PENGARUH PENERIMAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA
YOGYAKARTA TAHUN 2010-2014
DISUSUN OLEH : RIZKY AYU RAMADANI
(15830044)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syari’ah Non Bank yang diampu oleh Bapak Abd Qoyum, S.EI, M,Sc
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
I. PENDAHULUAN
Sudah menjadi kodrat keinginan manusia untuk selalu hidup berkecukupan. Berkecukupan dalam konteks ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan pokok makanan dan minuman. Dalam cakupan kebutuhan yang lebih luas, pendidikan dan kesehatan keluarga merupakan indikator lainya guna melahirkan generasi yang hebat dan berwawasan kedepannya. Namun, tidak semua manusia bisa mencukupi semua yang menjadi keinginannya. Hal ini bisa disebabkan berbagai unsur kehidupan baik secara structure system maupun culture system yang berjalan.
Setiap hari, seluruh manusia yang berada di muka bumi ini selalu membutuhkan sesuatu yang akan dia makan setiap harinya, dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk menghidupinya setiap hari. Sedangkan, tidak semua manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai aspek tersebut yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, hanya orang-orang mampu (orang kaya) yang dapat memenuhi segala sesuatu seperti: sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002 : 1) upaya meningkatkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Dalam Islam terdapat istilah filantropi yang mencakup segala bentuk perbuatan sosial untuk umat seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, sumbangan, bantuan, karitas, gotong-royong, dan lain-lain. (Warren F. Ichman, 1998)
Di Yogyakarta terdapat sebuah lembaga filantropi Islam yang bernama BAZNAS Kota Yogyakarta. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga amil, BAZNAS memiliki beberapa program upaya menaggulangi kemiskinan di Kota Yogyakarta. Apabila dana zakat yang terdapat di Kota Yogyakarta ini meningkat, maka dana yang akan digunakan oleh BAZNAS untuk menanggulangi kemiskinan pun akan semaki tinggi. Besar harapan dengan adanya dana zakat tersebut maka akan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin dan menaikkan indeks pembangunan manusia yang ada di kota Yogyakarta.
Pembangunan manusia merupakan salah satu hal penting dalam strategi pembangunan nasional karena peran strategis sumberdaya manusia sebagai salah satu pilar kemajuan suatu bangsa. (Pusat BAZNAS, 2014) konteks ini berkaitan dengan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yakni bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social dan meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengkaji lebih jauh tentang Pengaruh Zakat di BAZNAS terhadap Jumlah Penduduk Miskin dan Indeks Pembangunan Manusia yang ada di Kota Yogyakarta tahun 2010-2014.
A. ZAKAT
Zakat dalam agama Islam merupakan salah satu unsur penting yang terdapat di dalam Rukun Islam. Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertent pula. (Hafidhuddin, 2002). Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 2, definisi zakat adalah harta yang wajin dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. (Qardhawi, 2001) hal ini menegaskan bahwa diantara tujuan ibadah zakat yakni untuk mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
B. KEMISKINAN
Kemiskinan adalah ketidakmampuan masyarakat untuk mengeluarkan pendapat dan ketidakberdayaan dalam hal ekonomi, social dan politik adalah poin-poin untuk melihat kemiskinan secara multidimensional. (Daud Bahransyaf, 2012). Sementara Ravallion (1994) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi masyarakat saat seorang atau banyak orang tidak dapat mecapai suatu tingkat kesejahteraan ekonomi yang dianggap pantas oleh standar yang ada di masyarakat tersebut.
Dalam ilmu sosial, pendefinisian masalah diorama kemiskinan dilakukan melalui indikator kemiskinan, artinya kemiskinan diartikan sebagai faktor-faktor yang harus dipenuhi jika seseorang dianggap golongan kemiskinan. Dalam memandang indikator kemiskinan, ada beberapa pendekatan dalam mendeskripsikan kemiskinan, misaanya pendekatan basic need approach, pembangunan manusia dan kesejahteraan keluarga. Maka definisi mengenai golongan-golongan miskin di era post-modern ini bukan hanya mengenai miskin secara sederhana saja.
C. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BAZNAS dan BPS Kota Yogyakarta dengan durasi lima tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai 2014. Zakat yang dimaksud adalah penerimaan zakat dalam satuan miliar rupiah yang diakumulasikan menjadi persentase. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Untuk mengetahui korelasinya digunakan uji asumsi klasik untuk regresi linear sederhana.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kab/Kota Tahun Zakat JPM IPM
Yogyakarta 2010 65,37 37,80 79,52
2011 69,78 37,70 79,89
2012 71,79 37,60 80,24
2013 75,70 37,60 80,51
2014 78,39 35,60 81,03
JPM = Jumlah Penduduk Miskin IPM = Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penerimaan zakat di BAZNAS Kota Yogyakarta selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya terhitung sejak tahun 2010 sampai 2014. Jumlah Penduduk Miskin mengalami penurunan pada tahun 2010 sampai 2012, dan mengalami penetapan pada tahun 2012 sampai 2013, lalu mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 sampai 2014. Sama hal nya dengan zakat, Indeks Pembangunan Manusia di Kota Yogyakarta juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.
a. Pengaruh Zakat Terhadap jumlah Penduduk Miskin
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1 .738a .545 .393 .72561 2.047
a. Predictors: (Constant), ZAKAT b. Dependent Variable: JPM
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.892 1 1.892 3.594 .154a
Residual 1.580 3 .527 Total 3.472 4
a. Predictors: (Constant), ZAKAT b. Dependent Variable: JPM
Pada table ANOVA disini ditampilkan hasil perhitungan F-rasio sebesar 3,594 yang menyatakan bahwa persamaan yang terbentuk adalah tidak signifikan signifikan. Hal itu berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari zakat terhadap jumlah penduduk miskin.
Coefficientsa
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 47.036 5.167 9.104 .003
ZAKAT -.135 .071 -.738 -1.896 .154 1.000 1.000 Dependent Variable: JPM
Dari keluaran SPSS tersebut diatas, dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y = 47,036 – 0,135X
Dilihat dari kolom sig. dapat dilihat nilainya 0,154 yang berarti bahwa zakat dan jumlah penduduk miskin tidak signifikan.
b. Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Model Summaryb
masalah autokorelasi belum dapat menyimpulkan apa-apa, karena berada dalam uncertainty zone atau daerah yang tidak pasti.
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.303 1 1.303 113.154 .002a
Residual .035 3 .012 Total 1.338 4
a. Predictors: (Constant), ZAKAT b. Dependent Variable: IPM
Pada table ANOVA disini ditampilkan hasil perhitungan F-rasio sebesar 113,154 yang menyatakan bahwa persamaan yang terbentuk adalah signifikan. Hal itu berarti ada pengaruh yang signifikan antara zakat terhadap indeks pembangunan manusia.
Coefficientsa
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 72.125 .764 94.381 .000
ZAKAT .112 .011 .987 10.637 .002 1.000 1.000 a. Dependent Variable: IPM
Persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = 72,125 + 0,112X
Pada kolom sig. dapat dilihat nilainya yaitu 0,002 untuk persamaan regresi yang berarti bahwa zakat dan indeks pembangunan manusia signifikan.
ANALISA HASIL
Dari data yang telah diolah menunjukkan bahwa zakat belum mampu untuk membantu menanggulangi kemiskinan yang ada di Kota Yogyakarta. Hal ini belum sesuai dengan teori-teori maupun kajian ilmiah yang ada. Adapun pentasyarufan dana zakat yang ada di BAZNAS Kota Yogyakarta adalah untuk : (Laporan BAZNAS, 2010)
1. Beasiswa bagi putra/putri Pegawai kurang mampu (non pns) 2. Beasiswa bagi siswa miskin
3. Anak asuh miskin
4. Bantuan SPP bagi santri miskin TPA/TKA
Apabila lebih lanjut kita lihat di dalam laporan keuangannya, maka dana zakat ini lebih diutamakan pada kegiatan-kegiatan yang produktif. Sedangkan untuk pentasyarufan yang bersifat konsumtif lebih banyak digunakan pada dana infaq, seperti :
1. Santunan sakit
3. Bantuan tempat ibadah 4. Bantuan syi’ar islam 5. Bantuan korban bencana 6. Bantuan orang kehabisan bekal
Dalam konteks ini diasumsikan bahwa penyaluran zakat yang ada di BAZNAS Kota Yogyakarta belum bisa dikatakan maksimal, sehingga hasil yang didapat belum terealisasi sebagaimana mestinya.
Sementara dilihat dari pengaruh zakat terhadap Indeks Pembangunan Manusia yang ada di Kota Yogyakarta memberikan pengaruh yang positif, yang berarti apabila penerimaan zakat meningkat, maka indeks pembangunan manusia juga akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Indeks Pembangunan Manusia yakni pendidikan dan kesehatan, sebagaimana yang telah dipaparkan diatas.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil output regresi yang dihasilkan oleh SPPS.16 merepresentasikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara zakat dengan jumlah pendudu miskin yang ada di Kota Yogyakarta, sementara ada pengaruh zakat dengan indeks pembangunan manusia.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Maezboerhan.wordpress.com Pusat.baznas.go.id
Daud Bahransyaf, Pola Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan (Yogyakarta: B2P3KS PRESS, 2012), hlm.3.
https://atikanafridayanti.wordpress.com/2014/04/27/penanggulangan-kemiskinan/
Warren F. Ichman, Stanley N. Katz and Edward L.Queen, Philanthropy in The World’s Tradition, Penerjemah: Tim Center for The Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Indiana University Press, 1998), hal. vii-viii
Badan Pusat Statistik
Hafidhuddin, D. (2002). Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press. Qardhawi, Y. (2001). Hukum-Hukum Zakat. Jakarta : Lintera Antar Nusa.
Rahmat Dahlan, Peran Filantropi Islam Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
Irfan Syauqi Beik, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika
Baznas.jogjakota.go.id
Irfan Syauqi Beik. (2010). Peran Zakat Mengentaskan Kemiskinan dan Kesenjangan, Bogor : Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika