Tinjauan tentang praktik hukum Islam penjualan kacang mete kepada masyarakat di Desa Songgajah Kecamatan Kempo Dompu. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap fenomena jual beli jambu mete oleh masyarakat desa Songgajah Kec.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai pandangan atau pandangan hukum Islam terhadap fenomena jual beli kacang mete tanpa persetujuan pemilik yang banyak dipraktikkan oleh masyarakat Desa Songgajah Kec. Tinjauan Hukum Islam tentang Fenomena Jual Beli Kacang Mete di Desa Songgajah Kecamatan Kempo Dompu.
Setting Penelitian
11 Harmaeni “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Furnitur Dengan Sistem Pesanan” (Skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram 2019). Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Vita Aryani dengan penelitian ini terletak pada ruang lingkup dan lokasi penelitian.
Jual Beli
Jual beli adalah akad yang dianggap sah jika memenuhi rukun dan syarat jual beli. Terhadap orang ini, tidak dibenarkan jual beli karena mereka tunduk pada hajru (larangan bertransaksi atas harta).
Jenis dan Pendekatan Peneltitan
Metode penelitian adalah cara memperoleh informasi tentang keberlangsungan penelitian melalui prosedur yang telah ditetapkan.
Kehadiran Peneliti
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pedagang mete, masyarakat sekitar, tokoh masyarakat di desa Songgajah, Kec. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data penelitian yang relevan yang diambil dari berbagai literatur tertulis seperti buku, majalah dan lain-lain.
Teknik Pengumpulan Data
Desa Songgajah dibentuk pada tahun 1996 oleh Dinas Transmigrasi dengan jumlah 200 KK dari berbagai suku yaitu suku Mbojo 80 KK, suku Sasak 40 KK, suku Bali 40 KK, suku Jawa 40 KK . Kemudian pada tahun 1997, Dinas Transmigrasi bersama masyarakat memilih seorang Korades (koordinator desa) atas nama Gatot Sudjangi selama 5 tahun. Diharapkan informasi dan temuan berikut ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Desa Songgajah.
Desa Songgajah terletak di kecamatan Songgajah kabupaten Dompu yang berada di tengah desa lain. Desa Songgajah terdiri dari 4 dusun dan 8 RT yaitu Dusun Mada Gajah, Dusun Doro Pela, Dusun Mada Safahu dan Dusun Ruhu Ruma dengan batas wilayah sebagai berikut. Berdasarkan hasil pendataan kader desa dengan masyarakat dan didukung oleh pemerintah desa, pada tahun 2019 diperoleh data jumlah penduduk Desa Songgajah, jumlah penduduk desa sebanyak 636 jiwa, yang terdiri dari 332 laki-laki dan 304 laki-laki. adalah perempuan dengan kepadatan penduduk 659 jiwa/km2.
Membandingkan jumlah penduduk dan luas wilayah, Desa Songgajah bisa dikatakan padat penduduk.
Jarak Desa ke kota Kecamatan dan Kabupaten
Topografi dan Iklim
Tingkat pemanfaatan lahan kering untuk penanaman jagung dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Ketersediaan air permukaan di desa Songgajah pada musim hujan dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang diperoleh dari sumur gali dan sumur Sanyo (air bor). Pada musim kemarau, air di sumur tersebut tidak terlalu banyak, namun masih cukup untuk minum, memasak, mencuci, mandi dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Data lebih lanjut terkait infrastruktur sumber daya air dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Keadaan sosial
Sebagai fasilitas pendidikan di desa Songgajah yaitu hingga pertengahan tahun 2019 terdapat 1 SMP Negeri, 1 SD Negeri serta 1 unit PAUD PAUD dan 1 unit TPQ. Infrastruktur desa Songgajah terkait komunikasi dan transportasi dalam kondisi cukup baik untuk pemukiman penduduk, meskipun masih ada beberapa jalan perumahan yang masih perlu diperbaiki, fokus desa Songgajah terkait dengan jalan ekonomi yang kondisinya sangat buruk dan bahkan perlu membuka jalan baru. Di Desa Songgajah, berdasarkan hasil pendataan, tercatat untuk memenuhi kebutuhan air bersih diperoleh dari sumur gali dan lewat.
Berdasarkan data profil desa dan kajian desa diketahui bahwa sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa Songgajah adalah pertanian, peternakan dan PNS. Lembaga pemerintahan desa yang dimaksud adalah lembaga pemerintahan yang ada di desa mulai dari tingkat RT, Dusun sampai dengan desa, serta Badan Perwakilan Desa (BPD). Panti sosial di desa Songgajah adalah 1 karang taruna yang beranggotakan 10 orang dan lembaga pemberdayaan masyarakat desa LPM yang beranggotakan 3 orang (data profil desa).
Gambaran panti sosial di desa Songgajah adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.
Masalah dan Isu Strategis Yang dihadapi Desa
Masalah Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa antara lain
Masalah dan Isu-Isu Strategis Bidang Pembinaan Kemasyarakatan terdiri dari Program antara lain
Masalah Bidang Pemberdayaan Masyarakat dengan Isu/Kelompok masalah antara lain
Rancangan Kebjikan Ekonomi Dan Kebijakan Keuangan Desa
Kondisi Ekonomi
Usia produktif desa Songgajah adalah ….org, dari tabel diatas dapat diketahui jumlah penduduk yang bekerja/bermata pencaharian dari pertanian.
Arah Kebijakan Keuangan Desa
Pengelolaan dana desa dalam APBD Kabupaten/Kota dan APB-Desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan ekonomi daerah/desa berdasarkan landasan hukum PP No. 60 Tahun 2014 tentang dana desa yang diperoleh dari APBN dan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dana Desa dikelola secara tertib, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, efektif, ekonomis, efisien, transparan, dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.
Seperti yang dikatakan Adi, berkaitan dengan penjualan kacang mete di Desa Songgajah, Kecamatan Kempo Dompu. Jadi disini kami masyarakat disini hanya sedikit perkebunan, bisa dibilang sebagian besar orang luar disini memiliki perkebunan jambu mete, jadi untuk. Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu agen jambu mete di Desa Songgajah Kecamatan Kempo Dompu yaitu saudara Idham yang menjadi agen buah disana.
Wawancara juga dilakukan penyidik dengan Kepala Desa Songgajah Kecamatan Kempo Dompu Bapak Noor Karim yang mengatakan terkait dengan penjualan jambu orang lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemilik perkebunan jambu mete tersebut. Hukum Islam mengkaji fenomena jual beli jambu mete yang dilakukan oleh masyarakat Desa Songgajah, Kec. Sementara tindakan sepihak tetangga atau pedagang jambu mete merupakan langkah antisipatif agar jambu mete membusuk atau jatuh dari pohonnya, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan yang kuat untuk memetik jambu mete dan menjualnya kepada orang lain tanpa seizin pemiliknya. izin.
Saya tidak setuju dengan praktek jual beli hasil kebun orang lain, cenderung menjadi kebiasaan di desa Songgajah, jadi cenderung tidak masalah, walaupun saya tetap tidak mendukung praktek jual beli jambu mete orang lain. gila karena saya bersikeras melakukan hal-hal yang normatif bertentangan dengan syariat Islam”63.
Analisis Praktik Penjualan Jambu Mete pada Masyarakat di Desa Songgajah Kecamatan Kempo Dompu. Songgajah Kecamatan Kempo Dompu
Karena proses transaksi atau akad yang dilakukan dengan pemilik kebun ini, maka orang yang menjual buah jambu mete tidak dapat ditawar barangnya karena sudah menjualnya di pasar tanpa izin pemilik, sedangkan salah satu syarat sahnya jual beli adalah menjual adalah dengan menawarkan barang yang akan diperdagangkan. Hal ini terjadi karena transaksi jual beli dapat mendobrak kesempitan dan memberikan kemudahan sehingga segala kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi. Hak seorang muslim ini pada prinsipnya tidak dapat dihalalkan kecuali jika dialihkan secara suka rela atau sukarela, bukan dengan paksaan, dengan tipu muslihat dan tipu muslihat.
Allah mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi di alam ini, manusia adalah salah satu unsur alam yang akan terus bergejolak dan tidak pasti dalam kehidupan, dan ketika tidak dikendalikan apa yang akan terjadi, hukum alam adalah kehendak yang kuat untuk makan yang lemah, maka Allah menurunkan syariat untuk kesejahteraan manusia, agar tidak lagi terombang-ambing dan. Sebelum adanya arus penjualan jambu mete, masyarakat di Desa Songgajah biasa berjualan jambu mete tanpa seizin pemilik kebun seperti yang telah dijelaskan di atas. Jika melihat praktik jual beli seperti yang dilakukan masyarakat desa Songgajah, ada unsur yang belum terpenuhi, dalam pembuatan akad atau transaksi barang yang diperjualbelikan tidak dapat diserahkan. Jika kita mempelajari ayat di atas atau yang menjelaskannya, hukum jual beli kacang mete untuk orang lain tanpa seizin pemilik dilakukan oleh masyarakat desa Songgajah, yaitu kegiatan muamalak yang dilarang dalam Islam karena dalam prakteknya jual beli dan kegiatan berjualan seperti ini, mengandung unsur yang tidak diperbolehkan syariat Islam.
Analisis Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik penjualan kacang mete kepada masyarakat di desa Songgajah kecamatan.
Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Penjualan Jambu Mete pada Masyarakat di Desa Songgajah Kecamatan Jambu Mete pada Masyarakat di Desa Songgajah Kecamatan
Orang yang tidak jujur dalam perjanjian jual beli termasuk orang munafik dan pendusta, dan orang yang berdusta akan masuk neraka. Dalam bermua'malah, sangat dianjurkan untuk melakukan transaksi jual-beli dengan rasa keikhlasan atau kemesraan antara kedua belah pihak. Kontrak adalah ikatan antara penjual dan pembeli, kontrak jualan hanya sah selepas penerimaan dan penerimaan.
Bahwa orang yang mengadakan perjanjian jual beli atas suatu barang adalah pemilik yang sah dari barang itu dan/ Dengan demikian jual beli barang itu dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau yang berhak atas kekuasaan bukan pemilik, sebagai perjanjian jual beli yang batal demi hukum. Dalam melakukan transaksi jual beli, penjual diharapkan jujur, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ada dan berdasarkan fakta.
Oleh karena itu, orang lain yang menjual kacang mete tanpa izin pemilik harus berlaku adil dalam transaksi jual beli, karena akan berdampak pada hasil penjualan.
KESIMPULAN
Agen atau masyarakat harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemilik perkebunan jambu mete agar jual beli tersebut sah dan sesuai dengan syarat dan rukun jual beli yang diatur dalam syariat Islam. Warga Desa Songgajah hendaknya bermusyawarah untuk membuat peraturan dan sanksi yang mengikat secara hukum terhadap masyarakat setempat terkait pelanggaran pemanenan jambu mete tanpa persetujuan pemilik, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang dilarang dalam syariat Islam dan praktek tersebut dapat merugikan ekonomi pemilik perkebunan jambu mete tersebut. . Para pemuka agama disarankan untuk menasihati dan membimbing masyarakat mengenai praktek penjualan jambu mete milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, berdasarkan ketentuan hukum Islam yang mengacu pada Al-Qur'an dan Al-Hadits, agar tidak bertentangan dengan agama dan mencegah perselisihan antara masyarakat dan pemilik kebun di kemudian hari.
Jika memang adat ini tidak bisa dihilangkan, maka diharapkan kepala desa Songgajah dapat memilih beberapa orang, baik dari aparat desa maupun masyarakat setempat, untuk dipercaya mengawasi praktek jual beli aset orang lain tanpa izin pemilik, agar penjualan ini dapat dilaksanakan dengan baik. Harmaeni “Kajian Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Furnitur Dengan Sistem Tata Tertib” (Skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram 2019). Prinsip Fiqh Ekonomi Islam dan Penerapannya di Sektor Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016).
Ghufron A. Mas'adi, Contextual Fiqh Muamalah, (Džkarta: PT. Raja Grafindo, 2002) 1 Yusuf Qardawi, Norma Ekonomi Islam dalam Etika, (Džkarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1997).