• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUAL BELI ONLINE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JUAL BELI ONLINE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 656

JUAL BELI ONLINE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Zulkifli

Institut Agama Islam Negeri Batusangkar Email: zulkifli@iainbatusangkar.ac.id

Abstract: The use of modern technology as a tool to facilitate online

buying and selling activities is a profitable marketing strategy. In this digital era, many trade transactions are carried out through cyberspace (online or via the internet), so that between sellers and buyers are not limited by space and time. Buying and selling online includes aspects of muamalah which in principle is permissible (permissible), unless there are indicators that forbid it. The pillars and terms of buying and selling online also do not conflict with the pillars and requirements of the Islamic legal system of engagement.

Online buying and selling transactions are unlawful if they contain unlawful elements, such as usury, gharar (fraud), danger, obscurity, harming the rights of others, coercion, and goods or services that are the object of the transaction are unclean objects, not lawful ones.

such as khamr, carcasses, pigs, drugs, online gambling, and so on.

Online buying and selling transactions contain aspects of benefits and benefits in the form of convenience and time efficiency. In classical fiqh, it is found that there is an agreement by scholars on buying and selling transactions through letters and intermediaries, so that online buying and selling can be analogous to buying and selling through letters or intermediaries as long as it is carried out on the basis of the principle of honesty and the principle of consensual (willingness) and fulfills the material requirements. So, the law of buying and selling online is allowed as long as the pillars and conditions are met, and no party is harmed in it.

Keywords: Islamic Law, Online, Buying and Selling

Abstrak: Pemanfaatan teknologi modern sebagai alat bantu

memperlancar kegiatan jual beli online merupakan strategi

pemasaran yang menguntungkan. Di era digital ini banyak

transaksi perdagangan melalui dunia maya (online atau via

internet), sehingga antara penjual dan pembeli tidak terbatasi

oleh ruang dan waktu. Jual beli online termasuk aspek

muamalah yang pada prinsipnya mubah (boleh), kecuali ada

indikator yang mengharamkannya. Rukun dan syarat jual beli

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 657 online juga tidak bertentangan dengan rukun dan syarat

dalam sistem hukum perikatan Islam. Transaksi jual beli online menjadi haram kalau di dalamnya terdapat unsur- unsur haram, seperti riba, gharar (penipuan), bahaya, ketidakjelasan, merugikan hak orang lain, pemaksaan, dan barang atau jasa yang menjadi objek transaksi adalah benda najis, bukan yang halal, seperti khamr, bangkai, babi, narkoba, judi online, dan sebagainya. Transaksi jual beli online mengandung aspek kemaslahatan dan manfaat berupa kemudahan dan efisiensi waktu. Di dalam fikih klasik, ditemukan adanya kesepakatan ulama terhadap transaksi jual beli melalui surat dan perantara, sehingga jual beli online dapat dianalogikan sebagai jual beli melalui surat atau perantara selama dilakukan atas dasar prinsip kejujuran dan prinsip suka sama suka (kerelaan) dan memenuhi persyaratan materilnya. Sehingga, hukum jual beli online ini boleh sepanjang rukun dan syarat terpenuhi, serta tidak ada pihak yang dirugikan di dalamnya.

Kata Kunci: Hukum Islam, Online, Jual Beli

PENDAHULUAN

Sebelum ditemukan teknologi internet, apabila seseorang bermaksud membeli suatu barang maka ia akan mendatangi tempat barang itu dijual. Pembeli memeriksa secara langsung kondisi barang yang diinginkannya; kemudian terjadi tawar menawar antara pembeli dan penjual; apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli barulah terjadi serah terima uang dan barang. Proses jual beli seperti ini telah diatur dalam fiqh muamalah, yang mensyaratkan adanya empat hal yaitu shighat al’aqd (ijab qabul), mahallul

‘aqd (obyek perjanjian / barang), al’aqidaian (para pihak yang melaksanakan isi perjanjian) dan maudhu’ul’aqd (tujuan perjanjian). Sighat al’aqd (ijab qabul) dilaksanakan secara lisan, tulisan atau isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau menulis. Bahkan dapat dilaksanakan dengan perbuatan (fi’li) yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak untuk melakukan suatu perjanjian (jual beli) yang umumnya dikenal dengan bi’ al- mu’athah. Mahallul ‘aqd mensyaratkan obyek atau barang yang diperjanjikan sudah nya adanya, dapat diserahkan ketika terjadi kesepakatan. Al’aqidaian adalah para pihak yang melaksanakan isi perjanjian, harus memenuhi syarat seperti, berakal, sehat, dewasa/bukan mumayyiz dan cakap hukum. Sedangkan maudhu’ul ‘aqd berarti yang menjadi tujuan dibuatnya perjanjian (jual beli) yakni penjual menyerahkan barang atau jasa sedangkan pembeli menyerahkan sejumlah uang

Begitulah aturan hukum Islam adalah tentang jual beli dalam fiqh mu’amalah.

Mu’amalah merupakan hubungan manusia sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka terhadap benda atau yang dianggap benda. Sehingga muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan, seperti jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. Agama telah memberikan aturan terhadap masalah

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 658

muamalah ini untuk kemaslahatan umum.1 Artinya, agama memberikan aturan tentang mu’amalah ini agar kehidupan manusia jadi terjamin dengan sebaik-baiknya dan teratur tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan yang merugikan mereka. Di antara bentuk kegiatan muamalah yang dibolehkan oleh Allah swt. adalah jual beli.

Dalam perkembangannya, pada mulanya jual beli dilakukan secara barter, yaitu pertukaran barang satu dengan barang lain, lalu kemudian jual beli berubah dengan alat transaksi berupa uang, maka transaksi jual beli mulai dilaksanakan dengan pertukaran barang dengan uang. Beberapa dekade setelah itu manusia menemukan teknologi kartu kredit sebagai pengganti uang real dan kemudian pada masa sekarang manusia sudah mulai merubah kebiasaan jual beli dari yang terlihat secara fisik ke sistem online.

Dalam aturan hukum Islam bahwa jual beli itu mesti dilakukan secara suka sama suka,2 bahkan suka sama suka tersebut merupakan inti pokok dalam suatu transaksi jual beli. Karena suka sama suka itu pada hakikatnya adalah abstrak, maka perlu dinayatakan dengan transaksi zahir, yaitu adanya ijab dan qabul. Dengan adanya jual beli jarah jauh atau online tentu ijab qabul ini tidak terwujud lagi dalam kenyataan.

Jual beli jarak jauh sudah merupakan kebiasaan yang berlaku di dunia bisnis saat ini.

Penjual dan pembeli tidak memperhatikan lagi masalah ijab qabul secara lisan, tetapi cukup dengan perantaraan kertas-kertas berharga, seperti cek, wesel, dan sebagainya. Bahkan kehadiran fisik dalam satu tempat (satu majelis) tidak lagi berlaku, karena cukup dengan misalnya via telepon dan internet, termasuk perkembangan pemasaran barang yang diperjualbelikan (marketing), juga dilakukan tidak lagi secara berhadapan fisik.

Sekarang hal-hal pemasaran dan jual beli sudah bisa dilaksanakan tanpa harus bertemu langsung dengan adanya perkembangan alat telekomunikasi berupa jaringan internet. Dari perkembangan bentuk transaksi jual beli dan pemasaran inilah kemudian kita mengenal istilah online shop.3

Berkaitan dengan uraian di atas, tentu akan muncul berbagai masalah, di anataranya sebagai berikut:

1.

Apa bentuk akad dalam Jual Beli Online

2.

Apa sajakah komponen jual beli online ?

3.

Apa sajakah Jenis-jenis transaksi online?

4.

Apa Kaidah Fiqih mengenai jual beli online ?

5.

Bagaimana Jual beli online dalam perspektif Islam ?

6.

Apa Hukum Cashback ?

Tulisan

ini hendak mengemukakan jawaban dari berbagai persoalan yang telah diungkapkan, sehingga tulisan ini bertujuan untuk:

1.

Mengemukakan cara Akad dalam Jual Beli Online

2.

Mengetahui Apa sajakah komponen jual beli online

3.

Mengetahui Apa sajakah Jenis-jenis transaksi online

4.

Mengetahui Kaidah Fiqih mengenai jual beli online

5.

Mengetahui Bagaimana Jual beli online dalam perspektif Islam

KAJIAN PUSTAKA

1 Ini merupakan ketentuan Allah yang dapat ditemukan antara lain dalam: Q. S.

an-Nisa`: 105, Q. S. al-Maidah: 45,47,49, Q. S. al-An‟am: 153

2 QS. Al-Nisa’: 29

3 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 113.

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 659

A. Kajian Terdahulu

Kemajuan teknologi, khususnya bisnis e-commerce telah merubah perilaku konsumen dari kebiasaan berbelanja di pusat perbelanjaan sekarang mulai beralih dengan menggunakan media online. Adanya minat dalam fikiran konsumen untuk melakukan pembelian, yang dipengaruhi oleh kepercayaan, kemudahan dan kualitas informasi, menyebabkan keputusan pembelian online. Kajian pustaka tentang jual beli online telah banyak dilakukan. Kajian pustaka diharapkan dapat memberikan andil yang besar dalam mendapatkan jawaban dan teori yang ada kaitannya dengan permaslahan dalam tulisan ini. Beberapa kajian pustaka tersebut di antarannya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Biuty Wulan Octavia, (2011) yang berjudul ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad As-Salam Dengan Sistem Online di PAND’S Collection Pandanaran’’. Skripsi ini membahas tentang Sistem as-Salam Secara Online di Pand’s Collection disimpulkan bahwa as-Salam dengan sistem online tidak diperbolehkan, karena tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli Salam yang telah ditetapkan syara’ serta tidak memenuhi aturan- aturan yang berlaku dalam suatu transaksi. Ini diperkuat oleh pendapat para pembeli Pand’s collection mengenai penjualan produk-produknya, 99% mengatakan bahwa pelayanan secara onlinenya mengecewakan, barang yang di gambar tidak sesuai dengan kenyataan, tidak tepat waktu pengiriman jadi tidak sesuai dengan rukun dan syarat Salam. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad As-Salam Dengan Sistem Online di Pand’s Collection Pandanaran adalah tidak sesuai dengan Hukum Islam terutama pada proses transaksi, penyerahan barang dilakukan secara online yang pada dasarnya tidak ada kejelasan atau mengandung unsur gharar.4

2. Skripsi yang ditulis oleh Disa Nusia Nisrina, (2015) yang berjudul ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online Dan Relevansinya Terhadap Undang- Undang Perlindungan Konsumen’’. Skripsi ini membahas tentang Jual beli online yang termasuk dalam aspek muamalah yang pada dasarnya mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Hak-hak konsumen dalam hukum Islam berupa hak khiyar, diantaranya yaitu khiyar majelis, khiyar ‘aib, khiyar syarat, khiyar ta’yin, khiyar ar-ru’yah. Sedangkan hak-hak konsumen dalam UUPK, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa.5

3. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Atira (2017) yang berjudul ‘’Jual Beli Online Yang Aman dan Syar’i (studi terhadap pandangan pelaku bisnis online di kalangan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makasar)’’. Skripsi ini membahas tentang jual beli online yang aman dan syari menurut pandangan pelaku bisnis online di kalangan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makasar adalah transfer lewat ATM, Cash On Delivery (COD) dan melalui Rekening Bersama. Jual beli online yang aman yakni Jual beli online yang secara resmi telah diformalkan oleh pemerintah. [4]6

4. Jurnal dari Friska wulandari mengenai Problematika jual beli online seperti penipuan, penyembunyian cacat barang, ketidaksesuaian barang dengan spesifikasi

4 Biuty Wulan Octavia ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad As-Salam Dengan Sistem Online di PAND’S Collection Pandanaran’’ (Skripsi – IAIN Walisongo, 2011).

5 Dina Nusia Nisrina‚ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online Dan Relevansinya Terhadap Undang-undang Perlindungan Konsumen’’ (Skripsi – UIN Alauddin Makasar, 2015).

6 Nurul Atira‚ Jual Beli Online yang Aman dan Syar’i, (Skripsi – UIN Alauddin Makasar, 2017)

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 660

membuat penyusun tertarik untuk memberikan tawaran konsep mengenai jual beli online yang aman dan syar’i; berdasarkan studi terhadap pandangan pelaku bisnis online di kalangan mahasiswa dan alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Banyak model dari transaksi jual beli online, antara lain transfer via ATM, sistem Cash On Delivery (COD), dan rekening bersama (rekber).

Terlepas dari model transaksi tersebut, hal yang paling diutamakan dalam belanja online adalah kejelian melihat identitas penjual, kualitas dan harga barang, serta keamanan dalam bertransaksi. Aman saja belum tentu syar’i, karena jual beli online dapat dikatakan syar’i ; jika sudah memenuhi rukun dan syarat jual beli, sesuai dengan syarat yang terdapat dalam akad salam, memenuhi etika jual beli, serta asas-asas perjanjian dalam hukum Islam salah satunya adalah asas amanah, karena jual beli online dilakukan dengan modal kepercayaan dan atas dasar saling ridha. Informasi sejujur-sejujurnya diperlukan untuk menghindari garar dan kemungkinan risiko yang akan terjadi. (Wulandari, 2015)

B. Kajian Teori

Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak, apalagi situs yang digunakan untuk melakukan transaksi jual beli online ini semakin baik dan beragam. Namun, dalam sistem jual beli online produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan spesifikasi barang dan gambar yang tidak bisa dijamin kebenarannya. Untuk itu sebagai pembeli, maka sangat penting untuk mencari tahu kebenaran apakah barang yang ingin dibeli itu sudah sesuai atau tidak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual. Menurut Rahmat Syafe’i, secara bahasa jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.7

Kata Online terdiri dari dua kata, yaitu On (Inggris) yang berarti hidup atau di dalam, dan Line (Inggris) yang berarti garis, lintasan, saluran atau jaringan. Secara bahasa online bisa diartikan “di dalam jaringan” atau dalam koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan internet. Dalam keadaan online, seseorang dapat melakukan kegiatan secara aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu arah seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi dua arah seperti chatting dan saling berkirim email. Online bisa diartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang menggunakan jaringan, satu perangkat dengan perangkat lainnya saling terhubung sehingga dapat saling berkomunikasi.8

Dengan demikian, maka jual beli online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet antara penjual sebagai pihak yang menjual barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual. Jual beli secara online menerapkan sistem jual beli di internet. Tidak ada kontak fisik secara langsung antara penjual dan pembeli. Jual beli dilakukan melalui suatu jaringan yang terkoneksi dengan menggunakan handphone, komputer, tablet, dan lain-lain.

Menurut hukum Islam, jual beli itu dilaksanakan dengan saling suka sama suka terhadap benda yang suci zatnya, oleh orang yang mempunyai kebebasan berbuat. Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga diatur dalam hukum positif, yaitu: Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, transaksi elektronik, yaitu: Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan

7 Rahmat Syafe`i, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001 h. 73.

8 Sederet. com”, Online Indonesian English Dictionary. http://mobile. sederet. com/ (9 Oktober 2019).

(6)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 661

komputer, dan/atau media elekronik lainnya. Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi elektronik, yaitu: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:9

1. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

2. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat sesuai dengan pasal 17 ayat (1) UU ITE. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat. Transaksi Elektronik juga diatur dalam KUHPerdata yang menganut asas kebebasan berkontraMenurut Gunawan Wijaya, jual beli adalah suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang dari pembeli ke penjual. Dalam buku III KUHPerdata diatur mengenai perikatan yang menganut asas terbuka atau kebebasan berkontrak, maksudnya memberikan kebebasan kepada pihak- pihak dalam membuat perjanjian asalkan ada kata sepakat, cakap bertindak hukum, suatu hal tertentu dan suatu sebab tertentu, dan suatu sebab yang halal.

Begitupun juga transaksi elektronik yang diatur dalam KUHPerdata yang menganut asas kebebasan berkontrak. Sifat terbuka dari KUHPerdata ini tercermin dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengandung asas kebebasan berkontrak, yaitu: Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Maksudnya ialah setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:10

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang dianggap tepat, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara-cara melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung terselesaikannya.

1. Data yang dikumpulkan Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan peneliti maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk deskriptif atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud. Data yang dapat dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah

9 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1, angka 2.

10 Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1320

(7)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 662

2. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh dari tempat, orang atau benda yang dapat memberikan suatu data sebagai penyusunan informasi bagi penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan oleh peneliti, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat atau mencatat sutu laporan yang telah tersedia. Dengan kata lain, proses penyampaiannya dilakukan melalui data tertulis yang memuat garis besar data yang akan dicari dan berkaitan dengan judul penelitian.

5. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap sumber informasi yang dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Dengan demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai objek yang diteliti.

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan, peneliti menggunakan teknik penggolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu peneliti melakukan pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi penelitian. Dalam hal ini peneliti mengambil datadata yang akan dianalisis dengan rumusan masalah dan melakukan validasi ulang terkait data yang diperoleh peneliti dengan fakta yang terjadi di lapangan.

2. Organizing, yaitu peneliti melakukan pengelompokan data atau menyusun kembali data-data yang telah di dapat dalam penelitian yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data-data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data.

3. Analizing, yaitu peneliti menganalisis data-data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai keenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Akad dalam Jual Beli Online

Secara bahasa, transaksi (akad) digunakan dalam berbagai arti, yang hanya keseluruhan kembali pada bentuk ikatan atau hubungan terhadap dua hal. Yaitu al-Salam atau disebut juga al-Salaf merupakan istilah dalam bahasa Arab yang mengandung makna

“penyerahan”. Secara etimologi, salam atau salaf yaitu sesutau yang didahulukan. Dalam konteks ini, jual beli salam/salaf harga/uangnya didahulukan, sedangkan barangnya diserahkan kemudian dapat dinyatakan pula pembiayaan di mana pembeli diharuskan untuk membayar sejumlah uang tertentu untuk pengiriman barang atau sesuai perjanjian.

Atau dalam kata lain pembayaran dalam transaksi salam dilakukan di muka. Dikatakan salam karena ia menyerahkan uangnya terlebih dahulu sebelum menerima barang dagangannya. Firman Allah QS. Al –Baqarah: 282:

ُبُتْكاَف ىًّمَسُم ٍلَجَأ ىَلِإ ٍنْيَدِب ْمُتْنَياَدَت اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي هو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu “bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis. ” 11

Jual beli pesanan dalam dalam fiqh Islam disebut al-Salam sedangkan bahasa penduduk Hijaz, dan Iraq al-Salaf. Kedua kata ini mempunyai makna yang sama,

11 QS. Al –Baqarah: 282

(8)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 663

sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika membicarakan akad bai‘ al-Salam, menyebut juga dengan al-salaf, sehingga dua kata tersebut merupakan kata sinonim.

Inti dari uraian dia atas bahwa akad salam merupakan akad pesanan dengan membayar terlebih dahulu dan barangnya diserahkan kemudian, atau sesuai kesepakatan anatara pembeli dan penjual. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang. Transaksi salam merupakan salah satu bentuk yang telah menjadi kebiasaan di berbagai masyarakat. Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan uang untuk kebutuhan perusahaan mereka, bahkan sewaktu-waktu kegiatan perusahaannya terhambat karena kekurangan bahan pokok. Sedangkan si pembeli, selain akan mendapat barang yang sesuai dengan yang diinginkannya, ia pun sudah menolong kemajuan perusahaan saudaranya. Maka, untuk kepentingan tersebut Allah mengadakan peraturan salam. Rukun dan syarat. Sebagaimana jual beli, dalam akad salam harus terpenuhi rukun dan syaratnya. Hal terpenting dalam salam adalah bahwa pembayaran atas harga harus dilakukan pada saat akad dibuat. Syarat-syarat salam adalah sebagai berikut:

1. Uangnya dibayar ditempat akad, berarti pembayaran dilakukan terlebih dahulu.

2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual.

3. Barangnya dapat dibelikan sesuai waktu yang dijanjiakan, berarti pada waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada, oleh sebab itu, men-salam buah-buahannya yang waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.

4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, takarannya, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu.

5. Diketahui dan disebabkan sifat-sifat dan macam barangnya dengan jelas, agar tak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara kedua belah pihak. Dengan sifat itu, berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda.12

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam jual beli online atau sering juga disebut sebagai e-commerce, pihak-pihak ini lebih tepat disebut sebagai komponen- komponen karena semuanya bersifat maya atau virtual. Sesuai dengan standar protokol SET (Secure Electronic Transaction), komponen-komponen yang terlibat dalam jual beli online, yaitu:

1. Virtual/Physical Smart Card Virtual atau Physical Smart Card ini sesungguhnya adalah media yang digunakan pembeli atau pelaku transaksi dalam menyerahkan kartu kreditnya kepada kasir di counter. Penyerahan kartu kredit ini tidak dilakukan secara fisik lagi, tetapi melalui alat yang disebut dengan smart card. Dengan smart card ini pembeli akan megirimkan informasi dari kartu kredit yang dibutuhkan oleh penjual barang untuk selanjutnya dilakukan otoritas atas informasi yang diperolehnya.

Pengirim informasi kartu kedit ini sudah terjamin keamanannya karena smart card yang digunakan sudah memiliki CA (Certificate Autority) tertentu. Saat ini smart card untuk jual beli online tersedia dalam bentuk software, yang biasa dikenal sebagai virtual smart card. Dengan virtual smart card, pelaku transaksi tidak perlu mengetikkan nomor kreditnya setiap kali melakukan transaksi, tetapi tinggal hanya menjalankan software ini dan menekan satu tombol tertentu untuk melakukan pembayaran. Contoh software virtual card ini adalah Wallet, Microsoft Wallet dan Smart Cat.

2. Virtual Point of Sale, sebagai tempat penjualan tentunya penjual harus mempunyai software aplikasi yang benar-benar baik dan lengkap yang mendukung transaksi online, antara lain: Marketing. “Lima Tempat Jualan Online”. menyediakan interface

12 Arip Purkon, Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah dan Berlimpah Via Internet (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014)

(9)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 664

untuk operasi-operasi penjualan. Pengiriman laporan transaksi ke pembeli dan ke bagian keuangan yang juga online, pengontrolan persediaan barang atau invertori, memiliki interface untuk otoritas secara transparan dan mendukung SET demi keamanan pengiriman dan penerimaan data antara pembeli dan penjual. Jadi dengan adanya software virtual poit of sale, pembeli akan benar- benar merasakan seolah-olah berada di toko atau tempat penjualan yang sesungguhnya. Pembeli dapat melakukan pemilihan barang yang dibutuhkan, berapa stok barang yang tersedia, mengetahui berapa jumlah barang yang dibelinya, berapa banyak transaksinya, kapan barang dibeli akan tiba, tanpa rasa was-was akan salah tagih atau salah debet atas kartu kreditnya.

Penyebabnya, pembeli akan dapat langsung mencetak dengan printer dengan segala transaksi yang telah dilakukan pada saat itu juga melalui komputernya, juga tanpa merasa kuatir akan keamanan informasinya yang telah dikirim atau diterimanya saat melakukan transaksi kepada penjual barang tersebut. Salah satu contoh software ini adalah Pos.

3. Virtual Acquirer atau Payment Gateway. Transaksi yang sesungguhnya pihak penjual akan melakukakan otoritas kartu kredit pembeli kepada pihak bank yang bekerjasama dengan visa atau master card, sehingga dapat diperoleh apakah kartu kredit itu valid atau tidak, bermasalah atau tidak. Apabila memang tidak bermasalah, pihak penjual akan mengirim jumlah transaksi yang dilakukan pembeli ke pihak bank. Sealanjutnya pihak bank akan mengeluarkan kartu kredit melakukan penagihan kepada pemilik kartu kredit untuk dibayarkan ke pihak penjual.

Di bank sentral, tranksaksi yang terjadi adalah transfer sejumlah dana antar bank, di mana bank A akan mengirim memo kepada bank sentral atas pemindahan dana nasabahnya kepada nasabah bank B, bank sentral akan meneruskan memo ini ke bank B, selanjutnya setelah bank B menerima memo ini, bank B akan menambahkan sejumlah dana account nasabahnya. Dalam jual beli online, karena seluruh transaksi dilakukan secara online maka softwarelah yang memegang peranan penting dalam transaksi ini. Software ini dapat saja diletakkan di beberapa bank tertentu bekerjasama dengan beberapa penjual untuk membangun suatu sistem jual beli online atau bisa juga diletakkan di ISP. Salah satu perusahaan yang menerapkan ini adalah Wells Fargo dan General Electric.

4. Visa Credit Card

Visa adalah suatu keharusan untuk mendukung 100% transaksi online di internet.

Mereka bekerjasama dengan berbagai bank di seluruh dunia dan pihak-pihak pengembang software jual beli online. Visa sendiri harus menyediakan data base yang handal dan terjaga kerahasiannya yang dapat di akses setiap saat oleh para pembeli.

Di internet ini pun visa menyediakan layanan-layanan online seperti ATM Locator, Electronic Banking, Bill Paymet dan lain sebagainya.13

B. Jenis Transaksi Jual Beli Online

Konsumen jual beli online semakin dituntut untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses, resiko serta keamanan dari sebuah transaksi online. Saat ini jenis transaksi online juga semakin beragam mulai dari jenis konvensional dimana pembeli dan penjual harus bertatap muka dalam melakukan proses transaksi hingga yang menggunakan proses transaksi otomatis tanpa harus bertatap muka. Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis transaksi jual beli online yang biasa dilakukan oleh konsumen jual beli online, yaitu:

13 Arip Purkon, Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah dan Berlimpah Via Internet, Pamekasan: PT Gramedia Pustaka Utama,2014 I h. 28.

(10)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 665

1. Transfer Antar Bank Transaksi dengan cara transfer antar bank merupakan jenis transaksi yang paling umum dan popular digunakan oleh para pelaku usaha atau penjual online. Jenis transaksi ini juga memudahkan proses konfirmasi karena dana bisa dengan cepat di cek oleh penerima dana atau penjual. Prosesnya adalah pertama- tama konsumen mengirim dana yang telah disepakati lalu setelah dana masuk, maka penjual akan mengirimkan barang transaksi yang dijanjikan.

2. Kekurangan transaksi antar bank adalah diperlukannya kepercayaan yang tinggi dari para pembeli sebelum memutuskan mengirim dana. Disini tidak jarang terjadi penipuan, setelah dana terkirim ternyata barang tak kunjung diterima.

3. COD (Cash On Delivery) Pada sistem COD sebenarnya hampir dapat dikatakan bukan sebagai proses jual beli secara online, karena penjual dan pembeli terlibat secara langsung, bertemu, tawar-menawar, dan memeriksa kondisi barang baru kemudian membayar harga barang. Keuntungan dari sistem ini adalah antara pelaku usaha dan konsumen lebih bisa leluasa dalam proses transaksi. Konsumen bisa melihat dengan detil barang yang akan dibeli. Jenis transaksi ini dipopulerkan oleh website jual beli seperti Tokobagus, Berniaga, dan lainnya. Kekurangan dari sistem ini adalah keamanan baik pelaku usaha maupun konsumen karena boleh jadi pihak yang akan ditemui pelaku usaha atau konsumen adalah orang yang berniat jahat.

4. Kartu Kredit Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang semakin popular, selain memberikan kemudahan dana proses verifikasi, pembeli juga tidak perlu melakukan semua tahap transaksi. Akan tetapi karena tidak semua pembeli mempunyai kartu kredit sehingga cara pembayaran ini menjadi pilihan kedua. Bahkan pengguna dengan kartu kredit pun akan berusaha memastikan bahwa toko si pelaku usaha memiliki tingkat keamanan yang tinggi guna menghindari tindakan pencurian data oleh pihak- pihak tertentu.

5. Rekening Bersama Jenis transaksi ini disebut juga dengan istilah escrow. Cara pembayaran ini mempunyai perbedaan dengan proses pembayaran melalui transfer bank. Jika dalam transfer bank pihak ketiganya adalah bank, sedangkan dengan sistem rekening bersama yang menjadi pihak ketiga adalah lembaga pembayaran yang telah dipercaya baik oleh pihak pelaku usaha maupun konsumen. Prosesnya, yaitu pertama konsumen mentransfer dana ke pihak lembaga rekening bersama. Setelah dana dikonfirmasi masuk, lalu pihak rekening bersama meminta pelaku usaha mengirim barang yang sudah disepakati. Jika barang sudah sampai, baru dana tersebut diberikan pada si pelaku usaha. Dengan sistem ini dana yang diberikan oleh pembeli bisa lebih terjamin keamanannya karena dananya hanya akan dilepas jika barang benar-benar sudah sampai ditangan konsumen. Jika terjadi masalah pun dana bisa ditarik oleh sang konsumen. Sistem ini banyak digunakan pada proses jual beli antar member forum Kaskus.

6. Potongan Pulsa Metode pemotongan pulsa biasanya diterapkan oleh toko online yang menjual produk-produk digital seperti aplikasi, musik, ringtone, dan permainan.

Transaksi ini masih didominasi oleh transaksi menggunakan perangkat seluler atau smartphone.14

C. Kaidah Fiqih mengenai jual beli online

Dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan hukum jual beli secara online adalah:

َّل ُدَي ْنَأ َّلاا ُةَحاَبِلإا ِةَلَماَعُملا يِف ُلْصَلأا اَهِمْي ِرْحَت َىلَع ٌلْيِلَد

14 Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 242.

(11)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 666

“Hukum asal dalam muamalah adalah boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya”

Berkaitan dengan jual beli, karena jual beli merupakan salah satu perbuatan muamalah maka hukumnya boleh sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.

Kemudian jual beli onlinejuga termasuk dalam kegiatan jual beli, sehingga selama tidak ada dalil yang mengharamkannya maka hukumnya boleh.

ِه ِر ُّوَصَت ْنَع ٌع ْرَفِءاَيْشَلأا ُمْكُح

“Penilaian Hukum terhadap suatu masalah berangkat dari gambaran tentang sesuatu tersebut. ”

Hal ini tercermin dari mewabahnya pertukaran transaksi barang dan jasa melalui media elektronik. Pesatnya perkembangan ini dimungkinkan mengingat perdagangan melalui jaringan komputer menjanjikan efisiensi baik dari segi waktu dan biaya serta kenyamanan dalam bertransaksi bagi konsumen, dibandingkan denga pola bertransaksi secara tradisional. Dan secara bisnis, keuntungan going in-line bisnis adalah potensi untuk menghindari biaya operasional kantor atau outlet dan administrasinya yang diperkirakan setiap transaksi konvensional membutuhkan biaya 12 kali dibanding transaksi di cyberspace.

D. Jual beli online dalam perspektif Islam

Di dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan tentang jual beli online yaitu dalam Firman Allah SWT dalam Q. S. al-Baqarah ayat 275:

اَب ِِّرلا َم َّرَح َو َعْيَبْلا ُ َّاللَّ َّلَحَأ َو Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ”15

Di dalam hadis pun dijelaskan yang berbunyi

نَع َعْيَبْلااَمَّنِا ٍضا َرَتْ

Artinya :“Sesungguhnya sahnya jual beli atas dasar kerelaan. ”

Menurut pendapat Ahmad Zahro, jual-beli lewat online (internet) itu diperbolehkan, dan sah, kecuali jika secara kasuistis terjadi penyimpangan, manipulasi, penipuan dan sejenisnya. Bila terjadi secara kasuistis yang disebutkan, maka hukumnya haram. Tetapi kasus tertentu menurut maz\hab Hanafi tidak dapat digunakan untuk menggeneralisasi sesuatu yang secara normal positif boleh dan halal. Oleh karena itu jika ada masalah terkait yang menunjukkan ketaksesuaian barang antara yang ditawarkan dan dibayar dengan yang diterima, maka berlaku hukum transaksi pada umumnya, bagaimana kesepakatan yang telah dijalin. Inilah salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab batalnya transaksi jual beli dan dapat menjadi salah satu penyebab haramnya jual beli, baik online atau bukan karena adanya manipulasi atau penipuan.

Hasil Keputusan Muktamar NU ke-XXXII di Asrama Haji Sudiang Makassar Tanggal 7-11 Rabi’ul Akhir 1431 H/22 – 27 Maret 2010 M. Hasil sidang tersebut membolehkan jual beli melalui media online. Adapun dasar yang digunakan adalah pendapat Muhammad Ibn Syihabuddin al-Ramli, “Dan menurut qaul al-Azhar, sungguh tidak sah selain dalam masalah fuqa’-sari anggur yang dijual dalam kemasan rapat/tidak terlihat- (jual beli barang ghaib), yakni barang yang tidak terlihat oleh dua orang yang bertransaksi, atau salah satunya. Baik barang tersebut berstatus sebagai alat pembayar maupun sebagai barang yang dibayari. Meskipun barang tersebut ada dalam majlis akad dan telah disebutkan kriterianya secara detail atau sudah terkenal secara luas -mutawatir-, seperti keterangan yang akan datang. Atau terlihat di bawah cahaya, jika cahaya tersebut menutupi warna aslinya, seperti kertas putih.

Demikian menurut kajian yang kuat. ”Bahkan Sulaiman bin Muhammad al- Bujairami dalam Hasyiyahal-Bujairami ‘alaal-Khatib menjelaskan adanya tuntutan

15 Q. S. al-Baqarah ayat 275

(12)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 667

menyaksikan Nabi’ secara langsung tanpa adanya penghalang walaupu berupa kaca.

Muhammad Syaubari al-Khudri berkata: “Termasuk padanan kasus tercegah melihat mabi’-barang yang dijual- adalah melihat mabi’ dari balik kaca. Cara demikian tidak mencukupi syarat jual beli. Sebab, standarnya adalah menghindari bahaya ketidakjelasan mabi’, yang tidak bisa dipenuhi dengan cara tersebut. Sebab, secara umum barang yang terlihat dari balik kaca terlihat beda dari aslinya. Demikian keterangan dari syarah al- Ramli.”

PENUTUP

Jual beli online termasuk aspek muamalah yang pada dasarnya mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Selain itu, rukun dan syarat jual beli online tidak bertentangan dengan rukun dan syarat dalam sistem hukum perikatan Islam. Yang diharamkan dalam transaksi jual beli online, yaitu transaksi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur haram, seperti riba, gharar (penipuan), bahaya, ketidakjelasan, merugikan hak orang lain, pemaksaan, dan barang atau jasa yang menjadi objek transaksi adalah halal, bukan yang diharamkan seperti khamr, bangkai, babi, narkoba, judi online, dan sebagainya.

Dari segi positifnya, transaksi jual beli online mengandung aspek kemaslahatan berupa kemudahan dan efisiensi waktu. Penetapan hukumnya dalam dilihat melalui fikih, bahwa ditemukan adanya kesepakatan ulama terhadap transaksi jual beli melalui surat dan perantara, sehingga jual beli online dapat dianalogikan sebagai jual beli melalui surat atau perantara selama dilakukan atas dasar prinsip kejujuran dan prinsip suka sama suka (kerelaan). Sehingga, hukum dari jual beli online ini boleh sepanjang rukun dan syarat terpenuhi, serta tidak ada pihak yang dirugikan di dalamnya.

(13)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 668

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Syafe`i, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001 Republik Indonesia, Undang-undang RI

Sederet. com”, Online Indonesian English Dictionary. http://mobile. sederet. com/

Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Arip Purkon, Bisnis Online Syariah: Meraup Harta Berkah dan Berlimpah Via Internet (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014)

Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2012

Biuty Wulan Octavia ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad As-Salam Dengan Sistem Online di PAND’S Collection Pandanaran’’ (Skripsi – IAIN Walisongo, 2011).

Dina Nusia Nisrina ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online Dan Relevansinya Terhadap Undang-undang Perlindunga Konsumen’’ (Skripsi – UIN Alauddin Makasar, 2015).

Nurul Atira ‚Jual Beli Online yang Aman dan Syar’i’’ (Skripsi – UIN Alauddin Makasar, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa transaksi jual beli menggunakan member card di PB Swalayan Metro telah memenuhi rukun dan syarat jual beli, akan tetapi dalam

HIGH SCHOOL, SATKHIRA Selected Students for Admission-2020 Merit List for Class Three 3, Morning Shift SL NO USER ID ROLL NO APPLICANT NAME QUOTA RANK 95 HS7QU2B2 3100187