• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hukum Islam terhadap jual beli lelang online: studi kasus Balelang.com.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hukum Islam terhadap jual beli lelang online: studi kasus Balelang.com."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI LELANG

ONLINE

(Studi Kasus Balelang.com)

SKRIPSI

Oleh:

M. Ali Muwaffa (C72213138)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

(2)

i

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI LELANG

ONLINE

(Studi Kasus Balelang.com)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syariah dan Ekonomi Islam

Oleh:

M. Ali Muwaffa C72213138

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

v ABSTRAK

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul ‚Analisis Hukum

Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online (Studi Kasus Balelang.com)‛. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana penerapan jual beli lelang online di Balelang.com ? (2) Bagaimana analisis hukum Islam terhadap jual beli lelang online di Balelang.com ?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara (interview) dengan pihak balelang, beberapa anggota Balelang.com yaitu pelelang dan pemenang lelang kemudian dokumentasi berupa syarat dan kebijakan lelang online di Balelang.com dan beberapa gambar yang terkait setelah itu dianalisis metode analisis deskriptif dengan pola pikir deduktif lalu dikelolah dengan cara editing, organizing dan analyzing.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan jual beli lelang online di Balelang.com harus melalui beberapa tahapan yaitu registrasi sebagai anggota, setelah itu verifikasi anggota agar bisa melakukan lelang atau menawar lelang. Untuk melelang barang, pelelang atau auctioneer harus melalui prosedur yaitu dengan pilih jangka waktu lelang kemudian mengisi halaman description, category, upload picture, dan auction details dan selanjutnya menekan publish. bidder atau penawar melakukan penawaran cara menekan bid pada halaman iklan. penawar yang menjadi pemenang lelang atau winner untuk menyelesaikan transaksi dengan melakukan pembayaran menggunakan balesafe atau cara lain asal dengan kesepatan bersama. Secara hukum Islam jual beli lelang online di Balelang.com boleh karena telah memenuhi rukun dan syarat jual beli, serta pihak-pihak yang berakad telah memenuhi asas-asas jual beli, tapi menjadi batal ketika winner tidak melakukan tanggung jawabnya dengan tidak mentransfer uang pembayaran atas barang yang dimenangkannya karena telah melanggar asas janji itu mengikat dan asas amanah.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 7

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G.Definisi Operasional ... 11

H.Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KONSEP JUAL BELI LELANG DALAM ISLAM A.Jual Beli ... 18

(9)

ix

2. Dasar Hukum Jual Beli ... 19

3. Macam-macam Jual Beli ... 21

4. Rukun dan Syarat ... 26

B.Lelang ... 33

1. Pengertian Lelang ... 33

2. Dasar Hukum Lelang ... 35

3. Macam-macam Lelang ... 37

4. Asas-asas ... 38

BAB III JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM A.Profil Balelang.com ... 43

B.Penerapan Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 47

1. Pelelang ... 48

2. Penawar ... 53

3. Pembayaran ... 56

C.Permasalahan dalam Jual Beli Lelang Online ... 61

1. Auctioneer dan Winner ... 61

2. Objek Lelang ... 65

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM A.Analisis Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 67

B.Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 69

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 79

B.Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Pemberitahuan pada halaman iklan untuk winner ... 56

3.2 Alur pembayaran balesafe di balelang.com ... 57

3.3 Daftar tarif penggunaan balesafe ... 58

3.4 Aduan dari auctioneer mengenai win and run ... 63

3.5 Contoh iklan lelang yang terkena rehabilitasi ... 65

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sistem Ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler yaitu terjadi

dikotomi antara agama dan kehidupan duniawi, termasuk di dalamnya

aktivitas ekonomi telah mulai terkikis. Terjadinya dikotomi ini terjadi pada

masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa.1

Sistem ekonomi sekuler yang merajalela juga berpengaruh terhadap kaum

muslimin. Dengan perubahan tingkat sosial dan kecanggihan teknologi yang

mendominasi, serta berlakunya hukum ditambah adat dan hukum positif pada

masa dan tempat tertentu menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Hal

ini membutuhkan perhatian dan solusi pemecahan, termasuk yang berkaitan

dengan mu’a>malah.

Terlepas dari permasalahan tersebut, Islam memiliki suatu pandangan

dunia dan strategi yang seirama dengan maqa>s}id sha>ri'ah dan yang

adil bagi persoalan-persoalan yang tengah dihadapi dengan catatan ada

kemauan untuk menerapkan ajaran-ajarannya dan implementasi reformasi.2

Firman Allah dalam Q.S. Al –Ma>idah ayat 49:

1

M Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2012), 215.

2

M Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 203.

(12)

2                                                        

Artinya : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah skamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al- Ma>idah : 49)3

Mu’a>malah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang

paling baik.4 Dalam bermuamalah, manusia telah diberi keleluasaan untuk

menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun

sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, ajaran muamalah

akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki

(harta).5 Dalam hal ini Islam tidak melarang manusia dalam mencari rezeki

asal tidak melanggar larangan Allah seperti menghalalkan jual beli,

sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al – Baqarah ayat 275 :

  ....          ... 

Artinya: ‚Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.‛ (Q.S. Al – Baqarah: 275)6

3

Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), 164. 4 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 2.

5 Abdul Rahmat Ghazaly Et Al, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop, 2010), 24.

6

(13)

3

Allah juga melarang melarang manusia bermuamalah dengan cara yang

tidak baik sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. An –Nisā’ayat 29:

                                         

Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.‛ (Q.S. An –Nisā’: 29)7

Dalam bermuamalah manusia harus memperhatikan aturan-aturan yang

telah ditetapkan Allah swt dan Rasul-Nya. Dan pada dasarnya memang segala

bentuk mu’a>malah adalah mubah{ (boleh) kecuali apabila ada dalil yang

mengharamkannya.8 Untuk memenuhi kebutuhanya, manusia diberi kebebasan

dalam berhubungan dengan manusia lain, karena kebebasan merupakan unsur

dasar manusia dalam mengatur dirinya dalam memenuhi kebutuhan yang ada.

Namun kebebasaan manusia ini tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi

oleh kebebasan manusia lain. Oleh karenanya dalam pergaulan hidup, tiap-tiap

orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga diperlukan saling

toleransi agar tidak terjadi konflik dengan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al - Ma>idah Ayat 2:

                             7

Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, ... 118 8

(14)

4

Artinya: ‚Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.‛ (Q.S. Al- Ma>idah : 2)9

Teknologi yang semakin maju pada masa ini membuat manusia semakin

variatif dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam hal perdagangan semakin

majunya teknologi menjadi sebuah hal yang bisa dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan

melakukan perdagangan melalui internet. Internet mulai banyak dimanfaatkan

sebagai media aktivitas bisnis terutama karena kemudahannya untuk

melakukan berbagai hal dalam perdagangan. Aktivitas perdagangan melalui

media internet ini disebut dengan electronic commerce (e-commerce).

E-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang

dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau

jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana

elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis,

dan sistem pengumpulan data otomatis.10 Model transaksi macam ini tidak

memerlukan penggunanya untuk bertemu secara langsung, cukup hanya

menggunakan internet sebagai perantara.

Saat ini model transaksi e-commerce sangat berkembang dengan

maraknya jual beli yang dilakukan secara online dan jual beli lelang online.

Salah satu penyedia layanan jual beli lelang online yaitu Balelang.com

9

Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, ... 152 10

(15)

5

(www.balelang.com), di situs ini para penjual bisa mejual apapun barangnya

dengan cara lelang yang dilakukan secara online.

Jual beli sendiri pertukaran suatu barang dengan barang yang lain atas

dasar sukarela yang kepemilikan hak atas barangnya beralih saat barang di

berikan. Dan lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului

dengan pengumuman lelang.11

Balelang.com sendiri merukapan situs yang menjadi wadah bagi penjual

dan pembeli dengan cara lelang online. Pengguna cukup melakukan registrasi

menjadi anggota Balelang.com untuk melakukan penjualan atau pembelian

secara lelang online. Balelang.com dalam kegiatannya mempunyai moto

‚berani tawar berani bayar‛ sehingga ditekankan bagi para anggota atau

member yang bergabung dalam situ Balelang.com untuk selalu bertanggung

jawab atas penawarannya.

Untuk melelang barangnya tentu pengguna wajib menjadi anggota

terverifikasi setelah menjadi anggota pengguna bisa melelang barangnya

sesuai ketentuan Balelang.com, dengan cara registrasi kemudian memenuhi

persyaratan yang telah di tentukan oleh Balelang.com.

Selanjutnya untuk melakukan penawaran, penawar juga harus menjadi

anggota terverifikasi di Balelang.com kemudian memilih barang yang ingin

dibeli kemudian bersaing dengan penawar lain dengan tawaran naik, setelah

11

(16)

6

lelang berakhir maka Balelang.com akan mengirim pesan pada pemenang

untuk menindak lanjuti pembelian. Pembelian dilakukan dengan metode

pembayaran dengan transfer dan setelah ditransfer dengan jumlah uang

seharga barang yang sudah dimenangkan, maka penjual mengirim barang

kepada pemenang lelang.

Namun dalam praktinya tentu jual beli secara online ini memiliki

permasalahan seperti adanya penawar yang sudah menjadi pemenang lelang

tapi tidak melakukan pembayaran. Hal menyebabkan kerugian di pihak

penjual karena dalam lelang penjual melelang barangnya dengan batasan

waktu sehingga jika ada pembeli yang menjadi pemenang lelang tapi tidak

melakukan kewajibanya maka penjual akan merasa dirugikan karena telah di

kecewakan oleh pembeli.

Kemudian terdapat juga pelelang barang yang memajang barang

lelangnya tapi tidak berminat menjualnya. Maksudnya yaitu adanya penjual

yang melelang barangnya dengan harga Rp 0 dan penawaran Rp 0, hingga ini

menyebabkan pertanyaan ke peneliti untuk apa melakukan lelang tapi seperti

tidak berniat untuk menjualnya ?

Selanjutnya terdapat objek lelang seperti motor dan mobil yang dalam

deskripsi dan fotonya tidak dicantumkan bukti kepemilikan barang dari objek

tersebut sehingga menurut peneliti menyebabkan keraguan bagi para calon

pembeli karena ketidak jelasan tersebut.

Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti

(17)

7

lelang online (studi kasus Balelang.com). Kajian skripsi ini, dapat memberikan

wawasan tentang penjelasan dalam aspek hukum Islam tentang jual beli lelang

online untuk menyikapi berbagai macam pola kegiatan mu’a>malah yang ada.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan dapat

muncul dalam penelitian ini. Di antaranya yaitu:

1. Akad yang dipakai dalam jual beli lelang online di Balelang.com.

2. Objek dalam jual beli lelang online di Balelang.com.

3. Persyaratan peserta lelang di Balelang.com.

4. Metode pembayaran di Balelang.com.

5. Adanya potensi pelanggaran akad yang dilakukan pelelang atau pembeli

di Balelang.com

6. Hukum Islam terhadap jual beli lelang online di Balelang.com.

Dari beberapa identifikasi masalah diatas, kiranya perlu peneliti

membatasi pembahasan mengenai masalah dalam penelitian ini agar

penelitian penelitian ini lebih terarah pada ruang lingkupnya dan

permasalahannya.

1. Penerapan jual beli lelang online di Balelang.com.

(18)

8

C.Rumusan Masalah

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini sesuai dengan

permasalahan dari judul tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan jual beli lelang online di Balelang.com ?

2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap jual beli lelang online di

Balelang.com ?

D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang penelitian yang

sudah pernah dilakukan tentang masalah yang akan diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan dari

penelitian yang telah ada. Beberapa karya ilmiah yang pernah peneliti kaji

yang membahas tentang lelang online sebelum pembuatan skripsi ini di

antaranya yaitu:

Pertama, Tesis yang ditulis oleh Hendra Wati Soesabdo dengan judul

‚Jual Beli Secara Lelang Melalui Internet: Studi Program Aplikasi Jalintrade

E-Auction PT Telekomunikasi‛.12 Penelitian mengambil permasalahan hukum

apa yang timbul dalam pelaksanaan jual beli secara lelang melalui internet dan

bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak yang mengikuti lelang

melalui internet. Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis

normatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jual beli melalui Jalin trade

12

Hendra Wati Soesabdo, ‚Jual beli secara lelang melalui internet: studi program aplikasi

(19)

9

auction bukanlah merupakan golongan pengertian lelang sebagaimana yang

diatur dalam Vendu Reglement (UU lelang di Indonesia). Meskipun sama

membahas lelang online tapi perbedaannya terletak pada fokus pembahasan

yaitu perlindungan hukum terhadap peserta lelang yang di analisis dari sudut

pandang Vendu Reglemen sedangkan Skripsi ini fokus pembahasan terdapat

pada penerapan jual beli lelang online yang dianalisis dengan hukum islam.

Kedua, Tesis yang ditulis oleh Mahmud Muhsini yang berjudul ‚Lelang di

Internet dan Problematikanya dalam Fiqih Islam‛ .13 Penelitian ini membahas

problematika yang terjadi dalam lelang di internet dimana beragamnya model

aturan main lelang online yang kemudian di analisis dengan fiqih Islam. Hasil

dari penelitian ini adalah boleh menurut fiqih Islam selama memenuhi rukun

dan syarat jual beli, serta tidak ada unsur judi, dzalim, riba, gharar dan najsy.

Meskipun sama membahas tentang lelang online tapi perbedaannya terletak

pada fokus masalah yaitu beragamnya aturan main lelang online sedangkan

dalam skripsi ini terfokus pada masalah yang terdapat pada penerapan atau

praktik jual beli lelang online di situs Balelang.com.

Untuk permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini berbeda dengan

pembahasan yang ada pada skripsi sebelumnya, yaitu bahwa skripsi yang

berjudul ‛Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online (Studi

Kasus Balelang.com)‛ dalam pembahasan ini yang diteliti adalah penerapan

jual beli lelang online yang terdapat masalah didalamnya dan dianalisis

dengan Hukum Islam.

13

(20)

10

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan jual beli lelang online di Balelang.com

2. Untuk mengetahui analisis Hukum Islam terhadap jual beli lelang online

di Balelang.com

F. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian di atas, semoga dapat berguna baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara teoritis, untuk menambah khazanah pengetahuan khususnya yang

berkaitan dengan jual beli lelang online dalam Hukum Islam, sehingga

dapat dijadikan informasi atau input bagi pembaca dalam menambah

pengetahuan tentang Hukum Islam.

2. Secara praktis :

a. Diharapkan hasil dari skripsi ini sebagai bahan masukan sekaligus

sumbangsih kepada para pemikir Hukum Islam untuk dijadikan sebagai

salah satu metode ijtihad terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul di

permukaan yang belum diketahui status hukumnya.

b. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan pemahaman

studi Hukum Islam bagi mahasiswa fakultas syari’ah pada umumnya

(21)

11

G.Definisi Operasional

Supaya tidak salah faham mengenai kandungan judul dan untuk

memudahkan dalam memahami hal-hal yang dimaksud, kiranya perlu

penjelasan istilah yang terdapat pada judul sebagai berikut:

Hukum Islam : Peraturan dan ketentuan hukum Islam yang

bersumber dari al-Qur’an, Hadis, dan pendapat

Ulama yang membahas tentang jual beli lelang (bai’

al-muza>yadah)

Jual Beli Lelang Online : pertukaran barang antara penjual dan pembeli

dimana dalam perosesnya sejumlah calon pembeli

bersaing menawar dengan harga yang meningkat

yang dilakukan melalui media internet.

Balelang.com : Situs yang menjadi tempat bagi para pelelang dan

pembeli dengan metode lelang secara online melalui

internet.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yakni penelitian yang tidak menggunakan angka dalam

mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.14

(22)

12

1. Lokasi Penelitian

Situs Balelang.com dan Balelang Center di Jl.Perumnas seturan Blok A

Nomor 11, Desa Caturtunggal, Kecamatan Sleman, Yogyakarta.

Profil dari Balelang.com dapat dilihat dalam situs

balelang.com/pusat-bantuan/tentang-balelang-com/.

2. Data yang dikumpulkan

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini

data yang dikumpulkan sebagai berikut :

a. Data mengenai jual beli lelang online di Balelang.com

b. Data mengenai ketentuan – ketentuan jual beli dan lelang dalam

Hukum Islam.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16 mei 2017 sampai tanggal 17 juli

2017

4.Sumber Data

a. Data Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh seorang peneliti dari

sumber asli.15 Berikut adalah subjek penelitian yang diperoleh:

1) Zulfan selaku tim leader Balelang.com16

2) Anggota Balelang.com yang terdiri dari:

15 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2008), 103. 16

(23)

13

a) Pelelang atau auctioneer bernama Habibi Ahmad17

b) Pemenang lelang atau winner bernama Adi18

c) Pemenang lelang atau winner bernama Nia19

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya

sudah dalam bentuk publikasi.20 Dan merupakan data yang brsifat

membantu dalam melengkapi serta memperkuat dari data primer

tersebut, yaitu berupa buku daftar pustaka, seperti:

1) Al-Qur’a>n dan al-Hadis.

2) Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam

3) Balelang.com

4) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah

5) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah

6) Rachmadi Usman, Hukum Lelang

7) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah

8) Said Agil Husin Al Munawar, Membangun Metodologi Ushul Fiqh

9) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 5

10) Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu

11) Beberapa bahan pustaka lain yang berhubungan atau

mendeskripsikan landasan teori

17

Habibi Ahmad, Wawancara, via My Messages balelang.com, 21/05/2017 18

Adi, Wawancara, via My Messages balelang.com pada, 22/05/2017 19

Nia, Wawancara, via whatsapp, 23/05/2017

(24)

14

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara lengkap, maka diperlukan adanya

teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan

pengumpulan data yang secara nyata digunakan dalam penelitian,

adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1) Interview (Wawancara)

Merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.21 Peneliti melakukan Interview berkaitan

dengan lelang online dan beberapa masalahnya kepada satu orang dari

tim leader Balelang.com, satu orang pelelang atau penjual dan dua

orang pemenang lelang.

2) Dokumentasi

merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan data dengan

mencari dokumen. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah

berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.22 Dalam hal ini peneliti mencari

dokumen terkait jual beli lelang online berupa peraturan dalam

Balelang.com dan aduan anggota lelang di Balelang.com.

21

(25)

15

d. Teknik Pengolahan Data

Pengelolahan Data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan

data dilaksanakan.23 Setelah seluruh data terkumpul maka dilakukan

analisis data secara kualitatif dengan tahapan sebagai berikut:

1) Editing, yaitu pengecekan atau pengkoreksian data yang

dikumpulkan.24 Peneliti memperoleh data dari situs Balelang.com dan

wawancara dengan beberapa narasumber yang diperlukan untuk

meneliti kembali kejelasan makna, keselarasan antara yang satu

dengan yang lainnya serta keseragaman.

2) Organizing, merupakan penyusunan kembali data yang telah didapat

dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Dalam hal

ini peneliti menyusun sekaligus mensistematiskan data-data yang

diperoleh dari Balelang.com dalam rangka untuk memaparkan apa

yang telah dirancang sebelumnya, sehingga siap dianalis lebih lanjut.

3) Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah. Dalam hal ini adalah data yang di peroleh dari

Balelang.com

23

Burhan Bungins, Metodologi Penelitian Sosial dan ekonomi: Format-format Kuantitatif dan Kualitati, (Surabaya: Kencana, 2013), 182.

24

(26)

16

e. Metode Analisis Data

Analisis data yaitu mengorganisasikan data yang terkumpul yang

meliputi catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,

dokumen dengan demikian analisis data mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberikan kode dan mengorganisasikan data.25

selanjutnya akan dianalis dengan menggunakan metode deskriptif

analisis veri yakni mendeskripsikan data-data yang diperoleh tentang

jual beli lelang online yang bersifat umum selanjutnya dianalisis dengan

hukum Islam setelah itu ditarik kesimpulan

Dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu metode berpikir

yang pada awalnya mengemukakan teori-teori bersifat umum tentang

jual beli lelang yang ada hubungannya dengan hukum Islam, selanjutnya

digunakan untuk menganalisis kasus yang terjadi di Balelang.com,

dengan analisis terhadap penerapan atau praktik jual beli lelang online.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran sederhana dan

menyeluruh, maka peneliti membuat sistematika yang bertujuan untuk

mempermudah pembahasan. Sistematika penelitian saling berkaitan antara

bab satu dengan bab lainnya. Sedangkan gambaran umumnya adalah sebagai

berikut:

25

(27)

17

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

pembahasan tentang Analisis Hukum Islam terhadap Jual Beli Lelang Online

(Study Kasus Balelang.com).

Bab kedua merupakan pembahasan tentang kosep dasar jual beli dan

Lelang dalam Islam, yang terdiri dari pengertian jual beli yamg terdiri dari

pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, macam-macam jual beli, rukun dan

syarat dan macam-macam jual beli. Lelang atau muzayadah yang terdiri dari

pengertian lelang, dasar hukum lelang, macam-macam lelang, dan asas-asas.

Bab ketiga merupakan pembahasan tentang jual beli lelang online di

Balelang.com yang meliputi profil Balelang.com, penerapan jual beli lelang

online dan permasalahan dalam jual beli lelang online.

Bab keempat merupakan analisis jual beli lelang online di Balelang.com

ditinjau dari perspektif hukum Islam yang berdasarkan pada hasil penelitian di

situs Balelang.com.

Bab kelima penutup, skripsi ini ditutup dengan mengemukakan

kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan pada

bab pendahuluan. Juga dikemukakan sejumlah saran sebagai aplikasi dari

(28)

18

BAB II

KONSEP JUAL BELI LELANG DALAM ISLAM

A.Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi

berarti menjual atau mengganti. Wahbah az-Zuhaily mengartikannya secara

bahasa dengan ‚menukar barang dengan barang‛1. Kata al-ba’i dalam

bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata

al-shira> (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i berarti jual, tetapi sekaligus juga

berarti beli.

Menurut Rahmat Syafe’i jual beli diartikan

ِءْىشلاِبِءيشلاُةَلَ ب اَقُم

Artinya: Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)2

Menurut Hendi Suhendi, jual beli adalah suatu perjanjian

tukar-menukar barang atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara

kedua belah pihak , yang satu menerima benda-benda dan pihak lain

1Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie,dkk, 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 25.

2

(29)

19

menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

dibenarkan syara, dan disepakati.3

Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud jual beli (ba’i) dalam syariat

adalah pertukaran harta dengan harta dengan saling meridhai, atau

pemindahan kepemilikan dengan penukar dalam bentuk yang diizinkan.4

Dari definisi - definisi di atas, bisa difahami bahwa jual beli merupakan

suatu perjanjian atau akad dimana terjadi pertukaran barang dengan barang

atau barang atas dasar ridha dan sesuai dengan syariat.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli dalam Islam hukumnya boleh berdasakan dalil-dalil al-Qur’a>n,

hadis, serta ijma’. Berikut merupakan dasar hukum dari kebolehan jual

beli:

a. Al-Qur’a>n

            ... 

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu ... (QS. al-Baqarah :198)5

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa tidak dosa apabila

mencari rizki dari perniagaan termasuk didalamnya jual beli asal masih

sesuai dengan kententuan dalanm Islam.

  ...      ...  3

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persabda, 2002), 68.

4

Sayyid Sabiq, Fiqih Islam, Abu Syauqina, dkk, 5 (Jakarta: PT. Tinta Abadi Geminlang, 2013), 34

5Deparetemen Agama RI, al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Depok: Cahaya Qur’a>n, 2008), 24

(30)

20

Artinya: ‛... Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...‛ (QS. al-Baqarah :275)6

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwasanya jual beli

dibolehkan dalam Islam dan juga menjelaskan bahwa riba merukapan

suatu yang haram.

 ...            ... 

Artinya: (... Kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu ...‛ (QS. An-Nisa> 29)7

Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa dasar dari akad jual beli

adalah kerelaan semua pihak yang bersangkutan.

b. Hadis

اَبَأ ُتْعََِ

يِرْدُْْا ٍدْيِعَس

َلاَق ُلوُقَ ي

ُلْوُسَر

َملَسَو ِْيَلَع ُه ىلَص ِه

اََِإ

ٍضاَرَ ت ْنَع ُعْيَ بْلا

اورُ

جام نبا

َ

Artinya:saya mendengar Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata Rasulullah Saw bersabda "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)". (HR.Ibnu Majah)8

Maksudnya adalah saat melakukan jual beli harus dengan kerelaan

tanpa paksaan dari pihak manapun.

َب ْنَع َملَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص َِا ُلْوُسَر ىَهَ ن :َلاَق َُْع َُا َيِضَرَةَرْ يَرُ َِِا ْنَع

ِعي

ِرَرَغْلا ِعْيَ ب ْنَعَوِةاَصَحا

اورُ

ملسم

َ

Artinya: Dari Abu Huraira r.a: Rasulullah Saw. Melarang jual beli dengan cara melempar kerikil kepada yang dibelinya (bai’ al

6

Ibid., 36.

7

Ibid., 65.

(31)

21

hasha) dan melarang menjual barang yang tidak jelas rupa dan sifatnya (bai’ al-gharar). (HR. Muslim)9

Maksudnya adalah bahwasa Rasulullah melarang jual beli dengan

cara lemparan yaitu penjual melempar kerikil ke suatu barang dan

barang itulah yang dijual ke pembeli, dan rasulullah juga melarang jual

beli yang tidak jelas bentuk dan sifatnya (gharar)

c. Ijma’

Dari kandungan ayat-ayat dan hadis yang dikemukakan di atas

sebagai landasan hukum jual beli, para ulama fiqh mengambil suatu

kesimpulan bahwa jual beli itu hukumnya mubah (boleh). Akan tetapi,

menurut Imam asy-Syatibi hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam

situasi tertentu. Contohnya, bila pada waktu tertentu terjadi praktek

ihtika>r, yaitu penimbunan barang, sehingga persediaan hilang dari pasar

dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek semacam itu, maka

pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-barang sesuai

dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang tersebut.10

3. Macam-macam Jual beli

Adapun macam-macam jual beli yang perlu kita ketahui, antara lain yaitu:

a. Jual beli yang s}ah}i>h}

Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang s}ah}i>h} apabila jual

beli tersebut disyari'atkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan,

9 Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al-Mundziri, Ringkasan shahih Muslim, Syinqithy Djamaludin, H.M. Mochtar Zoerni, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013), 534.

(32)

22

bukan milik orang lain, tidak bergantung pula pada hak khiyar lagi, jual

beli seperti ini dikatakan sebagai jual beli yang s}ah}i>h}. Misalnya,

seseorang membeli sebuah kendaraan roda empat. Seluruh rukun dan

syarat jual beli telah terpenuhi, kendaraan roda empat itu telah diperiksa

oleh pembeli dan tidak ada cacat, tidak ada yang rusak, tidak ada

manipulasi harga dan harga buku (kwitansi) itupun telah diserahkan,

serta tidak ada lagi hak khiyar dalam jual beli itu. Jual beli yang

demikian ini hukumnya s}ah}i>h} dan telah mengikat kedua belah pihak.11

b. Jual beli barang yang bat}il

Yaitu jual beli yang apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak

terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan sifatnya tidak

disyari'atkan, seperti jual beli yang dilakukan oleh anak-anak, orang gila,

atau barang yang dijual itu barang-barang yang diharamkan syara',

seperti bangkai, darah, babi, dan khamar.

Adapun jenis-jenis jual beli yang bat}il adalah:

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat menyatakan

jual beli seperti ini tidak sah atau bat}il. Misalnya, memperjual

belikan buah yang putiknya pun belum muncul di pohonnya atau anak

sapi yang belum ada, sekalipun di perut ibunya telah ada.

2) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan kepada pembeli, seperti

menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang lepas dan

11

(33)

23

terbang di udara. Hukum ini telah disepakati oleh seluruh ulama fiqh

dan termasuk dalam kategori bai‘ al-gara>r (jual beli tipuan)

3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang pada awalnya baik,

tetapi di balik itu semua terdapat unsur-unsur penipuan. Misalnya,

memperjualbelikan kurma yang ditumpuk, di atasnya bagus-bagus

dan manis, tapi ternyata di dalam tumpukan tersebut banyak terdapat

yang busuk. Termasuk ke dalam jual beli tipuan ini adalah jual beli

al-his}s}ah (jual beli dengan lemparan batu, yang intinya jika engkau

lemparkan batu ini ke salah satu barang itu, mana yang kena itulah

yang dijual). Selain itu yang termasuk dalam jual beli yang

mengandung unsur penipuan adalah jual beli al-mulamasah (mana

yang terpegang oleh engkau dari barang itu, itulah yang saya jual).

Kemudian jual beli al-muzabanah (barter yang diduga keras tidak

sebanding).

4)Jual beli benda-benda najis. Seperti, babi, khamar, bangkai dan darah,

karena semua itu dalam pandangan Islam adalah najis.

5) Jual beli al-‘arbun yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan melalui

perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga

barang diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli

tertarik dan setuju, maka jual beli sah. Tetapi jika pembeli tidak

setuju dan barang dikembalikan, maka uang yang telah diberikan

pada penjual, menjadi hibah bagi penjual.12

(34)

24

6) Memperjual belikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak

boleh dimiliki seseorang, karena air yang tidak dimiliki seseorang

merupakan hak bersama umat manusia dan tidak boleh

diperjualbelikan.

c. Jual beli yang fasid

Ulama Hanafiyah yang membedakan jual fasid dengan jual beli

yang bat}il. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang

yang dijualbelikan, maka hukumnya batal, seperti memperjualbelikan

barangbarang haram (khamar, babi, darah). Apabila kerusakan pada jual

beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli

tersebut dinamakan fasid.

Akan tetapi jumhur ulama tidak membedakan antara jual beli yang

fasid dengan jual beli yang batil. Menurut mereka jual beli itu terbagi

menjadi dua, yaitu jual beli yang s}ah}i>h} dan jual beli yang bat}il. Apabila

syarat dan rukun jual beli terpenuhi, maka jual beli itu sah. Sebaliknya,

apabila salah satu rukun atau syarat jual beli itu tidak terpenuhi, maka

jual beli itu batal.13

d. Transaksi jual beli yang barangnya tidak ada di tempat akad Transaksi

jual beli yang barangnya tidak berada di tempat akad, hukumnya boleh

dengan syarat barang tersebut diketahui dengan jelas klasifikasinya.

Namun apabila barang tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah

diinformasikan, akad jual beli akan menjadi tidak sah, maka pihak yang

(35)

25

melakukan akad dibolehkan untuk memilih menerima atau menolak,

sesuai dengan kesepakatan antara pihak pembeli dan penjual.14

Menurut Sayyid Sabiq boleh menjualbelikan barang yang tidak

ada di majelis akad dengan syarat harus di deskripsikan dengan deskripsi

yang dapat menimbulkan pengetahuan tentangnya. Akan tetapi, apabila

ternyata berbeda maka pihak yang belum melihat barang tersebut saat

akad memiliki khiyar atau pilihan untuk melanjutkan akad atau

membatalkannya.15

e. Transaksi atas barang yang sulit dan berbahaya untuk melitanya

diperbolehkan juga melakukan akad transaksi atas barang yang tidak ada

di tempat akad, bila kriteria barang tersebut diketahui menurut

kebiasaan, misalnya makanan kaleng, obat-obatan dalam tablet, tabung

oksigen, bensin dan minyak tanah melalui kran pompa dan lainnya yang

tidak dibenarkan untuk dibuka kecuali pada saat penggunaannya, sebab

sulit melihat barang tersebut dan membahayakan.16

Selanjutnya macam-macam jual beli dilihat dari segi penetapan harga,

yaitu:17

a. Jual beli musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika

penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang

didapatnya.

14

Ibid.

15Sayyid Sabiq, Fiqih Islam, Abu Syauqina, dkk, 5 ( PT. Tinta Abadi Geminlang, 2013), 47 16Ibid, 34.

(36)

26

b. Jual beli ama>nah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan modal

jualnya (harga perolehan barang). Jual beli ama>nah ada tiga, yaitu: Jual

beli mura>bah}ah, yaitu jual beli ketika penjual menyebutkan harga

pembelian barang (termasuk biaya perolehan) dan keuntungan yang

diinginkan dan Jual beli muwad}a’ah, yaitu jual beli dengan harga di

bawah harga modal dengan jumlah kerugian yang diketahui, untuk

penjualan barang atau aktiva yang nilai bukunya sudah sangat rendah,

terakhir Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan harga modal tanpa

keuntungan dan kerugian

c. Jual beli dengan harga tangguh, bai’ bi thaman a>jil, yaitu jual beli

dengan penetapan harga yang akan dibayar kemudian. Harga tangguh ini

boleh lebih tinggi daripada harga tunai dan bisa dicicil.

d. Jual beli muza>yadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari

penjual dan para pembeli menawar, penawar tertinggi terpilih sebagai

pembeli.

4. Rukun dan Syarat

a. Rukun

Sah nya jual beli harus memenuhi rukun dan syarat nya. Rukun

sendiri adalah suatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan.

Mengenai rukun jual beli, para ulama berbeda pendapat. Dibawah ini

akan diuraikan rukun jual beli:

Menurut mazhab Hanafi, rukun jual beli hanyalah ijab dan qabul.

(37)

27

menukar atau sejenisnya (mu’atha>). Dengan kata lain, rukunnya adalah

tindakan berupa kata atau gerakan yang menunjukkan kerelaan dengan

berpindahnya harga dan barang.18

Menurut mazhab Hanafi, ijab adalah menetapkan perbuatan

khusus yang menunjukkan kerelaan yang terucap pertama kali dari

perkataan salah satu pihak, baik dari penjual seperti kata bi’tu (saya

menjual) maupun dari pembeli seperti pembeli mendahului menyatakan

kalimat , ‚saya ingin membelinya dengan harga sekian‛. Sedangkan

qabul adalah apa yang dikatakan kali kedua dari salah satu pihak.

Dengan demikian, ucapan yang menjadi sandaran hukum adalah siapa

yang memulai penyataan dan menyusulinya saja, baik itu dati penjual

maupun pembeli.

Akan tetapi, ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan

yang keluar dari orang yang memiliki barang meskipun dinyatakan di

akhir. Sementara qabul adalah pernyataan dari orang yang akan

memiliki barang meskipun dinyatakan lebih awal.19

Adapun Rukun menurut menurut jumhur ulama ada empat,

yaitu:20

1) Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli).

2) Ada sighat (lafal ijab dan qabul).

3) Ma’qud 'ala>ih (barang yang dibeli).

18Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...

28.

19Ibid, 28.

(38)

28

4) Ada nilai tukar pengganti barang (thaman).

b. Syarat

Syarat adalah sesuatu yang harus terpenuhi dalam rukun tersebut.

Syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan

jumhur ulama di atas, terbagi menjadi empat yakni syarat-syarat orang

yang berakad, syarat-syarat yang terkait dengan ijab qabul, syarat-syarat

barang yang diperjualbelikan, syarat-syarat nilai tukar (harga barang).

Syarat-syarat tersebut dipaparkan sebagai berikut:21

1) Syarat-syarat orang yang berakad

Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual

beli harus memenuhi syarat, yakni:

a) Ba>ligh dan berakal

Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan

orang gila, hukumnya tidak sah. Akan tetapi, anak kecil yang telah

mumayiz, menurut mazhab Hanafi apabila akad yang

dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti

menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akad tersebut adalah

sah. Sebaliknya, jika akad itu membawa kerugian bagi dirinya,

seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewakafkan,

atau menghibahkannya, maka tindakan tersebut hukumnya tidak

boleh dilaksanakan. Sedangkan apabila transaksi yang dilakukan

anak kecil yang telah mumayiz mengandung manfaat dan mud}a>ra>t

(39)

29

sekaligus, seperti jual beli, sewa menyewa dan perserikatan

dagang, maka transaksi ini hukumnya sah jika walinya

mengizinkan. Dalam hal ini, wali dari anak kecil yang telah

mumayiz tersebut telah benar-benar mempertimbangkan

kemas}lah}atan anak tersebut.

Jumhur ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan

akad jual beli itu harus sudah ba>ligh dan berakal. Apabila anak

kecil yang telah mumayiz, maka jual belinya tidak sah, sekalipun

mendapat izin dari walinya.

b) Yang melakukan akad adalah orang yang berbeda

Artinya adalah seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu

yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.

Misalnya, Rahmi menjual sekaligus membeli barangnya sendiri,

maka jual belinya tidak sah.

2) Syarat-syarat yang terkait dengan ijab qabul

Para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual beli adalah

kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat

dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh

mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul22adalah qabul harus sesuai

dengan ijab, dan ijab qabul dilakukan dalam satu majelis. Syarat-syarat

tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

22Ibid., 72-74

(40)

30

a) Qabul sesuai dengan ijab

Maksudnya adalah terdapat kesesuaian antara qabul dan ijab.

Misalnya penjual mengatakan: ‚Saya jual baju ini seharga Rp

30.000,00‛, lalu pembeli menjawab: ‚Saya beli baju ini dengan harga

Rp 30.000,00‛. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual

beli tidak sah.

b) Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis

Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan

membicarakan topik yang sama. Apabila penjual mengucapkan ijab,

lalu pembeli berdiri sebelum mengucapkan qabul, atau pembeli

melakukan aktivitas lain yang tidak terkait dengan masalah jual beli,

kemudian ia mengucapkan qabul, maka menurut kesepakatan ulama

fiqh, jual beli ini tidak sah sekalipun mereka berpendirian bahwa ijab

tidak harus dijawab langsung dengan qabul. Dalam hal ini, mazhab

Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh

saja diantarai waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat

untuk berpikir. Namun, mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat

bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama yang dapat

menimbulkan dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.23

3) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (ma’qud ‘alaih)

Syarat-syarat yang terkait barang yang diperjualbelikan adalah

barang tersebut ada, barang tersebut bermanfaat bagi manusia, barang

(41)

31

tersebut milik seseorang, serta diserahkan pada waktu yang disepakati.

Syarat-syarat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:24

a) Barang tersebut ada

Barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

Misalnya pada suatu toko, karena tidak mungkin memajang semua

barangnya, maka sebagian diletakkan pedagang di gudang atau masih

di pabrik. Tetapi, secara meyakinkan barang itu dapat dihadirkan

sesuai dengan persetujuan mereka. barang yang ada di gudang atau di

pabrik ini dihukumi sebagai barang yang ada.

Dikecualikan menurut sebagian ulama hanafi, jual beli salam,

istishna>’, dan menjual buah di atas pohon setelah muncul

sebagiannya.25

b) Barang tersebut bermanfaat bagi manusia

Barang tersebut dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi

manusia. Maka, bangkai, khamr, dan darah tidak sah untuk dijadikan

objek jual beli, karena dalam pandangan syara’ benda-benda tersebut

tidak bermanfaat bagi muslim.

c) Barang tersebut milik seseorang

Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh

diperjualbelikan, seperti memperjualbelikan bikan di laut atau emas

dalam tanah, karena ikan dan emas ini belum dimiliki penjual.

24Abdul Rahman Ghazaly, et. Al., Fiqh Muamalat ... 75-76. 25Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...

(42)

32

d) Diserahkan pada waktu yang disepakati

Barang tersebut boleh diserahkan saat akad berlangsung atau

pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

4) Syarat-syarat nilai tukar (Harga barang)

Dalam hal ini, para ulama fiqh membedakan tsaman dengan

al-si’r. Menurut mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di

tengah-tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as-si’r adalah

modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke

konsumen (pemakai). Maka, harga barang terbagai menjadi dua, yakni

harga antar pedagang dan harga antara pedagang dan konsumen (harga

jual di pasar). Oleh sebab itu, harga yang dapat dipermainkan oleh para

pedagang adalah al-tsaman.

Syarat-syarat al-tsaman menurut ulama fiqh sebagai berikut:26

a) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya

b) Dapat diserahkan pada waktu akad. Apabila harga barang itu dibayar

kemudian (berutang) maka waktu pembayarannya harus jelas.

c) Bukan barang yang diharamkan oleh syara’. Apabila jual beli itu

silakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-muqayadhah)

maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang

diharamkan oleh syara’, seperti babi dan khamr.

(43)

33

B.Lelang

1. Pengertian Lelang

Lelang merupakan bagian dari jual beli yang dilihat dari penetapan

harga. Secara umum lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk

umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului

dengan pengumuman lelang.27

Adapun menurut Rahmadi Usman, lelang adalah suatu bentuk

penjualan barang yang dilakukan secara terbuka untuk umum dengan

penawaran yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga

tertinggi, yang diajukan secara tertulis maupun secara lisan, sebelum nya

didahului pemberitahuan tentang akan adanya pelelangan atau penjualan

barang.28

Jual-beli menggunakan sistem lelang dalam pandangan Islam disebut

sebagai bai muza>yadah. Jual beli muza>yadah (lelang), yaitu jual beli

dengan penawaran dari penjual dan para pembeli menawar, penawar

tertinggi terpilih sebagai pembeli.29 Cara jual beli dengan sistem lelang

yang dalam penjualan tersebut berbentuk perjanjian yang akan

menghasilkan kata sepakat antara pemilik barang maupun orang yang akan

27 Pasal 1 ayat (1), Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

28Rahmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 21.

(44)

34

membeli barang tersebut, baik berupa harga yang ditentukan maupun

kondisi barang yang diperdagangkan.30

Menurut Wahbah Az-Zuhaili, Jual beli muza>yadah (jual beli lelang)

adalah menjual barang pada orang yang memberikan tambahan harga. Hal

ini boleh dan tidak termasuk dalam jual beli yang dilarang.31

Dari definisi-definisi diatas dapat difahami bahwasanya lelang

merupakan bagian dari jual beli dimana penjual menjual barangnya dimuka

umum dengan penawaran yang semakin meningkat untuk menemukan

penawaran tertinggi. Karna lelang merupakan bagian dari jual beli maka

ketentuan-ketentuan yang belaku dalam jual beli juga berlaku pada lelang.

Jual beli secara lelang tidak termasuk praktik riba meskipun ia

dinamakan bai’ muza>yadah dari kata ziyadah yang bermakna tambahan

sebagaimana makna riba, namun pengertian tambahan di sini berbeda.

Dalam muza>yadah yang bertambah adalah penawaran harga lebih dalam

akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau bila lelang dilakukan oleh

pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran. Sedangkan

dalam praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang

tidak diperjanjikan di muka dalam akad pinjam-meminjam uang atau

barang ribawi lainnya.32

30 Candra, dkk. "Framework E-Auction Berbasis Syariah Untuk Membangun Kepercayaan Konsumen Dalam Menggunakan Sistem Lelang." Jurnal Sains dan Teknologi Industri 13.1 (2016). 60.

31Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...

172

32

(45)

35

2. Dasar Hukum Lelang

Berikut merupakan hadis yang berkaitan dengan lelang:

نِا ُلْوُقَ يََِِْمْلا ىَلَع َُْع َُا َيِضَرٍرِماَع َنْبَةَبْقُع َعََِ ُنَاَةَساَُُ ِنْب ِنَْْرلاِدْبَع ْنَع

َِا َلْوُسَر

َع َعاَتْبَ ي ْنَا ِنِمْؤُمْلِل لََِ َََف ِنِمْؤُمْلاوُخَا ُنِمْؤُمْلَا" :َلاَق َملَسَو ِْيَلَع َُا لَص

ِْيِخَا ِعْيَ ب ىَل

"َرَذَي ىَح ِْيِخَاِةَبْطِخ ىَلَع ُبُطََْ َاَو

اورُ

ملسم

َ

Artinya: diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Syumsah bahwa dia berkata pernah mendengar ‘Uqbah bin Amir r.a. berpidato diatas mimbar, dia berkata, ‚Sesungguhnya, Rasulullah Saw. Bersabda, Orang Mukmin merupakan saudara Mukmin lainnya, maka tidak halal bagi seorang Mukmin membeli barang yang sedang ditawar saudaranya, dan tidak halal pula melamar yang sedang dilamar

saudaranya sampai dia meninggalkannya (terlebih dahulu).‛33

Hadis di atas menjelaskan larangan menawar barang dagangan orang

lain. Para ulama memberikan penjelasan tentang hukum menawar atas

tawaran orang lain, bahwa yang demikian itu tidak lepas dari empat

bagian:34

1. Penjual menunjukkan keridhaannya atas jual beli, hal ini menyebabkan

haramnya orang lain untuk menawar jual beli yang dilakukan antara

penjual dengan pembelinya yang pertama.

2. Hendaknya adanya kejelasan ketidak ridhaan si penjual atas tawaran si

pembeli.

3. Tidak ada sesuatu yang menunjukkan ridha dari kedua belah pihak juga

dengan sebaliknya, dalam keadaan seperti ini maka menawar juga

tidak dibolehkan, juga menambah harga penawaran.

33 Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al-Mundziri, Ringkasan shahih Muslim, Syinqithy Djamaludin, H.M. Mochtar Zoerni, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013), 446.

34 Said Agil Husain Al Munawar, Membangun Metodologi Ushul Fiqh Telaah Konsep Al-Nadb

(46)

36

4. Ada nya kejelasan bahwa keduanya ridha akan jual beli tetapi sikap

ridhanya tidak dilakukan dengan cara yang sharih (jelas), dalam

keadaan seperti ini juga dilarang melakukan penawaran.

: َلاَق ، ٍبَْو ُنْبا َِثدَح ،ِمَكَْحاِدْبَع ِنْب َِاِدْبَع ُنْب ُدمَُُاَن ، ءََْمِإ ٍدِعاَص ُنْب ِدمَُُ اََ ث

َِثدَح

َخ َِِأ ِنْب َِاِدْيَ بُع ْنَع ،ِكِلاَم ُنْبُرَمُع

َُل ُلاَقُ ي َُخَر ُتْعََِ :َلاَق ،َمَلْسَأ ِنْبِدْيَز ْنَع ،ٍرَفْع

ْنَأ َِا ُلوُسَر ىَهَ ن :َلَقَ ف ،ِةَدَياَزُمْلا ِعْيَ ب ْنَع َرَمُع َنْب َِاَدْبَع ُلَأْسَيَوَُو ،ا رِجاَت َناَكٌرْهَش

َعيِبَي

ْلااِإَرَذَي ىَحٍدَحَأ ِعْيَ ب ىَلَع ْمُكُدَحَأ

.َثيِراَوَمْلاَو َمِعاََغ

اورُ

دْأ

َ

Artinya: Abu Muhammad bin Sha’id mendiktekan kepada kami,

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Al Hakim menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepadaku, Umar bin Malik menceritakan kepadaku dari Ubaidullah bin Abu Ja’far, dari Zaid bin Aslam, ia berkata, ‚Aku mendengar seorang laki -laki, yang dipanggil dengan sebutan Syahr, yang berprofesi sebagai pedagang, bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang hukum transaksi Muza>yadah, Abdullah bin Umar menjawab,

‚Rasulullah melarang menjual sesuatu atas apa yang telah dijual oleh saudaranya sampai saudaranya tersebut membiarkannya,

kecuali dalam masalah harta rampasan perang dan warisan.‛35

Hadis diatas menjelaskan bahwasanya Rasulullah melarang jual beli

Muza>yadah kecuali dalam hal harta rampasan dan warisan.

،َجاَتْحاَف ،ٍرُبُد ْنَع َُلاَم ََُغ َقَتْعَأ َُجَر نَأ :اَمُهْ َع َُا َيِضَر ،َِاِدْبَع ِنْب ِرِباَج ْنَع

َُذَخَأَف

لَص ِِ لا

َُا

ِْيَلَع

.؟ ِِّم ِيََِْشَي ْنَم :َلاَقَ ف َملَسَو

،اَذَكَو اَذَكِب َِاِدْبَع ُنْب ُمْيَعُ ن ُاَرَ تْشاَف

ِْيَلِإ َُعَ فَدَف

.

ُ

اور

َيراحبلا

Artinya: dari Jabir bin ‘Ab-dullah: seorang laki-laki telah memutuskan bahwa sepeninggalnya ia akan memerdekakan budaknya; tak lama kemudian ia membutuhkan uang, maka Nabi Saw.

Membawa budak itu dan berkata, ‚siapa yang akan membeli budak ini dari dariku?‛. Nu’aim bin ‘Ab-dullah membeli dengan

(47)

37

harga sekian dan Nabi Saw memberikan hasil dari penjualan budak itu kepada pemiliknya.36

Hadis diatas menjelaskan bahwasanya rasul melakukan menjual barang

dimuka umum sama seperti dengan muza>yadah.

َع ْن

ْا

َِا َلوُسَر نَأ ٍكِلاَم ِنْب ِسَن

ا سْلِح َعاَب َملَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص

َقَو

ََِْشَي ْنَم َلاَقَو ا حَد

ي

ِْحا اَذَ

َحَدَقْلاَو َسْل

َأ ٌلُجَر َلَقَ ف

ِب اَمُهُ تْذَخ

ِد ْر

لَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص ِِ لا َلاَقَ ف ٍمَ

ْنَم َم

ُديِزَي

ِْيَََْرِد ٌلُجَر ُاَطْعَأَف ٍمَْرِد ىَلَع

َ ف

ُهَعاَب

َيذمَلا اورُ .ُِْم اَم

Artinya: Dari Anas bin malik, Rasulullah S.a.w. menjual sehelai hils (alas yang biasanya digelarkan di rumah) dan sebuah qadah (gelas).

Beliau menawarkan: ‚Siapakah yang mau membeli hils dan qadah

ini?‛, Seorang berkata: ‚Saya siap membeli kedua dengan harga satu dirham.‛ Nabi menawarkan lagi, hingga dua kali: ‚Man yazid ‘ala dirhamin (siapakah yang mau menambahkan pada satu dirham)?‛ lalu seseorang menyerahkan dua dirham kepada Rasulullah. Beliau pun menjual kedua benda itu kepadanya37

Hadis diatas menunjukan bahwasanya Rasulullah pernah

mempraktekan lelang pada masanya, maka dari hadis diatas atas bisa

menjadi dasar kebolehan praktik lelang pada saat ini asal tetap sesuai

dengan ketentuan – ketentuan dalam Islam.

3. Macam- macam lelang

Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan

lelang naik. keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:38

a. Lelang turun merupakan suatu penawaran yang pada mulanya membuka

lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya

36Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul-Lathif Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Cecep Syamsul Hari,dkk, (Bandung: Mizan 1997), 402

37 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah At-Tirmidzi, Jami’ At-Tirmidzi, (Riyadh: Al-Mutaman Tradingest, tt), 217

(48)

38

diberikan kepada calon pembeli dengan penawaran tertinggi yang

disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa penjual

untuk melakukan lelang, dan biasanya ditandai dengan ketukan.

b. Lelang naik merupakan penawaran barang tertentu kepada penawar yang

pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin

naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga

tertinggi

Dari cara penawarannya jenis lelang dibedakan atas lelang lisan dan

lelang tertulis. Dalam lelang lisan, penawaran harganya dilakukan secara

lisan cukup mengucapkan atau menyatakan dengan tutur kata didepan

peserta lelang. Sedangkan dalam lelang tertulis, penawaran harganya

dilakukan secara tertulis. Penjual atau pejabat lelang telah menyiapkan

harga barang yang akan dilelang kepada peserta. Peserta lelang tinggal

menawarkan sesuai harga yang diinginkannya.39

4. Asas-asas

Lelang adalah bagian dari jual beli oleh sebab itu asas-asas yang

berlaku dalam akad jual beli juga berlaku dalam akad lelang. Akad sendiri

adalah perikatan yang diterapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan

syara’ yang berdampak pada objeknya.40 Suatu akad yang tidak memenuhi

asas-asasnya bisa menyebabkan batalnya jual beli. Berikut adalah asas-asas

dalam akad lelang:

(49)

39

a. Asas Ibahah

Asas Ibahah merupakan asas umum dalam bidang muamalat

secara umum. Asas ini dirumuskan dalam kaidah fiqh

مرحتلا ىلع ليلدلا لدي ىحةحابااءايشاا ي لصاا

Artinya: ‚Asal sesuatu adalah boleh, sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya‛. 41

Dalam tindakan muamalat sesuatu itu sah dilakukan sepanjang

tidak ada larangan tegas untuk tindakan itu. Bila dikaitkan dengan

tindakan hukum, khususnya akad (perjanjian), maka ini berarti bahwa

tindakan hukum dan perjanjian apapun dapat dibuat sejauh tidak ada

larangan khusus mengenai perjanjian tersebut.

b. Asas Kebebasan Berakad

Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip

hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad

jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan

dalam Syariat dan memasukkan klausa apa saja dalam akad yang

dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat

makan harta sesama dengan jalan batil.42 Namun demikian,

dilingkungan mazhab – mazhab yang berbeda terdapat perbedaan

pendapat mengenai luas sempitnya kebebasan tersebut

41 Fajruddin fatwa, dkk, Usu>l Fiqh dan Kaidah Fqhiyah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 159

(50)

40

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum Islam berdasarkan

surat Al-Ma>idah ayat 1:

       ...



Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Q.S. Al – Ma>idah : 1)43

c. Asas Kesepakatan

Asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada

saat terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai

kesepakatan antara para pihak, maka lahirlah kontrak, walaupun

kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu.44 Asas Kesepakatan atau

konsesualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian

cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak.

Asas kesepakatan dalam hukum Islam berdasarkan pada beberapa

dalil antara lain yaitu

                                      

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An – Nisa&g

Gambar

Gambar 3.1. Pemberitahuan pada halaman iklan untuk  winner
Gambar 3.2. Alur pembayaran balesafe di Balelang.com
Gambar 3.3. Daftar tarif penggunaan balesafe
Gambar 3.4. Aduan dari auctioneer mengenai win and run
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian membuktikan bahwa pemakaian minuman beralkohol dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan pada organ otak, liver, alat pencernaan, pangkreas, otot

Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran mind mpping dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunalaras kelas V di SLB-E Bhina Putera Surakarta

The proposed ESOS method is then used to solve complicated mathematical benchmark problems and one structural engineering design problem.. Brief Introduction to the SOS

E-book: Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011, hlm 7.. komponen pendidikan itu

Dengan demikian, hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha, yaitu terdapat interaksi antara pemanfaatan CD komputer BSE (klasikal dan kelompok kecil) dengan motivasi

Perbedaan Analisis Sefalometri Skeletal Sebelum dan Sesudah Perawatan Alat Myofunctional pada Pasien Maloklusi Dentoskeletal Kelas II Divisi I dalam Masa

Dari data-data tersebut menjadi inspirasi bagi penulis untuk membuat terobosen lewat alat monitoring arus netral pada saluran distribusi, penelitian dilakukan

Menjatuhkan pidana denda kepada pelanggar yang bersangkutan dengan pidana denda sebagaimana terlampir dalam putusan ini, dengan ketentuan apabila denda tersebut