KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan pembelajaran MTK SD ( Konstruktivisme dan Konstektual )” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengembangan Pembelajaran MTK SD. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Pendekatan pembelajaran MTK SD.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai pendekatan pembelajaran khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Jakarta, 19 Maret 2014
BAB I
A. PENDAHULUAN
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh
siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian
dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah
dimiliki oleh siswa.
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram,
dalam menjelaskan gagasan. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan
menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah.
Adapun kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar matematika adalah sebagai berikut : (1) menunjukkan pemahaman konsep matematika
yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah ; (2) memiliki
kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk
memperjelas keadaan atau masalah ; (3) menggunakan penalaran pada pola, sifat atau
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika ; (4) menunjukkan kemampuan strategik
dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam
Namun, kondisi di lapangan belum sepenuhnya sesuai dengan karakteristik
pembelajaran matematika. Pendekatan abstrak dengan metode ceramah dan pemberian tugas
sangatlah dominan pada setiap aktivitas pembelajaran. Sangat jarang dilakukan pembelajaran
matematika yang mampu mengaktifkan siswa serta memberikan kebermaknaan dalam belajar
matematika. Tidak jarang siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit karena
harus menghafal sekumpulan rumus-rumus. Faktor penguasaan guru pada materi-materi
matematika serta pendekatan pembelajaran matematika sangatlah penting karena inilah yang
menjadi modal dasar bagi guru.
pelaksanaannya, pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa lepas dari
masalah-masalah yang ada di dalamnya. Para guru menyadari bahwa matematika bukanlah termasuk
bidang studi yang mudah bagi kebanyakan peserta didik. Matematika sering dikeluhkan
peserta didik sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan karena biasanya matematika
diajarkan dengan metode yang tidak menarik yaitu guru menerangkan sementara peserta
didik hanya mencatat. Selain cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang
dilaksanakan, penyebab kesulitan dalam mempelajari matematika yang lain adalah alat
penilaian yang digunakan. Faktor dominan yang memiliki pengaruh besar adalah masukan
instrumental yang meliputi pendidik, sarana, kurikulum (dalam arti luas) serta evalusi hasil
belajar.
Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan, yaitu hasil belajar
matematika, sekiranya perlu diupayakan pula peningkatan mutu dari proses pembelajaran itu
sendiri. Mutu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sarana penunjang seperti
perangkat pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat belajar
secara aktif, selain itu juga agar pengelolaan pembelajaran dan penilaian dilakukan secara
Kecenderungan pembelajaran matematika saat ini adalah pembelajaran yang
memusatkan pada keterlibatan peserta didik secara aktif. Tapi kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah khususnya di SD
masih berjalan secara konvensional. Banyak guru matematika yang mendominasi
pembelajaran sehingga aktivitas peserta didik cenderung kurang. Selain itu, salah satu
keluhan yang banyak terdengar dalam dunia pendidikan matematika adalah kurangnya
keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan
sehari-hari.
Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan penggunaan pendekatan
yang sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menggunakan penerapan matematika
dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada pentingnya lingkungan alamiah yang diciptakan dalam proses belajar
mengajar agar kelas lebih hidup dan bermakna karena mengedepankan permasalahan
sehari-hari dalam mengawali pembelajaran.
Oleh karena itu, makalah ini akan menyajikan beberapa pendekatan pembelajaran
matematika yang bisa diterapkan di sekolah dasar.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya pembahasan oleh kelompok kami tentang Pendekatan Pembelajaran
Matematika di SD dalam makalah ini, kami berharap pembaca, khususnya kami penyusun
makalah bisa mendapatkan ilmu dari makalah ini dan mampu memecahkan beberapa
permasalahan yang harus dicari tahu dalam hakikat pembelajaran matematika di SD, yakni
sebagai berikut:
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme di SD?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran kontekstual di SD?
C. TUJUAN
1. sebagai calon guru SD harus mengetahui pendekatan pembalajaran Matemaatika yang
tepat untuk SD, dan dapat merealisasikan pendekatan pembelajaran Matematika yang
tepat untuk SD.
2. sebagai calon guru SD harus mengetahui dan memahami beberapa pendekatan
pembelajaran Matematika untuk SD, yaitu pendekatan kontekstual dan pendekatan
BAB II
PEMBAHASANA. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Kegiatan tersebut berupa, apakah guru akan menjelaskan pengajaran materi
bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau menggunakan materi yang
terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau materi yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai
penjelasan untuk mempermudah para guru dalam memberikan pelayanan belajar, sedangkan
bagi siswa berguna untuk mempermudah memahami materi ajar yang disampaikan guru,
dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan pembelajara atau kiat melaksanakan pembelajaran, serta metode belajar
dalam proses pembelajaran termasuk faktor-faktor yang menentukan keberhasilan belajar
siswa. Pendekatan tersebut bertitik tolak pada aspek psikologi anak, yaitu dilihat dari
pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual dan kemampuan lainnya, yang
mendukung kemampuan belajar. Pendekatan pembelajaran merupakan suatau konsep atau
prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran memerlukan satu atau lebih metode
pembelajaran.
pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Ketika
yang tepat sehinga pembelajaran akan berhasil secara optimal. Berikut ini adalah beberapa
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam matematika :
1. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Konstruktif di ambil dari perkataan bahasa Inggris ‘konstruktivisme’ yang membawa
maksud falsafah membina.Di bawah konteks pembelajaran teori konstruktif menganggap
bahawa ilmu pengetahuan tidak boleh wujud diluar minda tetapi dibina dalam minda
berdasarkan pengalaman sebenar yaitu pengetahuan dibina melalui proses pengaruh di antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru yang berkaitan.Para pelajar membina
ilmu pengetahuan dengan aktif dalam merialisasikan teori ini.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya
bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme
mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan
mereka.
3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini
berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau
sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.
Pendekatan konstruktivisme didasarkan pada teori yang dirintis kembangkan oleh Jean
Piaget. Dalam kelas konstruktivis sesorang guru tidak mengajarkan kepada siswa bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa
memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahw jawabannya benar atau
tidak benar, namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide
seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat
masuk akalnya. Pendekatan ini secara radikal berbeda dengan pendekatan tradisional dimana
guru adalah seseorang yang selalu mengetahui jawabannya. Justru dalam pendekatan ini, para
siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada pada diri mereka. Meraka berbagi
strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan yang lainnya, berfikir secara kritis tentang
cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah :
1) memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan
penggunaan masalah yang kontektual.
2) menggali bagaimana cara berpikir siswa
3) mendukung pembelajaran secara cooverative
4) memperhatikan potensi yang dimiliki oleh siswa
6) mengaktifkan siswa dalam bertanya dan berdiskusi sesama siswa dan guru
7) meningkatkan kemampuan menemukan siswa (inkuiri) melalui kajian dan eksperimen
8) meningkatkan kemampuan dan potensi berfikir siswa
9) menggunakan ide dan masalah yang muncul dari siswa sebagai bahan sumber
pembelajaran
Contoh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme :
Menghitung Nilai Rata-rata
Contoh pembelajarn yang dapat dikembangkan oleh guru adalah menentukan rata-rata hitung.
Perhatikan langkah-langkah pembelajarannya.
a) Siapkan beberapa menara blok yang tingginya berbeda-beda sebagai benda kongkrit
bagi anak. Misalnya pada gambar berikut ini.
b) Minta anak untuk memotong beberapa menara blok yang lebih tinggi sesuai dengan
keinginannya.
c) Tempelkan potongan menara blok yang tertinggi kepada menara blok yang terpendek.
Selanjutnya, potong sebagian menara blok yang lebih tinggi dan letakkan atau
tempelkan pada menara blok yang kurang tinggi. Lakukan hal ini seterusnya hingga
semua menara blok adalah sama tingginya. Tinggi menara blok tersebut yang sudah
d) Ulangi kegiatan di atas, dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu setiap menara blok
dipotong atau dipisahkan secara vertikal. Hal ini dilakukan secara berturut-turut.
Selanjutnya, susun hasil potongan dengan cara melintang (horizontal), yaitu
melengketkan pada kertas atau buku matematika anak. Sehingga hasilnya seperti
berikut ini.
Setelah hal ini dilakukan oleh anak, ajak mereka untuk berpikir bagaimana jika
menara blok tersebut dibagi oleh lima orang anak sama banyak ? Dari sini siswa diharapkan
dapat mengkonstruksi sendiri tentang konsep pembagian, yaitu 25/5 = 5. Dengan demikian,
rata-rata tinggi menara blok tersebut adalah 5.
Dengan pendekatan seperti di atas, pada akhirnya anak dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, tanpa mereka diajar
secara paksa, anak akan memahami sendiri apa yang mereka lakukan dan pelajari melalui
pengalamannya.
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi 4 tahap yaitu:
1) apersepsi
2) eksplorasi
3) diskusi dan penjelasan konsep serta
4) pengembangan dan aplikasi.
Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep
problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep
yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan
pemahaman tentang konsep itu.
Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah
dirancang guru. Kemudian secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara
keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di
sekelilingnya.
Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun pemahaman
baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu–ragu lagi tentang
konsepsinya.
Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan
dan pemecahan masalah – masalah yang berkaitan dengan isu – isu dilingkungannya.
a) Tujuan Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Pengamat teori konstruktif berpendapat bahawa guru adalah sebagai pengurus bilik
darjah. Guru seharusnya menerima murid sebagai individu yang mempunyai ciri-ciri
perlakuan yang berbeda di mana setiap individu itu penting dalam proses pengajaran dan
pembelajaran tanpa menafikan hak mereka di dalam mengutarakan sebarang pendapat
maupun idea yang berkaitan dengan pembelajaran pada waktu itu..keadaan ini secara tidak
langsung menjadin penyokong kepada minat murid dalam pembelajaran dan akan
terhapusnya situasi keterasingan di kalangan pelajar dan murid-murid sendiri.Kefahaman
murid terhadap fakta akan lebih berkesan dan mantap dengan mengabung jalinkan antara
pengalaman sedia ada dan fakta yang sedang dibina. Selain dari itu guru perlu mengelakan
diri dari beranggapan bahawa minda murid sebagai tin kosong yang hanya cukup diisi dengan
fakta dan pengetahuan baru sebaliknya mengambil kira,menilai,mengukur keterlibatan dan
kefahaman mereka dalam mengembangkan maklumat yang disampaikan sewaktu proses
belajar pembelajaran. Peranan guru sebagai pembimbing dan fasilitator juga dapat membantu
dalam mengawal disiplin para pelajar dengan baik. Di dalam menghadapi situasi di mana
kewujudan murid yang enggan melibatkan diri di dalam aktiviti belajar pembelajaran. Melaui
teori konstruktif ini kita tidak lagi melihat aktiviti belajar pembelajaran berpusatkan murid.
c. Peran Guru
Perbincangan teori konstruktif menyatakan bahawa murid sekali-kali tidak
menganggap guru hanya sebagai pembekal maklumat tetapi sebagai sesuatu dari sumber
pengetahuan untuk membantu mereka mencari maklumat dan peransang bagi mereka berfikir
dan berkomunikasi.Ilmu baru yang terbentuk adalah berasakan kepada inisiatif diri individu
dan perkongsian pandangan dikalangan mereka selain mengadaptasi setiap pengalaman yang
dilalui dengan alam sekeliling sewaktu sesi belajar pembelajaran berjalan.Dengan wujudnya
lontaran-lontaran idea dan pengalaman murid ini secara tidak langsung berjaya memecahkan
b). Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
Kelebihan
1. Berfikir alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan
masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2. Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman
mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi
baru.
4. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru
dalam membina pengetahuan baru.
5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina
pengetahuan baru.
Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
2. PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL
dipelajarinya dengan mengaitkan materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari .
Johnson (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan seperti itu, sistem tersebut melibatkan 6 komponen, yaitu : membuat keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Dalam kelas kontekstual, tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individual , anggota keluarga , anggota masyarakat dan anggota bangsa.
1. Landasan Pemikiran
a. Proses belajar
1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal
2) Peserta didik belajar dari mengalami
3) Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu persoalan
4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah ,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
5) Menusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru
6) Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah
7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak
b. Transfer belajar
1) Peserta didik balajar dari mengalami sendiri , bukan dari pemberian orang lain
2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3) Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu
c. Peserta didik
1) Seorang peserta didik mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
2) Strategi belajar itu penting , khususnya untuk hal-hal yang sulit , strategi belajar amat
3) Peran orang dewasa (pendidik) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui
4) Tugas pendidik memfasilitasi agar informasi baru bermakna , member kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri , dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri
d. Lingkungan belajar
1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik
2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik menggunakan pengetahuan
baru mereka , lebih mementingkan hasilnya
3) Umpan balik amat penting bagi peserta didik , yang berasal dari proses penilaian yang benar
4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
a. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran kontekstual mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata , apabila peserta didik terlibat dalam proyek penelitian di kelas , misalnya meneliti tentang perencanaan kota , mereka perlu belajar dan menerapkan seni bernegosiasi , matematika , dan pengetahuan ilmiah lainnya
b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual berbasis pada : pertama , standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau local , atau oleh asosiasi profesi . Kedua , pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu , dan Ketiga , untuk mencapai tujuan pembelajaran , peserta didik perlu menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti pemecahan masalah , berpikir kritis , dan pembuatan keputusan
c. Pengalaman belajar
Peserta didik memulainya dengan pengetahuan yang telah dimiliki , pengelaman masa lalu , dan situasi tertentu , serta melaksanakan kegiatan dalam koneks eksternal seperti di sekolah, rumah , tempat kerja , dan internet. Pengalaman belajar akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam sehingga peserta didik dalam memperoleh kompetensi memerlukan waktu yang lebih lama namun mampu menerapkan pengalaman tersebut dengan cara yang benar d. Integrasi pendidik akademik dan karir
3. Kompenen pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari . Ada tujuh kompenen utama pembelajaran efektif , yaitu konstruktivisme , bertanya , menemukan , masyarakat belajar , permodalan dan penilaian sebenarnya
a. Konstruktivisme
Manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong . Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah , menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya , dan bergelut dengan ide-ide . Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki , informasi itu menjadi milik mereka sendiri
Dengan dasar itu , pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontrusi bukan menerima pengetahuan . Tugas pendidik adalah menfasilitasi proses belajar dengan :
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik
2) Member kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri
3) Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
b. Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teacning and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pendidik harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri yaitu Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan, Pengumpulan data dan Penyimpulan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri dalam pembelajaran kontekstual mencakup kegiatan sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, pendidik,
atau audien yang lain.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CLT. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pendidik untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir pada peserta didik. Bagi peserta didik, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan peserta didikan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas CTL, pendidik disarankan selalu melaksanakan peserta didikan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat hiterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang pendidik yang mengajari pesrta didiknya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari pendidik ke arah peserta didik, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh pendidik yang datang dari arah peserta didik. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam : pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu ataupun pendidik memberi contoh cara mengajarkan sesuatu.
Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati peserta didik, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus itu pendidik menjadi model.
f. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Peserte didik mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki peserta didik diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak peserta didik. Pada akhir pembelajaran, pendidik menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi.
g. Penilaian autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan pendidik mengidentifikasikan bahwa peserta didik mengalami kemacetan belajar, maka pendidik segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama secara integral tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemampuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil.
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik. Hal ini akan terjadi apabila peserta didik memahami tiga prinsip pokok, yaitu : kesaling bergantungan (interdependence), deferensiasi (defferentiation), dan pengaturan diri (self regulation).
a. Prinsip kesaling bergantungan
Prinsip kesaling bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidiklain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam. Menyadari adanya kesaling bergantungan ini dapat menimbulkan pemikiran kritis dan kreatif, dan pemikiran ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dapat menghasilkan pemahaman baru.
Prinsip kesaling bergantungan juga mendukung adanya kerjasama antar komunitas belajar. Dengan kerja sama, peserta didik tergantung dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari alternatif pemecahan masalah.
b. Prinsip diferensiasi
Pendidik yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajran kontekstual, mereka akan melihat pentingnya kelas itu tercipta suasana yang memicu kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerjasama. Pembelajaran aktif yang terpusat pada peserta didik juga mendukung prinsip differensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini membebaskan peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan cara belajarnya sendiri dan berkembang dengan langkah-langkahnya sendiri.
c. Prinsip pengaturan diri
5. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Esensi pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota bangsa dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual, prose belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realitis dan lebih bermakna.
Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai pendekatan yaitu : pendekatan berbasis masalah, menggunakan konteks ganda, pengelompokan peserta didik, dukungan belajar mengatur diri sendiri, membentuk kelompok belajar saling bergantung, menggunakan asesmen autentik.
a. Pembelajaran berbasis masalah
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran. Pendekatan ini meliputi perolehan informasi yang berkaitan dengan masalah, mensistensis informasi, dan menyajikan temuan kepada orang lain.
b. Penggunaan keragaman konteks
Teori kognisi yang sesuai dengan situasi menyatakan bahwa pengetauan tidak dapat dipisahkan dari konteks fisik dan sosial dimana pengetauan itu berkembang. Bagaimana dan dimana seseorang memperoleh dan menciptakan adalah sangat penting. Oleh karena itu, pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan diberbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, keluarga dan masyarakat.
c. Pengelompokan peserta didik
mendorong semangat belajar dan menambah kompleksitas pengalaman dalam pengalaman melakukan kegiatan seperti itu, peserta didik harus lebih menyadari cara mengolah informasi, menggunakan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang menkonteks belakangi identifikasi dan pemecahan masalah. Pengalaman pembelajaran kontekstual juga memberikan peluang kepada peserta didik untuk melakukan refleksi atas kegiatan belajarnya, dan menyediakan dukungan untuk membantu mereka mengubah diri dari individu yang belajar dengan bimbingan orang lain menjadi individu yang belajar mandiri.
e. Pembentukan kelompok belajar saling bergantung
Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberiakan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar atau komunitas belajar yang dibangun di sekolah atau di tempat kerja dimaksudkan untuk berbagai pengetahuan, terfokus pada tujuan dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan. Apabila komunitas belajar itu dibangun di sekolah, peran guru hendaknya sebagai fasilitator ataupun sebagai pembimbing belajar.
f. Menggunakan asesmen autentik
Pembelajaran kontekstual dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan secara bermakna dengan melibatkan peserta didik dalam kehidupan nyata atau konteks yang autentik. Oleh karena itu asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
(1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya;
(2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya;
(4) menciptakan masyarakat belajar;
(5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan;
(7) dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD), penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
(1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang dipelajari bermakna;
(2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya;
(3) Applyng, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya;
(4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif; dan
(5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).
7. Hubungan Konstruktivisme dan Kontekstual
model pembelajaran berbasis masalah. Aplikasi model pembelajaran berhubungan erat dengan pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan prespektif mengenai berbagai strategi maupun metode pembelajaran untuk mengaplikasikan model-model pembelajaran. Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran berbasis konstruktivisme adalah kontekstual.
Asumsi penting dari konstruktivisme adalah situated Cognition (kongnisi yang ditepatkan) konsep ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu ditetapkan atau disituasikan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Pengetahuan diletakkan dan di hubungkan dengan konteks dimana pengetahuan tersebut dikembangkan. Cobern menyatakan konstruktivisme bersifat kontekstual. Berdasarkan pemikiran-pemikiran itu, maka pembelajaran terus diciptakan semirip mungkin dengan situasi “ dunia nyata” pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kontekstual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran konstruktivisme dengan pembelajaran kontekstual merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan , dimana pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran atas pengalaman yang dimiliki oleh seseorang itu sendiri sedangkan kontekstualnya sendiri dimana peserta didik dapat mengaitkan ilmu yang ia miliki dengan kehidupan nyata , contohnya saja orang yang berasal dari pedesaan yang mata pencahariaannya bertani , kemudian ia kuliah di perguruan tinggi mengambil jurusan pertanian , setelah ia lulus ia membantu para petani di desanya untuk bagaimana agar mata pencaharian di desanya tetap berjalan bahkan maju.
B. Saran
sendiri dimana peserta didik dapat mengaitkan ilmu yang ia miliki dengan kehidupan nyata , contohnya saja orang yang berasal dari pedesaan yang mata pencahariaannya bertani , kemudian ia kuliah di perguruan tinggi mengambil jurusan pertanian , setelah ia lulus ia membantu para petani di desanya untuk bagaimana agar mata pencaharian di desanya tetap berjalan bahkan maju.
Ke depan dalam proses pembelajaran hendaknya mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Cet. V). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.