• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN TATA RUANG NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TIM KOORDINASI PENGELOLAAN TATA RUANG NASIONAL"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

2337

KEPUTUSAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 57 TAHUN 1989

TENTANG

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN TATA RUANG NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang terkoordinasi untuk menangani masalah pemanfaatan ruang bagi keperluan pembangunan;

b. bahwa agar koordinasi penanganan masalah pemanfaatan ruang tersebut dapat berjalan dengan baik, diperlukan strategi nasional pengembangan pola tata ruang secara terpadu melalui pendekatan wilayah;

c. bahwa dalam rangka perumusan kebijaksanaan dan penyusunan strategi nasional pengembangan pola tata ruang yang diperlukan bagi penanganan masalah pemanfaatan ruang tersebut, dipandang perlu membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang nasional;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

MEMUTUSKAN :

(2)

2338 PERTAMA :

Membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang nasional, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Tim Tata Ruang.

KEDUA :

Tim Tata Ruang bertugas:

1. Merumuskan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan langkah-langkah penanganan masalah pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undnagan yang berlaku. 2. Menyusun strategi nasional pengembangan pola tata ruang secara terpadu melalui

pendekatan wilayah, sebagai dasar bagi pengembangan tata ruang daerah dan kawasan tertentu, serta mengendalikan pemanfaatan ruang tersebut.

3. Mengembangkan dan menetapkan kriteria pengelolaan tata ruang berdasarkan strategi nasional tersebut.

4. Mengembangan dan menetapkan prosedur pengelolaan tata ruang dan mengendalikannya sesuai dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam angka 3.

5. Meneliti masalah yang timbul dalam pemanfaatan ruang di daerah, dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya kepada Pemerintah Daerah.

KETIGA :

Tim Tata Ruang terdiri dari:

1. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Ketua merangkap Anggota

2. Menteri/Sekretaris Negara : Wakil Ketua merangkap Anggota 3. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup :

Wakil Ketua merangkap Anggota

4. Deputi Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Regional dan Daerah : Sekretaris I

merangkap Anggota

5. Staf Ahli Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Pertanahan : Sekretaris II

merangkap Anggota

6. Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri : Anggota

7. Direktur Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum: Anggota

8. Kepala Badan Pertanahan Nasional : Anggota

(3)

2339

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 9 Nopember 1989 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd.

S O E H A R T O KEEMPAT :

Kepada Tim Tata Ruang diperbantukan sebuah Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris I dan secara fungsional dilakukan oleh Staf Deputi Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Regional dan Daerah.

KELIMA :

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Tata Ruang dapat: a. menggunakan tenaga ahli yang diperlukan;

b. membentuk Kelompok Kerja untuk menangani masalahmasalah yang bersifat khusus; c. meminta bahan dan keterangan yang diperlukan dari Departemen, Lembaga ataupun

Pemerintah Daerah.

KEENAM :

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Tata Ruang bertanggung jawab kepada Presiden.

KETUJUH :

Segala biaya untuk pelaksanaan tugas Tim Tata Ruang dibebankan kepada Anggaran Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

KEDELAPAN :

(4)

Referensi

Dokumen terkait

Dari stasiun tersebut diperoleh data berupa kecepatan, lama hembus dan arah angin.Meskipun lama hembus dan arah angin merupakan data yang penting dalam

Dikatakankedua kelompok data independen bila data kelompok yang satu tidak tergantung dari data kelompok kedua, misalnya membandingkan mean tekanan darah sistolik orang desa

keselamatan pasien yang termasuk patient safety attitudes rendah atau faktor yang menghambat patient safety attitudes yaitu pada iklim kerja tim peningkatan

(2011) Hubungan Antara Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita Pada Rumah Tangga di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu.. Universitas

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1) modul IPA berbasis kearifan lokal daerah pesisir

selama terapi latihan berlangsung, maka dinding kapiler yang terletak pada otot melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler akan naik, dengan demikian kapasitas darah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Penerapan SSK (Strategi Sanitasi Kota) Blitar dalam perspektif pembangunan berwawasan lingkungan pada

Satu pad hanya digunakan sekali (one time) saja untuk mengenkripsi pesan, setelah itu pad yang telah digunakan dihancurkan. Panjang kunci One Time Pad – panjang teks asli