di gunakan untuk pembangunan jembatan Leho segera mendapatkn ganti rugi.
3. Reklamasi Pantai Karimun
Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Tanjungbalai Karimun, Capt Gajah Rooseno di ruang kerjanya, Rabu (23/10) mengatakan, reklamasi pantai oleh PT Jaya Karimun dan pembangunan KECC di Tanjungrambut tidak mengantongi izin dari pihak terkait alis ilegal.
Menurut Rooseno, kedua pembangunan yang terketak di kawasan jalan lingkar (Coastal Area) tersebut telah mengangkangi UU no 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, PP no 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, PP 05 tahun 2010 tentang Kenavigasian, UU no 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup dan Permenhub no 52 tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.
Reklamasi pantai yang dilakukan PT Jaya Karimun dan reklamasi pantai untuk pembangunan KECC di kawasan Tanjungrambut tidak mengantongi izin sama sekali. Menurut prosedurnya, pelaku usaha yang melakukan reklamasi tersebut harus punya izin usaha dari Kementerian Perhubungan.
Rooseno menjelaskan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pelaku usaha untuk memperoleh izin reklamasi tersebut, mereka harus mengantongi Analisis Mengenai Lingkungan (Amdal), sesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan master plan (peruntukkan), Bupatin lalu mengeluarkan surat rekomendasi kepada Syahbandar dan nantinya Syahbandar yang akan mengajukan ke Kementerian Perhubungan.
Sampai saat ini, pejabat Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan di Karimun ini tidak pernah menerima surat rekomendasi dari Bupati terkait reklamasi yang dilakukan oleh PT Jaya Karimun dan pembangunan gedung KECC tersebut. Kalau tanpa surat rekomendasi dari Bupati berarti tak ada izin dari Kementerian Perhubungan.
Pelaku reklamasi bisa dipenjara berdasarkan pasal 318 UU no 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang bunyinya, setiap orang yang melakukan pekerjaan pengerukan atau reklamasi alur pelayaran dalam kolam pelabuhan tanpa izin pemerintah dipidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak Rp300 juta.
kepadanya karena jabatan dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.
Jadi, perbuatan melakukan rekalamasi pantai atau membabat hutan mangrove tidak hanya menjerat pelaku usahanya saja, namun juga pejabat yang memberikan rekomendasi bagi pelaku usaha untuk memudahkan usaha tersebut. Sanksinya jelas pidana penjara dan denda. Jadi, jangan main-main dengan aturan hukum," ungkap Rooseno lagi.
Tanah di bibir pantai merupakan tanah negara, jadi untuk memanfaatkan tanah negara haruslah diketahui oleh negara. Artinya, apapun perbuatan yang berkaitan dengan kepentingan negara harus diketahui oleh negara. Sebab, pelebaran suatu wilayah secara hedografi harus diketahui oleh Angkatan Laut juga, karena nantinya akan ada perubahan peta untuk dunia.
4. Coastal Area Karimun
Pengerjaan mega proyek pembangun jalan pesisir sepanjang 5 kilometer dan panggung rakyat (Coastal Area) dengan nilai Rp172.988.168.000 yang dikerjakan PT Arta Niaga Nusantara (ANN) nyaris menelan korban jiwa. Pasalnya, aspal yang dibuat sekitar dua minggu yang lalu itu terkesan asal jadi. Bahkan keretakan sangat jelas kelihatan di berbagai titik.
Ketua LSM Asli Karimun Maju (AKM), Sofner (53) mengatakan hasil kerja kontraktor sangat tidak sebanding dengan nilai proyek dan detailed engineering design (DED) proyek, yang begitu fantastis. Bahkan menurutnya, proyek yang dibuat oleh konsultan perencana PT Wiswakharman dan peran serta PT Epadascon Permata sebagai konsultan pengawas, itu sangat pantas dikategorikan kelas ‘kacangan’.
Namun staf PT Arta Niaga Nusantara (ANN), Cahyo mengatakan proyek itu telah rampung 100 persen dan di-grand opening-kan Bupati Karimun pada 31 Januari 2012 yang lalu. Sedangkan keberadaan mereka di sana untuk melakukan perawatan.
Dari data yang yang dikeluarkan oleh Dinas PU Kabupaten Karimun yang selama ini tidak disampaikan ke publik termasuk ke DPRD Karimun, yang didapat oleh salah satu media, akhirnya terungkap bahwa Dana Kontrak yang sudah dibayarkan kepada kontraktor pelaksana PT Arta Niaga Nusantara (ANN) adalah sebesar Rp 145.130.585.896 dengan persentase 89,189 persen.
Kemudian, dana uang muka yang sudah dikembalikan adalah sebesar Rp29.475.453.946 dengan persentase 20 persen. Sisa dana uang muka yang belum dikembalikan adalah Rp5.122.179.654. Jadi jumlah total dan uang muka adalah sebesar Rp34.597.633.600.
Sebelumnya, kontraktor proyek Coastal Area yang dikerjakan PT Artha Niaga Nusantara (ANN) sudah dikenakan denda Rp172 juta per hari, karena belum menyelesaian proyek itu hingga batas ditentukan, 29 Desember 2011.
Selain itu Pusat kuliner Coastal Area ternyata masih dikelola pihak Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kabupaten Karimun. Padahal Coastal Area harusnya sudah dikelola Perusda. Hal itu tertuang dalam Perda Perusda tahun 2015 yang telah direvisi DPRD Karimun.
Padahal pengelolaan Coastal Area bisa lebih dimaksimalkan untuk menarik kunjungan wisatawan asing. Selain itu perlu ditambah fasilitas umum. Coastal Area dibangun miliaran rupiah, tapi kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Bisa lihat, hal sepele saja pengelola Coastal Area tidak mampu mengatasi seperti selokan yang bau.
Belum lagi diperparah kondisi pembangunan toilet yang tak standar. Toilet di Coastal Area cukup unik. Tempat jamban air kecil untuk dewasa malah seperti jamban untuk anak-anak.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Karimun HM Hasbi membenarkan, bahwa hingga akhir tahun 2015. Coastal Area masih dibawah pengawasan Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Karimun. Artinya, pengelolaannya masih tanggungjawab dirinya.
Coastal Area merupakan icon baru untuk Kabupaten Karimun, dengan total anggaran yang begitu besar seharusnya Pemerintah Daerah harus melakukan pengawasan ekstra terhadap proses pembangunan Coastal Area agar bisa terlaksana sebagaimana dengan rencana. Selain itu perawatan juga harus di perhatikan oleh Pemerintah Daerah, agar Coastal Area bisa selalu menarik wisatawan ke Kabupaten Karimun.
5. Proyek Pasar Baru Karimun
Ketua Forum Peduli Masyarakat Karimun, Basri Muhammad, mengadu ke Komisi C DPRD setempat terkait pengerjaan proyek Pasar Baru di Kelurahan Sei Lakam, Kecamatan Tanjung Balai Karimun yang dikhawatirkan ambruk saat pengerjaan proyek itu dilanjutkan.
Basri Muhammad menuturkan bila kondisi pasar itu tidak disikapi oleh pihak terkait dari sekarang dan pengerjaannya tetap dilanjutkan dikhawatirkan gedung itu ambruk saat dioperasikan.
Berdasarkan pengamatan, konstruksi tangga beton proyek itu nyaris ambruk, kemudian sejumlah "balok gantung" pada konstruksi gedung pun sudah mengalami retak yang cukup parah. Di tempat yang sama Sekretaris Komisi C DPRD Karimun, Bakti Lubis, mengaku informasi negatif tentang kondisi konstruksi pasar sentra tradisional tiga lantai itu yang akan menggantikan fungsi Pasar Puakang dan Sri Karimun sudah diketahui sebelumnya.
Bila pengerjaan tidak asal-asalan disebabkan pengawasan tidak optimal, pastinya tidak sesuai rencana karena sebelumnya umumnya proyek fisik milik dinas itu tidak memiliki rencana yang matang, Hal itu dapat dilihat secara kasat mata hampir setiap proyek fisik yang dibiayai APBD Karimun sejak tahun 2006-2010 selalu bermasalah.
6. Pasar Telaga Mas Karimun
Pasar Telaga Mas Kolong di Kelurahan Sei Lakam, Kecamatan Karimun belum bisa dioperasikan. Parahnya, puluhan kios yang sudah dibangun 10 tahun itu kini berubah fungsi menjadi tempat tinggal bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal.
Dari pantauan pasar yang pembangunannya dikerjasamakan dengan Koperasi Pasar Karimun itu belakangan sebagian kiosnya sudah berubah fungsi menjadi tempat tinggal warga, terutama bagi kalangan tuna wisma dan warga miskin.
Rolling door puluhan kios sudah karatan dan kondisi pasar terlihat sudah sangat tidak terawat. Rumput-rumput liar dibiarkan tumbuh di halaman pasar. Sementara di kawasan pasar basah dijadikan tempat bermain oleh anak-anak yang orangtuanya tinggal di kios-kios yang diubah fungsinya menjadi tempat tinggal. Sementara, terminal yang berada di samping pasar difungsikan sebagai tempat uji kelayakan kendaraan roda empat.
Kondisi bangunan pertokoan yang berada dalam komplek pasar itu sudah banyak yang terlihat rusak, karena sudah hampir 10 tahun tidak dipakai dan tidak dirawat dengan baik.
Pembangunan Pasar Telaga Mas Kolong yang tak kunjung juga difungsikan merupakan suatu pemubaziran anggaran. Dan membangun pasar lagi di lokasi yang sama, yakni sama-sama di Kolong adalah pemborosan anggaran. Meskipun pasar tersebut dikelola oleh swasta, namun tidak ada salahnya Pemda memfasilitasi untuk menghidupkan kembali, bukan malah membuat pasar tandingan.
7. Gedung Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Proyek pembangunan gedung Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Jalan Poros Kecamatan Meral diduga bermasalah.
Proyek dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2013 yang berasal dari Direktorat Jendral P2PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (RI) ini dikerjakan tidak tepat waktu menjadi salah satu sorotan.
Sementara dari informasi dihimpun, dari situs lelang LPSE Kementrian Kesehatan R.I. www.lpse.depkes.go.id/, pembangunan gedung Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Kabupaten Karimun ini semestinya dikerjakan harus selesai pada akhir tahun 2013 kemaren, namun nyatanya tidak selesai dikerjakan.
Andi Sopandi menjelaskan, banyak pengerjaan proyek pusat apalagi menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kabupaten Karimun bermasalah namun sayang dibiarkan saja oleh aparat penegak hukum.
Sementara itu dari pantauan di lokasi pengerjaan proyek pembangunan gedung P2PL, Minggu (9/3) siang, terlihat pengerjaan baru mencapai 60-65 persen. Kondisi gedung belum teratap tetapi kerangka atap beton sudah terpasang, sementara sebagian masih belum diplester. Beberapa tukang terlihat sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di memasang kerangka atap gedung dengan bahan baja ringan.
8. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Desa Batu Limau, Kecamatan Kundur, Kab. Karimun
Berhubungan dengan matinya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di wilayah Desa Batu Limau, Kecamatan Kundur, Kab. Karimun, Provinsi Kepri, sudah berlangsung sekitar dua bulan lamanya. Tidak hanya itu, saat ini masih banyak terdapat desa di Kundur belum teraliri listrik. Namun, hingga detik ini belum ada jawaban dari Pemerintah Kabupaten Karimun menangapi keluhan masyarakat itu
Saat ini warga berharap masalah listrik di Kundur bisa diperhatikan serius pemerintah Kabupaten Karimun. Hal ini dikarenakan listrik merupakan salah satu infrastruktur penting dalam rangka percepatan pembangunan yang menjadi program pemerintah saat ini.
Pulau Kundur yang sudah memiliki tiga Kecamatan masih banyak terdapat rumah warga yang belum teraliri listrik. Bahkan beberapa desa di Kundur saat ini masih gelap gulita. Sudah seharusnya listrik menjadi perhatian utama pemerintah jika ingin mempercepat pembangunan di wilaya Karimun. Pemerintah juga seharusnya tidak hanya memperhatikan pusat kota yang ada di Kabupaten Karimun tetapi juga daerah-daerah yang ada di pelosok, agar kesejahteraan masyrakat menjadi merata khususnya listrik.
9. Dermaga Penumpang Kelurahan Alai, Kabupaten Karimun
Pembangunan dermaga penumpang senilai Rp2,7 miliar di Kelurahan Alai, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau bermasalah, diprediksi kelak setelah dioperasikan bisa mengancam keselamatan jiwa masyarakat sebagai pengguna.
Pengerjaan proyek yang didanai APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2011 itu dikerjakan asal jadi oleh pihak pelaksana dan tanpa mendapat pengawasan yang optimal dari pejabat pengawas yang ditunjuk oleh Dinas Perhubungan provinsi, akibatnya banyak kejanggalan ditemukan dalam pengerjaannya, diantaranya ada beberapa tiang pancang beton dermaga yang sudah retak sebelum dioperasikan.
Keretakan tiang pancang beton itu akibat tidak mampu menampung berat, balok beton penghubung antar tiang dan pelat besi dermaga, selaku masyarakat awam saja dirinya sudah meragukan bentuk konstruksi yang seperti itu, karena hanya dua tiang pancang beton yang digunakan untuk menampung beban pelat besi dermaga penghubung ke ponton.
akses bagi masyarakat tersebut tidak akan tercapai. Untuk itu pemerintah seharusnya melakukan pengawasan terhadap pembangunan dermaga, agar tidak ada oknum yang bermain untuk kepentingan dan pembangunan dermaga bisa terlaksana sesuai dengan rencana.
10. Pasar Puan Maimun Kelurahan Sei lakam, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun
Pasar Puan Maimun Blok A yang terletak di belakang swalayan Oriental Kelurahan Seilakam, Kecamatan Karimun, terancam ambruk. Dinding bangunan yang menelan anggaran senilai Rp25 miliar dari APBD Kabupaten Karimun itu sudah retak.
Pantauan di lokasi, selain yang retak, terlihat juga pengeroposan pada pagar besi pasar. Bahkan atap yang dikerjakanya selama dua tahun (2012 -2013) juga bocor. Sehingga saat hujan turun di beberapa tempat tergenang air.
Bukan hanya fisik bangunan yang diduga bermasalah. Lapak-lapak itu juga menjadi ladang bisnis oleh pedagang tertentu.
Salah seorang pedagang yang tidak mau namanya ditulis mengungkapkan, ada pedagang yang mendapatkan lapak dagangan sampai 12 unit di Pasar Puan Maimun itu. Dari jumlah lapak itu, ada yang disewakan serta dijual ke pedagang lain yang membutuhkan.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpuan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber daya manusia yang memadai. Sebaliknya, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, pengendalian pertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah secara bersama-sama.
Dalam melakukan pembangunan, Pemerintah Daerah harus benar-benar mempersiapkan dan melakukan kajian-kajian agar bisa tercapai sesuai rencana dan akan memberikan dampak terhadap pertumban ekonomi daerah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan diantaranya: Kependudukan dan sosial budaya
Wilayah dan lingkungan
Sumber daya alam serta persebarannya
Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan teknologi
Manajemen nasional
Kemungkinan pengembangan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Karimuncity.wordpres.com/profil-karimun/