• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Catur Budi Hartono1, Marsito2, Arnika Dwi Asti3,

1,2,3Jurusan Keperawatan STKes Muhammadiyah Gombong

ABSTRACT

Most of us commonly have ever been hospitalized, and hospitalization can create anxiety. Anxiety level is influence bay many factors such as physic, environment, economy, knowledge level, social, and also family social support.

It was a correlation research by using Cross Sectional approach. There were 97 respondents as the samples in this research. They were the patients who were hospitalizing in long stay ward PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. The samples were taken by Purposive Sampling technique. The research was conducted in 14, 21, and 28 of August 2008. The data were taken by using questionnaire.

The research finding show that 58 respondents (55.67%) experience medium anxiety, 8 respondents (8.25%) experience serious anxiety, and the rest have low and very serious anxiety (panic). Mine while 41 respondents (42.27%) got medium family social support, 50 respondents (51.55% ) got family social support, and the rest got low family social support. The hypothesis test use was Spearman Rank correlation. The research finding that is not correlation between family social support with long stay patient anxiety level with the value p=0.489 (p > 0.05). From the research writhed concluded that social support given by the family did not totally influence ounce’s anxiety level.

Keywords: social support, family, anxiety level, long stay treatment

PENDAHULUAN

Sebagai mahluk hidup

manusia pastilah memiliki

keluarga. Tanpa adanya keluarga

manusia takakan bisa hidup

bahagia. Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung

karena hubungan darah,

hubungan perkawinan, atau

pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing

dan menciptakan serta

mempertahankan suatu

kebudayaan. Sedangkan menurut

Friedman (1998) keluarga

merupakan kesatuan dari

orang-orang yang terkait dalam

perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia takakan bisa tanpa bantuan orang lain. Apalagi

jika orang tersebut sedang

(2)

sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun

teman-teman biasanya datang

berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.

Paradigma definsi sosial fokus kajiannya tentang tindakan sosial (social conduct) merupakan tindakan subyektif yang penuh arti,

yang harus ditafsirkan dan

dipahami (interpretative

understanding). (Munandar Sulaeman, 2007). Tindakan sosial

adalah suatu tindakan yang

dilakukan dengan

mempertimbangkan perilaku orang lain. Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang

dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam

hal ini orang yang merasa

memperoleh dukungan sosial,

secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat

saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya.

Pendapat senada

dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa

dukungan sosial adalah

keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat

diandalkan, menghargai dan

menyayangi kita. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cobb

yang mendefinisikan dukungan

sosial sebagai adanya kenyamanan,

perhatian, penghargaan atau

menolong orang dengan sikap

menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari

individu maupun kelompok.

(

Kuntjoro, 2002).

Dukungan sosial tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi rasa cemas pada seseorang yang sedang dirawat di rumah sakit. Kita tahu bahwa jika seseorang dirawat di rumah sakit maka akan timbul rasa cemas. Rasa cemas tersebut muncul karena berbagai macam sebab dan alas an yang tidak dapat dijelaskan.

Kecemasan adalah perasaan takut yang bersifat lama pada sesuatu yang tidak jelas dan

berhubungan dengan perasaan

yang tidak menentu dan tidak berdaya (May, 1950, dikutip oleh Stuart& Laraia, 1998). Sedangkan menurut Panjaitan PB, kecemasan merupakan proses psikologis dan tingkah laku terhadap stress dan merupakan bagian yang penting dari pengalaman manusia. Gejala kliniknya bisa berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, palpitasi kordis dan meningkatnya tekanan darah, palpitasi, rasa capek dan lain-lain.

Setelah dilakukan studi

pendahuluan dan diadakan

wawancara dengan 5 pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah gombong, ternyata didapatkan keterangan bahwa 3 pasien merasa

gelisah setelah menjalani

perawatan dan 2 pasien tidak merasakan gelisah. Semua pasien yang diwawancarai mendapatkan support dan dukungan moril dari keluarganya, tetapi ada 1 pasien

yang merasakan tidak ada

(3)

adanya anggota keluarganya di

dekatnya. Dan yang lainnya

menjawab ada perbedaan yang sangat berarti. Pasien tersebut merasa gelisah jika tidak ada

anggota keluarganya yang

mendampinginya. Mereka juga

sangat membutuhkan dukungan dari anggota keluarganya dalam menjalani perawatan di rumah sakit, karena mereka merasa jika ada anggota keluarganya maka akan merasa aman.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah bagaimana hubungan

antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pasien

rawat inap di RSU PKU

Muhammadiyah Gombong.

Mengetahui hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

korelasional, yaitu menganalisa

dinamika antar variabel.

Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu penelitian

berdasarkan data yang

menunjukan titik waktu tertentu, atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu yang bersamaan yang

bertujuan untuk menguji

hubungan antar variable, mencari,

menjelaskan, suatu hubungan,

memperkenalkan, menguji

berdasarkan teori yang ada.

Populasi pada penelitian ini adalah jumlah pasien yang sedang menjalani rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong. Yaitu sekita 749 orang setiap bulannya. Metode penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Metode penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling, yaitu Purposive Sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

Dengan rumus :

Jadi sampelnya :

n =

Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Pasien yang sedang

menjalani rawat inap di

RSU PKU

mengalami sakit

(4)

4. Bersedia untuk menjadi

responden dalam

penelitian

Dan dengan kriteria

eksklusi sebagai berikut :

1. Pasien yang sedang

mengalami sakit

parah/kondisi terminal 2. Tidak memiliki keluarga 3. Tidak bersedia untuk

menjadi responden

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.

Variabel independen (variabel

bebas) dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga. Variabel dependen (variabel terikat) adalah tingkat kecemasan.

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

kuisioner atau angket. Semua

pertanyaan berupa checklist.

Responden tinggal memilih

membubuhkan tanda check (

) pada kolom yang sesuai. (Sugiyono, 2006). Kuesioner yang digunakan adalah Closed-ended/kuisioner tertutup dengan bentuk multiple choice yang berjumlah 35 pertanyaan yang terdiri dari 15 soal tentang dukungan sosial keluarga dan 20 soal tentang kecemasan. Dengan kisi-kisi sebagai berikut :

Uji validitas penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2008 di RSU Purbowangi dengan responden sebanyak 20 orang. Dimana uji validitas instrumen dalam penelitian ini mengunakan rumus product moment dan diolah menggunakan program komputer.

Dari hasil uji validitas di dapatkan hasil bahwa ada 5 (lima) item kuesioner yang tidak valid yang terdiri atas 2 item pertanyaan Dukungan Sosial Keluarga yaitu

item nomor 10 dan 13, dan 3 item pertanyaan kecemasan yaitu nomor 3, 14, dan 20. Masing-masing dengan nilai r hitung < dari nilai r tabel ( dengan N=20, r tabelnya adalah 0,444) yaitu :

a. Dukungan Sosial Keluarga Item nomor 10 dengan nilai r hitung 0,027; item nomor 13 dengan nilai r hitung 0,093.

b. Kecemasan

Item nomor 3 dengan nilai r hitung 0,203; item nomor 14 dengan nilai r hitung 0,091; dan item nomor 20 dengan nilai r hitung -0,223.

Kemudian peneliti membuat 10 soal baru sesuai dengan item yang tidak valid dan di bagikan kepada 20 orang responden. Dari hasil uji validitas tersebut kemudian diambil 5 dari 10 item

pertanyaan yang mewakili 5

pertanyaan yang tidak valid

sebelumnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil perhitungan, di dapatkan nilai alpha dari tiap-tiap variabel adalah

: Variabel Dukungan Sosial

Kelaurga dengan nilai alpha 0,7610, sedangkan nilai alpha untuk variabel Kecemasan adalah 0,7491. Angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Mardapi,

dalam buku Statistik

Kesehatan.2007). Dari penjelasan tersebut berarti kedua kuesioner Dukungan Sosial Keluarga dan kuesioner Kecemasan dikatakan reliabel, karena nilai alphanya > 0,7.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian di

(5)

program komputer dan manual, analisa data meliputi:

Berdasarkan tingkat dukungan

sosial keluarga, 1 orang (1,03%) tidak mendapat dukungan sosial dari keluarga; 5 orang (5,15%)

mendapat dukungan sosial

keluarga kurang; 13 orang

(43,33%) sedang; 41 orang (42,27%)

mendapat dukungan sosial

keluarga sedang, dan 50 orang

(51,55%) mendapat dukungan

sosial keluarga baik. Sedangkan berdasarkan tingkat kecemasan, 35

orang (36,08%) mengalami

kecemasan ringan; 54 orang

(55,67%) sedang; 8 orang (8,25%) berat. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Sperman Rank dan data dikelompokan dalam tabel bantu dengan mencari ranking dari variabel x dan variabel y. Dengan ketentuan apabila dari hasil

perhitungan di dapatkan bahwa

ρ

sama atau lebih besar dari harga kritik yang tertera dalam tabel dengan derajat kebebasan (dk) dan derajat kesalahan tertentu, maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila harga

ρ

kritik yang tertera signifikasi (p) yang besarnya 0,551, yang dibandingkan dengan

: 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosial

keluarga dengan tingkat

kecemasan pada pasien rawat inap

di RSU PKU Muhammadiyah

Gombong.

HASIL DAN BAHASAN

Pelaksanaan penelitian

dilaksanakan pada tanggal 14, 21, dan 28 Agustus 2008 di RSU PKU

Muhammadiyah Gombong.

Responden dalam penelitian ini

adalah pasien rawat inap yang selama periode dilaksanakannya penelitian ini sedang menjalani

rawat inap di RSU PKU

Muhammadiyah Gombong.

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Di RSU PKU Muhammadiyah Gombong

2008 (N=97)

Variabel

N

Rho

P

Dukungan social

Tingkat Kecemasan

97 0.71 0.48

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara tingkat dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammmadiyah Gombong seperti dalam tabel 4.6 dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank didapatkan

ρ

hitung =0,071, dan nilai signifikasi (p)=0,489. Dengan melihat nilai signifikasi (p) yang besarnya 0,489,

yang dibandingkan dengan

: 5%, maka p > 0,05. Dengan demikian berarti hipotesa ditolak, dan artinya tidak ada hubungan yang berarti antara dukungan sosial

keluarga dengan tingkat

kecemasan pada pasien rawat inap

di RSU PKU Muhammadiyah

Gombong. (Riwidiko.2007)

Hasil penelitian ini

(6)

yang dialami pasien rawat inap tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Salan (1997) bahwa kecemasan terjadi karena beberapa sebab, tetapi secara umum disebabkan oleh bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri, yaitu suatu stimulus internal atau juga keadaan bahaya dari luar oleh yang bersangkutan ditafsirkan lain, adanya distorsi

persepsi dari realitas

lingkungannya. Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Sedang menurut Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan

dengan munculnya kecemasan

yaitu :

1. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan

dengan kebutuhan dasar

manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.

2. Situasional, yaitu

berhubungan dengan

ancaman konsep diri

terhadap perubahan status,

adanya kegagalan,

kehilangan benda yang

dimiliki, dan kurang

penghargaan dari orang lain. Dukungan sosial yang di berikan keluarga terhadap pasien rawat inap pada kenyataannya tidak mutlak akan menurunkan

tingkat kecemasan yang

dialaminya, tetapi tergantung pada persepsi individu itu sendiri terhadap dukungan sosial tersebut.

Menurut Sarason (1983)

berpendapat bahwa dukungan

sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu:

a) Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia;

merupakan persepsi

individu terhadap sejumlah

orang yang dapat

diandalkan saat individu

membutuhkan bantuan

(pendekatan berdasarkan kuantitas).

b) Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima; berkaitan dengan persepsi individu bahwa

kebutuhannya akan

terpenuhi (pendekatan

berdasarkan kualitas)

Dukungan sosial bukan

sekedar memberikan bantuan,

tetapi yang penting adalah

bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.

Jadi tinggi rendahnya

tingkat kecemasan bukan mutlak dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial keluarga saja tetapi ada faktor-faktor lain. Faktor tersebut adalah :

1. Keadaan fisik

Keadaan fisik di sini bisa berarti kondisi kesehatan yang sedang dialami seseorang termasuk juga usia. Orang yang kondisi fisiknya baik

akan berbeda tingkat

kecemasannya dengan orang yang kondisi fisiknya kurang baik. Orang yang tua juga

akan berbeda kondisi

psikologisnya dengan orang yang lebih muda (Anonim, 2001). Pasien yang kondisi

(7)

mempunyai tingkat kecemasan yang berbeda dari

seseorang yang sedang

mengalami sakit berat. 2. Keadaan lingkungan

Keadaan lingkungan di sekitar seseorang baik kondisi secara fisiknya ataupun nonfisik

seperti ketenangannya.

Lingkungan yang tenang dan

bersih akan menimbulkan

perasaan yang nyaman dari pada lingkungan yang tidak tenang dan kotor (Freud dalam Hall, 1980). Kondisi lingkungan tempat seseorang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh dengan kondisi

psikologisnya termasuk

kecemasannya.

3. Keadaan ekonomi

Keadaan perekonomian

keluarganya/dirinya termasuk didalamnya adalah pekerjaan.

Seseorang yang sedang

mengalami kesulitan ekonomi

akan berpengaruh juga

terhadap psikologisnya. Pria

dan wanita yang belum

memiliki pekerjaan cenderung merasa cemas dan khawatir.

Pria dan wanita pada

dasarnya memiliki perbedaan

yang jelas dalam

karakteristiknya (Kartono, 1989). Jadi dapat diartikan bahwa keadaan ekonomi yang dialami pasien rawat inap dapat mempengaruhi tingkat kecemasannya.

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan setaip orang berbeda-beda, dalam

menanggapi suatu

hal/kejadian juga akan

berbeda (Salan, 1997). Dengan demikian pasien rawat inap yang tingkat pendidikannya

tinggi akan berbeda pula

tingkat kecemasan yang

dialami dengan pasien yang tingkat pendidikannya rendah. 5. Tingkat pengetahuan

Pendidikan yang berbeda

berarti tingkat pengetahuan juga akan berbeda. Dengan tingkat pengetahuan yang

berbeda maka dalam

mengiterpretasikan sesuatu hal juga setiap orang akan berbeda (Salan, 1997). Yang artinya tingkat pengetahuan seseorang (pasien rawat inap) pasti berbeda, akan berbeda pula dalam berespon terhadap kecemasan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil tentang hubungan tingkat dukungan sosial

kelauarga dengan tingkat

kecemasan pasien rawat inap di

RSU PKU Muhammadiyah

Gombong, peneliti menarik

kesimpulan :

1. Pasien rawat inap di RSU

PKU Muhammadiyah

Gombong rata-rata

mendapatkan dukungan

sosial keluarga baik.

2. Pasien rawat inap di RSU

PKU Muhammadiyah

Gombong rata-rata

mengalami kecemasan

ringan dan sedang.

3. Hasil perhitungan dengan uji

statistik SpearmanRank

menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Gombong.

4. Berarti bahwa bila

(8)

kecemasannya akan menurun.

Berdasarkan hasil dan

pembahasan tentang hubungan

dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien

rawat inap di RSU PKU

Muhammadiyah Gombong, maka penaliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi keluarga pasien

Sebaiknya anggota keluarga

membiarkan pasen yang

menjalani rawat inap untuk mengeluarkan isi hatinya. 2. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan yang

bertugas di bagian rawat inap dalam penatalaksanaan

tindakan keperawatan

hendaknya tidak

memperhatikan aspek

biologis saja tetapi juga memperhatikan aspek psikis pasien dan pasien diberi

kesempatan untuk

mengeluarkan isi

hatinya/apa yang ia

rasakan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian

lebih mendalam yang

sifatnya kualitatif

menggunakan tehnik

wawancara atau observasi oleh peneliti langsung atau teknik yang lain selain kuesioner agar didapatkan data yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi . 2002 . Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V . Jakarta : Rineka Cipta

Effendy, Nasrul. 1998 . Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta : EGC

Kuntjoro, Zainuddin. 2002

.Dukungan Sosial Pada Lansia

.

http://www.e-psikologi.com/usia/160802.ht m , diperoleh tanggal 10 Januari 2008

Nurhidayati dan Mamnu’ah . 2005 .

Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Tingkat kecemasan Pada Klien Kanker Serviks . Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Nursalam . 2003 . Konsep & Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika Lubis, Arliza Juairiani . 2006 .

Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa . USU Repositori

Purwanti, Asih, dkk. . 2006 . Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Remaja Penyalahgunaan NAPZA. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Ramli, Hanifah . 2003 . Pengaruh Jenis Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kecemasan Wanita Hamil Pertama di Balai Kesehatan Muhammadiyah Malang . Malang : JIPTUMM Riwidiko, Handoko . 2007 . Statistik

Kesehatan . Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

(9)

Keluarga . Bandung : Rizqi Pers

Solikhin . 2003 . Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Klien Pre Operasi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta .

STIkes Muhammadiyah

Banjarmasin

Stuart, Gail Wiscarz; Sundeen, Sandra J . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3). Jakarta : EGC

Sugiyono . 2006 . Statistik Untuk Penelitian . Alfabeta : Bandung Sulaeman, Munandar. 2007.

Kekerasan Terhadap

Perempuan Dalam Perspektif Sosiologis.

http://www.lemlit.unpad.ac.id /beranda/kolom.php?act=deta il& id=8, diambil tanggal 10 Januari 2008

Suliswati, dkk . 2005 .

KonsepDasar Keperawatan

Kesehatan Jiwa . Jakarta : EGC

Suratini dan Tenti Kurniawati . 2005 . Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia .

Yogyakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Gajah Mada

Tim Penyusun . 1988 . Pedoman Perawatan Psikiatrik . Direktorat Jendral Pelayanan

Kesehatan Direktorat

Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan

Townsend, Mary C. 2006 .

Psychiatric Mental Health Nursing . Philadelphia : FA Davis Company

Gambar

tabel ( dengan N=20, r tabelnya
tabel, maka

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap sistem penjualan tiket dan penyewaan lokasi yang sedang berjalan pada dua objek wisata yang dikelola oleh pemerintah, yaitu Kebun

Burnout pada perawat rumah sakit adalah kelelahan kondisi secara fisik, emosional dan mental diakibatkan situasi kerja perawat yang monoton serta melakukan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta bantuan atas dari berbagai pihak sehingga skripsi dengan judul “ANALISA

Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan metil ester sulfonat (MES) adalah kelompok minyak nabati seperti minyak

Pada umunya prasyarat konsumen melakukan pembelian adalah mereka harus melihat produk yang akan mereka beli walaupun produk tersebut tidak dapat dikeluarkan dari

The major reason for using the language of regular expressions is to avoid an unnecessary use of recursion in BNF specifications. The braces used in this notation bear no relation

Yang harus diperhatikan dalam desain dari filter yang terbuat dari kerikil dan lapisan buatan (geotextile) adalah kestabilan tebing yang digunakan untuk riprap.

“ KAJIAN KAPASITAS SALURAN DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP CURAH HUJAN RANCANGAN DENGAN BEBERAPA PERIODE ULANG (Studi Kasus Drainase Jalan Sriwijaya Bagian Selatan Kota