• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBUP NOMOR 2 TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBUP NOMOR 2 TAHUN 2014"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2 TAHUN 2014

TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN OHOI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA,

Menimbang : a. bahwa sebagai implementasi Pasal 77 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan amanat Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03 Tahun 2009 tentang Ratshap dan Ohoi, maka perlu ditetapkan Pengelolaan Keuangan Ohoi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu membentuk Peraturan Bupati Maluku Tenggara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Penetapan UU Darurat Nomor 23 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat II Dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1645);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan perubahan terakhir Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

(2)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Dearah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Dari Wilayah Kota Tual Ke Wilayah Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5227);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

10. Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 08 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2008 Nomor 08 Seri A);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03 Tahun 2009 tentang Ratshap dan Ohoi (Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03 Seri D);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 09 Tahun 2009 tentang Pedoman Kedudukan Keuangan Kepala Pemerintah Ohoi/Ohoi Rat, Pemerintah Ohoi/Ohoi Rat dan Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat (Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009 Nomor 09 Seri D);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN OHOI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Keuangan Ohoi adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan ohoi yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban ohoi.

2. Pengelolaan Keuangan Ohoi adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan ohoi.

(3)

disetujui bersama oleh Pemerintah Ohoi dan Badan Saniri Ohoi, dan ditetapkan dengan Peraturan Ohoi.

4. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Ohoi adalah Kepala Pemerintah Ohoi yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan ohoi.

5. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Ohoi, yang selanjutnya disebut PTPKO adalah perangkat ohoi yang ditunjuk oleh Kepala Ohoi untuk melaksanakan pengelolaan keuangan ohoi.

6. Bendahara adalah perangkat ohoi yang ditunjuk oleh Kepala Ohoi untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan ohoi dalam rangka pelaksanaan APBO.

7. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan), yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Ohoi (RKPO) adalah hasil musyawarah masyarakat ohoi tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun.

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Ohoi, yang selanjutnya disebut RPJMO adalah dokumen perencanaan ohoi untuk periode 6 (enam) tahun.

BAB II

ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN OHOI

Pasal 2

(1) Keuangan Ohoi dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

(2) Pengelolaan keuangan ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

BAB III

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN OHOI

Pasal 3

(1) Kepala Ohoi sebagai Kepala Pemerintah Ohoi adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Ohoi dan mewakili Pemerintah Ohoi dalam kepemilikan kekayaan ohoi yang dipisahkan.

(2) Kepala Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBO;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang ohoi; c. menetapkan Bendahara Ohoi;

d. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan ohoi; dan e. menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik ohoi. (3) Kepala Ohoi dalam melaksanakan pengelolaan keuangan ohoi, dibantu oleh

PTPKO.

(4) PTPKO adalah Perangkat Ohoi, terdiri dari: a. Jur Tulis; dan

(4)

(5) Jur Tulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan ohoi dan bertanggung jawab kepada Kepala Ohoi.

(6) Jur Tulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mempunyai tugas: a. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBO; b. Menyusun dan melaksanaan Kebijakan Pengelolaan Barang Ohoi;

c. Menyusun Rancangan APBO, Perubahan APBO dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBO; dan

d. Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Ohoi tentang Pelaksanaan Peraturan Ohoi tentang APBO dan Perubahan APBO.

(7) Kepala Ohoi menetapkan Bendahara Ohoi dengan Keputusan Kepala Ohoi.

BAB IV STRUKTUR APBO

Pasal 4

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Ohoi (APBO) terdiri dari: a. Pendapatan Ohoi;

b. Belanja Ohoi; dan c. Pembiayaan Ohoi.

(2) Pendapatan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi semua penerimaan uang melalui rekening ohoi yang merupakan hak ohoi dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh ohoi. (3) Pendapatan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Ohoi (PAO); b. Bagi Hasil Pajak Kabupaten; c. Bagian dari Retribusi Kabupaten; d. Alokasi Dana Ohoi (ADO);

e. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Ohoi lainnya;

f. Hibah; dan

g. Sumbangan Pihak Ketiga.

(4) Belanja Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi semua pengeluaran dari rekening ohoi yang merupakan kewajiban ohoi dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh ohoi.

(5) Belanja Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari: a. Belanja Langsung; dan

b. Belanja Tidak Langsung.

(6) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a terdiri dari: a. Belanja Pegawai;

b. Belanja Barang dan Jasa; dan c. Belanja Modal;

(7) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b terdiri dari:

a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap; b. Belanja Subsidi;

c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah); d. Belanja Bantuan Sosial;

(5)

f. Belanja Tak Terduga;

(8) Pembiayaan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

(9) Pembiayaan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) terdiri dari: a. Penerimaan Pembiayaan; dan

b. Pengeluaran Pembiayaan.

(10) Penerimaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) mencakup: a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya;

b. Pencairan Dana Cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan ohoi yang dipisahkan; dan d. Penerimaan Pinjaman.

(11) Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) mencakup: a. Pembentukan Dana Cadangan;

b. Penyertaan Modal Ohoi; dan c. Pembayaran Utang.

BAB V

PENYUSUNAN RANCANGAN APBO

Bagian Pertama

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Ohoi (RPJMO) dan Rencana Kerja Pembangunan Ohoi (RKPO)

Pasal 5

(1) RPJMO untuk jangka waktu 6 (enam) tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Ohoi yang terpilih.

(2) Setelah berakhir jangka waktu RPJMO, Kepala Ohoi terpilih menyusun kembali RPJMO untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.

(3) RPJMO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Ohoi dilantik.

(4) Kepala Ohoi bersama Badan Saniri Ohoi menyusun RKPO yang merupakan penjabaran dari RPJMO berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Ohoi.

(5) Penyusunan RKPO diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

Bagian Kedua

Penetapan Rancangan APBO

Pasal 6

(1) Jur Tulis menyusun rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO berdasarkan pada RKPO.

(2) Jur Tulis menyampaikan rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO kepada Kepala Ohoi untuk memperoleh persetujuan.

(6)

(4) Penyampaian rancangan Peraturan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya.

(5) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPO.

(6) Rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas, paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk dievaluasi.

(7) Rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten ditetapkan.

Bagian Ketiga

Penyampaian Rancangan APBO

Pasal 7

(1) Rancangan Peraturan Ohoi yang telah disetujui Badan Saniri Ohoi disampaikan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa paling lambat 31 Juli tahun berjalan.

(2) Rancangan APBO yang disampaikan melawati batas waktu 31 Juli ditunda proses evaluasinya dan Pemerintah Ohoi melaksanakan APBO tahun sebelumnya.

Bagian Keempat Evaluasi Rancangan APBO

Pasal 8

(1) Bupati sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (7) harus menetapkan Evaluasi Rancangan APBO paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

(2) Bupati menetapkan Tim Evaluasi Rancangan APBO yang terdiri dari Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Daerah, Inspektur, dan Kepala Bagian Hukum dan HAM.

(3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Ohoi dapat menetapkan rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO menjadi Peraturan Ohoi.

(4) Dalam hal Bupati menyatakan hasil evaluasi rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Ohoi bersama Badan Saniri Ohoi melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Ohoi dan Badan Saniri Ohoi, dan Kepala Ohoi tetap menetapkan rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO menjadi Peraturan Ohoi, Bupati membatalkan Peraturan Ohoi dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBO tahun anggaran sebelumnya.

(7)

anggaran sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(7) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Kepala Ohoi harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Ohoi dan selanjutnya Kepala Ohoi bersama Badan Saniri Ohoi mencabut Peraturan Ohoi dimaksud.

(8) Pencabutan Peraturan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dengan Peraturan Ohoi tentang Pencabutan Peraturan Ohoi tentang APBO. (9) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBO tahun sebelumnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Ohoi.

Bagian Keempat Pelaksanaan APBO

Pasal 9

(1) Semua Pendapatan Ohoi dilaksanakan melalui rekening Kas Ohoi.

(2) Khusus bagi ohoi yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada Bupati atas usul Tim Evaluasi Rancangan APBO;

(3) Program dan kegiatan yang masuk ohoi merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBO.

(4) Setiap Pendapatan Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

(5) Kepala Ohoi wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan ohoi yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya.

(6) Pemerintah Ohoi dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Ohoi.

(7) Pengembalian atas kelebihan Pendapatan Ohoi dilakukan dengan membebankan pada Pendapatan Ohoi yang bersangkutan untuk pengembalian Pendapatan Ohoi yang terjadi dalam tahun yang sama.

(8) Untuk pengembalian kelebihan Pendapatan Ohoi yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada Belanja Tidak Terduga.

(9) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Pasal 10

(1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBO harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh Jur Tulis atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pengeluaran Kas Ohoi yang mengakibatkan beban APBO tidak dapat dilakukan sebelum rancangan Peraturan Ohoi tentang APBO ditetapkan menjadi Peraturan Ohoi.

(4) Pengeluaran Kas Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk Belanja Ohoi yang bersifat mengikat dan Belanja Ohoi yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Ohoi.

(8)

dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:

a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja;

b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban Belanja Langsung; c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran

belum diselesaikan. (2) Dana Cadangan:

a. Dana Cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada Kas Ohoi tersendiri atas nama Dana Cadangan Pemerintah Ohoi. b. Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain

diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Ohoi tentang Pembentukan Dana Cadangan.

c. Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Ohoi sebagaimana dimaksud pada huruf b dilaksanakan apabila Dana Cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

BAB VI PERUBAHAN APBO

Pasal 12

(1) Perubahan APBO dapat dilakukan apabila terjadi:

a. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja;

b. Keadaan yang menyebabkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

c. Keadaan darurat; dan d. Keadaan luar biasa.

(2) Perubahan APBO hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.

(3) Perubahan APBO terjadi bila pergeseran anggaran yaitu pergeseran antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah Peraturan Ohoi tentang APBO.

(4) Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya dalam perubahan APBO, yaitu Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan.

(5) Pendanaan Keadaan Darurat. (6) Pendanaan Keadaan Luar Biasa.

(7) Selanjutnya tata cara pengajuan perubahan APBO adalah sama dengan tata cara penetapan pelaksanaan APBO.

BAB VII

(9)

Pasal 13

(1) Kepala Ohoi dalam melaksanakan penatausahaan keuangan ohoi harus menetapkan Bendahara Ohoi.

(2) Penetapan Bendahara Ohoi sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan Keputusan Kepala Ohoi.

Bagian Pertama

Penatausahaan Penerimaan

Pasal 14

(1) Penatausahaan penerimaan wajib dilaksanakan oleh Bendahara Ohoi. (2) Penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan:

a. Buku kas umum;

b. Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan; dan c. Buku kas harian pembantu;

(3) Bendahara Ohoi wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada Kepala Ohoi paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. (4) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) di atas, dilampiri dengan: a. Buku kas umum;

b. Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan; dan c. Bukti penerimaan lainnya yang sah.

Bagian Kedua

Penatausahaan Pengeluaran

Pasal 15

(1) Penatausahaan pengeluaran wajib dilakukan oleh Bendahara Ohoi.

(2) Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan pada Peraturan Ohoi tentang APBO atau Peraturan Ohoi tentang Perubahan APBO melalui pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

(3) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disetujui oleh Kepala Ohoi melalui Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Ohoi (PTPKO). (4) Bendahara Ohoi wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang

menjadi tanggung jawabnya melalui laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada Kepala Ohoi paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(5) Dokumen yang digunakan Bendahara Ohoi dalam melaksanakan penatausahaan pengeluaran meliputi:

a. Buku kas umum;

b. Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran; dan c. Buku kas harian pembantu.

Bagian Ketiga

(10)

Pasal 16

Laporan pertanggungjawaban pengeluaran harus dilampirkan dengan: a. Buku kas umum;

b. Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah; dan

c. Bukti atas penyetoran PPN dan PPh ke Kas Negara.

BAB VIII

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBO

Bagian Pertama

Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBO

Pasal 17

(1) Jur Tulis menyusun rancangan Peraturan Ohoi tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBO dan rancangan Keputusan Kepala Ohoi tentang Pertanggungjawaban Kepala Ohoi.

(2) Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Jur Tulis kepada Kepala Ohoi untuk dibahas bersama Badan Saniri Ohoi.

(3) Berdasarkan persetujuan Kepala Ohoi dengan Badan Saniri Ohoi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka rancangan Peraturan Ohoi tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBO dapat ditetapkan menjadi Peraturan Ohoi.

(4) Jangka waktu penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Bagian Kedua

Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBO

Pasal 18

(1) Peraturan Ohoi tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBO dan Keputusan Kepala Ohoi tentang Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Ohoi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) disampaikan kepada Bupati melalui Camat 31 Desember tahun berjalan.

(2) Waktu penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Peraturan Ohoi ditetapkan.

BAB IX

PENGELOLAAN ALOKASI DANA OHOI

Pasal 19

(11)

Bagian Pertama Tujuan

Pasal 20 Tujuan Alokasi Dana Ohoi adalah:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat ohoi dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketrentaman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat ohoi dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat; dan h. Meningkatkan pendapatan ohoi dan masyarakat ohoi melalui Badan Usaha

Milik Ohoi (BUMO).

Bagian Kedua

Pengelolaan Alokasi Dana Ohoi

Pasal 21

(1) Pengelolaan Alokasi Dana Ohoi merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan ohoi.

(2) Rumus yang dipergunakan dalam Alokasi Dana Ohoi adalah:

a. Asas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Ohoi yang sama untuk setiap ohoi, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Ohoi Minimal (ADOM).

b. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Ohoi berdasarkan Nilai Bobot Ohoi (NBO) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu, (misalnya Kemiskinan, Keterjangkauan, Pendidikan Dasar, Kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Ohoi Proporsional (ADOP).

(3) Besarnya persentase perbandingan antara asas merata dan adil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah besarnya ADOM adalah 60% (enam puluh persen) dari jumlah ADO dan besarnya ADOP adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah ADO.

Bagian Ketiga

Mekanisme Penyaluran dan Pencairan

Pasal 22

(1) Alokasi Dana Ohoi dalam APBD Kabupaten dianggarkan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

(2) Pemerintah Ohoi membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Bupati.

(3) Kepala Ohoi mengajukan permohonan penyaluran Alokasi Dana Ohoi kepada Bupati c.q Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa melalui Camat.

(12)

permohonan berikut lampirannya kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah.

(5) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyalurkan Alokasi Dana Ohoi langsung dari Kas Daerah ke rekening ohoi. (6) Mekanisme Pencairan Alokasi Dana Ohoi dalam APBO dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi keuangan daerah.

Bagian Keempat Pelaksanaan Kegiatan

Pasal 23

(1) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADO dalam APBO, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Ohoi.

(2) Penggunaan Anggaran Alokasi Dana Ohoi adalah sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah Ohoi, dan sebesar 70% (tujuh puluh persen) untuk biaya pemberdayaan masyarakat. (3) Belanja pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

digunakan untuk:

a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil; b. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMO; c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan;

d. Perbaikan lingkungan dan pemukiman; e. Teknologi Tepat Guna;

f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan; dan g. Pengembangan sosial budaya.

Bagian Kelima

Pertanggungjawaban dan Pelaporan

Pasal 24

(1) Pertanggungjawaban ADO terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBO, sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBO.

(2) Bentuk pelaporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBO yang dibiayai dari ADO, adalah sebagai berikut:

a. Laporan Berkala, yaitu Laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana ADO dibuat secara rutin setiap bulannya, adapun yang dimuat dalam laporan ini adalah realisasi penerimaan ADO, dan realisasi belanja ADO; dan

b. Laporan Akhir dari penggunaan Alokasi Dana Ohoi mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADO. (3) Penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

melalui jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksana Tingkat Ohoi dan diketahui Kepala Ohoi.

BAB X

(13)

Pasal 25

(1) Penetapan besarnya Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan (TPAP) Ohoi ditetapkan dengan memperhatikan Upah Minumum Regional dan kemampuan keuangan Daerah.

(2) Pengalokasian TPAP Ohoi dipidahkan dengan Alokasi Dana Ohoi.

Bagian Pertama Tujuan TPAP Ohoi

Pasal 26

(1) TPAP Ohoi merupakan penghargaan Pemerintah atas pengabdian Aparatur Pemerintah Ohoi.

(2) Tujuan TPAP Ohoi adalah untuk menunjang pelaksanaan tugas dan pekerjaan.

Bagian Kedua Pengelolaan TPAP Ohoi

Pasal 27

(1) Pengelolaan TPAP Ohoi merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan ohoi.

(2) Besaran TPAP Ohoi yang diterima oleh Aparatur Ohoi berbeda-beda sesuai dengan beban pekerjaan dan ruang lingkup tanggung jawab tugas dan kewenangan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Ketiga

Mekanisme Penyaluran dan Pencairan TPAP Ohoi

Pasal 28

(1) Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan Ohoi dialokasikan dalam APBD Kabupaten pada Pos Bantuan Sosial Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

(2) Setiap Aparatur Pemerintah Ohoi membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Bupati.

(3) Camat menyampaikan daftar TPAP Ohoi kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan tembusannya kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

(4) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa melakukan verifikasi dan meneruskan dokumen pencairan kepada bank yang ditunjuk.

(5) Pencairan dari Bank langsung ke rekening masing-masing Aparatur Pemerintahan Ohoi.

(14)

Bagian Keempat Syarat Pencairan TPAP Ohoi

Pasal 29

(1) Bank melakukan pencairan pada rekening masing-masing aparatur ohoi setelah aparatur mendapatkan rekomendasi dari Camat;

(2) Rekomendasi Camat diberikan hanya kepada Aparatur Pemerintahan Ohoi yang telah melaksanakan dan memenuhi kewajibannya.

(3) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa melakukan monitoring evaluasi terhadap penyaluran TPAP Ohoi.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 30

(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran Alokasi Dana Ohoi dan TPAP Ohoi.

(2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan dan penyaluran keuangan ohoi. (3) Camat wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan

ohoi di wilayah kerjanya.

Pasal 31

Pembinaan dan pengawasan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi: a. Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan ADO dan TPAP Ohoi; b. Memberikan bimbingan dan pelatihan penyelenggaraan keuangan Ohoi yang

mencakup perencanaan dan penyusunan APBO, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBO;

c. Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan ohoi dan pendayagunaan aset ohoi; dan

d. Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan adminsitrasi keuangan ohoi.

Pasal 32

Pembinaan dan pengawasan oleh Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) meliputi:

a. Memfasilitasi administrasi keuangan ohoi;

b. Memfasilitasi pengelolaan keuangan Ohoi dan pendayagunaan aset Ohoi; c. Memfasilitasi pelaksanaan ADO; dan

d. Memfasilitasi penyelenggaraan keuangan ohoi yang mencakup perencanaan, dan penyusunan APBO, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBO.

BAB XI

(15)

Pasal 33

Pelaksanaan pengelolaan keuangan ohoi dilengkapi dengan format administrasi keuangan ohoi sebagaimana terlampir dalam Peraturan Bupati ini.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan ini, semua ketentuan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan Ohoi dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35

Semua ketentuan yang mengatur mengenai Pengelolaan Keuangan Ohoi wajib menyesuaikan dengan berpedoman pada Peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan ini berlaku.

Pasal 36

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Langgur

pada tanggal 2 Januari 2014

BUPATI MALUKU TENGGARA,

Cap/Ttd.

ANDERIAS RENTANUBUN

Diundangkan di Langgur pada tanggal 2 Januari 2014

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA,

Cap/Ttd.

PETRUS BERUATWARIN

BERITA DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM

(16)

Lampiran Peraturan Bupati Maluku Tenggara Nomor 2 Tahun 2014

Tanggal 2 Januari 2014

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA OHOI OHOI ……… KECAMATAN ………

1.1 Pendapatan Asli Ohoi:

1.1.1 Hasil Usaha Ohoi 1.1.1.1 Dst ………

1.1.2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Ohoi 1.1.2.1 Tanah Kas Ohoi (*)

1.1.2.1.1 Tanah Ohoi

1.1.2.1.2 Dst ………

1.1.2.2 Pasar Ohoi 1.1.2.3 Pasar Hewan 1.1.2.4 Tambatan Perahu 1.1.2.5 Bangunan Ohoi

1.1.2.6 Pelelangan Ikan yang Dikelola Ohoi 1.1.2.7 Lain-lain Kekayaan Milik Ohoi 1.1.2.8 Dst ………

1.1.3 Hasil Swadaya dan Partisipasi 1.1.3.1 Dst ………

1.1.4 Hasil Gotong Royong 1.1.4.1 Dst ………

1.1.5 Lain-lain Pendapatan Asli Ohoi yang Sah 1.1.5.1 Dst ………

1.2 Bagi Hasil Pajak:

1.2.1 Bagi hasil pajak kabupaten 1.2.2 Bagi hasil PBB

1.2.3 Dst ………

1.3 Bagi Hasil Retribusi:

1.3.1 Dst ………

1.4 Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah:

1.4.1 ADO

1.4.2 Dst ………

1.5 Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Ohoi lainnya:

1.5.1 Bantuan Keuangan Pemerintah 1.5.1.1 Dst ………

(17)

1.5.3 Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten

1.5.3.1 Dana Tambahan penghasilan tetap Kepala Ohoi dan Perangkat Ohoi 1.5.3.2 Dst ………

1.5.4 Bantuan Keuangan Ohoi lainnya 1.5.4.1 Dst ………

1.6 Hibah:

1.6.1 Hibah dari Pemerintah

1.6.2 Hibah dari Pemerintah Provinsi 1.6.3 Hibah dari Pemerintah Kabupaten 1.6.4 Hibah dari badan/lembaga/organisasi

swasta

1.6.5 Hibah dari kelompok masyarakat/ perorangan

1.6.6 Dst ………

1.7 Sumbangan Pihak Ketiga:

1.7.1 Sumbangan dari ……… 1.7.2 Dst ………

JUMLAH PENDAPATAN

2. BELANJA

2.1 Belanja Langsung:

2.1.1 Belanja Pegawai/Honorarium 2.1.1.1 Honor tim/panitia

2.1.1.2 Dst ………

2.1.2 Belanja Barang/Jasa 2.1.2.1 Belanja perjalanan dinas 2.1.2.2 Belanja bahan/material 2.1.2.3 Dst ………

2.1.3 Belanja Modal 2.1.3.1 Belanja Modal Tanah 2.1.3.2 Belanja Modal Jaringan 2.1.3.3 Dst ………

2.2 Belanja Tidak Langsung:

2.2.1 Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap 2.2.1.1 Dst ………

2.2.3 Belanja Hibah 2.2.3.1 Dst ………

2.2.4 Belanja Bantuan Sosial

2.2.4.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2.2.4.2 Dst ………

2.2.5 Belanja Bantuan Keuangan 2.2.5.1 Dst ………

(18)

2.2.6.3 Dst ………

JUMLAH BELANJA

3 PEMBIAYAAN

3.1 Penerimaan Pembiayaan

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.

3.1.2 Hasil Penjualan Kekayaan Ohoi yang Dipisahkan

3.1.3 Penerimaan Pinjaman

3.2 Pengeluaran Pembiayaan

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 3.2.2 Penyertaan Modal Ohoi 3.2.3 Pembayaran Utang

JUMLAH PEMBIAYAAN

………, tanggal ………

KEPALA OHOI,

………

Catatan:

(19)

BUKU KAS UMUM

OHOI ……… KECAMATAN ……… TAHUN ANGGARAN ………

No. Tgl. KODE REKENING URAIAN PENERIMAAN (Rp.)

PENGELUARAN (Rp.)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Jumlah bulan/tanggal Rp. Rp. Jumlah sampai bulan lalu/tanggal Rp. Rp.

Jumlah semua s.d. bulan/tanggal Rp. Rp .

Sisa Kas Rp.

Pada hari ini tanggal ………

Oleh kami didapat dalam kas Rp. ………. (……… dengan huruf) Terdiri dari :

Tunai Rp. ……… Saldo Bank Rp. ……… Surat Berharga Rp. ………

………, tanggal ………

MENGETAHUI

KEPALA OHOI, BENDAHARA OHOI,

……….. ……….

Cara Pengisian:

Kolom 1diisi dengan nomor urut penerima kas atau pengeluaran kas Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas Kolom 3diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas Kolom 4diisi dengan uraian penerimaan kas atau pengeluaran kas

(20)

BUKU KAS PEMBANTU PERINCIAN OBYEK PENERIMAAN

OHOI ……… KECAMATAN ……… TAHUN ANGGARAN ………

No. URUT

NOMOR BKU PENERIMAAN

TANGGAL SETOR

NOMOR STS & BUKTI PENERIMAAN LAINNYA

JUMLAH (Rp.)

1 2 3 4 5

Jumlah bulan ini Rp.

Jumlah s.d. bulan lalu Rp.

Jumlah s.d. bulan ini Rp.

………, tanggal ………

MENGETAHUI

KEPALA OHOI, BENDAHARA OHOI,

……….. ……….

Cara Pengisian:

Kolom 1diisi dengan nomor urut

Kolom 2diisi dengan Nomor BKU penerimaan

Kolom 3diisi dengan Tanggal Penyetoran STS/Bukti Penerimaan lainnya Kolom 4diisi dengan Nomor STS/Bukti penerimaan lainnya.

(21)

BUKU KAS PEMBANTU PERINCIAN OBYEK PENGELUARAN

OHOI ……… KECAMATAN ……… TAHUN ANGGARAN ………

No. URUT

NOMOR BKU PENGELUARAN

TANGGAL PENGELUARAN

NOMOR SPP & BUKTI PENGELUARAN LAINNYA

JUMLAH (Rp.)

1 2 3 4 5

JUMLAH

Jumlah bulan ini Rp.

Jumlah s.d. bulan lalu Rp.

Jumlah s.d. bulan ini Rp.

………, tanggal ………

MENGETAHUI

KEPALA OHOI, BENDAHARA OHOI,

……….. ……….

Cara Pengisian:

Kolom 1diisi dengan nomor urut

Kolom 2 diisi dengan Nomor BKU pengeluaran

Kolom 3diisi dengan Tanggal Pengeluaran SPP/Bukti Pengeluaran lainnya Kolom 4diisi dengan Nomor SPP/Bukti pengeluaran lainnya.

(22)

BUKU KAS HARIAN PEMBANTU

OHOI ……… KECAMATAN ……… TAHUN ANGGARAN ………

No.

URUT TANGGAL URAIAN

PENERIMAAN (Rp.)

PENGELUARAN (Rp.)

JUMLAH (Rp.)

1 2 3 4 5

JUMLAH

………, tanggal ………

MENGETAHUI

KEPALA OHOI, BENDAHARA OHOI,

……….. ……….

Cara Pengisian :

Kolom 1diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran Kolom 3diisi dengan uraian penerimaan kas atau pengeluaran kas

Kolom 4diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas Kolom 5diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas Kolom 6 diisi dengan saldo buku kas bendahara

BUPATI MALUKU TENGGARA,

Cap/Ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar dengan arahan

Kemudian dalam manajemen sistem penerapan kebijakan e-Government melalui SIMPEG ini juga telah terlihat sangat baik dimana proses pendistribusian data dalam perubahan database

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi Prasarana Jalan Kampus

Remaja hamil berisiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan meninggal saat melahirkan.Meski mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pelayanan kesehatan

Upaya tokoh dalam hal memenuhi berbagai kebutuhan merupakan keinginan dan dorongan yang termotivasi oleh kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh manusia

(kecenderungan menaik atau menurun) dan sangat berguna untuk membuat ramalan yang sangat diperlukan bagi perencanaan. 2) Gerakan siklus (cyclical movement), adalah

Wawancara dilakukan peneliti kepada orang-orang yang dikatagorikan sebagai pengguna media sosial Path, yaitu mahasiswa unikom dengan jumlah 5 orang informan, yang

Hasil penelitian Sulistomo (2012) adalah sikap terhadap perilaku whistleblower berpengaruh positif terhadap niat seseorang untuk melakukan whistleblowing, hal ini