EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP)
1 Penyusun: Agoes INEvaluasi AKIP merupakan alat dalam rangka peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, evaluasi AKIP diperlukan bagi setiap instansi pemerintah dalam rangka mempertanggungjawabkan kinerjanya sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam perencanaan organisasinya
A.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, serta
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/01 IM.PAN/01/2009,
salah satu tugas dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara adalah melakukan
penguatan akuntabilitas kinerja instansi-instansi pemerintahan. Usaha-usaha penguatan
akuntabilitas kinerja dan sekaligus peningkatannya, dilakukan antara lain melalui Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Evaluasi AKIP ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan:
a. Mengidentifikasi berbagai kelemahan dalam penerapan sistem akuntabilitas kinerja,
di lingkungan instansi pemerintah (SAKIP).
b. Memberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk peningkatan kinerja dan
penguatan akuntabilitas instansi pemerintah.
c. Menyusun pemeringkatan hasil evaluasi guna kepentingan penetapan kebijakan di
bidang pendayagunaan aparatur negara.
1.
Obyek yang dinilai
Obyek yang dinilai adalah instansi-intansi pemerintah sebagai entitas atau unit yang
harus memberikan akuntabilitas kinerja atau pertanggung-jawaban kinerja kepada pemberi
amanah atau pemberi delegasi/wewenang. Jadi yang menjadi obyek penilaian sesungguhnya
institusi atau lembaga atau unit kerja, dan bukan hanya pimpinan atau pejabat pimpinannya.
2.
Aspek yang Dinilai
Dalam melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja, Kementerian PAN dan Reformasi
Birokrasi (MENPAN & RB) melakukan penilaian terhadap aspek-aspek sebagai berikut.
a. Aspek perencanaan, komponen-kompenen yang dievaluasi antara lain: (1)
perencanaan strategis; (2) perencanaan kinerja; (3) penetapan kinerja; dan
keterpaduan serta keselarasan diantara subkomponen tersebut.
1
Evaluasi AKIP 2
b. Aspek pengukuran kinerja, komponen-komponen yang Idievaluasi adalah: (1)
indikator kinerja secara umum dan indikator kinerja utama (IKU), (2) pengukuran,
serta (3) I analisis hasil pengukuran kinerja.
c. Aspek pelaporan kinerja, yang dinilai adalah ketaatan pelaporan, pengungkapan dan
penyajian, serta pemanfaatan informasi kinerja guna perbaikan kinerja.
d. Aspek evaluasi kinerja, yang dinilai adalah pelaksanaan evaluasi kinerja dan
pemanfaatan hasil evaluasi.
e. Capaian kinerja, dalam hal mana MENPAN & RB melakukan riviu atas prestasi kerja
atau capaian kinerja yang dilaporkan dengan meneliti berbagai indikator pencapaian
kinerja, ketetapannya, pencapaian targetnya, keandalan data, dan keselarasan
dengan pencapaian sasaran pembangunan dalam dokumen perencanaan (RPJMN,
RENSTRA).
Terhadap masing-masing aspek yang dinilai, untuk keperluan penyimpulan, perlu
dilakukan agregasi nilai secara keseluruhan dengan proporsi (bobot) masing-masing nilai sebagai
berikut.
3. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja:
Berdasarkan aspek-aspek yang dinilai tersebut di atas masing-masing diberikan
bobot-bobot dan sub-sub aspek penilaian sebagai berikut.
a. Perencanaan (Bobot: 35%):
1) Perencanaan Strategis,
2) Perencanaan Kinerja Tahunan,
3) Kontrak Kinerja, dan
4) Pemanfaatan Dokumen Perencanaan
b. Pengukuran (Bobot: 20%):
1) Indikator Kinerja (Umum),
2) Indikator Kinerja Kinerja Utama (IKU),
3) Pengukuran Kinerja, dan
4) Analisis hasil pengukuran
c. Pelaporan (Bobot: 15%):
1) Ketaatan,
2) Pengungkapan dan Kineria Penyajian, serta
3) Pemanfaatan
d. Evaluasi (Bobot 10%):
Evaluasi AKIP 3
2) Pelaksanaan Kinerja Evaluasi, dan
3) Pemanfaatan Hasil Evaluasi
e. Capaian (Bobot: 20%):
1) Kinerja yang diungkapkan (indikator/Kinerja kinerja, target, keandalan data),
dan
2) Pencapaian kinerja
Total Bobot 100%
4.
Metodologi (Proses dan Cara Penilaian)
Metodologi yang digunakan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja adalah metodologi yang
pragmatis, karena disesuaikan dengan tujuan evaluasi yang telah ditetapkan dan
mempertimbangkan kendala yang ada. Evaluator perlu menjelaskan kekurangan dan kelebihan
metodologi yang digunakan kepada pihak yang dievaluasi. Langkah yang pragmatis ini dipilih
dengan pertimbangan agar dapat lebih cepat menghasilkan rekomendasi atas hasil evaluasi
untuk perbaikan penerapan Sistem AKIP dan peningkatan akuntabilitas kinerja instansi.
Terhadap setiap aspek yang dinilai, dilakukan pengumpulan data dengan cara:
wawancara, observasi, pembandingan dengan data sekunder, dan konfirmasi-konfirmasi
seperlunya. Kemudian setiap subkomponen yang dievaluasi ini ditetapkan kriteria penilaiannya
dengan menggunakan standar dan kebenaran normatif yang ada pada peraturan perundangan,
pedoman, serta petunjuk yang berlaku, maupun mengacu pada praktik-praktik terbaik (best'
practices) manajemen kinerja dan akuntabilitas kinerja.
Kriteria penilaian ini dituangkan dalam petunjuk pelaksanaan (juklak) evaluasi sehingga
semua pelaksana evaluasi atau evaluator mendapatkan pedoman yang sarna. Dengan demikian
diharapkan seluruh petugas evaluator dapat menggunakan juklak sebagai standar evaluasi
sehingga pad a gilirannya pihak yang dievaluasi dapat diperlakukan sarna (equal treatment).
Untuk menjaga mutu hasil evaluasi, baik proses kegiatan evaluasi di kantor (desk
evaluation) maupun di lapangan, agar dituangkan dalam laporan hasil evaluasi yang dirividu
dengan rnekanisme yang berlaku di MENPAN & RB. Proses evaluasi ini berikut juklaknya setiap
tahun diperbaiki dan dilakukan penyempurnaan agar tetap dapat menjaga kredibilitas hasil
evaluasi. Selanjutnya, hasil evaluasi yang disampaikan kepada pihak yang dievaluasi, pad a
akhirnya berpulang pad a para
pimpinan instansi. Jika hasil evaluasi ditindaklanjuti seGars memadai sesuai dengan rekomendasi
Evaluasi AKIP 4
5. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian yang digunakan adalah kebenaran normatif dan pada umumnya
instansi pemerintah serta para akademisi setuju. Kesetujuan berbagai pihak ini karena, pertama,
petunjuk pelaksanaan evaluasi mendasarkan pada praktik-praktik terbaik administrasi
pemerintahan, khususnya dalam pengelolaan (manajemen) kinerja. Namun demikian, tentulah
penetapan kriteria ini bukan konsensus "nasional" yang menjadi kitab pedoman, akan tetapi
paling tidak MENPAN & RB sudah dapat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ads dan
mencari solusi perbaikan bersamasarna dengan pihak yang dievaluasi. Kedua, kriteria penilaian
terhadap berbagai aspek dan komponen yang dinilai tersebut, telah mempertimbangkan biaya
pengumpulan data. Oleh karena itu, pada umumnya instansi yang dinilai juga banyak yang setuju
tentang hal ini karena kemanfaatan evaluasi haruslah mempertimbangkan biaya.
6.
Pengkategorian Peringkat
(Rating)
Setelah proses pelaksanaan evaluasi selesai secara keseluruhan, MENPAN & AB
memberikan peringkat nilai dengan sebutan: AA, A, B, CC, C,dan D, dengan rincian Interprestasi
dan Karakteristik instansinya, sebagai berikut.
NO SKOR NILAI INTERPRETASI DAN KARAKTERISTIK INSTANSI
1 > 85 AA Memuaskan: Memimpin perubahan, 100 berbudaya kinerja,
berkinerja tinggi, dan akuntabel, perlu terus berinovasi
2 > 75-85 A Sangat Baik: Akuntabilitas kinerjanya baik, berkinerja baik,
memiliki sistem manajemen kinerja yang andal, menggunakan
knowledge management untuk membangun budaya
berkinerja, perlu banyak inovasi
3 > 65-75 B Baik: akuntabilitas kinerjanya baik, memiliki sistem yang dapat
digunakan untuk manajemen kinerja, perlu sedikit perbaikan untuk systems dan perlu banyak berfokus perbaikan soft systems.
4 > 50-65 CC Cukup Baik (memadai): Akuntabilitas kinerjanya cukup baik,
taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja bagi pertanggungjawaban, tapi perlu banyak perbaikan, termasuk sedikit perbaikan yang mendasar
5 >30-50 C Agak Kurang: Memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi
kurang dapat diandalkan, perlu banyak perbaikan dan termasuk perbaikan yang mendasar
6 0-30 D Kurang: sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk
Evaluasi AKIP 5
7.
Siapa yang Menilai
Tentang siapa yang menilai atau melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja instansi ini,
tentunya adalah pegawai dan pejabat di MENPAN & RB, karena memang sudah menjadi tugas
dan fungsinya. Pegawai dan pejabat yang melakukan penilaian pads umumnya telah dididik dan
dilatih secara memadai dengan supervisi yang cukup memadai pula. Di samping itu, MENPAN &
RB juga mendengar dan menerima masukan-masukan dari para pakar, baik yang menjadi pihak
yang dievaluasi maupun yang tidak dievaluasi.
Kementerian PAN dan RB berkeyakinan bahwa setiap kegiatan evaluasi sedapat mung
kin dilakukan dengan pendekatan co-evaluation, yaitu antara pihak yang dievaluasi dengan
evaluator-nya duduk bersama-sama membahas berbagai kondisi, termasuk kelemahan yang
dijumpai untuk dicari solusinya. Hal ini tentulah sangat sesuai dengan tujuan evaluasi
akuntabilitas kinerja yang telah ditetapkan, yaitu penguatan akuntabilitas dan peningkatan
kinerja instansi pemerintah. Oleh karena itu, MENPAN & RB sangat menghargai setiap instansi
pemerintah 'yang merespon hasil evaluasi secara baik dan segera melakukan berbagai perbaikan
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Jika meneliti lebih lanjut "siapa yang melakukan evaluasi?", MENPAN & RB memiliki
sumber daya manusia yang berasal dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Pada unit yang
melakukan evaluasi ini, yakni Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur, terdapat para akuntan yang
qualified, sarjana hukum, bahkan para insinyur teknik yang telah lama berkerja di pemerintahan.
Pada umumnya, mereka telah berpengalaman melakukan pekerjaan ini sejak tahun 2004 dan
bahkan beberapa dari mereka yang berpengalaman sebagai inspektur dan auditor telah
mendalami dan menekuni pekerjaan semacam ini lebih dari sepuluh tahun.
Dalam pelaksanaan evaluasi kedepan, MENPAN & RB akan melibatkan pula unsur
aparatur pengawasan internal pemerintah (APIP), agar hasil penilaian evaluasi dapat lebih
dipertanggungjawabkan.
8. Keterbatasan Evaluasi
Keterbatasan dari metodologi dalam pelaksanaan evaluasi tersebut di atas adalah:
a. Tidak semua instansi bisa dinilai dengan mudah dengan menerapkan kriteria yang
sarna seperti yang telah ditetapkan, karena setiap instansi mempunyai karakteristik
yang berbeda, sesuai dengan peran dan kewenangannya.
b. Kriteria yang ditetapkan lebih banyak mengenai proses manajemen kinerja, yaitu:
perencanaan, pengukuran. pelaporan. dan evaluasi. Dengan kata lain, evaluasi
akuntabilitas kinerja ini lebih banyak kepada perbaikan sistem kasar (hard systems).
Evaluasi AKIP 6 dikatakan bagian dari evaluasi kinerja secara keseluruhan, yang juga meliputi aspek
sistem halusnya (soft systems) seperti perilaku orangnya, pimpinannya, dan
budayanya. Instrumen yang dipakai dalam evaluasi seperti lembar kriteria evaluasi,
belum banyak menangkap dan menilai soft systems nya tadi.
c. Review atas capaian kinerja dilakukan secara sederhana dan sepintas saja dengan
sampel yang terbatas dan bukan evaluasi yang mendalam dari berbagai segi dan
belum termasuk mengevaluasi aspek perilaku orang-orang dan pimpinan organisasi
instansi.
d. Tidak melakukan penelitian dan pengujian terhadap pengelolaan keuangan, akan
tetapi menghubungkan sumber daya yang dipakail digunakan dengan pencapaian
hasil (output atau outcome),
Dengan beberapa keterbatasan terse but, MENPAN & AB berusaha agar proses evaluasi
menjadi wahana dan kesempatan untuk melakukan berbagai perbaikan-perbaikan yang
diperlukan guna penguatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja.
B.
HASIL EVALUASI
Pada dasarnya setiap kali dilakukan evaluasi akuntabilitas kinerja oleh MEN PAN & AB,
kepada instansi pemerintah yang dievaluasi disampaikan laporan awal/pendahuluan hasil
evaluasi secara informal. Penyampaian ini sekaligus pemberitahuan dan klarifikasi kepada pihak
yang dievaluasi tentang hasil evaluasi dan rekomendasinya. Rekomendasi hasil evaluasi tersebut
diminta untuk ditindaklanjuti sesegera mung kin. Jadi jika mekanisme ini dipatuhi semua pihak,
maka akan terjadi proses perbaikan secara terus-menerus dalam instansi-intansi pemerintah kits.
Hasil akhir evaluasi selanjutnya disampaikan secara formal melalui surat keputusan
Menteri Negara PAN dan RB, disertai dengan pemeringkatan (rating) hasil evaluasi. Bagi mereka
yang memperoleh nilcii agak kurang dan kurang, tentulah harus melakukan berbagai perbaikan
dan termasuk perbaikan yang mendasar. Mekanisme seperti ini dilakukan dan disosialisasikan
kepada berbagai instansi, yang tujuannya tentulah melakukan perbaikan-perbaikan. Beberapa
instansi yang memperoleh predikat nilai baik (8) diberikan penghargaan. Tujuannya secara
manajerial adalah untuk memberikan memotivasi agar terus melakukan perbaikan dan bisa
dijadikan contoh bagi instansi lainnya, bahkan menjadi "guru" bagi instansi lainnya
(pembelajaran).
Hasil evaluasi yang telah disampaikan kepada pihak yang dievaluasi kami yakini
dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dengan pertimbangan profesional (profesional
Evaluasi AKIP 7 cukup tinggi, karena harus meneliti dan menunjukan kekurangan dan kelemahan instansi guna
memberi "navigasi" usaha perbaikan dalam manajemen dan akuntabilitas kinerja, sehingga
dapat dilakukan peru bahanperubahan dan perbaikan jika mereka mau dan mampu.
Komitmen para pejabat dan pimpinan puncak instansi memang sangat diharapkan
dalam menindaklanjuti hasil evaluasi. Berikut ini disajikan hasil evaluasi dan pemeringkatan
terhadap instansi di lingkungan pemerintah pusat selama tiga tahun terakhir. Adapun
perbandingan Hasil Evaluasi: Instansi Pemerintah Pusat dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2009, dapat dikemukakan sebagai berikut.
Secara umum hasil evaluasi di atas menunjukkan bahwa, terdapat perbaikan yang nyata
yaitu instansi-instansi yang memperoleh nilai baik (> 50 atau CC ke etas) jumlahnya terus
meningkat. Hal ini menunjukkan adanya usaha yang terus menerus dilakukan secara
bergsma-sarna untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja. Lima tahun yang lalu perhatian terhadap
akuntabilitas kinerja ini sangat minim, mereka lebih banyak berfokus pede akuntabilitas
keuangan.
Hal ini dikira sudah bagus; asal sudah menghabiskan anggaran dan membelanjakan di
jalan yang benar sesuai dengan bukti administrasi, sudah dianggap cukup. Padahal masyarakat
menuntut akuntabilitas kinerja yang lebih baik. Kini perhatian instansi-instansi pemerintah
terhadap "akunta-bilitas kinerja" terjadi peningkatan yang menggembirakan. Ini tentulah patut
disyukuri. Karena tuntutan masyarakat sudah banyak yang didengar. Sekali lagi, terkait hasil
evaluasi perlu kami perjelas kembali bahwa MENPAN & AB melakukan "evaluasi akuntabilitas
kinerja", dan bukan "mengevaluasi kinerja secara keseluruhan". Jadi yang menjadi titik berat
evaluasi adalah proses ber-akuntabilitas, sedangkan aspek kinerja memang kami lakukan
evaluasi walaupun seGars sederhana yaitu dengan melakukan "riviu capaian kinerja". Jika kita
cermati, aspek kinerja yang diriviu hanya diberi bobot 20%.
Ini berarti bahwa, memang titik berat evaluasi kami hanya kepada evaluasi atas sistem
akuntabilitas kinerja. Hal ini mengingat bahwa kinerja dipengaruhi oleh begitu banyak faktor
yang relevan. Karenanya, evaluasi akuntabilitas kinerja instansi (institusi) sesungguhnya sebagian
Evaluasi AKIP 8
Perencanaan 35%
Pengukuran 20%
Pelaporan 15%
Evaluasi 10%
Capaian 20%
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai alat dalam rangka peningkatan
kinerja dan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, evaluasi akuntabilitas kinerja
semakin diperlukan bagi setiap instansi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan
kinerjanya sebagai-mana yang telah diperjanjikan dalam perencanaan organisasinya.
Dalam mendukung terwujudnya kondisi tersebut, MENPAN & RB telah menerbitkan
berbagai peraturan dan pedoman yang dapat dijadikan acuan bagi setiap instansi pemerintah
yang akan melakukan evaluasi kinerjanya, yaitu:
1. KepMenPAN No. 135 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi.
2. SE MenPAN No. 31 Tahun 2004 tentang Penetapan Kinerja.
3. PerMenPAN No.9 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indikator
Kinerja Utama (IKU).
4. Modul Evaluasi Sistem AKIP.
5. Modul Pelaporan Kinerja.
Sumber:
Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
JI. Jenderal Sudirman Kav. 69 Jakarta 12100
Telp. 021-7398381 Fax. 021-7398341