Penyebab Perang Dunia I Dalam Perspektif Jerman
Oleh :Riyan Permana Putra
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Latar Belakang Situasi di Eropa Pra Perang Dunia I
Pada tahun 1870-an terjadi perubahan yang cukup besar di daerah Eropa daratan yaitu perubahan Balance of Power pada kawasan tersebut. Selain itu, muncul sebuah kerajaan baru yang sebelumnya terdiri dari beberapastateatau kerajaan kecil yang bergabung menjadi sebuah kekuatan baru di Eropa. Kedua hal tersebut bermula dari sebuah perang yaitu Perang Franco-Prussian (1870-1871) yang hasil akhir dari perang ini telah mengubah dan membuka lembaran baru sejarah Eropa. Kenapa disebut seperti itu ? Karena kekalahan Perancis terhadap Prusia dalam perang ini telah mengakhiri hegemoni Perancis di Eropa dan juga telah membuat unifikasi German Empire yang bertransformasi menjadi salah satu kekuatan terbesar di Eropa.
Latar belakang terjadinya perang ini ada dua poin. Pertama adalah faktor
Domesticdari kedua pihak. Pihak Prusia yang diwakili oleh Otto van Bismarck, yang merupakan Kanselir Prusia, mempunyai tujuan untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan berbahasa Jerman menjadi satu kerajaan/kekaisaran besar. Bismarck yakin bahwa sebuah perang patriotik melawan Perancis bisa menimbulkan Nasionalisme sehingga bisa tercipta persatuan yang dicita-citakannya. Akan tetapi, Bismarck tidak bisa begitu saja menyerang Perancis atau meminta Kaisar William I (Raja Prusia) mendeklarasikan perang tanpa ada alasan yang jelas. Dengan demikian, ia menunggu waktu yang tepat sambil menunggu kesempatan itu datang. Di lain pihak, Perancis yang dipimpin oleh Napoleon III dalam pemerintahan Kekaisaran Perancis Kedua merasa perlu ada suatu tindakan dimana ia bisa menunjukan bahwa Perancis masih merupakan kekuatan hegemoni di Eropa daratan.
memberikan penawaran kehormatan kepada Pangeran Leopold untuk menjadi Rajanya. Pangeran Leopold sendiri merupakan keponakan dari Raja Prusia yaitu Raja William I.
Hal ini telah membuat Perancis menjadi gerah karena jika Takhta Kerajaan Spanyol jatuh pada Leopold yang merupakan masih orang Prussia (salah satu musuh besar Perancis) maka kepemimpinannya akan terpengaruh oleh bisikan Kerajaan Prusia. Oleh karena itu, Perancis takut wilayahnya akan diserang dari kedua sisi yaitu sisi Timur oleh Prusia dan sisi Selatan oleh Spanyol. Selain itu, Napoleon III juga geram karena pencalonan Leopold tersebut tidak mengindahkan aturan-aturan diplomatik Eropa dimana harus ada saling komunikasi dan Perancis merasa tidak dilibatkan dalam komunikasi tersebut sehingga Perancis khawatir ada maksud tersembunyi.
Atas tekanan Perancis, Prusia memilih untuk mundur. Reaksi dari Leopolod dan Kaisar William I pun mengindikasikan bahwa mereka menolak tawaran takhta Spanyol tersebut. Perancis menganggap ini sebagai keberhasilan dan mengirimkan utusannya yaitu Ems Dispatch ke Prussia dalam rangka memastikan tidak ada satupun Pangeran Prusia yang mencoba naik takhta ke Kerajaan Spanyol. Kaisar William I mengirimkan suatu telegram. Akan tetapi, hal ini dimanfaatkan oleh Otto van Bismarck yang memanipulasi isi telegram tersebut menjadi lebih kasar dan merendahkan Perancis.
kemenangan seperti itu bisa memperbaiki penurunan popularitasnya di Perancis.
Napoleon III yakin bahwa reorgrganisasi pada pasukannya tahun 1866 telah membuatnya lebih superior dibandingkan pasukan Prusia dan sekutunya. Ia juga mempunyai keyakinan yang besar pada dua inovasi senjata terbaru yaituChassepot Rifle yang telah dimiliki oleh seluruh pasukannya dan sebuah mesin senjata yaitu Mitrailleuse. Tampaknya para Jendral Perancis telah dibutakan oleh kebanggaan nasional akan keyakinan bisa menang.
Commander in Chief pasukan Perancis adalah Napoleon III yang terdiri atas 7
Corps, 1 Imperial Guard Corps , dan 1 Cavalry Reserve Corps. Setiap Corps
terdiri atas 2-5 DivisiInfantrydan 1 DivisiCavalry.
Pada sisi Prusia, perang ini dilihat sebagai salah satu cara mempersatukan negara-negara berbahasa Jerman seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Pada kenyataannya, diawal perang saja Prusia sudah mendapatkan dukungan dari 3 negara Jerman Selatan (Bavaria, Wurttemberg, dan Baden) dan Negara di Konfiderasi Jerman Utara. Aset yang terpenting bagi Prusia adalah banyaknya jumlah tentara serta Staf Jendral Militer yang sudah merencakan pergerakan yang cepat dan disiplin ke zona pertempuran. Pasukan gabungan Prusia/Jerman dipimpin oleh seorang Staff General yaitu Helmuth von Moltke yang terdiri dari 3 pasukan tentara yang berbeda dengan komandanyang berbeda juga.
Keunggulan pihak Prusia dan sekutunya sudah jelas terlihat pada masa-masa awal semenjak perang dideklarasikan. Prusia unggul dalam hal kecepatan menempatkan pasukan sejumlah 380.000 pasukan ke zona garis terdepan perbatasan wilayah hanya dalam jangka waktu 18 hari.
Hal ini didukung oleh sistem rel kereta api di Prusia yang bagus. Sementara itu, pihak Perancis tidak memperkirakan hal tersebut dan proses perpindahan pasukannya berjalan dengan lambat serta ditambah masalah logistik yang kurang memadai. Dalam perang tersebut terdapat beberapa pertempuran antara pihak pasukan Perancis dengan pihak pasukan gabungan Prusia dan sekutu.
yang digunakan oleh pasukan gabungan Prusia adalah menyerang dari dua sisi berbeda. Ketika pasukan Prusia menyerang pada sisi Timur kota, pasukan dari Bavaria menyerang pasukan Perancis dari sisi Barat kota dan dalam hitungan jam pasukan gabungan Prusia berhasil menguasai kota dan mengalahkan pasukan perancis. Dengan kemenangan di pertempuran ini, pasukan gabungan Prusia bisa makin leluasa masuk ke wilayah Perancis.
Pertempuran selanjutnya adalah Pertempuran Spicheren pada 5 Agustus 1870 yang mana sebenarnya ini tidak direncanakan oleh Staf Jendral Moltke (Prusia). Kemenangan tentara gabungan Prusia di pertempuran ini lebih dikarenakan serangan mendadak dan salah perkiraan dari pimpinan pasukan Perancis. Kesalahan prediksi tersebut yaitu ketika pimpinan pasukan perancis beranggapan bahwa pasukan yang dibawa Prusia hanya sedikit dan ia tidak perlu memanggil tentara cadangan untuk membantu pasukannya. Akan tetapi ia salah karena jumlah pasukan lawan lebih banyak dari pada yang ia perkirakan dan ia sudah terlambat untuk memanggil pasukan bantuan.
Pertempuran selanjutnya dan merupakan pertempuran pertama yang menggunakan jumlah pasukan yang besar mencapai ratusan ribu pasukan serta pertempuran pertama dimana seluruh sekutu Prusia ikut bertempur adalah pertempuran Worth pada tanggal 6 Agustus 1870. Pada pertempuran ini pasukan gabungan Prusia dan sekutunya menang telak. Hal pertama yang menentukan kemenangan pasukan gabungan Prusia adalah tidak imbangnya jumlah pasukan dimana Perancis hanya puluhan ribu sedangkan pasukan gabungan Prusia mencapai ratusan ribu.
Pertempuran selanjutnya adalah Pertempuran Gravelotte yang juga merupakan pertempuran terbesar dalam Perang Franco-Prussian ini. Dalam pertempuran ini sangat jelas sekali dimana kekuatan pasukan dan senjata yang digunakan sangat berpengaruh besar karena pertempuran ini “head to head”. Pasukan Perancis mengandalkan senjata chassepot rifle-nya sedangkan Prusia dengan senjata Krupp-nya sehingga menyebabkan korban tewas yang luar biasa banyaknya mencapai puluhan ribu orang.
Perancis yaitu Napoleon III beserta Jendral Militer dan ratusan ribu pasukannya.
Setelah kekalahan besar Perancis dipertempuran Gravelotte, Napoleon memikirkan nasib Paris jika pasukan gabungan Jerman meneruskan perjalanannya masuk terus kedalam wilayah Perancis. Akan tetapi ia malah terpancing untuk menyerang sebuah benteng di Sedan, yang diinformasikan terdapat sejumlah pasukan gabungan Jerman, daripada memilih mundur melindungi Paris. Ia tidak mengetahui bahwa rombongannya diikuti oleh sejumlah pasukan gabungan Jerman. Ketika pertempuran meletus, pasukan Perancis terdesak kesebuah wilayah di Sedan dan pada akhirnya menyadari bahwa mereka telah terkepung oleh pasukan gabungan Jerman. Sadar bahwa ia dan pasukannya tidak bisa mundur, Napoleon mengaku kalah dan pertempuran dihentikan.
Kemenangan besar pasukan gabungan Jerman ini dan menyerahnya Napoleon III bukanlah akhir dari Perang Franco-Prussian. Akan tetapi, ini telah memadamkan semangat berperang pasukan Perancis. Dari penjelasan singkat mengenai beberapa pertempuran dalam Perang Franco-Prussian ini, dapat disimpulkan bahwa cara untuk memenangkan pertempuran tersebut adalah dengan gabungan cara pergerakan (maneuver) ditambah kecerdikan dan kekuatan (attrition) dari pihak Prussia dan sekutu. Unsur pergerakan
(maneuver) dari pertempuran-pertempuran diatas terlihat dari kecepatan pergerakan pasukan gabungan Prusia yang berhasil memanfaatkan rel kereta api untuk pemindahan pasukan ke garis terdepan. Keunggulan ini tidak dimiliki oleh Perancis yang justru lambat dalam pergerakannya. Unsur maneuver
lainnya adalah dari taktik yang digunakan oleh pasukan gabungan Prusia yang menggunakan taktikencirclementdimana serangan bisa dari dua arah karena ada pasukan lain yang memutar. Taktik ini bahkan berhasil mengepung Napoleon III dan pasukannya di Pertempuran Sedan. Pengerahan pasukan kedua pihak juga menentukan yaitu dengan penggabungan berbagai divisi. Seperti yang dikatakan oleh Tukhachevsky yang menyatakan bahwa strategi perang yang ideal adalah yang dapat menggabungkan cavalry, infantry, dan unit-unit mekanik dalam sebuah formasi penyerangan.
tersebut. Serangan dadakan dari pasukan gabungan Prusia juga berhasil mengagetkan pasukan Perancis. Sementara itu, unsur kekuatan (attrition)
Perang ini diakhiri pada bulan Mei 1871, melalui Perjanjian Frankfurt ditandatangani yang menandai berakhirnya Perang Jerman (Prusia) dengan Perancis, dan dengan terpaksa Perancis harus menerima perjanjian itu. Mereka harus membayar ganti rugi perang dan menyerahkan kota Alsace dan Lorraine ke negara-negara Jerman, sebagai upah rampasan sampai 1875.
Hal yang paling menyakitkan bagi Perancis adalah tindakan Jerman dalam memperlakukan Perancis dengan sangat tidak terhormat, yaitu menduduki Paris selama beberapa bulan dan juga menghina mereka dengan perjanjian damai. Tindakan ini dirancang sedemikian rupa untuk memastikan Perancis tidak pernah akan menyerang Prusia lagi.
Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck
Setelah kemenangan yang gemilang dalam Perang Franco-Prussian seluruh Jerman tenggelam dalam Euforia kemenangan. Otto von Bismarck Sang Kanselir yang terkenal dengan kejeniusannya dalam berpolitik tahu bahwa kerja kerasnya baru akan dimulai. Tujuan Otto von Bismarck hanya satu yaitu Kestabilan Politik Luar Negeri akan membuat Jerman Sejahtera. Untuk menjaga kestabilan politik luar negeri Jerman prinsipnya hanya ada dua yaitu Berkawanlah dengan Pihak yang Tepat dan buatlah Musuh Jerman menjadi Selemah Mungkin. Berdasarkan prinsip-prinsip di atas Otto von Bismarck merumuskan kebijakan luar negerinya ke dalam empat poin atara lain :
1. Isolasi Perancis
Dari semua negara tentangga Jerman, Perancis adalah yang Paling Mndendam kepada Jerman. Bukan saja karena dikalahkan dalam Perang Franco-Prussian tetapi juga Jerman Merampas dua provisi milik Perancis yaitu Alsace dan Lorraine. Otto von Bismarck paham betul Perancis sedang menunggu kesempatan untuk menyerang Jerman kembali. Maka daripada itu Otto von Bismarck membuat strategi untuk Melemahkan Perancis dengan Mengisolasi Perdagangan dan Ekonomi Perancis serta tidak membiarkan Perancis Bersekutu dengan pihak yang Kuat.
2. Bersekutulah dengan Austria-Hongaria
1860-an, banyak warga Jerman bermimpi Negara Jerman akan dipimpin oleh Austria-Hongaria. Maka daripada itu alangkah baiknya menjadikan Austrai-Hongaria sebagai Sekutu.
3. Berkawanlah dengan Rusia
Di sebelah Timur Jerman terdapat Negara Raksasa yaitu Rusia. Di satu sisi, Rusia dengan 100 Juta rakyatnya dapat dengan Mudah Menggilas Jerman bila kedua negara tersebut saling berperang. Di sisi lain, Rusia membutuhkan Jerman untuk memodernisasi negaranya yang pada saat itu masih terbilang masih minim dalam hal pembangunan. Sebaliknya, Jerman membutuhkan Rusia sebagai pemasok sumber daya alam dan sekaligus konsumen produk-produk industri Jerman. Otto von Bismarck paham betul, Persahabatan dengan Rusia adalah Syarat yang Mutlak untuk Keamanan dan Kemakmuran Jerman.
4. Jangan Mencari Permasalahan dengan Inggris
Terakhir, di seberang lautan Jerman terdapat negara Inggris Sang Penguasa Lautan serta Kekuatan Kolonila Terbesar di Dunia. Hubungan Jerman dengan Inggris Bukan Kawan tapi Belum Juga menjadi Lawan, hanya sebatas pesaing dalam perdagangan. Yang memjadi permasalahan adalah Semua kapal dari dan menuju pelabuhan-pelabuhan Jerman Harus melalui Inggris. Seandainya Inggris membantu Perancis berarti kegiatan Ekspor-Impor Jerman Tidak bisa dilakukan melalui jalur laut. Maka daripada itu Jangan Mencari Permasalahan dengan Inggris.
Otto von Bismarck Bekerja Sangat Keras dalam Mewujudkan Empat Kebijakan Luar Negerinya tersebut yang dia percaya dapat Menjaga Kestabilan Politik Jerman. Sebagai Kanselir, Otto von Bismarck terus menekankan bahwa Jerman Tidak Mempunyai Rencana untuk Memperluas Wilayahnya sama sekali serta Jerman telah mendapatkan semua wilayah yang mereka butuhkan dan inginkan. Pada intinya Otto von Bismarck Tidak mau mencari Permasalahan dengan Austria-Hongaria, Inggris dan Rusia. Sementara Perancis berusha untuk diisolasi supaya tidak menjadi ancaman serius ke depannya.
bersamaan, Otto von Bismarck juga amat berhati-hati untuk tidak menyinggung Inggris. Secara pribadi Otto von Bismarck tidak terlalu percaya dengan Metode Kolonialisme dan Penjajahan. Itulah kenapa di bawah kepemimpinan Otto von Bismarck Jerman tidak memiliki niatan untuk mejajah dan membuat koloni di Asia dan Afrika. Otto von Bismarck paham betul Koloni di Luar Negeri Membutuhkan Perlindungan Armada Tempur. Sementara itu, Pembangunan Armada Tempur dapat Menyinggung Inggris Sang Penguasa Lautan (Melanggar Kebijakan No 4).
Di tahun 1880-an Kerja Keras Otto von Bismarck Berhasil. Perancis Terisolasi Total dan Menjadikan Jerma sebagai Negara Terkuat di Eropa Bersekutu dengan Dua Kekuatan Hebat yaitu Austria-Hongaria dan Rusia. Sementara Inggris masih membiarkan kapal-kapal dagang Jerman keluar masuk perariran mereka. Saat itu, Jerman dipercaya sebagai Penengah negara-negara Eropa yang lain. Empat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck Berjalan dengan Lancar. Namun, Perdamainan Tersebut Tidak Abadi.
Runtuhnya Keempat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck
1. Hubungan Austria-Hongaria dengan Rusia Memanas, Jerman Mencari Aman
Empat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck sebetulnya tidak berjalan dengan terlalu lancar. Ada saja tantangan yang berusaha meruntuhkannya. Puncaknya adalah ketika Hubungan Rusia dengan Austria-Hongaria Memanas, Ottovon Bismarck mencoba meyakinkan Rusia bahwa Jerman tidak memiliki keinginan untuk menghalangi Rusia Melawan Austria-Hongaria. Otto von Bismarck menenkankan bahwa Persekutuan Jerman dengan Austria-Hongaria adalah untuk Mengisolasi Perancis, bukan untuk Memusuhi Rusia. Beruntunganya pihak Rusia percaya dengan ucapan Otto von Bismarck tapi supaya lebih menyakinkan lagi pihak Rusia, kedua negara tersebut diam-diam mendatangani Reinsurance Treaty yang Mempertahankan Pertemanan Rusia dengan Jerman.
2. Pergantian Kaisar yang Bertubi-tubi
Kaisar Jerman. Sang Kaisar adalah William I yang Lebih Suka Menyerahkan Semua Urusan kepada Otto von Bismarck. Kaisar William I yang sudah tua meninggal pada tanggal 9 Maret 1888. dia digantikan oleh putanya, Kaisar Friedrich III yang dikenal Demokratis, Pencinta Kebebasan dan Perdamaian.
Sayangnya, Kaisar Friedrich hanya memerintah selama 99 hari saja. Dia meninggal karena kanker tenggorkan. Akhirnya, pada tanggal 15 Juni 1888 Kaisar WilliaM II yang baru berumur 30 tahun yang merupakan Cucu dari William I naik takhta. Otto von Bismarck yang Jauh Lebih Tua dan Berpengalaman merasa dia dapat Mengatur Kaisar Muda tersebut. Namun, Kenyataan Berdanding Terbalik.
3. Kaisar William II, The Trouble Maker
Tidak seperti Kakeknya yang menyerahkan semua urusan kepada Otto von Bismarck atau atau Ayahnya yang mempunyai Ide untuk menciptakan Kekaisaran Demokratis seperti Inggris, William II Punya Ambisi Besar dalam Militerisme. Otto von Bismarck yang selama ini sebagai “Pendamai”, mulai dianggap Penghalang oleh Sang Kaisar yang Baru. Akhirnya William II berencana pelan-pelan untuk Mengurangi Kekuatan Politik Otto von Bismarck. Hal Pertama yang dilakukan oleh William II adalah Memilih Penasehat-penasehat yang Mengagung-agungkan Militer. Para penasehat yang gila militer tersebut Tidak Dapat Berpikir dalam Jangka waktu yang Panjang, prinsip mereka jika ingin Jerman Berkuasa dan Disegani dengan Harus Membangun Kekuatan Militer Paling Kuat. Untuk itu para penasehat William II Mendorong Sang Kaisar untuk Membangun Armada Tempur, yang notabene Berpotensi Melanggar Empat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck. Mulai kacau rencana Otto von Bismarck
Hal tersebut merupakan salah satu pemicu Kejatuhan Kestabilan Politik Jerman yang nantinya akan Menyeret Seluruh Eropa dan akahirnya Seluruh Dunia. Otto von Bismarck berusaha mati-matian meyakinkan Kaisar Muda ini untuk Tidak Bertindak Gegabah Membangun Pangkalan Militer tapi Semuanya Percuma. Benturan demi benturan terjadi antara Otto von Bismarck dengan Sang Kaisar Muda ini. Akhirnya Otto von Bismarck Menyerah, semuanya berujung pada Pengunduran Diri Otto von Bismarck di tahun 1890.
Pada tahun 1893, tiga tahun setelah Pengunduran Diri Otto von Bismarck sebagai Kanselir, Beliau MeramalKan “Dua Puluh Tahun Lagi Akan ada Perang Hebat yang Menelan Seluruh Eropa karena Kebodohan di Daerah Balkan”. Otto von Bismarck hanya Meleset Satu Tahun.
4. Berakhirnya Persekutuan Jerman dengan Rusia
Tahun 1890, Rusia menemui pihak Jerman untuk Memperpanjang
Reinsucare Treaty, sebuah Perjanjian Perdamaian yang dibuat Otto von Bismarck. Sembrononya, Kaisar William II Menolak untuk Memperpanjang Perjanjian Perdamaian dengan Rusia karena William II ingin Melebarkan Pengaruh Jerman ke Timur Tengah, yang juga Menjadi Sasaran Rusia.
Semakin lama, kebijakan Kaisar William II bagi Jerman ini terasa menjadi Bentuk Ancaman Nyata bagi Rusia. Contohnya Pembangunan Rel kereta Baghdad Railways dari Berlin hingga Turki. Semakin Tersinggung Rusia dengan hal tersebut. Apalagi bila Jerman sudah Bersekutu dengan Turki juga selain dengan Austria-Hongaria, Rusia semakin Merasa Terkepung. Rusia lengsung Mencari Sekutu untuk Menembus Kepungan Ini. Sekutu Termudah adalah Musuh Utama Jerman yaitu Perancis. Tahun 1894, Persekutuan Militer Perancis dengan Rusia Ditandatangani, lahirlah Dual Entente. Empat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck Semakin Berantakan.
5. Mulai Mencari Permasalahan dengan Inggris
Ambisi Kaisar William II Semakin Menjadi-jadi, dia ingin Menempatkan Jerman di Puncak, Membuat Jerman Menjadi Negara yang Paling Disegani, Nomor 1 di Dunia. Tentu saja untuk itu, Faktor yang Paling Penting adalah Militer.
Tolak ukur Military Pride sebuah negara di jaman itu adalah Armada Tempurnya. Semakin Kuat Armada Tempurnya, semakin Diseganilah (Militer) Negara Tersebut. Untuk Armada Tempur ada beberepa indikator diantaranya : Berapa Banyak Battleship yang Dimiliki ? Seberapa Besar Kapalnya ? Seberapa Besar Meriamnya ? Seberapa Cepat Kapal Tempur itu di Lautan ?
Inggris yang merasa Terancam tentu saja Meningkatkan juga Pembangunan Armada Tempurnya. Makin parahlah Hubungan Kedua Negara tersebut.
Kaisar William II dengan Percaya Diri Beramsumsi bahwa Inggris Tidak Mungkin Melakukan Hal Nekat dengan Memusuhi Jerman, karena saat itu Inggris sedang Besitengang juga dengan Perancis karena Perebutan Wilayah Jajahan di Afrika, belum lagi Inggris juga sedang Bersitegang dengan Rusia karena Perebutan Wilayah Jajahan di Asia Tengah. Namun, ternyata Kaisar William II Salah Perhitungan. Perebutan Wilayah Jajahan di Afrika dan Asia Tengah Dianggap Inggris Tidak Sepenting Ancaman terhadap Tanah Air oleh Kapal-kapal Perang Jerman.
Akibatnya, pada tahun 1904 Inggris dan Perancis Menyepakati Perbatan Jajahan-jajahan Mereka. Di tahun 1907, Kesepakatan Serupa Tercapai dengan Rusia. Dengan kesepakatan ini, Jerman dan Austria-hongaria Praktis Berhadapan dengan Inggris, Perancis serta Rusia. Aliansi ini dikenal dengan
Triple Entente. Empat Kebijakan Luar Negeri Otto von Bismarck Dihancurkan Sendir oleh Kaisarnya.
Krisis Politik di Daerah Balkan
Perselisihan antara Triple Alliance dengan Triple Entente nantinya akan menjadi Bom Waktu Meletusnya Perang Dunia. Di sisi lain Pemicu Awal Perang sendiri bukan Terjadi di Eropa Timur tetapi di Daerah Balkan.
Persaingan antara Austria-Hongaria, Rusia dan Turki hanya merupakan Dua dari banyak persaingan dan ketegangan di daerah Balkan. Sesaat sebelum terjadinya Perang Dunia I sudah terjadi Dua Perang di daerah tersebut yaitu : Perang Balkan I (Oktober 1912-Mei 1913) antara Turki melawan Semua Negara Balkan dan Perang Balkan II (Juni-Agustus 1913) antara Bulgaria Melawan Turki dengan Semua Negara Balkan yang lain.
Slavia di bawah naungan satu negara baru bernama Yugoslavia terancam Gagal karena Austria-Hongaria Menduduki Bosnia-Herzegovina.
Kondisi ini akhirnya Pecah secara Tidak Terduga katika Putra Mahkota Austria-Hongaria, Pangeran Franz Ferdinand hendak mengunjungi ibukota Bosnia-Herzegovina yaitu Sarajevo. Di tengah perjalanan, seorang pemuda Nasionalis Serbia (Didukung Kelompok Rahasia Ultra-Nasionalis Serbia bernama The Black Hand) yang Mendambakan Pembentukan Negara Yugoslavia Nekat Membunuh Pangeran Franz Ferdinand dan istrinya dari jarak dekat. Hal ini jelas membuat Gempar Seluruh Eropa.
Kalau saja Keadaan Tidak Tegang, perisitiwa ini seharusnya bisa menjadi Peristiwa Kriminal “Biasa”. Pelakunya Ditangkap, Diadili lalu Dihukum Mati Selesai Sudah Permasalahan. Namun, saat itu Keadaan Sudah Sangat Tegang. Pihak Austria-Hongaria melihat ada “Kesempatan” untuk Menuntut dan Mmepermalukan Serbia sekaligus Rusia yang selama ini berperan sebagai “Pelindung Serbia”.
Tanggal 23 Juli 1914, Kekaisaran Austria-Hongaria mengajukan Ultimatum kepada pihak Serbia yang berisi 10 Tuntutan sebagai berikut :
1. Menghentikan Semua Propaganda Anti Austria-Hongaria
2. Membubarkan Organisasi The Black Hand yang Dipercaya berada di balik Pembunuhan Pangeran Franz Ferdinand
3. Menghilangkan Semua Materi Anti Austria-Hongaria dari Buku Pelajaran dan Publikasi Pemerintah.
4. Memecat Semua Anggota Militer dan Pegawai Negeri yang Terlibat Kegiatan Propaganda Anti Austria-Hongaria.
5. Menerima Perwakilan Kekaisaran Austria-Hongaria untuk Mengawasi Kegiatan 5 Tutuntutan di atas.
6. Mengadili Semua Orang yang Diduga Terlibat Pembunuhan Putra Mahkota di bawah Pengawasan Perwakilan Austria-Hongaria
7. Menangkap Walikota Voija Tankositch dan Pegawai Negeri bernama Milan Ciganovich yang Terlibat dalam Pembunuhan.
8. Menghentikan dan Mencegah Penyelundupan Senjata dari Wilayah Serbia.
10. Mengabarkan Pemerintah Austria-Hongaria Tentang Semua Perkembangan Terkait Ultimatum ini.
Jawaban terkait dengan Ultimatum di atas Ditunggu sampai dengan tanggal 25 Juli 1914 selambat-lambatnya Jam 17.00. Suasana yang Semula Sudah Tegang Semakin Menjadi Tegang. Awalnya pihak Serbia Mulai Timbul Ketakutan untuk Menghadapi Ancaman dari pihak Austria-Hongaria. Dari 10 Tuntutan di atas, secara Umum pihak Serbia Dapat Menyanggupi, kecuali Tuntutan No 6 yang Masih Dianggap Keberatan oleh pihak Serbia. Pada Umumnya bila 9 dari 10 Tuntutan dapat Dipenuhi itu Dapat Dimaklumi, Negosiasi dapat dikatakan Sudah Dimenangkan. Tetapi Sembrononya Duta Besar Austria-Hongaria dengan Angkuh Menganggap pihak Serbia Tidak Mau Kooperatif dan Langsung Menghubungi Kementrian Luar Negeri Menyatakan piahk Serbia Tidak Kooperatif.
Pihak Austria-Hongaria yang Merasa Didukung oleh Jerman Bersikeras Memaksakan Tuntutan No 6 Terpenuhi. Sementara itu, pihak Rusia sebagai “Pelindung Serbia” juga Melakukan Penghasutan kepada pihak Serbia.
Merasa Mendapat Dukungan dari Negara Raksasa yaiti Rusia dan Melihat Peluang dengan Melawan Austria-Hongaria dapat Mewujudkan Ambisinya untuk Mendirikan Negara Yugoslavia, akhirnya Serbia Benar-benar Tidak Kooperatif kepada pihak Austria-Hongaria. Perang Besar Sudah di Depan Mata, dari Awalnya Dapat Memenuhi 9 dari 10 Tuntutan Menjadi Perang Besar.
Akhirnya, pada tanggal 28 Juli 1914 Austria-Hongaria Menyatakn Perang kepada Serbia. Keesokan harinya, Rusia Menyatakan Mendukung Penuh Serbia. Sementara Kaisar William II Sudah Mulai Panik. Persekutuan Militernya dengan Austria-Hongaria akan Melibatkan Jerman dalam Konflik Besar ini. Jerman Harus Bersiap Berhadapan dengan Rusia. Sang Kaisar Tidak Ingin Masalah Konyol karena Pembunuhan Putra Mahkota Negara Tetangga menjadi Berbuntut Panjang untuk Negaranya.
Merasa Masih Mempunyai Waktu, Sang Kaisar William II Langsung Menghubungi Kaisar Rusia untuk Menghentikan Mobilisasi Umum untuk Mencegah Terjadinya Perang Besar ini.
Tidak Mengikuti Jejak Rusia dan Serbia. Tentu saja pihak Perancis juga Diminta untuk Tetap Netral. Akhirnya Semua Menyanggupi tetapi pihak Sang Kaisar Harus Membuktikan Janjinya dengan Menghentikan Mobilisasi Militer Jerman yang Mengarah ke Perancis.
Sang Kaisar dengan Terburu-buru Menghubungi para Jenderalnya untuk Menghentikan Gerak Mereka. Namun, Usaha Sang Kaisar Sia-sia akibat sebuah Taktik Militer Jerman yang dianut sejak tahun 1880 bernama
Schlieffen Plan.
Schlieffen Plan
yang Tidak Bisa Dihentikan
Ketika Ketegangan Dimulai sejak 1890-an, Militer Jerman sudah melakukan Perencanaan Darurat Militer. Rencana mereka disebut Schlieffen Plan. Rencana ini adalah Taktik Militer Darurat bila nantinya Jerman Mengahadapi Perang Melawan Perancis dan Rusia di saat yang Bersamaan. Pada initinya rencana ini adalah Memusatkan 90% Tentara Jerman untuk Menerobos Belgia lalu Paris. Setelah Paris Direbut, Perancis akan Menyerah. Kemudian Kekuatan Dikerahkan ke Timur untuk Menyerang Rusia.
Berdasarkan Taktik Darurat ini, Opsir-opsi Militer Jerman dari sejak di Akademi sudah Dilatih untuk Mengeksekusi Rencana ini. Schlieffen Plan ini sudah Ditanamkan ke dalam otak semua Tentara Jerman Tanpa Terkecuali dengan Intensif. Begitu Pangeran Franz Ferdinand Terbunuh, segenap Angkatan Bersenjata Jerman (yang Notobene Bersekutu dengan Austria-Hongaria) Refleks langsung MengeksekusiSchlieffen Planini Secepat Mungkin mulai dari Jenderal Tertinggi sampai Kopral Terendah. Semuanya Bergerak, Semua Sudah Tahu Apa Yang Harus Dilalukan Tanpa Perlu Komando dari Pusat.
Ketika Sang Kaisar William II Memerintahkan Para Jenderalnya untuk Menghentikan Mobilisasi itu Berarti Memerintahkan Tentara Jerman Melanggar Latihan Dasar, Pendidikan Dasar, Prinsip Dasar Utama dalam Kepercayaan Militer Mereka. Di Awal Abad 20, tentu saja Komunikasi Jauh Lebih Lambat daripada Abad 21. Komunikasi Tercanggih pada saat itu hanya Telegram.
Sang Kaisar Merasa Ragu-ragu. Karena selama di Akdemi Militer Diajarkan untuk Mengeksekusi Schlieffen Plan Secepatnya dalam Kondisi Darurat.
Akhirnya Mobilisasi Militer Tetap Berjalan Tanpa Bisa Dibendung Lagi oleh Sang Kaisar William II. Perang Besa Sudah di Depan Mata.
Konklusi
Sang Kaisar William II Gagal Menghentikan Mobilisasi Militernya. Sementara itu, Rusia Meneruskan Mobilisasi Militernya begitu pula Inggris, Perancis, Austria-Hongaria dan Serbia. Akhirnya Dimulailah Perang Dunia I yang Menjadi Pemicu Berbagai Bentrokan di Seluruh Dunia Berikutnya.
Tanggal 3 Agustus 1914, Jerman Menyatakan Perang Melawan Perancis dang MengeksekusiSchlieffen Plan. Ketika Belgia Menolak Memberikan Jalan bagi Tentara Jerman, Pasukan Jerman Menerobos Masuk. Tanggal 4 Agustus 1914 Inggris Menyatakan Perang Melawan Jerman. Italia yang Merasa Aliansi Militernya dengan Jerman dan Austria-Hongaria adalah Aliansi Pertahanan Menolak Berperang di pihak Jerman, bahkan belakangan Turut Membantu Inggris, Perancis dan Rusia. Perang Dunia I Dimulai.
Referensi
Buku :
Abrams, Lynn. Bismarck and the German Empire: 1871–1918. Routledge, 2007.
Buchanan, Patrick Joseph, and Don Leslie. Churchill, Hitler and" the Unnecessary War". Books on Tape, 2008.
Huntington, Samuel P. The soldier and the state: The theory and politics of civil-military relations. Vol. 514. Harvard University Press, 1957.
Zakaria, Fareed. "The post-American world."New York4 (2008).
Internet :
Avianto, Dicky. “Perang Franco-Prussian 1870-1871 : Petaka Perancis Akibat Kecerobohan Serta Ketidaksiapan Pasukannya”. 25 Maret 2018. https://www.scribd.com/document/77959049/Perang-Franco-Prussia
Duffy, Michael.“Primary Documents - Austrian Ultimatum to Serbia, 23 July
1914”. 25 Maret 2018.
NN. “1914 Austria-Hungary issues ultimatum to Serbia”. 25 Maret 2018. https://www.history.com/this-day-in-history/austria-hungary-issues-ultimatum-t o-serbia