HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI
RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Catur Budi Hartono1, Marsito2, Arnika Dwi Asti3,
1,2,3Jurusan Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong
ABSTRACT
Most of us commonly have ever been hospitalized, and hospitalization can create anxiety. Anxiety level is influence bay many factors such as physic, environment, economy, knowledge level, social, and also family social support.
It was a correlation research by using Cross Sectional approach. There were 97 respondents as the samples in this research. They were the patients who were hospitalizing in long stay ward PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. The samples were taken by Purposive Sampling technique. The research was conducted in 14, 21, and 28 of August 2008. The data were taken by using questionnaire.
The research finding show that 58 respondents (55.67%) experience medium anxiety, 8 respondents (8.25%) experience serious anxiety, and the rest have low and very serious anxiety (panic). Mine while 41 respondents (42.27%) got medium family social support, 50 respondents (51.55% ) got family social support, and the rest got low family social support. The hypothesis test use was Spearman Rank correlation. The research finding that is not correlation between family social support with long stay patient anxiety level with the value p=0.489 (p > 0.05). From the research writhed concluded that social support given by the family did not totally influence ounce’s anxiety level.
Keywords: social support, family, anxiety level, long stay treatment
PENDAHULUAN
Sebagai mahluk hidup
manusia pastilah memiliki
keluarga. Tanpa adanya keluarga
manusia takakan bisa hidup
bahagia. Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah,
hubungan perkawinan, atau
pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing
dan menciptakan serta
mempertahankan suatu
kebudayaan. Sedangkan menurut
Friedman (1998) keluarga
merupakan kesatuan dari
orang-orang yang terkait dalam
perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia takakan bisa tanpa bantuan orang lain. Apalagi
jika orang tersebut sedang
sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun
teman-teman biasanya datang
berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Paradigma definsi sosial fokus kajiannya tentang tindakan sosial (social conduct) merupakan tindakan subyektif yang penuh arti,
yang harus ditafsirkan dan
dipahami (interpretative
understanding). (Munandar Sulaeman, 2007). Tindakan sosial
adalah suatu tindakan yang
dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain. Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam
hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan sosial,
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat
saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Pendapat senada
dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa
dukungan sosial adalah
keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat
diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb
yang mendefinisikan dukungan
sosial sebagai adanya kenyamanan,
perhatian, penghargaan atau
menolong orang dengan sikap
menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari
individu maupun kelompok.
(
Kuntjoro, 2002).Dukungan sosial tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi rasa cemas pada seseorang yang sedang dirawat di rumah sakit. Kita tahu bahwa jika seseorang dirawat di rumah sakit maka akan timbul rasa cemas. Rasa cemas tersebut muncul karena berbagai macam sebab dan alas an yang tidak dapat dijelaskan.
Kecemasan adalah perasaan takut yang bersifat lama pada sesuatu yang tidak jelas dan
berhubungan dengan perasaan
yang tidak menentu dan tidak berdaya (May, 1950, dikutip oleh Stuart& Laraia, 1998). Sedangkan menurut Panjaitan PB, kecemasan merupakan proses psikologis dan tingkah laku terhadap stress dan merupakan bagian yang penting dari pengalaman manusia. Gejala kliniknya bisa berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, palpitasi kordis dan meningkatnya tekanan darah, palpitasi, rasa capek dan lain-lain.
Setelah dilakukan studi
pendahuluan dan diadakan
wawancara dengan 5 pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah gombong, ternyata didapatkan keterangan bahwa 3 pasien merasa
gelisah setelah menjalani
perawatan dan 2 pasien tidak merasakan gelisah. Semua pasien yang diwawancarai mendapatkan support dan dukungan moril dari keluarganya, tetapi ada 1 pasien
yang merasakan tidak ada
adanya anggota keluarganya di
dekatnya. Dan yang lainnya
menjawab ada perbedaan yang sangat berarti. Pasien tersebut merasa gelisah jika tidak ada
anggota keluarganya yang
mendampinginya. Mereka juga
sangat membutuhkan dukungan dari anggota keluarganya dalam menjalani perawatan di rumah sakit, karena mereka merasa jika ada anggota keluarganya maka akan merasa aman.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah bagaimana hubungan
antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pasien
rawat inap di RSU PKU
Muhammadiyah Gombong.
Mengetahui hubungan antara
dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
korelasional, yaitu menganalisa
dinamika antar variabel.
Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu penelitian
berdasarkan data yang
menunjukan titik waktu tertentu, atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu yang bersamaan yang
bertujuan untuk menguji
hubungan antar variable, mencari,
menjelaskan, suatu hubungan,
memperkenalkan, menguji
berdasarkan teori yang ada.
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah pasien yang sedang menjalani rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong. Yaitu sekita 749 orang setiap bulannya. Metode penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Metode penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling, yaitu Purposive Sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Dengan rumus :
Jadi sampelnya :
n =
Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasien yang sedang
menjalani rawat inap di
RSU PKU
mengalami sakit
4. Bersedia untuk menjadi
responden dalam
penelitian
Dan dengan kriteria
eksklusi sebagai berikut :
1. Pasien yang sedang
mengalami sakit
parah/kondisi terminal 2. Tidak memiliki keluarga 3. Tidak bersedia untuk
menjadi responden
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.
Variabel independen (variabel
bebas) dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga. Variabel dependen (variabel terikat) adalah tingkat kecemasan.
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
kuisioner atau angket. Semua
pertanyaan berupa checklist.
Responden tinggal memilih
membubuhkan tanda check (
√
) pada kolom yang sesuai. (Sugiyono, 2006). Kuesioner yang digunakan adalah Closed-ended/kuisioner tertutup dengan bentuk multiple choice yang berjumlah 35 pertanyaan yang terdiri dari 15 soal tentang dukungan sosial keluarga dan 20 soal tentang kecemasan. Dengan kisi-kisi sebagai berikut :Uji validitas penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2008 di RSU Purbowangi dengan responden sebanyak 20 orang. Dimana uji validitas instrumen dalam penelitian ini mengunakan rumus product moment dan diolah menggunakan program komputer.
Dari hasil uji validitas di dapatkan hasil bahwa ada 5 (lima) item kuesioner yang tidak valid yang terdiri atas 2 item pertanyaan Dukungan Sosial Keluarga yaitu
item nomor 10 dan 13, dan 3 item pertanyaan kecemasan yaitu nomor 3, 14, dan 20. Masing-masing dengan nilai r hitung < dari nilai r tabel ( dengan N=20, r tabelnya adalah 0,444) yaitu :
a. Dukungan Sosial Keluarga Item nomor 10 dengan nilai r hitung 0,027; item nomor 13 dengan nilai r hitung 0,093.
b. Kecemasan
Item nomor 3 dengan nilai r hitung 0,203; item nomor 14 dengan nilai r hitung 0,091; dan item nomor 20 dengan nilai r hitung -0,223.
Kemudian peneliti membuat 10 soal baru sesuai dengan item yang tidak valid dan di bagikan kepada 20 orang responden. Dari hasil uji validitas tersebut kemudian diambil 5 dari 10 item
pertanyaan yang mewakili 5
pertanyaan yang tidak valid
sebelumnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil perhitungan, di dapatkan nilai alpha dari tiap-tiap variabel adalah
: Variabel Dukungan Sosial
Kelaurga dengan nilai alpha 0,7610, sedangkan nilai alpha untuk variabel Kecemasan adalah 0,7491. Angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Mardapi,
dalam buku Statistik
Kesehatan.2007). Dari penjelasan tersebut berarti kedua kuesioner Dukungan Sosial Keluarga dan kuesioner Kecemasan dikatakan reliabel, karena nilai alphanya > 0,7.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian di
program komputer dan manual, analisa data meliputi:
Berdasarkan tingkat dukungan
sosial keluarga, 1 orang (1,03%) tidak mendapat dukungan sosial dari keluarga; 5 orang (5,15%)
mendapat dukungan sosial
keluarga kurang; 13 orang
(43,33%) sedang; 41 orang (42,27%)
mendapat dukungan sosial
keluarga sedang, dan 50 orang
(51,55%) mendapat dukungan
sosial keluarga baik. Sedangkan berdasarkan tingkat kecemasan, 35
orang (36,08%) mengalami
kecemasan ringan; 54 orang
(55,67%) sedang; 8 orang (8,25%) berat. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Sperman Rank dan data dikelompokan dalam tabel bantu dengan mencari ranking dari variabel x dan variabel y. Dengan ketentuan apabila dari hasil
perhitungan di dapatkan bahwa
ρ
sama atau lebih besar dari harga kritik yang tertera dalam tabel dengan derajat kebebasan (dk) dan derajat kesalahan tertentu, maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila hargaρ
kritik yang tertera signifikasi (p) yang besarnya 0,551, yang dibandingkan dengan
: 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosialkeluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien rawat inap
di RSU PKU Muhammadiyah
Gombong.
HASIL DAN BAHASAN
Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan pada tanggal 14, 21, dan 28 Agustus 2008 di RSU PKU
Muhammadiyah Gombong.
Responden dalam penelitian ini
adalah pasien rawat inap yang selama periode dilaksanakannya penelitian ini sedang menjalani
rawat inap di RSU PKU
Muhammadiyah Gombong.
Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Di RSU PKU Muhammadiyah Gombong
2008 (N=97)
Variabel
N
Rho
P
Dukungan social
Tingkat Kecemasan
97 0.71 0.48
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara tingkat dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammmadiyah Gombong seperti dalam tabel 4.6 dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank didapatkan
ρ
hitung =0,071, dan nilai signifikasi (p)=0,489. Dengan melihat nilai signifikasi (p) yang besarnya 0,489,yang dibandingkan dengan
: 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosialkeluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien rawat inap
di RSU PKU Muhammadiyah
Gombong. (Riwidiko.2007)
Hasil penelitian ini
yang dialami pasien rawat inap tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Salan (1997) bahwa kecemasan terjadi karena beberapa sebab, tetapi secara umum disebabkan oleh bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri, yaitu suatu stimulus internal atau juga keadaan bahaya dari luar oleh yang bersangkutan ditafsirkan lain, adanya distorsi
persepsi dari realitas
lingkungannya. Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Sedang menurut Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan munculnya kecemasan
yaitu :
1. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar
manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
2. Situasional, yaitu
berhubungan dengan
ancaman konsep diri
terhadap perubahan status,
adanya kegagalan,
kehilangan benda yang
dimiliki, dan kurang
penghargaan dari orang lain. Dukungan sosial yang di berikan keluarga terhadap pasien rawat inap pada kenyataannya tidak mutlak akan menurunkan
tingkat kecemasan yang
dialaminya, tetapi tergantung pada persepsi individu itu sendiri terhadap dukungan sosial tersebut.
Menurut Sarason (1983)
berpendapat bahwa dukungan
sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu:
a) Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia;
merupakan persepsi
individu terhadap sejumlah
orang yang dapat
diandalkan saat individu
membutuhkan bantuan
(pendekatan berdasarkan kuantitas).
b) Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima; berkaitan dengan persepsi individu bahwa
kebutuhannya akan
terpenuhi (pendekatan
berdasarkan kualitas)
Dukungan sosial bukan
sekedar memberikan bantuan,
tetapi yang penting adalah
bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.
Jadi tinggi rendahnya
tingkat kecemasan bukan mutlak dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial keluarga saja tetapi ada faktor-faktor lain. Faktor tersebut adalah :
1. Keadaan fisik
Keadaan fisik di sini bisa berarti kondisi kesehatan yang sedang dialami seseorang termasuk juga usia. Orang yang kondisi fisiknya baik
akan berbeda tingkat
kecemasannya dengan orang yang kondisi fisiknya kurang baik. Orang yang tua juga
akan berbeda kondisi
psikologisnya dengan orang yang lebih muda (Anonim, 2001). Pasien yang kondisi
mempunyai tingkat kecemasan yang berbeda dari
seseorang yang sedang
mengalami sakit berat. 2. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan di sekitar seseorang baik kondisi secara fisiknya ataupun nonfisik
seperti ketenangannya.
Lingkungan yang tenang dan
bersih akan menimbulkan
perasaan yang nyaman dari pada lingkungan yang tidak tenang dan kotor (Freud dalam Hall, 1980). Kondisi lingkungan tempat seseorang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh dengan kondisi
psikologisnya termasuk
kecemasannya.
3. Keadaan ekonomi
Keadaan perekonomian
keluarganya/dirinya termasuk didalamnya adalah pekerjaan.
Seseorang yang sedang
mengalami kesulitan ekonomi
akan berpengaruh juga
terhadap psikologisnya. Pria
dan wanita yang belum
memiliki pekerjaan cenderung merasa cemas dan khawatir.
Pria dan wanita pada
dasarnya memiliki perbedaan
yang jelas dalam
karakteristiknya (Kartono, 1989). Jadi dapat diartikan bahwa keadaan ekonomi yang dialami pasien rawat inap dapat mempengaruhi tingkat kecemasannya.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan setaip orang berbeda-beda, dalam
menanggapi suatu
hal/kejadian juga akan
berbeda (Salan, 1997). Dengan demikian pasien rawat inap yang tingkat pendidikannya
tinggi akan berbeda pula
tingkat kecemasan yang
dialami dengan pasien yang tingkat pendidikannya rendah. 5. Tingkat pengetahuan
Pendidikan yang berbeda
berarti tingkat pengetahuan juga akan berbeda. Dengan tingkat pengetahuan yang
berbeda maka dalam
mengiterpretasikan sesuatu hal juga setiap orang akan berbeda (Salan, 1997). Yang artinya tingkat pengetahuan seseorang (pasien rawat inap) pasti berbeda, akan berbeda pula dalam berespon terhadap kecemasan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil tentang hubungan tingkat dukungan sosial
kelauarga dengan tingkat
kecemasan pasien rawat inap di
RSU PKU Muhammadiyah
Gombong, peneliti menarik
kesimpulan :
1. Pasien rawat inap di RSU
PKU Muhammadiyah
Gombong rata-rata
mendapatkan dukungan
sosial keluarga baik.
2. Pasien rawat inap di RSU
PKU Muhammadiyah
Gombong rata-rata
mengalami kecemasan
ringan dan sedang.
3. Hasil perhitungan dengan uji
statistik SpearmanRank
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
4. Berarti bahwa bila
kecemasannya akan menurun.
Berdasarkan hasil dan
pembahasan tentang hubungan
dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien
rawat inap di RSU PKU
Muhammadiyah Gombong, maka penaliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga pasien
Sebaiknya anggota keluarga
membiarkan pasen yang
menjalani rawat inap untuk mengeluarkan isi hatinya. 2. Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang
bertugas di bagian rawat inap dalam penatalaksanaan
tindakan keperawatan
hendaknya tidak
memperhatikan aspek
biologis saja tetapi juga memperhatikan aspek psikis pasien dan pasien diberi
kesempatan untuk
mengeluarkan isi
hatinya/apa yang ia
rasakan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian
lebih mendalam yang
sifatnya kualitatif
menggunakan tehnik
wawancara atau observasi oleh peneliti langsung atau teknik yang lain selain kuesioner agar didapatkan data yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi . 2002 . Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V . Jakarta : Rineka Cipta
Effendy, Nasrul. 1998 . Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta : EGC
Kuntjoro, Zainuddin. 2002
.Dukungan Sosial Pada Lansia
.¶
http://www.e-psikologi.com/usia/160802.ht m , diperoleh tanggal 10 Januari 2008
Nurhidayati dan Mamnu’ah . 2005 .
Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Tingkat kecemasan Pada Klien Kanker Serviks . Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Nursalam . 2003 . Konsep & Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika Lubis, Arliza Juairiani . 2006 .
Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa . USU Repositori
Purwanti, Asih, dkk. . 2006 . Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Remaja Penyalahgunaan NAPZA. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Ramli, Hanifah . 2003 . Pengaruh Jenis Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Wanita Hamil Pertama di Balai Kesehatan Muhammadiyah Malang . Malang : JIPTUMM Riwidiko, Handoko . 2007 . Statistik
Kesehatan . Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Keluarga . Bandung : Rizqi Pers
Solikhin . 2003 . Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Klien Pre Operasi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta .
STIkes Muhammadiyah
Banjarmasin
Stuart, Gail Wiscarz; Sundeen, Sandra J . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3). Jakarta : EGC
Sugiyono . 2006 . Statistik Untuk Penelitian . Alfabeta : Bandung Sulaeman, Munandar. 2007.
Kekerasan Terhadap
Perempuan Dalam Perspektif Sosiologis.
http://www.lemlit.unpad.ac.id /beranda/kolom.php?act=deta il& id=8, diambil tanggal 10 Januari 2008
Suliswati, dkk . 2005 .
KonsepDasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa . Jakarta : EGC
Suratini dan Tenti Kurniawati . 2005 . Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia .
Yogyakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada
Tim Penyusun . 1988 . Pedoman Perawatan Psikiatrik . Direktorat Jendral Pelayanan
Kesehatan Direktorat
Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan
Townsend, Mary C. 2006 .
Psychiatric Mental Health Nursing . Philadelphia : FA Davis Company