ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI LELANG
ONLINE
(Studi Kasus Balelang.com)
SKRIPSI
Oleh:
M. Ali Muwaffa (C72213138)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)
i
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI LELANG
ONLINE
(Studi Kasus Balelang.com)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Ekonomi Islam
Oleh:
M. Ali Muwaffa C72213138
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya
v ABSTRAK
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul ‚Analisis Hukum
Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online (Studi Kasus Balelang.com)‛. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana penerapan jual beli lelang online di Balelang.com ? (2) Bagaimana analisis hukum Islam terhadap jual beli lelang online di Balelang.com ?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara (interview) dengan pihak balelang, beberapa anggota Balelang.com yaitu pelelang dan pemenang lelang kemudian dokumentasi berupa syarat dan kebijakan lelang online di Balelang.com dan beberapa gambar yang terkait setelah itu dianalisis metode analisis deskriptif dengan pola pikir deduktif lalu dikelolah dengan cara editing, organizing dan analyzing.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan jual beli lelang online di Balelang.com harus melalui beberapa tahapan yaitu registrasi sebagai anggota, setelah itu verifikasi anggota agar bisa melakukan lelang atau menawar lelang. Untuk melelang barang, pelelang atau auctioneer harus melalui prosedur yaitu dengan pilih jangka waktu lelang kemudian mengisi halaman description, category, upload picture, dan auction details dan selanjutnya menekan publish. bidder atau penawar melakukan penawaran cara menekan bid pada halaman iklan. penawar yang menjadi pemenang lelang atau winner untuk menyelesaikan transaksi dengan melakukan pembayaran menggunakan balesafe atau cara lain asal dengan kesepatan bersama. Secara hukum Islam jual beli lelang online di Balelang.com boleh karena telah memenuhi rukun dan syarat jual beli, serta pihak-pihak yang berakad telah memenuhi asas-asas jual beli, tapi menjadi batal ketika winner tidak melakukan tanggung jawabnya dengan tidak mentransfer uang pembayaran atas barang yang dimenangkannya karena telah melanggar asas janji itu mengikat dan asas amanah.
viii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 7
C.Rumusan Masalah ... 8
D.Kajian Pustaka ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
G.Definisi Operasional ... 11
H.Metode Penelitian ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II KONSEP JUAL BELI LELANG DALAM ISLAM A.Jual Beli ... 18
ix
2. Dasar Hukum Jual Beli ... 19
3. Macam-macam Jual Beli ... 21
4. Rukun dan Syarat ... 26
B.Lelang ... 33
1. Pengertian Lelang ... 33
2. Dasar Hukum Lelang ... 35
3. Macam-macam Lelang ... 37
4. Asas-asas ... 38
BAB III JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM A.Profil Balelang.com ... 43
B.Penerapan Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 47
1. Pelelang ... 48
2. Penawar ... 53
3. Pembayaran ... 56
C.Permasalahan dalam Jual Beli Lelang Online ... 61
1. Auctioneer dan Winner ... 61
2. Objek Lelang ... 65
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM A.Analisis Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 67
B.Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online di Balelang.com ... 69
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 79
B.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Pemberitahuan pada halaman iklan untuk winner ... 56
3.2 Alur pembayaran balesafe di balelang.com ... 57
3.3 Daftar tarif penggunaan balesafe ... 58
3.4 Aduan dari auctioneer mengenai win and run ... 63
3.5 Contoh iklan lelang yang terkena rehabilitasi ... 65
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sistem Ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler yaitu terjadi
dikotomi antara agama dan kehidupan duniawi, termasuk di dalamnya
aktivitas ekonomi telah mulai terkikis. Terjadinya dikotomi ini terjadi pada
masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa.1
Sistem ekonomi sekuler yang merajalela juga berpengaruh terhadap kaum
muslimin. Dengan perubahan tingkat sosial dan kecanggihan teknologi yang
mendominasi, serta berlakunya hukum ditambah adat dan hukum positif pada
masa dan tempat tertentu menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Hal
ini membutuhkan perhatian dan solusi pemecahan, termasuk yang berkaitan
dengan mu’a>malah.
Terlepas dari permasalahan tersebut, Islam memiliki suatu pandangan
dunia dan strategi yang seirama dengan maqa>s}id sha>ri'ah dan yang
adil bagi persoalan-persoalan yang tengah dihadapi dengan catatan ada
kemauan untuk menerapkan ajaran-ajarannya dan implementasi reformasi.2
Firman Allah dalam Q.S. Al –Ma>idah ayat 49:
1
M Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 2012), 215.
2
M Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 203.
2
Artinya : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah skamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al- Ma>idah : 49)3
Mu’a>malah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang
paling baik.4 Dalam bermuamalah, manusia telah diberi keleluasaan untuk
menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun
sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, ajaran muamalah
akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki
(harta).5 Dalam hal ini Islam tidak melarang manusia dalam mencari rezeki
asal tidak melanggar larangan Allah seperti menghalalkan jual beli,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al – Baqarah ayat 275 :
.... ...
Artinya: ‚Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.‛ (Q.S. Al – Baqarah: 275)6
3
Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), 164. 4 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 2.
5 Abdul Rahmat Ghazaly Et Al, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop, 2010), 24.
6
3
Allah juga melarang melarang manusia bermuamalah dengan cara yang
tidak baik sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. An –Nisā’ayat 29:
Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.‛ (Q.S. An –Nisā’: 29)7
Dalam bermuamalah manusia harus memperhatikan aturan-aturan yang
telah ditetapkan Allah swt dan Rasul-Nya. Dan pada dasarnya memang segala
bentuk mu’a>malah adalah mubah{ (boleh) kecuali apabila ada dalil yang
mengharamkannya.8 Untuk memenuhi kebutuhanya, manusia diberi kebebasan
dalam berhubungan dengan manusia lain, karena kebebasan merupakan unsur
dasar manusia dalam mengatur dirinya dalam memenuhi kebutuhan yang ada.
Namun kebebasaan manusia ini tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi
oleh kebebasan manusia lain. Oleh karenanya dalam pergaulan hidup, tiap-tiap
orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga diperlukan saling
toleransi agar tidak terjadi konflik dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al - Ma>idah Ayat 2:
7
Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, ... 118 8
4
Artinya: ‚Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.‛ (Q.S. Al- Ma>idah : 2)9
Teknologi yang semakin maju pada masa ini membuat manusia semakin
variatif dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam hal perdagangan semakin
majunya teknologi menjadi sebuah hal yang bisa dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan
melakukan perdagangan melalui internet. Internet mulai banyak dimanfaatkan
sebagai media aktivitas bisnis terutama karena kemudahannya untuk
melakukan berbagai hal dalam perdagangan. Aktivitas perdagangan melalui
media internet ini disebut dengan electronic commerce (e-commerce).
E-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau
jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana
elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis,
dan sistem pengumpulan data otomatis.10 Model transaksi macam ini tidak
memerlukan penggunanya untuk bertemu secara langsung, cukup hanya
menggunakan internet sebagai perantara.
Saat ini model transaksi e-commerce sangat berkembang dengan
maraknya jual beli yang dilakukan secara online dan jual beli lelang online.
Salah satu penyedia layanan jual beli lelang online yaitu Balelang.com
9
Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, ... 152 10
5
(www.balelang.com), di situs ini para penjual bisa mejual apapun barangnya
dengan cara lelang yang dilakukan secara online.
Jual beli sendiri pertukaran suatu barang dengan barang yang lain atas
dasar sukarela yang kepemilikan hak atas barangnya beralih saat barang di
berikan. Dan lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum
dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului
dengan pengumuman lelang.11
Balelang.com sendiri merukapan situs yang menjadi wadah bagi penjual
dan pembeli dengan cara lelang online. Pengguna cukup melakukan registrasi
menjadi anggota Balelang.com untuk melakukan penjualan atau pembelian
secara lelang online. Balelang.com dalam kegiatannya mempunyai moto
‚berani tawar berani bayar‛ sehingga ditekankan bagi para anggota atau
member yang bergabung dalam situ Balelang.com untuk selalu bertanggung
jawab atas penawarannya.
Untuk melelang barangnya tentu pengguna wajib menjadi anggota
terverifikasi setelah menjadi anggota pengguna bisa melelang barangnya
sesuai ketentuan Balelang.com, dengan cara registrasi kemudian memenuhi
persyaratan yang telah di tentukan oleh Balelang.com.
Selanjutnya untuk melakukan penawaran, penawar juga harus menjadi
anggota terverifikasi di Balelang.com kemudian memilih barang yang ingin
dibeli kemudian bersaing dengan penawar lain dengan tawaran naik, setelah
11
6
lelang berakhir maka Balelang.com akan mengirim pesan pada pemenang
untuk menindak lanjuti pembelian. Pembelian dilakukan dengan metode
pembayaran dengan transfer dan setelah ditransfer dengan jumlah uang
seharga barang yang sudah dimenangkan, maka penjual mengirim barang
kepada pemenang lelang.
Namun dalam praktinya tentu jual beli secara online ini memiliki
permasalahan seperti adanya penawar yang sudah menjadi pemenang lelang
tapi tidak melakukan pembayaran. Hal menyebabkan kerugian di pihak
penjual karena dalam lelang penjual melelang barangnya dengan batasan
waktu sehingga jika ada pembeli yang menjadi pemenang lelang tapi tidak
melakukan kewajibanya maka penjual akan merasa dirugikan karena telah di
kecewakan oleh pembeli.
Kemudian terdapat juga pelelang barang yang memajang barang
lelangnya tapi tidak berminat menjualnya. Maksudnya yaitu adanya penjual
yang melelang barangnya dengan harga Rp 0 dan penawaran Rp 0, hingga ini
menyebabkan pertanyaan ke peneliti untuk apa melakukan lelang tapi seperti
tidak berniat untuk menjualnya ?
Selanjutnya terdapat objek lelang seperti motor dan mobil yang dalam
deskripsi dan fotonya tidak dicantumkan bukti kepemilikan barang dari objek
tersebut sehingga menurut peneliti menyebabkan keraguan bagi para calon
pembeli karena ketidak jelasan tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti
7
lelang online (studi kasus Balelang.com). Kajian skripsi ini, dapat memberikan
wawasan tentang penjelasan dalam aspek hukum Islam tentang jual beli lelang
online untuk menyikapi berbagai macam pola kegiatan mu’a>malah yang ada.
B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan dapat
muncul dalam penelitian ini. Di antaranya yaitu:
1. Akad yang dipakai dalam jual beli lelang online di Balelang.com.
2. Objek dalam jual beli lelang online di Balelang.com.
3. Persyaratan peserta lelang di Balelang.com.
4. Metode pembayaran di Balelang.com.
5. Adanya potensi pelanggaran akad yang dilakukan pelelang atau pembeli
di Balelang.com
6. Hukum Islam terhadap jual beli lelang online di Balelang.com.
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, kiranya perlu peneliti
membatasi pembahasan mengenai masalah dalam penelitian ini agar
penelitian penelitian ini lebih terarah pada ruang lingkupnya dan
permasalahannya.
1. Penerapan jual beli lelang online di Balelang.com.
8
C.Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini sesuai dengan
permasalahan dari judul tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan jual beli lelang online di Balelang.com ?
2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap jual beli lelang online di
Balelang.com ?
D.Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang penelitian yang
sudah pernah dilakukan tentang masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan dari
penelitian yang telah ada. Beberapa karya ilmiah yang pernah peneliti kaji
yang membahas tentang lelang online sebelum pembuatan skripsi ini di
antaranya yaitu:
Pertama, Tesis yang ditulis oleh Hendra Wati Soesabdo dengan judul
‚Jual Beli Secara Lelang Melalui Internet: Studi Program Aplikasi Jalintrade
E-Auction PT Telekomunikasi‛.12 Penelitian mengambil permasalahan hukum
apa yang timbul dalam pelaksanaan jual beli secara lelang melalui internet dan
bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak yang mengikuti lelang
melalui internet. Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jual beli melalui Jalin trade
12
Hendra Wati Soesabdo, ‚Jual beli secara lelang melalui internet: studi program aplikasi
9
auction bukanlah merupakan golongan pengertian lelang sebagaimana yang
diatur dalam Vendu Reglement (UU lelang di Indonesia). Meskipun sama
membahas lelang online tapi perbedaannya terletak pada fokus pembahasan
yaitu perlindungan hukum terhadap peserta lelang yang di analisis dari sudut
pandang Vendu Reglemen sedangkan Skripsi ini fokus pembahasan terdapat
pada penerapan jual beli lelang online yang dianalisis dengan hukum islam.
Kedua, Tesis yang ditulis oleh Mahmud Muhsini yang berjudul ‚Lelang di
Internet dan Problematikanya dalam Fiqih Islam‛ .13 Penelitian ini membahas
problematika yang terjadi dalam lelang di internet dimana beragamnya model
aturan main lelang online yang kemudian di analisis dengan fiqih Islam. Hasil
dari penelitian ini adalah boleh menurut fiqih Islam selama memenuhi rukun
dan syarat jual beli, serta tidak ada unsur judi, dzalim, riba, gharar dan najsy.
Meskipun sama membahas tentang lelang online tapi perbedaannya terletak
pada fokus masalah yaitu beragamnya aturan main lelang online sedangkan
dalam skripsi ini terfokus pada masalah yang terdapat pada penerapan atau
praktik jual beli lelang online di situs Balelang.com.
Untuk permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini berbeda dengan
pembahasan yang ada pada skripsi sebelumnya, yaitu bahwa skripsi yang
berjudul ‛Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Lelang Online (Studi
Kasus Balelang.com)‛ dalam pembahasan ini yang diteliti adalah penerapan
jual beli lelang online yang terdapat masalah didalamnya dan dianalisis
dengan Hukum Islam.
13
10
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan jual beli lelang online di Balelang.com
2. Untuk mengetahui analisis Hukum Islam terhadap jual beli lelang online
di Balelang.com
F. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian di atas, semoga dapat berguna baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Secara teoritis, untuk menambah khazanah pengetahuan khususnya yang
berkaitan dengan jual beli lelang online dalam Hukum Islam, sehingga
dapat dijadikan informasi atau input bagi pembaca dalam menambah
pengetahuan tentang Hukum Islam.
2. Secara praktis :
a. Diharapkan hasil dari skripsi ini sebagai bahan masukan sekaligus
sumbangsih kepada para pemikir Hukum Islam untuk dijadikan sebagai
salah satu metode ijtihad terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul di
permukaan yang belum diketahui status hukumnya.
b. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan pemahaman
studi Hukum Islam bagi mahasiswa fakultas syari’ah pada umumnya
11
G.Definisi Operasional
Supaya tidak salah faham mengenai kandungan judul dan untuk
memudahkan dalam memahami hal-hal yang dimaksud, kiranya perlu
penjelasan istilah yang terdapat pada judul sebagai berikut:
Hukum Islam : Peraturan dan ketentuan hukum Islam yang
bersumber dari al-Qur’an, Hadis, dan pendapat
Ulama yang membahas tentang jual beli lelang (bai’
al-muza>yadah)
Jual Beli Lelang Online : pertukaran barang antara penjual dan pembeli
dimana dalam perosesnya sejumlah calon pembeli
bersaing menawar dengan harga yang meningkat
yang dilakukan melalui media internet.
Balelang.com : Situs yang menjadi tempat bagi para pelelang dan
pembeli dengan metode lelang secara online melalui
internet.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yakni penelitian yang tidak menggunakan angka dalam
mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.14
12
1. Lokasi Penelitian
Situs Balelang.com dan Balelang Center di Jl.Perumnas seturan Blok A
Nomor 11, Desa Caturtunggal, Kecamatan Sleman, Yogyakarta.
Profil dari Balelang.com dapat dilihat dalam situs
balelang.com/pusat-bantuan/tentang-balelang-com/.
2. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini
data yang dikumpulkan sebagai berikut :
a. Data mengenai jual beli lelang online di Balelang.com
b. Data mengenai ketentuan – ketentuan jual beli dan lelang dalam
Hukum Islam.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16 mei 2017 sampai tanggal 17 juli
2017
4.Sumber Data
a. Data Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh seorang peneliti dari
sumber asli.15 Berikut adalah subjek penelitian yang diperoleh:
1) Zulfan selaku tim leader Balelang.com16
2) Anggota Balelang.com yang terdiri dari:
15 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2008), 103. 16
13
a) Pelelang atau auctioneer bernama Habibi Ahmad17
b) Pemenang lelang atau winner bernama Adi18
c) Pemenang lelang atau winner bernama Nia19
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya
sudah dalam bentuk publikasi.20 Dan merupakan data yang brsifat
membantu dalam melengkapi serta memperkuat dari data primer
tersebut, yaitu berupa buku daftar pustaka, seperti:
1) Al-Qur’a>n dan al-Hadis.
2) Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam
3) Balelang.com
4) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah
5) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah
6) Rachmadi Usman, Hukum Lelang
7) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah
8) Said Agil Husin Al Munawar, Membangun Metodologi Ushul Fiqh
9) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 5
10) Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu
11) Beberapa bahan pustaka lain yang berhubungan atau
mendeskripsikan landasan teori
17
Habibi Ahmad, Wawancara, via My Messages balelang.com, 21/05/2017 18
Adi, Wawancara, via My Messages balelang.com pada, 22/05/2017 19
Nia, Wawancara, via whatsapp, 23/05/2017
14
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara lengkap, maka diperlukan adanya
teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan
pengumpulan data yang secara nyata digunakan dalam penelitian,
adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1) Interview (Wawancara)
Merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.21 Peneliti melakukan Interview berkaitan
dengan lelang online dan beberapa masalahnya kepada satu orang dari
tim leader Balelang.com, satu orang pelelang atau penjual dan dua
orang pemenang lelang.
2) Dokumentasi
merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan data dengan
mencari dokumen. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.22 Dalam hal ini peneliti mencari
dokumen terkait jual beli lelang online berupa peraturan dalam
Balelang.com dan aduan anggota lelang di Balelang.com.
21
15
d. Teknik Pengolahan Data
Pengelolahan Data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan
data dilaksanakan.23 Setelah seluruh data terkumpul maka dilakukan
analisis data secara kualitatif dengan tahapan sebagai berikut:
1) Editing, yaitu pengecekan atau pengkoreksian data yang
dikumpulkan.24 Peneliti memperoleh data dari situs Balelang.com dan
wawancara dengan beberapa narasumber yang diperlukan untuk
meneliti kembali kejelasan makna, keselarasan antara yang satu
dengan yang lainnya serta keseragaman.
2) Organizing, merupakan penyusunan kembali data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis. Dalam hal
ini peneliti menyusun sekaligus mensistematiskan data-data yang
diperoleh dari Balelang.com dalam rangka untuk memaparkan apa
yang telah dirancang sebelumnya, sehingga siap dianalis lebih lanjut.
3) Analyzing, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta
yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah. Dalam hal ini adalah data yang di peroleh dari
Balelang.com
23
Burhan Bungins, Metodologi Penelitian Sosial dan ekonomi: Format-format Kuantitatif dan Kualitati, (Surabaya: Kencana, 2013), 182.
24
16
e. Metode Analisis Data
Analisis data yaitu mengorganisasikan data yang terkumpul yang
meliputi catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen dengan demikian analisis data mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode dan mengorganisasikan data.25
selanjutnya akan dianalis dengan menggunakan metode deskriptif
analisis veri yakni mendeskripsikan data-data yang diperoleh tentang
jual beli lelang online yang bersifat umum selanjutnya dianalisis dengan
hukum Islam setelah itu ditarik kesimpulan
Dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu metode berpikir
yang pada awalnya mengemukakan teori-teori bersifat umum tentang
jual beli lelang yang ada hubungannya dengan hukum Islam, selanjutnya
digunakan untuk menganalisis kasus yang terjadi di Balelang.com,
dengan analisis terhadap penerapan atau praktik jual beli lelang online.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran sederhana dan
menyeluruh, maka peneliti membuat sistematika yang bertujuan untuk
mempermudah pembahasan. Sistematika penelitian saling berkaitan antara
bab satu dengan bab lainnya. Sedangkan gambaran umumnya adalah sebagai
berikut:
25
17
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan tentang Analisis Hukum Islam terhadap Jual Beli Lelang Online
(Study Kasus Balelang.com).
Bab kedua merupakan pembahasan tentang kosep dasar jual beli dan
Lelang dalam Islam, yang terdiri dari pengertian jual beli yamg terdiri dari
pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, macam-macam jual beli, rukun dan
syarat dan macam-macam jual beli. Lelang atau muzayadah yang terdiri dari
pengertian lelang, dasar hukum lelang, macam-macam lelang, dan asas-asas.
Bab ketiga merupakan pembahasan tentang jual beli lelang online di
Balelang.com yang meliputi profil Balelang.com, penerapan jual beli lelang
online dan permasalahan dalam jual beli lelang online.
Bab keempat merupakan analisis jual beli lelang online di Balelang.com
ditinjau dari perspektif hukum Islam yang berdasarkan pada hasil penelitian di
situs Balelang.com.
Bab kelima penutup, skripsi ini ditutup dengan mengemukakan
kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan pada
bab pendahuluan. Juga dikemukakan sejumlah saran sebagai aplikasi dari
18
BAB II
KONSEP JUAL BELI LELANG DALAM ISLAM
A.Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi
berarti menjual atau mengganti. Wahbah az-Zuhaily mengartikannya secara
bahasa dengan ‚menukar barang dengan barang‛1. Kata al-ba’i dalam
bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata
al-shira> (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i berarti jual, tetapi sekaligus juga
berarti beli.
Menurut Rahmat Syafe’i jual beli diartikan
ِءْىشلاِبِءيشلاُةَلَ ب اَقُم
Artinya: Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)2
Menurut Hendi Suhendi, jual beli adalah suatu perjanjian
tukar-menukar barang atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara
kedua belah pihak , yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
1Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie,dkk, 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 25.
2
19
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan syara, dan disepakati.3
Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud jual beli (ba’i) dalam syariat
adalah pertukaran harta dengan harta dengan saling meridhai, atau
pemindahan kepemilikan dengan penukar dalam bentuk yang diizinkan.4
Dari definisi - definisi di atas, bisa difahami bahwa jual beli merupakan
suatu perjanjian atau akad dimana terjadi pertukaran barang dengan barang
atau barang atas dasar ridha dan sesuai dengan syariat.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli dalam Islam hukumnya boleh berdasakan dalil-dalil al-Qur’a>n,
hadis, serta ijma’. Berikut merupakan dasar hukum dari kebolehan jual
beli:
a. Al-Qur’a>n
...
Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu ... (QS. al-Baqarah :198)5
Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa tidak dosa apabila
mencari rizki dari perniagaan termasuk didalamnya jual beli asal masih
sesuai dengan kententuan dalanm Islam.
... ... 3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persabda, 2002), 68.
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Islam, Abu Syauqina, dkk, 5 (Jakarta: PT. Tinta Abadi Geminlang, 2013), 34
5Deparetemen Agama RI, al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Depok: Cahaya Qur’a>n, 2008), 24
20
Artinya: ‛... Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...‛ (QS. al-Baqarah :275)6
Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwasanya jual beli
dibolehkan dalam Islam dan juga menjelaskan bahwa riba merukapan
suatu yang haram.
... ...
Artinya: (... Kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu ...‛ (QS. An-Nisa> 29)7
Ayat al-Qur’a>n di atas menjelaskan bahwa dasar dari akad jual beli
adalah kerelaan semua pihak yang bersangkutan.
b. Hadis
اَبَأ ُتْعََِ
يِرْدُْْا ٍدْيِعَس
َلاَق ُلوُقَ ي
ُلْوُسَر
َملَسَو ِْيَلَع ُه ىلَص ِه
اََِإ
ٍضاَرَ ت ْنَع ُعْيَ بْلا
اورُ
جام نبا
َ
Artinya:saya mendengar Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata Rasulullah Saw bersabda "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)". (HR.Ibnu Majah)8
Maksudnya adalah saat melakukan jual beli harus dengan kerelaan
tanpa paksaan dari pihak manapun.
َب ْنَع َملَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص َِا ُلْوُسَر ىَهَ ن :َلاَق َُْع َُا َيِضَرَةَرْ يَرُ َِِا ْنَع
ِعي
ِرَرَغْلا ِعْيَ ب ْنَعَوِةاَصَحا
اورُ
ملسم
َ
Artinya: Dari Abu Huraira r.a: Rasulullah Saw. Melarang jual beli dengan cara melempar kerikil kepada yang dibelinya (bai’ al
6
Ibid., 36.
7
Ibid., 65.
21
hasha) dan melarang menjual barang yang tidak jelas rupa dan sifatnya (bai’ al-gharar). (HR. Muslim)9
Maksudnya adalah bahwasa Rasulullah melarang jual beli dengan
cara lemparan yaitu penjual melempar kerikil ke suatu barang dan
barang itulah yang dijual ke pembeli, dan rasulullah juga melarang jual
beli yang tidak jelas bentuk dan sifatnya (gharar)
c. Ijma’
Dari kandungan ayat-ayat dan hadis yang dikemukakan di atas
sebagai landasan hukum jual beli, para ulama fiqh mengambil suatu
kesimpulan bahwa jual beli itu hukumnya mubah (boleh). Akan tetapi,
menurut Imam asy-Syatibi hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam
situasi tertentu. Contohnya, bila pada waktu tertentu terjadi praktek
ihtika>r, yaitu penimbunan barang, sehingga persediaan hilang dari pasar
dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek semacam itu, maka
pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-barang sesuai
dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang tersebut.10
3. Macam-macam Jual beli
Adapun macam-macam jual beli yang perlu kita ketahui, antara lain yaitu:
a. Jual beli yang s}ah}i>h}
Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang s}ah}i>h} apabila jual
beli tersebut disyari'atkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan,
9 Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al-Mundziri, Ringkasan shahih Muslim, Syinqithy Djamaludin, H.M. Mochtar Zoerni, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013), 534.
22
bukan milik orang lain, tidak bergantung pula pada hak khiyar lagi, jual
beli seperti ini dikatakan sebagai jual beli yang s}ah}i>h}. Misalnya,
seseorang membeli sebuah kendaraan roda empat. Seluruh rukun dan
syarat jual beli telah terpenuhi, kendaraan roda empat itu telah diperiksa
oleh pembeli dan tidak ada cacat, tidak ada yang rusak, tidak ada
manipulasi harga dan harga buku (kwitansi) itupun telah diserahkan,
serta tidak ada lagi hak khiyar dalam jual beli itu. Jual beli yang
demikian ini hukumnya s}ah}i>h} dan telah mengikat kedua belah pihak.11
b. Jual beli barang yang bat}il
Yaitu jual beli yang apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak
terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan sifatnya tidak
disyari'atkan, seperti jual beli yang dilakukan oleh anak-anak, orang gila,
atau barang yang dijual itu barang-barang yang diharamkan syara',
seperti bangkai, darah, babi, dan khamar.
Adapun jenis-jenis jual beli yang bat}il adalah:
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat menyatakan
jual beli seperti ini tidak sah atau bat}il. Misalnya, memperjual
belikan buah yang putiknya pun belum muncul di pohonnya atau anak
sapi yang belum ada, sekalipun di perut ibunya telah ada.
2) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan kepada pembeli, seperti
menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang lepas dan
11
23
terbang di udara. Hukum ini telah disepakati oleh seluruh ulama fiqh
dan termasuk dalam kategori bai‘ al-gara>r (jual beli tipuan)
3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang pada awalnya baik,
tetapi di balik itu semua terdapat unsur-unsur penipuan. Misalnya,
memperjualbelikan kurma yang ditumpuk, di atasnya bagus-bagus
dan manis, tapi ternyata di dalam tumpukan tersebut banyak terdapat
yang busuk. Termasuk ke dalam jual beli tipuan ini adalah jual beli
al-his}s}ah (jual beli dengan lemparan batu, yang intinya jika engkau
lemparkan batu ini ke salah satu barang itu, mana yang kena itulah
yang dijual). Selain itu yang termasuk dalam jual beli yang
mengandung unsur penipuan adalah jual beli al-mulamasah (mana
yang terpegang oleh engkau dari barang itu, itulah yang saya jual).
Kemudian jual beli al-muzabanah (barter yang diduga keras tidak
sebanding).
4)Jual beli benda-benda najis. Seperti, babi, khamar, bangkai dan darah,
karena semua itu dalam pandangan Islam adalah najis.
5) Jual beli al-‘arbun yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan melalui
perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga
barang diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli
tertarik dan setuju, maka jual beli sah. Tetapi jika pembeli tidak
setuju dan barang dikembalikan, maka uang yang telah diberikan
pada penjual, menjadi hibah bagi penjual.12
24
6) Memperjual belikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak
boleh dimiliki seseorang, karena air yang tidak dimiliki seseorang
merupakan hak bersama umat manusia dan tidak boleh
diperjualbelikan.
c. Jual beli yang fasid
Ulama Hanafiyah yang membedakan jual fasid dengan jual beli
yang bat}il. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang
yang dijualbelikan, maka hukumnya batal, seperti memperjualbelikan
barangbarang haram (khamar, babi, darah). Apabila kerusakan pada jual
beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli
tersebut dinamakan fasid.
Akan tetapi jumhur ulama tidak membedakan antara jual beli yang
fasid dengan jual beli yang batil. Menurut mereka jual beli itu terbagi
menjadi dua, yaitu jual beli yang s}ah}i>h} dan jual beli yang bat}il. Apabila
syarat dan rukun jual beli terpenuhi, maka jual beli itu sah. Sebaliknya,
apabila salah satu rukun atau syarat jual beli itu tidak terpenuhi, maka
jual beli itu batal.13
d. Transaksi jual beli yang barangnya tidak ada di tempat akad Transaksi
jual beli yang barangnya tidak berada di tempat akad, hukumnya boleh
dengan syarat barang tersebut diketahui dengan jelas klasifikasinya.
Namun apabila barang tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah
diinformasikan, akad jual beli akan menjadi tidak sah, maka pihak yang
25
melakukan akad dibolehkan untuk memilih menerima atau menolak,
sesuai dengan kesepakatan antara pihak pembeli dan penjual.14
Menurut Sayyid Sabiq boleh menjualbelikan barang yang tidak
ada di majelis akad dengan syarat harus di deskripsikan dengan deskripsi
yang dapat menimbulkan pengetahuan tentangnya. Akan tetapi, apabila
ternyata berbeda maka pihak yang belum melihat barang tersebut saat
akad memiliki khiyar atau pilihan untuk melanjutkan akad atau
membatalkannya.15
e. Transaksi atas barang yang sulit dan berbahaya untuk melitanya
diperbolehkan juga melakukan akad transaksi atas barang yang tidak ada
di tempat akad, bila kriteria barang tersebut diketahui menurut
kebiasaan, misalnya makanan kaleng, obat-obatan dalam tablet, tabung
oksigen, bensin dan minyak tanah melalui kran pompa dan lainnya yang
tidak dibenarkan untuk dibuka kecuali pada saat penggunaannya, sebab
sulit melihat barang tersebut dan membahayakan.16
Selanjutnya macam-macam jual beli dilihat dari segi penetapan harga,
yaitu:17
a. Jual beli musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika
penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang
didapatnya.
14
Ibid.
15Sayyid Sabiq, Fiqih Islam, Abu Syauqina, dkk, 5 ( PT. Tinta Abadi Geminlang, 2013), 47 16Ibid, 34.
26
b. Jual beli ama>nah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan modal
jualnya (harga perolehan barang). Jual beli ama>nah ada tiga, yaitu: Jual
beli mura>bah}ah, yaitu jual beli ketika penjual menyebutkan harga
pembelian barang (termasuk biaya perolehan) dan keuntungan yang
diinginkan dan Jual beli muwad}a’ah, yaitu jual beli dengan harga di
bawah harga modal dengan jumlah kerugian yang diketahui, untuk
penjualan barang atau aktiva yang nilai bukunya sudah sangat rendah,
terakhir Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan harga modal tanpa
keuntungan dan kerugian
c. Jual beli dengan harga tangguh, bai’ bi thaman a>jil, yaitu jual beli
dengan penetapan harga yang akan dibayar kemudian. Harga tangguh ini
boleh lebih tinggi daripada harga tunai dan bisa dicicil.
d. Jual beli muza>yadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari
penjual dan para pembeli menawar, penawar tertinggi terpilih sebagai
pembeli.
4. Rukun dan Syarat
a. Rukun
Sah nya jual beli harus memenuhi rukun dan syarat nya. Rukun
sendiri adalah suatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan.
Mengenai rukun jual beli, para ulama berbeda pendapat. Dibawah ini
akan diuraikan rukun jual beli:
Menurut mazhab Hanafi, rukun jual beli hanyalah ijab dan qabul.
27
menukar atau sejenisnya (mu’atha>). Dengan kata lain, rukunnya adalah
tindakan berupa kata atau gerakan yang menunjukkan kerelaan dengan
berpindahnya harga dan barang.18
Menurut mazhab Hanafi, ijab adalah menetapkan perbuatan
khusus yang menunjukkan kerelaan yang terucap pertama kali dari
perkataan salah satu pihak, baik dari penjual seperti kata bi’tu (saya
menjual) maupun dari pembeli seperti pembeli mendahului menyatakan
kalimat , ‚saya ingin membelinya dengan harga sekian‛. Sedangkan
qabul adalah apa yang dikatakan kali kedua dari salah satu pihak.
Dengan demikian, ucapan yang menjadi sandaran hukum adalah siapa
yang memulai penyataan dan menyusulinya saja, baik itu dati penjual
maupun pembeli.
Akan tetapi, ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan
yang keluar dari orang yang memiliki barang meskipun dinyatakan di
akhir. Sementara qabul adalah pernyataan dari orang yang akan
memiliki barang meskipun dinyatakan lebih awal.19
Adapun Rukun menurut menurut jumhur ulama ada empat,
yaitu:20
1) Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli).
2) Ada sighat (lafal ijab dan qabul).
3) Ma’qud 'ala>ih (barang yang dibeli).
18Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...
28.
19Ibid, 28.
28
4) Ada nilai tukar pengganti barang (thaman).
b. Syarat
Syarat adalah sesuatu yang harus terpenuhi dalam rukun tersebut.
Syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan
jumhur ulama di atas, terbagi menjadi empat yakni syarat-syarat orang
yang berakad, syarat-syarat yang terkait dengan ijab qabul, syarat-syarat
barang yang diperjualbelikan, syarat-syarat nilai tukar (harga barang).
Syarat-syarat tersebut dipaparkan sebagai berikut:21
1) Syarat-syarat orang yang berakad
Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual
beli harus memenuhi syarat, yakni:
a) Ba>ligh dan berakal
Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan
orang gila, hukumnya tidak sah. Akan tetapi, anak kecil yang telah
mumayiz, menurut mazhab Hanafi apabila akad yang
dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti
menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akad tersebut adalah
sah. Sebaliknya, jika akad itu membawa kerugian bagi dirinya,
seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewakafkan,
atau menghibahkannya, maka tindakan tersebut hukumnya tidak
boleh dilaksanakan. Sedangkan apabila transaksi yang dilakukan
anak kecil yang telah mumayiz mengandung manfaat dan mud}a>ra>t
29
sekaligus, seperti jual beli, sewa menyewa dan perserikatan
dagang, maka transaksi ini hukumnya sah jika walinya
mengizinkan. Dalam hal ini, wali dari anak kecil yang telah
mumayiz tersebut telah benar-benar mempertimbangkan
kemas}lah}atan anak tersebut.
Jumhur ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan
akad jual beli itu harus sudah ba>ligh dan berakal. Apabila anak
kecil yang telah mumayiz, maka jual belinya tidak sah, sekalipun
mendapat izin dari walinya.
b) Yang melakukan akad adalah orang yang berbeda
Artinya adalah seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu
yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.
Misalnya, Rahmi menjual sekaligus membeli barangnya sendiri,
maka jual belinya tidak sah.
2) Syarat-syarat yang terkait dengan ijab qabul
Para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual beli adalah
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat
dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh
mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul22adalah qabul harus sesuai
dengan ijab, dan ijab qabul dilakukan dalam satu majelis. Syarat-syarat
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
22Ibid., 72-74
30
a) Qabul sesuai dengan ijab
Maksudnya adalah terdapat kesesuaian antara qabul dan ijab.
Misalnya penjual mengatakan: ‚Saya jual baju ini seharga Rp
30.000,00‛, lalu pembeli menjawab: ‚Saya beli baju ini dengan harga
Rp 30.000,00‛. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual
beli tidak sah.
b) Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis
Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan
membicarakan topik yang sama. Apabila penjual mengucapkan ijab,
lalu pembeli berdiri sebelum mengucapkan qabul, atau pembeli
melakukan aktivitas lain yang tidak terkait dengan masalah jual beli,
kemudian ia mengucapkan qabul, maka menurut kesepakatan ulama
fiqh, jual beli ini tidak sah sekalipun mereka berpendirian bahwa ijab
tidak harus dijawab langsung dengan qabul. Dalam hal ini, mazhab
Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh
saja diantarai waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat
untuk berpikir. Namun, mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat
bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama yang dapat
menimbulkan dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.23
3) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (ma’qud ‘alaih)
Syarat-syarat yang terkait barang yang diperjualbelikan adalah
barang tersebut ada, barang tersebut bermanfaat bagi manusia, barang
31
tersebut milik seseorang, serta diserahkan pada waktu yang disepakati.
Syarat-syarat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:24
a) Barang tersebut ada
Barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
Misalnya pada suatu toko, karena tidak mungkin memajang semua
barangnya, maka sebagian diletakkan pedagang di gudang atau masih
di pabrik. Tetapi, secara meyakinkan barang itu dapat dihadirkan
sesuai dengan persetujuan mereka. barang yang ada di gudang atau di
pabrik ini dihukumi sebagai barang yang ada.
Dikecualikan menurut sebagian ulama hanafi, jual beli salam,
istishna>’, dan menjual buah di atas pohon setelah muncul
sebagiannya.25
b) Barang tersebut bermanfaat bagi manusia
Barang tersebut dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi
manusia. Maka, bangkai, khamr, dan darah tidak sah untuk dijadikan
objek jual beli, karena dalam pandangan syara’ benda-benda tersebut
tidak bermanfaat bagi muslim.
c) Barang tersebut milik seseorang
Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh
diperjualbelikan, seperti memperjualbelikan bikan di laut atau emas
dalam tanah, karena ikan dan emas ini belum dimiliki penjual.
24Abdul Rahman Ghazaly, et. Al., Fiqh Muamalat ... 75-76. 25Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...
32
d) Diserahkan pada waktu yang disepakati
Barang tersebut boleh diserahkan saat akad berlangsung atau
pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.
4) Syarat-syarat nilai tukar (Harga barang)
Dalam hal ini, para ulama fiqh membedakan tsaman dengan
al-si’r. Menurut mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as-si’r adalah
modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke
konsumen (pemakai). Maka, harga barang terbagai menjadi dua, yakni
harga antar pedagang dan harga antara pedagang dan konsumen (harga
jual di pasar). Oleh sebab itu, harga yang dapat dipermainkan oleh para
pedagang adalah al-tsaman.
Syarat-syarat al-tsaman menurut ulama fiqh sebagai berikut:26
a) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya
b) Dapat diserahkan pada waktu akad. Apabila harga barang itu dibayar
kemudian (berutang) maka waktu pembayarannya harus jelas.
c) Bukan barang yang diharamkan oleh syara’. Apabila jual beli itu
silakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-muqayadhah)
maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang
diharamkan oleh syara’, seperti babi dan khamr.
33
B.Lelang
1. Pengertian Lelang
Lelang merupakan bagian dari jual beli yang dilihat dari penetapan
harga. Secara umum lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului
dengan pengumuman lelang.27
Adapun menurut Rahmadi Usman, lelang adalah suatu bentuk
penjualan barang yang dilakukan secara terbuka untuk umum dengan
penawaran yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi, yang diajukan secara tertulis maupun secara lisan, sebelum nya
didahului pemberitahuan tentang akan adanya pelelangan atau penjualan
barang.28
Jual-beli menggunakan sistem lelang dalam pandangan Islam disebut
sebagai bai’ muza>yadah. Jual beli muza>yadah (lelang), yaitu jual beli
dengan penawaran dari penjual dan para pembeli menawar, penawar
tertinggi terpilih sebagai pembeli.29 Cara jual beli dengan sistem lelang
yang dalam penjualan tersebut berbentuk perjanjian yang akan
menghasilkan kata sepakat antara pemilik barang maupun orang yang akan
27 Pasal 1 ayat (1), Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
28Rahmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 21.
34
membeli barang tersebut, baik berupa harga yang ditentukan maupun
kondisi barang yang diperdagangkan.30
Menurut Wahbah Az-Zuhaili, Jual beli muza>yadah (jual beli lelang)
adalah menjual barang pada orang yang memberikan tambahan harga. Hal
ini boleh dan tidak termasuk dalam jual beli yang dilarang.31
Dari definisi-definisi diatas dapat difahami bahwasanya lelang
merupakan bagian dari jual beli dimana penjual menjual barangnya dimuka
umum dengan penawaran yang semakin meningkat untuk menemukan
penawaran tertinggi. Karna lelang merupakan bagian dari jual beli maka
ketentuan-ketentuan yang belaku dalam jual beli juga berlaku pada lelang.
Jual beli secara lelang tidak termasuk praktik riba meskipun ia
dinamakan bai’ muza>yadah dari kata ziyadah yang bermakna tambahan
sebagaimana makna riba, namun pengertian tambahan di sini berbeda.
Dalam muza>yadah yang bertambah adalah penawaran harga lebih dalam
akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau bila lelang dilakukan oleh
pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran. Sedangkan
dalam praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang
tidak diperjanjikan di muka dalam akad pinjam-meminjam uang atau
barang ribawi lainnya.32
30 Candra, dkk. "Framework E-Auction Berbasis Syariah Untuk Membangun Kepercayaan Konsumen Dalam Menggunakan Sistem Lelang." Jurnal Sains dan Teknologi Industri 13.1 (2016). 60.
31Wahbah Az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ...
172
32
35
2. Dasar Hukum Lelang
Berikut merupakan hadis yang berkaitan dengan lelang:
نِا ُلْوُقَ يََِِْمْلا ىَلَع َُْع َُا َيِضَرٍرِماَع َنْبَةَبْقُع َعََِ ُنَاَةَساَُُ ِنْب ِنَْْرلاِدْبَع ْنَع
َِا َلْوُسَر
َع َعاَتْبَ ي ْنَا ِنِمْؤُمْلِل لََِ َََف ِنِمْؤُمْلاوُخَا ُنِمْؤُمْلَا" :َلاَق َملَسَو ِْيَلَع َُا لَص
ِْيِخَا ِعْيَ ب ىَل
"َرَذَي ىَح ِْيِخَاِةَبْطِخ ىَلَع ُبُطََْ َاَو
اورُ
ملسم
َ
Artinya: diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Syumsah bahwa dia berkata pernah mendengar ‘Uqbah bin Amir r.a. berpidato diatas mimbar, dia berkata, ‚Sesungguhnya, Rasulullah Saw. Bersabda, Orang Mukmin merupakan saudara Mukmin lainnya, maka tidak halal bagi seorang Mukmin membeli barang yang sedang ditawar saudaranya, dan tidak halal pula melamar yang sedang dilamar
saudaranya sampai dia meninggalkannya (terlebih dahulu).‛33
Hadis di atas menjelaskan larangan menawar barang dagangan orang
lain. Para ulama memberikan penjelasan tentang hukum menawar atas
tawaran orang lain, bahwa yang demikian itu tidak lepas dari empat
bagian:34
1. Penjual menunjukkan keridhaannya atas jual beli, hal ini menyebabkan
haramnya orang lain untuk menawar jual beli yang dilakukan antara
penjual dengan pembelinya yang pertama.
2. Hendaknya adanya kejelasan ketidak ridhaan si penjual atas tawaran si
pembeli.
3. Tidak ada sesuatu yang menunjukkan ridha dari kedua belah pihak juga
dengan sebaliknya, dalam keadaan seperti ini maka menawar juga
tidak dibolehkan, juga menambah harga penawaran.
33 Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al-Mundziri, Ringkasan shahih Muslim, Syinqithy Djamaludin, H.M. Mochtar Zoerni, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013), 446.
34 Said Agil Husain Al Munawar, Membangun Metodologi Ushul Fiqh Telaah Konsep Al-Nadb
36
4. Ada nya kejelasan bahwa keduanya ridha akan jual beli tetapi sikap
ridhanya tidak dilakukan dengan cara yang sharih (jelas), dalam
keadaan seperti ini juga dilarang melakukan penawaran.
: َلاَق ، ٍبَْو ُنْبا َِثدَح ،ِمَكَْحاِدْبَع ِنْب َِاِدْبَع ُنْب ُدمَُُاَن ، ءََْمِإ ٍدِعاَص ُنْب ِدمَُُ اََ ث
َِثدَح
َخ َِِأ ِنْب َِاِدْيَ بُع ْنَع ،ِكِلاَم ُنْبُرَمُع
َُل ُلاَقُ ي َُخَر ُتْعََِ :َلاَق ،َمَلْسَأ ِنْبِدْيَز ْنَع ،ٍرَفْع
ْنَأ َِا ُلوُسَر ىَهَ ن :َلَقَ ف ،ِةَدَياَزُمْلا ِعْيَ ب ْنَع َرَمُع َنْب َِاَدْبَع ُلَأْسَيَوَُو ،ا رِجاَت َناَكٌرْهَش
َعيِبَي
ْلااِإَرَذَي ىَحٍدَحَأ ِعْيَ ب ىَلَع ْمُكُدَحَأ
.َثيِراَوَمْلاَو َمِعاََغ
اورُ
دْأ
َ
Artinya: Abu Muhammad bin Sha’id mendiktekan kepada kami,
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Al Hakim menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepadaku, Umar bin Malik menceritakan kepadaku dari Ubaidullah bin Abu Ja’far, dari Zaid bin Aslam, ia berkata, ‚Aku mendengar seorang laki -laki, yang dipanggil dengan sebutan Syahr, yang berprofesi sebagai pedagang, bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang hukum transaksi Muza>yadah, Abdullah bin Umar menjawab,
‚Rasulullah melarang menjual sesuatu atas apa yang telah dijual oleh saudaranya sampai saudaranya tersebut membiarkannya,
kecuali dalam masalah harta rampasan perang dan warisan.‛35
Hadis diatas menjelaskan bahwasanya Rasulullah melarang jual beli
Muza>yadah kecuali dalam hal harta rampasan dan warisan.
،َجاَتْحاَف ،ٍرُبُد ْنَع َُلاَم ََُغ َقَتْعَأ َُجَر نَأ :اَمُهْ َع َُا َيِضَر ،َِاِدْبَع ِنْب ِرِباَج ْنَع
َُذَخَأَف
لَص ِِ لا
َُا
ِْيَلَع
.؟ ِِّم ِيََِْشَي ْنَم :َلاَقَ ف َملَسَو
،اَذَكَو اَذَكِب َِاِدْبَع ُنْب ُمْيَعُ ن ُاَرَ تْشاَف
ِْيَلِإ َُعَ فَدَف
.
ُ
اور
َيراحبلا
Artinya: dari Jabir bin ‘Ab-dullah: seorang laki-laki telah memutuskan bahwa sepeninggalnya ia akan memerdekakan budaknya; tak lama kemudian ia membutuhkan uang, maka Nabi Saw.
Membawa budak itu dan berkata, ‚siapa yang akan membeli budak ini dari dariku?‛. Nu’aim bin ‘Ab-dullah membeli dengan
37
harga sekian dan Nabi Saw memberikan hasil dari penjualan budak itu kepada pemiliknya.36
Hadis diatas menjelaskan bahwasanya rasul melakukan menjual barang
dimuka umum sama seperti dengan muza>yadah.
َع ْن
ْا
َِا َلوُسَر نَأ ٍكِلاَم ِنْب ِسَن
ا سْلِح َعاَب َملَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص
َقَو
ََِْشَي ْنَم َلاَقَو ا حَد
ي
ِْحا اَذَ
َحَدَقْلاَو َسْل
َأ ٌلُجَر َلَقَ ف
ِب اَمُهُ تْذَخ
ِد ْر
لَسَو ِْيَلَع َُا ىلَص ِِ لا َلاَقَ ف ٍمَ
ْنَم َم
ُديِزَي
ِْيَََْرِد ٌلُجَر ُاَطْعَأَف ٍمَْرِد ىَلَع
َ ف
ُهَعاَب
َيذمَلا اورُ .ُِْم اَم
Artinya: Dari Anas bin malik, Rasulullah S.a.w. menjual sehelai hils (alas yang biasanya digelarkan di rumah) dan sebuah qadah (gelas).
Beliau menawarkan: ‚Siapakah yang mau membeli hils dan qadah
ini?‛, Seorang berkata: ‚Saya siap membeli kedua dengan harga satu dirham.‛ Nabi menawarkan lagi, hingga dua kali: ‚Man yazid ‘ala dirhamin (siapakah yang mau menambahkan pada satu dirham)?‛ lalu seseorang menyerahkan dua dirham kepada Rasulullah. Beliau pun menjual kedua benda itu kepadanya37
Hadis diatas menunjukan bahwasanya Rasulullah pernah
mempraktekan lelang pada masanya, maka dari hadis diatas atas bisa
menjadi dasar kebolehan praktik lelang pada saat ini asal tetap sesuai
dengan ketentuan – ketentuan dalam Islam.
3. Macam- macam lelang
Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan
lelang naik. keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:38
a. Lelang turun merupakan suatu penawaran yang pada mulanya membuka
lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya
36Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul-Lathif Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Cecep Syamsul Hari,dkk, (Bandung: Mizan 1997), 402
37 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah At-Tirmidzi, Jami’ At-Tirmidzi, (Riyadh: Al-Mutaman Tradingest, tt), 217
38
diberikan kepada calon pembeli dengan penawaran tertinggi yang
disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa penjual
untuk melakukan lelang, dan biasanya ditandai dengan ketukan.
b. Lelang naik merupakan penawaran barang tertentu kepada penawar yang
pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin
naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga
tertinggi
Dari cara penawarannya jenis lelang dibedakan atas lelang lisan dan
lelang tertulis. Dalam lelang lisan, penawaran harganya dilakukan secara
lisan cukup mengucapkan atau menyatakan dengan tutur kata didepan
peserta lelang. Sedangkan dalam lelang tertulis, penawaran harganya
dilakukan secara tertulis. Penjual atau pejabat lelang telah menyiapkan
harga barang yang akan dilelang kepada peserta. Peserta lelang tinggal
menawarkan sesuai harga yang diinginkannya.39
4. Asas-asas
Lelang adalah bagian dari jual beli oleh sebab itu asas-asas yang
berlaku dalam akad jual beli juga berlaku dalam akad lelang. Akad sendiri
adalah perikatan yang diterapkan dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan
syara’ yang berdampak pada objeknya.40 Suatu akad yang tidak memenuhi
asas-asasnya bisa menyebabkan batalnya jual beli. Berikut adalah asas-asas
dalam akad lelang:
39
a. Asas Ibahah
Asas Ibahah merupakan asas umum dalam bidang muamalat
secara umum. Asas ini dirumuskan dalam kaidah fiqh
مرحتلا ىلع ليلدلا لدي ىحةحابااءايشاا ي لصاا
Artinya: ‚Asal sesuatu adalah boleh, sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya‛. 41
Dalam tindakan muamalat sesuatu itu sah dilakukan sepanjang
tidak ada larangan tegas untuk tindakan itu. Bila dikaitkan dengan
tindakan hukum, khususnya akad (perjanjian), maka ini berarti bahwa
tindakan hukum dan perjanjian apapun dapat dibuat sejauh tidak ada
larangan khusus mengenai perjanjian tersebut.
b. Asas Kebebasan Berakad
Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip
hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad
jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan
dalam Syariat dan memasukkan klausa apa saja dalam akad yang
dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat
makan harta sesama dengan jalan batil.42 Namun demikian,
dilingkungan mazhab – mazhab yang berbeda terdapat perbedaan
pendapat mengenai luas sempitnya kebebasan tersebut
41 Fajruddin fatwa, dkk, Usu>l Fiqh dan Kaidah Fqhiyah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 159
40
Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum Islam berdasarkan
surat Al-Ma>idah ayat 1:
...
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Q.S. Al – Ma>idah : 1)43
c. Asas Kesepakatan
Asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada
saat terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai
kesepakatan antara para pihak, maka lahirlah kontrak, walaupun
kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu.44 Asas Kesepakatan atau
konsesualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian
cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak.
Asas kesepakatan dalam hukum Islam berdasarkan pada beberapa
dalil antara lain yaitu
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An – Nisa&g