1
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat melalui tata kelola yang baik. Menurut Pratolo (2018) Tata kelola yang baik menghendaki untuk setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melaksanakan setiap kinerjanya dengan mempertimbangkan dasar-dasar pengelolaan good governance, yakni seperti tingginya tingkat kinerja, transparansi, pertanggungjawaban.
Untuk menerapkan tingginya tingkat kinerja, dan transparansi setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas serta pengelolaan sumber daya sebagai perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (selanjutnya disingkat AKIP).
Kewajiban instansi melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah, Dalam instruksi presiden tersebut dinyatakan bahwa Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik. Pertanggungjawaban secara periodik tersebut dibuat oleh pemerintah dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (selanjutnya disingkat LAKIP) sebagai instrument pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Pelaksanaan AKIP saat ini berpedoman pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah yang mana didalamnya menyebutkan bahwa:
SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan perangkat penting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan. Penyusunan SAKIP yang nantinya berwujud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) akan dievaluasi dan dinilai, menentukan memuaskan atau tidaknya kinerja suatu instansi pemerintah.
Pemerintah diharapkan selalu memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat menjadi pengawas yang dapat memberikan masukkan dan saran kepada pemerintah. Informasi yang disampaikan pun harus akuntabel sehingga dapat mendukung tata kelola pemerintahan yang baik
Untuk mengetahui sejauh mana AKIP dilaksanakan, setiap tahunnya dilaksanakan evaluasi yang sebelumnya berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sekarang berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dengan adanya evaluasi tersebut maka diperoleh hasil mengenai tingkat Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Upaya mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya merupakan tujuan dari sistem akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah.
Kemudian sasaran dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel agar dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya;
terwujudnya transparansi instansi pemerintah; terwujudnya partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan nasional; serta terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Adapun komponen SAKIP terdiri dari perencanaan kinerja dengan bobot penilaian 30%, pengukuran kinerja 25%, pelaporan kinerja 15%, evaluasi 10%. Kemudian, kinerja diukur dari capaian kinerja dengan bobot 20%. Berdasarkan lima komponen dasar manajemen kinerja tersebut maka akan dihasilkan nilai yang kemudian diinterpretasikan sebagai keberhasilan ataupun kegagalan sebuah laporan AKIP. Berikut peningkatan nilai laporan kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dari tahun ke tahun Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pemerintah provinsi sumatera selatan.
Tabel 1.1
Nilai LAKIP BPKAD Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Kategori
2017 BB
2018 A
2019 A
Sumber: kemenpan BPKP, 2021
Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa nilai laporan kinerja instansi BPKAD Provinsi Sumatera Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Capaian nilai A yang diraih BPKAD Provinsi Sumatera Selatan ini menandakan akuntabilitas kinerja di BPKAD Provinsi Sumatera Selatan telah diakui. Hal ini tidak membuat kinerja jajaran di lingkungan BPKAD Provinsi Sumatera Selatan untuk berpuas diri, nilai Sangat Baik (AA) harus menjadi target kedepannya yang diperoleh dalam wawancara dengan staff Kasubbag.Perencanaan dan Data Informasi, Alen Agusti, S.E.,M.Si.
Berdasarkan tabel 1.1 nilai laporan kinerja instansi pemerintah badan pengelolaan keuangan dan aset daerah provinsi sumatera selatan yang setiap tahun mengalami kenaikan disebabkan oleh faktor-faktor yang menunjang pencapaian target nilai laporan kinerja instansi pemerintah tersebut. Adapun penelitian yang terkait mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki beragam faktor yang dapat memengaruhi. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh positif dan signifikan yaitu Sistem Pengendalian Intern. Sistem Pengendalian Intern
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dalam Penelitian Cholis, dkk (2018) dan Pratolo (2018) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Artinya, semakin baik sistem pengendalian intern yang dilakukan dalam suatu instansi pemerintah, maka akan semakin baik pula akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang diterapkan oleh instansi tersebut sehingga dapat menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk mencapai sistem pengendalian intern yang baik dalam suatu instasi perlu didukung oleh kompetensi sumber daya manusia yang memadai.
Kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri tersebut akan melaksanakan tugasnya secara efektif, efisien dan profesional.
Menurut Penelitian Putri (2015) dan Razi (2017) menyatakan bahwa kompetensi aparatur pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Artinya, semakin tinggi kompetensi sumber daya manusia dalam suatu instansi maka hasil laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah juga akan semakin meningkat.
Kemampuan dan karakteristik seorang aparatur sipil negara yang memiliki mutu, pengetahuan, dan keterampilan akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab. Seorang aparatur sipil negara dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi dengan memahami keahlian dan ketrampilan yang dimiliki akan mempermudah pelaksanaan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Adri (2017) yang menyatakan bahwa Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Artinya, semakin meningkatnya profesionalisme yang diterapkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai arah dan tujuan dari tata kelola pemerintahan yang baik akan meningkatkan juga akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut.
Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja instansi pemerintah agar terciptanya pegawai yang profesional dibutuhkan sebuah motivasi kerja.
Pemberian motivasi kerja sebagai upaya untuk mendorong terciptanya keinginan bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi untuk menyalurkan semua keahlian yang dimiliki agar tujuan dari instansi pemerintah dapat tercapai. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2018) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Artinya Semakin tinggi pemberian motivasi kerja kepada aparatur sipil negara maka akan meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat pengaruh positif dan signifikan dari faktor-faktor yang diduga memengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan bukti empiris terkait, peneliti terdorong untuk meneliti 4 (empat) variabel independen yang diduga berpengaruh dalam penilaian kinerja di BPKAD Provinsi Sumatera Selatan sehingga dapat mewujudkan target nilai AA kedepannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Determinan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah Penerapan Sistem Pengendalian Intern secara parsial berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan?
2. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia secara parsial berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan?
3. Apakah Profesionalisme secara parsial berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan?
4. Apakah Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan?
5. Apakah Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Profesionalime dan Motivasi Kerja secara simultan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini memilik batasan masalah agar masalah yang diteliti terfokus terhadap pembahasan dan tidak meluas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini sehubungan dengan Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Profesionalisme dan Motivasi Kerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan dengan unit pengamatan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa :
1. Untuk mengetahui Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Profesionalisme dan Motivasi Kerja terhadap Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada BPKAD Provinsi Sumatera Selatan masing - masing secara parsial dan variabel mana yang paling berpengaruh signifikan terhadap Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada BPKAD Provinsi Sumatera Selatan
2. Untuk mengetahui Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Profesionalisme dan Motivasi Kerja secara Simultan terhadap Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
a) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada variabel Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Profesionalisme dan Motivasi Kerja terhadap Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
b) Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk menambah pengetahuan tentang Akuntabitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran bagi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan dari waktu ke waktu, sehingga Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan terus meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah guna tercapainya visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang telah ditetapkan.